ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Status Gizi Status gizi adalah tanda tanda atau tampilan yang diakibatkan oleh keseimbangan antara pemasukan zat gizi dan pengeluaran oleh tubuh yang dibutuhkan untuk kelangsungan hidup. Status gizi masyarakat terutama di gambarkan oleh status gizi anak balita dan wanita hamil. Oleh karena itu, sasaran utama dari program perbaikan gizi makro berdasarkan siklus kehidupan, dimulai pada wanita usia subur, ibu hamil, bayi baru lahir, balita dan anak sekolah (Gibson, 1989). Secara tidak langsung status gizi masyarakat dapat diketahui berdasarkan penilaian terhadap data kuantitatif maupun kualitatif konsumsi pangan. Informasi tentang konsumsi pangan dapat diperoleh melalui survei yang akan menghasilkan data kuantitatif (jumlah dan jenis pangan) dua kualitatif (frekwensi makan dan cara mengolah makanan). Penentuan status gizi dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu secara biokmia, dietetika, klinik dan antropometri (cara yang paling umum dan mudah digunakan untuk mengukur status gizi di lapangan). Indeks antropometri yang dapat digunakan adalah Berat Badan Menurut Umur (BB/U). Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U), Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB). (Depkes RI,2005)
8 TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
2.1.1 Faktor Penyebab Kurang Gizi Faktor yang dapat berhubungan dengan status gizi balita adalah faktor biologis (umur, jenis kelamin, dan kesehatan anak) dan beberapa faktor perilaku seperti lama pendidikan orang tua, pemberian imunisasi (erat kaitannya dengan kunjungan ibu ke posyandu), pemberian kolostrum berhubungan dengan kejadian malnutrisi akut atau kronik. Pada umumnya kejadian malnutrisi (kurang gizi) dihubungkan dengan kondisi kemiskinan atau sosial ekonomi lemah dimana konsumsi makanan yang tidak adekuat disertai dengan penyakit infeksi yang berulang. Banyak faktor yang menyebabkan timbulnya kurang gizi pada anak balita, sebagaimana digambarkan pada bagan 2.1 yang diperkenalkan UNICEF dan telah digunakan luas secara internasional. Dari bagan tersebut terlihat tahapan penyebab timbulnya kurang gizi pada anak balita, yaitu penyebab langsung, penyebab tidak langsung, pokok masalah di masyarakat dan akar masalah. Oleh Soekirman (2000), bagan tersebut dijelaskan sebagai berikut:
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
PENYEBAB PENYEBABMASALAH MASALAH GIZI GIZI Kurang Gizi KURANG GIZI
Dampak
Makanan Tidak Makan Tidak Seimbang seimbang Seimbang
Penyebab langsung
Tidak Tidak Cukup Cukup Persediaan Pangan Persediaan Pangan
Penyebab Tidak langsung
Penyakit Infeksi
Penyakit Infeksi
Pola Asuh Pola Asuh Anak Anak Tidak Tidak Memadai Memadai
Kurang Pendidikan
Sanitasi dan &Air Air Sanitasi Bersih /Pelayanan Bersih/Pelayanan Kesehatan Dasar Tidak MemadaiDasar Kesehatan
Tidak Memadai
, Pengetahuan dan Keterampilan
Kurang Pemberdayaan Kurang pemberdayaan wanita Wanita & Keluarga, Kurang dan keluarga , kurang pemanfaatan sumberdaya masyarakat Pemanfaatan Sumberdaya Masyarakat
Pokok Masalah di Masyarakat
Pengangguran
Akar Masalah (nasional )
, inflasi , kurang pangan dan kemiskinan
Krisis Ekonomi, Krisis Ekonomi , Politik , Politik Sosial dan& Sosial
Bagan. 2.1 Penyebab Masalah Gizi, modifikasi Unicef dengan Soekirman 2000.
Pertama, penyebab langsung yaitu makanan anak yang tiak seimbang dan penyakit infeksi yang mungkin diderita anak. Timbulnya gizi kurang tidak hanya karena makanan yang kurang, tetapi juga karena penyakit. Anak yang mendapat makanan yang cukup baik tetapi sering diserang diare atau demam, akhirnya dapat menderita kurang gizi. Demikian juga pada anak yang makan tidak cukup baik, maka
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
daya tahan tubuhnya (imunitas) dapat melemah. Dalam keadaan demikian mudah diserang infeksi yang dapat mengurangi nafsu makan, dan akhirnya dapat menderita kurang gizi. Dalam kenyataan keduanya (makanan dan penyakit) secara bersama-sama merupakan penyebab kurang gizi. Kedua, penyebab tidak langsung, yaitu : ketahanan pangan di keluarga, pola pengasuhan anak, serta pelayanan dan kesehatan lingkungan. Ketahanan pangan di keluarga adalah kemampuan keluarga untuk memenuhi kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup baik jumlah maupun mutu gizinya. Pola pengasuhan adalah kemampuan keluarga dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian dan dukungan terhadap anak agar dapat tumbuh kembang sebaik-baiknya secara fisik, mental dan sosial. Pelayanan kesehatan dan kesehatan lingkungan, adalah tersedianya air bersih dan sarana pelayanan kesehatan dasar yang terjangkau oleh setiap keluarga yang membutuhkan. Ketiga faktor ini saling berhubungan. Ketiga faktor penyebab tidak langsung tersebut berkaitan dengan tingkat pendidikan, pengetahuan dan ketrampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan, pengetahuan dan keterampilan, terdapat kemungkinan makin baik tingkat ketahanan pangan keluarga, makin baik pola pengasuhan anak, dan makin banyak keluarga memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
Berbagai faktor langsung dan tidak langsung diatas, berkaitan dengan pokok masalah yang ada di masyarakat dan akar masalah yang bersifat Nasional. Pokok masalah di masyarakat antara lain berupa ketidak berdayaan masyarakat dan keluarga mengatasi masalah kerawanan ketahanan pangan keluarga, ketidak tahuan pangasuhan anak yang baik, serta ketidak mampuan memanfaatkan pelayanan kesehatan yang tersedia. Meningkatnya jumlah anak yang gizi buruk dibeberapa daerah di Indonesia sejalan dengan meningkatnya jumlah keluarga miskin akibat ekonomi, politik dan keresahan sosial yang melanda Indonesia sejak Tahun 1997. 2.1.2 Karakteristik Anak Menurut Thaha, dkk (2004), bahwa beberapa faktor yang dapat berhubungan dengan status gizi balita adalah faktor biologis (umur, jenis kelamin, dan kesehatan anak) dan faktor perilaku seperti lama pendidikan orang tua, pemberian imunisasi, pemberian kolostrum berhubungan dengan kejadian malnutrisi akut atau kronik. 2.1.2.1 Usia Anak Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan dalam penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah (IDN.Supariasa, dkk (2002). Anak usia balita adalah suatu masa yang rentan dan usia yang rawan , oleh karena pada masa tersebut anak mudah sakit dan mudah terjadi
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
kurang gizi. Masa balita merupakan masa pembentukan kepribadian anak, sehingga diperlukan perhatian khusus (Soetjiningsih, 1998). 2.1.2.2 Jenis Kelamin Jenis kelamin menentukan besar kecilnya kebutuhan gizi bagi seseorang. Anak laki-laki lebih sering sakit dibandingkan dengan anak perempuan, namun belum diketahui secara pasti faktor-faktor yang mempengaruhi keadaan tersebut. Pada umumnya anak laki-laki membutuhkan zat gizi lebih banyak dari pada anak perempuan dalam hal tenaga dan protein. Anak laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas fisik sehingga memerlukan kalori yang lebih banyak dibandingkan anak perempuan (Soetjiningsih 1998 dalam M. Soffa , 2012). Pada masyarakat tradisional, perempuan mempunyai status yang lebih rendah jika dibandingkan dengan laki-laki, sehingga angka kematian bayi dan malnutrisi pada anak perempuan masih tinggi (Soetjiningsih, 1998 dalam M. Soffa , 2012). 2.1.3 Karakteristik Keluarga 2.1.3.1 Pendidikan Ibu Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dalam mengisi kehidupan untuk
mencapai
keselamatan
dan
kebahagiaan.
Pendidikan
diperlukan untuk mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
Pendidikan dapat mempengaruhi seseorang termasuk juga perilaku seseorang akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berperan serta dalam pembangunan (A.Wawan dan Dewi M, 2010). Menurut Notoatmodjo.S (2003), pendidikan adalah suatu usaha sadar dari seseorang untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan didalam dan luar sekolah. Tingkat pendidikan yang ratarata masih rendah terutama dikalangan wanita merupakan salah satu masalah pokok yang berpengaruh terhadap masalah kesehatan. Makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi pengetahuan mengenai penyediaan makanan yang baik. Tingkat pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan wanita merupakan salah satu produk yang berpengaruh terhadap masalah-masalah kesehatan. Khususnya untuk tingkat pendidikan, pengaruhnya terhadap status gizi dan kesehatan anggota keluarga sangat besar, karena biasannya rumah tangga menjadi pembantu dan mengatur konsumsi makanan. Ibu rumah tangga juga mempunyai peranan dan fungsi yang besar, terutama sebagai pengasuh anak, mengatur konsumsi makanan dan secara tidak langsung menentukan status gizi anak (Subagyo, dkk, 1984 dalam M. Soffa, 2012). 2.1.3.2 Pekerjaan Ibu dan Penghasilan Orang Tua Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Pekerjaan
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga (Nursalam, 2003 dalam A.Wawan dan Dewi M, 2010). Makanan sebagai kebutuhan pokok manuasia untuk tetap dapat bertahan hidup, sehingga sebesar apapun penghasilan seseorang ia akan tetap berusaha untuk mendapatkan makanan. Terdapat
kecenderungan
seseorang
semakin
bahwa
berkurang
semakin persentase
tinggi
penghasilan
penghasilan
yang
dibelanjakan untuk makanan (Aritonang, 2000). Suhardjo, dkk (2009), menyatakan bahwa pada umumnya jika penghasilan naik, jumlah dan jenis makanan cenderung meningkat
pula.
menyebabkan
Peningkatan
perubahan
dalam
penghasilan susunan
perorangan makanan.
akan Namun
pengeluaran yang lebih banyak untuk pangan tidak menjamin lebih beragamnya makanan yang dikonsumsi. 2.1.3.3 Jumlah Anggota Keluarga Pembagian pangan yang tepat kepada setiap anggota keluarga sangat penting untuk mencapai gizi yang baik. Pangan harus dibagikan untuk memenuhi kebutuhan gizi setiap orang dalam keluarga. Anak, wanita hamil dan ibu menyusuiharus memperoleh sebagian besar pangan yang kaya akan protein. Semua anggota keluarga sesuai dengan kebutuhan perorangan, harus mendapat
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
bagian energi, protein dan zat-zat gizi lainnya yang cukup setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan tubuh (Suhardjo, dkk, 2009). Jumlah anak yang banyak pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi cukup akan mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih sayang yang diterima anak, lebih-lebih apabila jarak usia anak terlalu dekat. Pada keluarga dengan keadaan sosial ekonomi kurang, jumlah anak yang banyak akan mengakibatkan kurangnya kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan primer seperti pangan, sandang dan perumahan yang tidak terpenuhi (Soetjiningsih, 1998 dalam M. Soffa, 2012). Menurut Kresno (2001), secara tradisional ayah atau kepala keluarga mempunyai prioritas utama atas jumlah dan jenis makanan tertentu dalam keluarga. Apabila kebiasaan tersebut diterapkan, maka setelah kepala keluarga ialah anak laki-laki yang mendapat prioritas untuk dilayani, biasanya mulai dari yang tertua. 2.1.4 Tingkat Pengetahuan Gizi Ibu 2.1.4.1 Pengertian Pengetahuan Pengetahuan adalah merupakan hasil ”tahu” dan ini terjadi setelah orang mengadakan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Pada waktu pengindraan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian presepsi terhadap obyek. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003 dalam A.Wawan dan Dewi M, 2010). Pengetahuan gizi ibu adalah segala sesuatu yang diketahui ibu balita yang dikaitkan dengan gizi terutama tentang menu dan mutu makanan. Perkembangan perbaikan gizi sering kali dipandang sebagai suatu keberhasilan adopsi inovasi gizi dalam meningkatkan taraf gizi masyarakat. Peningkatan keberhasilan diukur dari perubahan perilaku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi anak balita. Ibu hamil dan ibu menyusui. Walaupun hal ini bukan satu-satunya faktor penentu keberhasilan perbaikan gizi masyarakat (Setiaji D,dkk, 2000 dalam Kusmiati,2002). Pengetahuan orang tua dapat menentukan status gizi balita, karena makanan apa yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan gizi dan kesehatan. (Sri Mulyati, 1993 dalam Kusmiati 2002). 2.1.4.2 Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Pengetahuan seseorang biasanya diperoleh dari pengalaman yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk, petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan
tertentu
sehingga
seseorang
berperilaku
sesuai
keyakinannya (Notoatmojo.S, 2003).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
18
Menurut Suhardjo (1986) dalam Kusmiati (2002), pengetahuan gizi dipengaruhi oleh berbagai faktor, disamping pendidikan yang pernah dijalani, faktor lingkungan dan frekuensi kontak dengan media masa juga mempengaruhi pengetahuan tentang gizi atau kemampuan untuk menerapkan informasi-informasi tentang gizi dalam kehidupan. Pentingnya pengetahuan gizi berdasarkan tiga kenyataan antara lain : 1. Status gizi cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan 2. Setiap orang hanya akan cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu menyediakan zat gizi yang diperlukan tubuh untuk pertumbuhan yang optimal dan pemeliharaan tubuh 3. Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehingga penduduk dapat
belajar
menggunakan
pangan
dengan
baik
untuk
kesejahteraan. 2.1.4.3 Pengetahuan Gizi Pengetahuan gizi diperlukan dalam hal penyelenggaraan makanan. Banyak bahan makanan yang bernilai gizi tinggi, tetapi tidak digunakan atau hanya digunakan secara terbatas akibat prasangka yang tidak baik terhadap makanan itu. Penggunaan makanan sayuran seperti genjer, daun turi, beluntas dan daun ubi kayu, yang semuanya kaya akan zat gizi. Beberapa daerah masih menganggap sebagai makanan yang dapat mengurangi harkat keluarga, sehingga bahan makanan yang kaya gizi tersebut tidak bisa
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
dikonsumsi sebagaimana mestinya. Anggapan tersebut timbul karena kurangnya pengetahuan gizi. Untuk memelihara kesehatan dan untuk memenuhi
kebutuhan
gizi
dalam
tubuh,
maka
diperlukan
pengetahuan gizi yang baik sehingga dalam peyelenggaraan makanan dapat dilakukan dengan baik dan benar serta kebutuhan tubuh akan zat-zat gizi tercukupi (Syahmien Muhji, 1986 dalam Ida Sriharyanti, 2006). Menurut Budiyanto (2004), kurangnya pengetahuan dan salah presepsi tentang kebutuhan pangan dan nilai pangan adalah umum disetiap negara di dunia. Penduduk dimanapun akan beruntung dengan bertambahnya pengetahuan mengenai gizi dan cara menerapkan informasi tersebut untuk orang yang berbeda tingkat usia dan keadaan fisiologisnya. 2.1.4.4 Pengukuran Pengetahuan Seseorang yang dapat
menjawab pertanyaan-pertanyaan
mengenai suatu bidang tertentu dengan baik secara lisan atau tulisan, maka dapat dikatakan dia mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban
verbal
yang
diberikan
orang
tersebut
dinamakan
pengetahuan (knowledge). Pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban, baik lisan maupun tulisan (Notoatmodjo, S,2003).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
Pertanyaan dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secaraumum dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu : 1. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay. 2. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan ganda, betul (Notoatmodjo.S, 2003). Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang kebutuhan akan zat gizi menentukan jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, demikian pula pengetahuan gizi merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi konsumsi makanan dan status gizi balita. Dalam suatu penelitian di Bogor tentang keragaman pengetahuan gizi buruk, diketahui bahwa didapat hubungan antara pengetahuan gizi ibu dengan status gizi anak. Demikian pula semakin baik pengetahuan gizi ibu, semakin baik pula status gizi anaknya (Hermin, 1992, dalam Kusmiati 2002). 2.1.5 Perilaku Ibu dalam Perawatan Anak 2.1.5.1 Pengertian Perilaku Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari maupun tidak. Perilaku merupakan kumpulan berbagai faktor yang saling berinteraksi. Sering tidak disadari bahwa interaksi tersebut amat kompleks sehingga kadang-kadang kita tidak sempat memikirkan penyebab seseorang menerapkan perilaku tertentu. Karena itu amat penting
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
untuk dapat menelaah alasan dibalik perilaku individu, sebelum ia mampu mengubah perilaku tersebut (A.Wawan dan Dewi M, 2010). 2.1.5.2 Proses Perubahan Perilaku Perubahan atau adopsi perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama, secara teori perubahan perilaku seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap. Yaitu : 1. Pengetahuan, seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. 2. Sikap, sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. 3. Praktek atau tindakan, seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practice) kesehatan atau perilaku kesehatan. (Notoatmodjo.S, 2003). Perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan
lain
perilaku
manusia
sangatlah
kompleks,
dan
mempunyai bentangan yang sangat luas. Perubahan atau adopsi
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
perilaku baru adalah suatu proses yang kompleks dan memerlukan waktu yang relatif lama, secara teori perubahan perilaku atau seseorang menerima atau mengadopsi perilaku baru dalam kehidupannya melalui 3 tahap. Yaitu 1. Pengetahuan, seseorang mengadopsi perilaku (berperilaku baru), ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya. 2. Sikap adalah penilaian (bisa berupa pendapat) seseorang terhadap stimulus atau objek. 3. Praktek atau tindakan, seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktekan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktek (practise) kesehatan atau perilaku kesehatan. (Notoatmodjo, 2003). Jadi dalam merubah perilaku baru secara teori melalui perubahan: pengetahuan (knowledge) - sikap (attitude) – praktek (practice) atau “K A P” namun dalam pendekatan positive deviance yang terjadi sebaliknya yaitu diawali dengan berpraktek atau melakukan perilaku positif kemudian diikuti dengan perubahan pengetahuan, dan sikap ( pratice – attitude – knowledge = “P A K”). 2.1.5.3 Perilaku Kesehatan Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
23
Batasan ini mempunyai dua unsur pokok yaitu respon dan stimulasi atau perangsangan. Respon atau reaksi manusia, baik sifat pasif (pengetahuan, persepsi dan sikap), maupun bersifat aktif (tindakan yang nyata atau practice) sedangkan stimulasi atau rangsangan disini terdiri dari sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan dan lingkungannya (A.Wawan dan Dewi M, 2010). Pola pengasuhan anak berupa sikap dan perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberi kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya itu berhubungan dengan keadaan ibu dalam hal kesehatan (fisik dan mental), status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan keterampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau di masyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga dan masyarakat serta sebagiannya dari si ibu atau pengasuh anak (Nanang Sunarya, 2005). 2.1.5.4 Pengukuran Perilaku Menurut Notoatmodjo.S (2003), pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung, yakni dengan mengobservasi tindakan atau kegiatan respon. Cara perawatan anak sangat erat hubungannya dengan perilaku seseorang,
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
pada dasarnya perilaku adalah apa yang dikerjakan oleh manusia, baik yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung. 2.1.6 Pertumbuhan Anak dan Status Gizi 2.1.6.1 Pengertian Pertumbuhan Menurut Abas Basuni Jahari (2002), bahwa pertumbuhan memiliki pengertian ”perubahan ukuran fisik dari waktu ke waktu”. Ukuran fisik tidak lain adalah ukuran tubuh manusia baik dari segi dimensi, proporsi maupun komposisi yang lebih dikenal dengan sebutan antropometri. Oleh karena pertumbuhan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan mengikuti perjalanan waktu maka pertumbuhan pada manusia dapat diartikan pula sebagai perubahan antropometri dari waktu ke waktu. Pertumbuhan seorang anak bukan hanya sekedar gambaran perubahan antropometri (berat badan, tinggi badan atau ukuran tubuh lainnya) dari waktu ke waktu, tetapi lebih dari itu memberikan gambaran tentang perkembangan keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requerement) zat gizi seorang anak untuk berbagai proses biologis termasuk untuk tumbuh. 2.1.6.2 Pengertian Status Gizi Status gizi adalah keadaan keseimbangan antara asupan (intake) dan kebutuhan (requirement) zat gizi. Dikatakan status gizi baik (seimbang) bila jumlah asupan zat gizi sesuai dengan yang dibutuhkan tubuh. Status gizi tidak seimbang (kurang) yaitu bila
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
25
asupan zat gizi kurang dari yang dibutuhkan sedangkan status gizi lebih, bila asupan zat gizi melebihi batas yang dibutuhkan. Selain itu status gizi (Nutritional status) adalah ekspresi dari keseimbangan zat gizi dalam bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutrisi dalam bentuk variabel tertentu. 2.1.6.3 Antropometri Sebagai Indikator Status Gizi Indikator adalah suatu tanda yang dapat memberikan indikasi tentang suatu keadaan. Suatu tanda disebut indikator yang baik apabila tanda tersebut dapat memberikan indikasi yang sensitif atas suatu keadaan gizi. Pertumbuhan merupakan suatu proses yang kontinyu, oleh karena itu pertumbuhan merupakan indikator dari perkembangan status gizi anak. Dengan demikian penilaian pencapaian pertumbuhan (growth achievement) atau ukuran fisik atau antropometri pada saat tertentu dapat memberikan indikasi tentang status gizi seorang anak pada saat pengukuran. Jadi dengan antropometri dapat digunakan sebagai salah satu indikator status gizi. Agar diperoleh hasil yang tepat, diperlukan patokan sebagai pedoman atau parameter. Ada tiga macam parameter antropometri yang dianggap tepat di Indonesia dan diakui oleh Internasional, yaitu berat badan, tinggi badan dan ukuran lingkar lengan atas. Untuk pengukuran status gizi anak usia balita, digunakan parameter tinggi badan, berat badan dan umur (IDN Supariasa, dkk, 2002).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
26
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran masa tubuh. Masa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak, misalnya karena terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi. Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif terhadap masalah kekurangan gizi dalam waktu pendek. Pengaruh defesiensi zat gizi terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu relatif lama. Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi menjadi salah. Pengukuran tinggi badan dan berat badan yang akurat menjadi tidak berarti bila tidak disertai dengan penentuan umur yang tepat (IDN.Supariasa, dkk, 2002). 2.1.6.4 Indeks Antropometri Indeks antropometri yang sering digunakan adalah berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U) dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indeks ini merupakan indikator status gizi yang memiliki karakteristik masing-masing. Batasan (cutoff point) tertentu nilai indeks antropometri dapat digunakan sebagai indikator untuk menentukan status gizi (Abas Basuni Jahari, 2002).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
a) Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB/U) Berat badan berhubungan linier dengan Tinggi Badan, maka indikator BB/U dapat memberikan gambaran masalah gizi masa lalu atau kronis (menahun). Disamping itu karena berat badan juga labil terhadap perubahan yang terjadi, maka BB/U juga memberikan gambaran masalah gizi akut (saat kini). Akan tetapi kemampuan ini sangat tergantung dari keadaan sosial ekonomi masyarakat yang dinilai. Bagaimana kemampuan Indeks BB/U bila digunakan sendiri? 1) Dalam keadaan biasa indeks ini kurang sensitif untuk menilai status gizi kurang yang akut pada anak-anak di lingkungan masyarakat miskin. Sebaliknya indeks ini cukup sensitif untuk menilai
status
gizi
kurang
yang
akut
sebagi
akibat
memburuknya situasi, baik pada masyarakat miskin maupun pada masyarakat yang keadaan sosial ekonominya lebih baik. 2) Dalam keadaan biasa indeks ini cukup sensitif untuk menilai masalah gizi kronis pada masyarakat miskin, tetapi tidak sensitif untuk masyarakat yang keadaan sosial ekonominya baik. Penggunaan indeks BB/U pada masyarakat miskin dapat menggambarkan situasi yang akut maupun kronis, sedangkan pada
masyarakat
golongan
ekonomi
menengah
keatas
menunjukkan situasi yang akut (Abas Basuni Jahari, 2002).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
b) Indeks Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U) Gangguan pertumbuhan pada tinggi badan berlangsung pada kurun waktu yang cukup lama, dari beberapa bulan sampai beberapa tahun. Oleh karena itu indikator TB/U memberikan indikasi adanya masalah gizi kronis. Banyaknya jumlah anak yang pendek memberikan indikasi bahwa di masyarakat
bersangkutan
ada
masalah
yang
sudah
berlangsung cukup lama. Oleh karena itu, maka perlu dipelajari apa masalah dasar dari gangguan pertumbuhan ini, sebelum
dilakukan
program
perbaikan
gizi
secara
menyeluruh (Abas Basuni Jahari, 2002). Bagaiman kemampuan indeks TB/U bila digunakan sendiri ? 1) Bila banyak anak yang pendek, maka indikator ini memberikan petunjuk tentang adanya masalah gizi kronis yang harus dicari penyebab dasarnya. 2) Kalau tinggi badan dipantau secara teratur, maka indeks TB/U dapat digunakan sebagai indikator perkembangan keadaan sosial ekonomi masyarakat. 3) Tidak dapat digunakan untuk memberikan indikasi adanya masalah gizi akut (Abas Basuni Jahari, 2002). c) Indeks Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB) Menurut Abas Basuni Jahari (2002), pada keadaan yang baik berat badan anak akan berbanding lurus dengan tinggi badannya,
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
dengan kata lain berat badan akan seimbang dengan tinggi badannya. Bila terjadi kondisi yang memburuk dalam waktu singkat, berat badan akan berubah karena sifatnya yang labil sedangkan tinggi badan tidak banyak terpengaruh. Akibatnya berat badan dalam waktu singkat akan menjadi tidak seimbang dengan tingi badannya. Oleh karena itu indeks BB/TB merupakan atau masalah gizi akut. Di sisi lain indeks BB/TB ini tidak sensitif untuk memberikan indikasi masalah gizi kronis karena indeks ini tidak menggunakan referensi waktu atau umur. Bagaimana kemampuan indeks BB/TB bila digunakan sendiri 1) Banyaknya anak dengan nilai indeks BB/TB rendah atau tidak seimbang atau kurus memberikan gambaran adanya masalah gizi akut yang disebabkan oleh perubahan kondisi dalam waktu singkat. 2) Indeks BB/TB ini berguna untuk pemilihan sasaran (targeting) bagi
tindakan
segera,
seperti
pemeriksaan
kesehatan,
pemberian makanan tambahan (PMT) pemulihan agar berat badannya kembali seimbang dengan tinggi badannya atau dalam bentuk tindakan untuk memperbaiki lingkungan yang kurang sehat. Kategori dan ambang batas status gizi anak balita umur 0 – 60 bulan sesuai dengan penggunaan indeks antropometri berdasarkan
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
standar antropometri WHO 2005 adalah sebagai mana terdapat pada tabel dibawah ini : Tabel 2.1 Kategori dan ambang batas status gizi balita indeks antropometri berdasarkan standar antropometri WHO 2005 Indeks Berat Badan menurut Umur (BB/U) Anak Umur 0 – 60 Bulan
Kategori Status Gizi
Ambang Batas ( Z-Score)
Gizi Buruk Gizi Kurang Gizi Baik Gizi Lebih
<-3 SD -3 SD s/d <-2 SD -2 SD s/d 2 SD >2 SD
Panjang Badan menurut Sangat Pendek Umur (PB/U) atau Pendek Tinggi Badan menurut Normal Umur (TB/U) Anak Umur 0 – 60 Bulan Tinggi Berat Badan menurut Sangat Kurus Panjang Badan (BB/PB) atau Kurus Berat Badan menurut Tinggi Normal Badan (BB/TB) Anak Umur 0 – 60 Bulan Gemuk Sumber : Kementrian Kesehatan RI, 2011. 2.1.7
<-3 SD -3 SD s/d <-2 SD -2 SD s/d 2 SD >2 SD <-3 SD -3 SD s/d <-2 SD -2 SD s/d 2 SD >2 SD
Pola Asuh
2.1.7.1 Pengertian Pola Asuh Gizi Pola asuh merupakan pola interaksi antara orang tua dan anak, yaitu bagaimana cara sikap atau perilaku orang tua saat berinteraksi dengan anak, termasuk cara penerapan aturan, mengajarkan nilai / norma, memberikan perhatian dan kasih sayang serta menunjukkan sikap dan perilaku baik sehingga dijadikan panutan bagi anaknya (Theresia,2009)
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
2.1.7.2 Pola Asuh Gizi Pola asuh gizi merupakan asupan makan dalam rangka menopang tumbuh kembang fisik dan biologis balita secara tepat dan berimbang (Eveline & nanang D, 2010, p.11). Pola pengasuhan anak berupa sikap perilaku ibu atau pengasuh lain dalam hal kedekatannya dengan anak, memberikan makan, merawat, kebersihan, memberikan kasih sayang dan sebagainya. Kesemuanya berhubungan dengan keadaan ibu terutama dalam kesehatan, status gizi, pendidikan umum, pengetahuan dan ketrampilan tentang pengasuhan anak yang baik, peran dalam keluarga atau dimasyarakat, sifat pekerjaan sehari-hari, adat kebiasaan keluarga, masyarakat dan sebagainya dari ibu atau pengasuh anak (Soekirman 2000, p.85). 2.2 Landasan Teoritik 2.2.1 Upaya Penanggulangan Kurang Gizi pada Balita Soekirman (2000), menyatakan pencegahan dan penanggulangan kurang gizi pada balita tidak cukup dari aspek pangan atau makanannya. Di masyarakat sering terdapat anggapan bahwa masalah kurang gizi adalah sama dengan masalah kekurangan pangan. Oleh karena itu, upaya penanggulangannya adalah meningkatkan produksi dan persediaan pangan. Kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa masalahnya tidak selalu terletak pada persediaan makanan. Sering terjadi di pasar dan di gudang berlimpah beras, terigu dan bahan pangan lain, tetapi banyak keluarga yang kekurangan gizi. Selain melihat dari sisi penyediaan pangan, perlu diperhatikan juga aspek permintaan yang efektif. Artinya
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
apakah kebanyakan keluarga mampu membeli pangan itu. Kemudian apabila mereka mampu apakah mereka membelinya. Kalau tidak mengapa? Dengan demikian langkah paling penting adalah mengkaji tingkat ekonomi dan pendidikan keluarga. Apakah masalah kurang gizi karena kemiskinan atau karena pendidikan atau karena dua-duanya. Sementara itu menurut IDN. Supariasa (2002), masalah gizi pada hakekatnya
adalah
masalah
kesehatan
masyarakat.
Namun
penanggulangannya tidak dapat dilakukan dengan pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab timbulnya masalah gizi adalah multi faktor, oleh karena itu pendekatan penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor terkait. Era desentralisasi sekarang ini upaya penanggulangan masalah kurang gizi berbeda di setiap daerah disesuaikan dengan kemampuan daerah dan potensi yang dimiliki masyarakat. Menurut Thaha, dkk (2004), hal ini mengisyaratkan bahwa suatu program tidak selalu harus berpedoman semata-mata pada juknis/juklak yang telah ditetapkan, bila kondisi dilapangan tidak mendukung. Daerah mempunyai kewenangan dan peluang dalam menentukan sendiri model intervensi gizi atau dapat mengadakan reformulasi sesuai kondisi lokal. Namun semua itu mempunyai dasar kebijakan sama yang merujuk pada komitmen global, khususnya kesepakatan semua negara untuk menghapuskan kelaparan dan memberikan mandat ketahanan pangan dan peningkatan gizi anak.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Berdasarkan kebijakan ini program penanggulangan gizi harus mendapat perhatian dan prioritas utama dalam pembangunan kesehatan. Berbagai upaya penanggulangan kurang gizi telah dilakukan terutama yang ditujukan pada sasaran langsung baik balita gizi buruk maupun gizi kurang melalui pemberdayaan masyarakat dan keluarga balita. Di Kabupaten Sidoarjo Propinsi Jawa Timur pemberdayaan masyarakat dan keluarga dalam penanggulangan kurang gizi dilakukan dengan Kegiatan Praktek Perilaku dan Pemulihan Gizi (KP3G)/Pos Gizi melalaui pendekatan Positive Deviance (PD). 2.3
Pos Gizi Melalui Pendekatan Positive Deviance (PD). Pos Gizi merupakan tempat atau rumah yang digunakan untuk kegiatan program gizi yang berbasis rumah tangga dan masyarakat bagi anak yang beresiko kurang energi-protein di negara sedang berkembang. Program ini menggunakan pendekatan Perilaku Khusus Positif untuk mengidentifikasi berbagai perilaku tersebut dari ibu atau pengasuh yang memiliki anak bergizi baik tetapi dari keluarga kurang mampu dan menularkan kebiasaan positif tersebut kepada keluarga yang lain dengan anak kurang gizi di suatu masyarakat (CORE, 2003) Menurut CORE (2003), bahwa tujuan dari kegiatan Pos Gizi : 1. Merehabilitasi
anak-anak
yang
mengalami
malnutrisi
yang
teridentifikasi di dalam masyarakat mereka. 2. Memungkinkan keluarga untuk dapat mempertahankan rehabilitasi anak-anak tersebut di rumah masing-masing secara mandiri.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
34
3. Mencegah kekurangan gizi pada anak-anak yang lahir dalam kelompok masyarakat tersebut di masa yang akan datang, dengan merubah normanorma masyarakat mengenai perilaku-perilaku pengasuhan anak, pemberian makan dan kesehatan. Kegiatan Pos Gizi melalui pendekatan Positive Deviance mulai dilakukan di Kabupaten Sidoarjo awal tahun 2007 dengan tujuan meningkatkan
status
gizi
masyarakat
secara
mandiri
dan
berkesinambungan. Mandiri artinya hidup dan berkembang dengan kekuatan sendiri (Gani, 1994 dalam Nanang Sunarya, 2005). 2.4 Pengertian Pendidikan dan Perilaku Menurut Notoatmodjo.S (2003), Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Dari batasan ini tersirat unsurunsur pendidikan yakni: a) input adalah sasaran pendidikan (individu, kelompok, masyarakat) dan pendidik (pelaku pendidikan), b) proses (upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain), c) output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku). Jadi yang dimaksud pendidikan gizi adalah aplikasi atau penerapan pendidikan di dalam bidang gizi. Output yang diharapkan dari pendidikan gizi ini adanya perubahan perilaku yang mendukung terhadap upaya pemulihan atau perbaikan gizi. Sedangkan perilaku adalah merupakan totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
35
atau resultante antara berbagai faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Dengan perkataan lain perilaku manusia sangatlah kompleks dan mempunyai bentangan yang sangat luas (Notoatmodjo.S, 2003). Dalam merubah perilaku baru secara teori melalui perubahan: pengetahuan (knowledge) - sikap (attitude) - praktek (practice) atau “K A P” namun dalam pendekatan positive deviance
yang terjadi
sebaliknya yaitu diawali dengan berpraktek atau melakukan perilaku positif kemudian diikuti dengan perubahan pengetahuan, dan sikap ( pratice – attitude – knowledge = “P A K”) (Jerry Sternin, 2000).
2.5 Positive Deviance Menurut Jerry Sternin (2000), Positive Deviance (PD) adalah suatu pendekatan pengembangan yang berbasis masyarakat. Positive Deviance berdasar pada keyakinan bahwa pemecahan masalah yang dihadapi masyarakat pada prinsipnya telah ada dalam masyarakat itu sendiri. Artinya pendekatan pemecahan masalah yang memusatkan perhatian pada apa yang dapat dilaksanakan, bukan apa yang salah atau
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
36
yang menjadi sebab masalah. Positive Deviance memusatkan perhatian pada apa yang tersedia pada setiap orang dalam masyarakat, bukan pada kebutuhan yang memerlukan bantuan dari luar. Hal ini menjamin kesinambungan program karena Positive Deviance tergantung pada sumber-sumber yang telah ada dalam masyarakat sendiri. Positive Deviance menggerakkan masyarakat. Pencarian dan penemuan atas perilaku unik positif mendorong masyarakat untuk melihat, mencari dan menggali kembali kearifan serta sumber-sumber yang ada dan membangun kembali kekuatannya untuk memecahkan masalah-masalah yang ada. Intervensi dan hasil Positive Deviance segera terlihat, tidak membutuhkan studi dan intervensi bertahun-tahun untuk mencapai solusi. Positive Deviance merupakan praktek perilaku baru, dimana pendekatan pengembangan yang berbasis masyarakat. Positive deviance didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi untuk mengatasi masalah gizi sudah ada didalam masyarakat, hanya perlu diamati untuk dapat diketahui bentuk penyimpangan positive yang ada, dari perilaku masyarakat tersebut. Upaya yang dilakukan dapat dengan memanfaatkan kearifan lokal yang berbasis pada keyakinan bahwa setiap individu memiliki kebiasaan dan perilaku khusus atau tidak umumyang memungkinkan mereka dapat menemukan caracarayang lebih baik, untuk mencegah kekurangan gizi dibanding tetangga mereka yang memiliki kondisi ekonomi yang sama tetapi tidak memiliki perilaku yang termasuk penyimpangan positif. Studi positive
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
37
deviance mempelajari mengapa dari sekian banyak bayi dan balita disuatu komunitas miskin hanya sebagian kecil yang gizi buruk. Kebiasaan keluarga yang menguntungkan sebagai inti program positive deviance dibagi menjadi tiga atau empat kategori utama yaitu pemberian makanan, pengasuhan, kebersihan dan mendapatkan pelayanan kesehatan (CORE, 2003). 2.5.1 Kebiasaan Pemberian Makan Berbagai kebiasaan baik, termasuk memberi makan anak anak berusia di atas 6 bulan dengan berbagai variasi makanan dalam porsi kecil setiap hari sebagai tambahan Air Susu Ibu (ASI), pemberian makan secara aktif dan respontif. Kebiasaan pemberian makan lebih diutamakan pada anak daripada orang tua. 2.5.2 Kebiasaan Pengasuhan Interaktif positif antara anak dan pengasuh utama atau penganti, membantu perkembangan emosi dan psikologis anak. Kebiasaan positif seperti sering melakukan interaksi lisan dengan anak, memberikan dan menunjukkan perhatian dan kasih sayang kepada anak, adanya pembagian tugas agar pengawasan dan pengasuhan anak berjalan baik dan partisipasi ayah dalam pengasuhan anak. Kebiasaan tersebut merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan anak yang normal namun seringkali terabaikan.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
38
2.5.3 Kebiasaan kebersihan Kebersihan tubuh, makanan dan lingkungan berperan penting dalam memelihara
kesehatan
serta
mencegah
penyakit
misalnya
saja
kecacingan, infeksi, diare dan yang lainnya. Salah satu kebiasaan yang bersih seperti cuci tangan dengan sabun sebelum makan dan setelah buang air besar, telah menjadi fokus kampanye WHO untuk mengurangi timbulnya penyakit diare 2.5.4 Kebiasaan Mendapatkan Pelayanan Kesehatan Selain memberikan imunisasi yang lengkap kepada anak sebelum ulang tahun pertama, pengobatan penyakit pada masa anak-anak dan pencaharian bantuan profesional pada waktu yang tepat memegang peranan penting dalam membantu memelihara kesehatan anak. 2.6
Konsep Umum Positive Deviance Dalam positive deviance, secara teoritis ada tahapan yang harus dilakukan yang disebut dengan istilah 6 “D” sebagai langkah yang harus dilalui dengan catatan yang melakukannya adalah komunitas yang bersangkutan yang didampingi oleh fasilitator. Tahapan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Define (merumuskan) tetapkan atau definisikan masalah dan solusinya, dengarkan apa penyebabnya (analisis situasi) menurut mereka/komunitas sehingga lahir problem statement dari komunitas. Misalnya, dalam suatu kelompok masyarakat, anak-anak keluarga miskin mengalami kekurangan gizi.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
39
2. Determine (Menentukan) tentukan apakah ada orang-orang dari komunitas mereka yang telah menunjukkan perilaku yang diharapkan atau menyimpang (deviants) dari keluarga miskin yang lain. Misalnya, ada anak dari keluarga miskin yang gizinya baik, sementara mereka berasal dari tempat yang sama dan menggunakan sumber yang sama 3. Discover (menemukan) cari tahu apa yang membuat “penyimpang” mampu menemukan solusi yang lebih baik dari pada tetanggganya. Misalnya, “penyimpang” memberikan makanan secara aktif kepada anaknya, memberikan makanan yang bergizi (bersumber lokal) walau tidak biasa dikonsumsi oleh orang lain, memberi makan lebih sering kepada anaknya. Pastikan “penyimpang“ tidak mendapatkan subsidi dari sanak keluarganya
yang mampu, baik yang berada di
perkampungan itu maupun di daerah lain, sehingga itu juga merupakan penyebab anak tersebut menjadi lebih sehat. 4. Design (merancang) rancang dan susun strategi yang memampukan orang lain mengakses dan mengadopsi perilaku baru tersebut. Misalnya, membuat program gizi dan peserta diwajibkan membawa food contributions berupa makanan “penyimpang” dan mempraktekkannya secara aktif. Atau ada strategi lain yang bersumber kepada kebiasaan lokal yang bisa mendukung pengadopsian perilaku “penyimpang” yang sehat tadi. 5. Discern (mengevaluasi) amati tingkat efektivitas intervensi melalui pengawasan dan monitoring yang dilakukan secara terus menerus.
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
40
Misalnya, mengukur status gizi anak-anak yang ikut program gizi dengan penimbangan dan dampaknya kepada anak-anak sepanjang waktu. Juga jangan lupa mengukur tingkat kepedulian anggota masyarakat lain terhadap peningkatan gizi anak, karena ini juga merupakan peningkatan kapasitas masyarakat terhadap kesehatan terutama gizi anak. 6. Disseminate (menyebarkan) sebar luaskan keberhasilan kepada kelompok lain yang sesuai. Misalnya mengundang ibu balita/kelompok lain
untuk
belajar
dari
ibu
balita/masyarakat
yang
sedang
mengimplementasikan pos gizi, untuk mengadopsi perilaku mereka sendiri di tempat lain dan siap berpartisipasi dalam program tersebut. Untuk pendukung juga lebih bagus dilakukan kampanye terhadap peningkatan status gizi anak yang lebih efektif dan efisien daripada pola yang konvensional. Jadikan isu ini menjadi isu komunitas, tidak isu pribadi hanya keluarga yang terkena kasus gizi buruk saja. Dari keenam langkah tersebut, langkah ketiga merupakan langkah yang sangat kritis karena membutuhkan keterampilan mengamati dan menyelidiki dengan metode yang khusus(CORE, 2003) Untuk menanggulangi masalah kurang gizi (malnutrisi), selama penyelidikan Positive Deviance mencakup perilaku pemberian makan, pengasuhan, mencari pelayanan kesehatan dan kebersihan. Hasil / temuan penyelidikan Positive Deviance digunakan untuk merancang program intervensi yang disebut Kegiatan Pos Gizi dan hasilnya dapat
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
41
dilihat pada perubahan perilaku pada anak balita, pengasuh, keluarga, dan tetangga (CORE, 2003). 2.7
Keuntungan Pendekatan Positive Deviance. Beberapa keuntungan pendekatan positive deviance, yaitu : (CORE,2003)
2.7.1 Cepat pendekatan ini memberikan solusi yang dapat menyelesaikan masalah dengan segera. 2.7.2 Terjangkau, positive deviance dapat dijangkau dan keluarga tidak perlu bergantung pada sumber daya dari luar untuk mempraktekkan perilaku baru. Pelaksanaannya lebih murah tetapi efektif dibandingkan mendirikan pusat rehabilitasi gizi atau melakukan intervensi rumah sakit. 2.7.3 Partisipatif, partisipasi masyarakat merupakan salah satu komponen penting dalam rangka mencapai keberhasilan pendekatan positive deviance. Masyarakat memainkan peran sangat penting dalam keseluruhan proses mulai dari menemukan perilaku dan strategi sukses di antara masyarakat sampai mendukung ibu balita setelah kegiatan berakhir. 2.7.4 Berkesinambungan,
pendekatan
positive
deviance
merupakan
pendekatan berkesinambungan karena berbagai perilaku baru sudah dihayati dan berlanjut setelah kegiatan berakhir. Kegiatan ini tidak hanya merubah perilaku anggota keluarga secara individu, tetapi juga
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
42
mengubah cara pandang masyarakat terhadap kekurangan gizi serta kemampuan mereka untuk mengubah situasi. 2.7.5 Asli, karena solusi sudah ada ditempat itu, maka kemajuan dapat dicapai secara cepat tanpa banyak menggunakan analisis atau sumber daya dari luar. Pendekatan tersebut dapat diterapkan secara luas karena pelaku positive deviance selalu ada di setiap masyarakat. 2.7.6 Secara Budaya Dapat Diterima, karena pendekatan ini didasarkan pada perilaku setempat yang diidentifikasikan dalam kontek sosial, etnik, bahasa dan agama di setiap masyarakat, maka sesuai dengan budaya setempat 2.7.7 Berdasarkan
Perubahan
Perilaku,
pendekatan
ini
tidak
mengutamakan perolehan pengetahuan, namun ada tiga langkah proses perubahan perilaku yang termasuk didalamnya, yaitu penemuan (penyelidikan), demontrasi (kegiatan pos gizi), dan persiapan penerapan (kegiatan pos gizi dan di rumah).
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.8
43
Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
Tabel 2.2 Praktek Pemberian Makan Bayi dan Anak yang dianjurkan Usia
Mulai berikan makanan tambahan ketika anak berusia 6 bulan
Dari usia 6 sampai 9 Bulan
Frekuensi (per hari) 2 sampai 3 kali makan ditambah ASI
2 - 3 kali makan ditambah ASI
Rekomendasi Berapa Tekstur banyak (kekentalan/ setiap kali makan konsistensi) Mulai dengan 2 Bubur kental sampai 3 sendok makan. Mulai dengan pengenalan rasa dan secara perlahan tingkatkan jumlahnya 2 sampai 3 sendok makan penuh setiap kali makan
1-2 kali makanan selingan Dari usia 9 sampai 12 Bulan
Tingkatkan secara perlahan sampai setengah (1/2) dari cangkir/mangkuk 3- 4 kali makan Setengah berukuranmangkuk 250 ditambah ASI berukuran 250 ml ml 1-2 kali makanan selingan
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
Bubur kental / makanan keluarga yang dilumatkan
Makanan keluarga yang dicincang/ dicacah. Makanan dengan potongan kecil yang dapat dipegang Makanan yang diirisiris
Variasi
ASI (bayi disusui sesering yang diinginkan) + Makanan hewani (makanan lokal) + Makanan pokok (bubur, makanan lokal lainnya) + Kacang (makanan lokal) + Buah-buah / sayuran (makanan
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Dari usia 12-24 bulan
Catatan: Jika anak kurang dari 24 bulan tidak diberi ASI
Pemberian makanan aktif/responsif (waspada dan responsif terhadap tanda-tanda yang ditunjukkan oleh bayi bahwa ia siap untuk makan; dorong bayi/anak untuk makan tapi jangan dipaksa Kebersihan
3 sampai 4 kali Tiga perempat dari makan mangkuk ukuran ditambah ASI 250 ml 1 sampai 2 kali makanan selingan(snack) bisa diberikan Tambahkan 1-2 kali makan ekstra
Sama dengan di atas- menurut kelompok Usia
44
Makanan yang diirisiris
lokal)
Makanan keluarga Sama dengan di atasmenurut kelompok usia
Sama dengan di atas, dengan penambahan 1 sampai 2 gelas susu per hari 1 sampai 2 kali + makanan 2 sampai 3 kali selingan bisa cairan tambahan diberikan terutama di daerah dengan udara panas Bersabarlah dan dorong terus bayi Anda untuk makan lebih banyak Jika bayi Anda menolak untuk makan, terus dorong untuk makan; pangkulah bayi Anda sewaktu ia diberi makan, atau menghadap ke dia kalau ia dipangku oleh orang lain Tawarkan makanan baru berkali-kali, anak-anak mungkin tidak suka (tidak mau menerima) makanan baru pada awalnya. Waktu pemberian makan adalah masa-masa bagi anak untuk belajar dan mencintai. Berinteraksilah dengannya dan kurangi gangguan waktu ia diberi makan. Jangan paksa anak untuk makan. Bantu anak yang lebih tua untuk makan Berikan makan kepada bayi dalam mangkuk/piring yang bersih; jangan gunakan botol karena susah dibersihkan dan dapat menyebabkan bayi mengalami diare. Cuci tangan Anda dengan sabun sebelum menyiapkan makanan, sebelum makan dan sebelum memberi makan anak. Cuci tangan anak Anda dengan sabun sebelum ia makan. Beberapa hal untuk bahan diskusi mengenai kebersihan: - Awali dengan memberikan pujian - Gunakan KK untuk memulai diskusi: “Apa yang harus dilakukann di lingkungan rumah kita serta untuk kebersihan diri kita” - Gunakan Kegiatan Kelompok Berorientasi Tindakan untuk diskusi
Diadaptasi dari WHO Infant and Young Child Feeding Counselling An ntegrated Couse (2006)
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
45
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
46
PRASTIWI TRIJANTI
ADLN- PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
TESIS
PENGARUH POLA ASUH IBU BALITA ....
47
PRASTIWI TRIJANTI