ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
19
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Cetak Alginat Salah satu bahan cetak ireversibel yang sering digunakan sejak lama adalah bahan cetak alginat. Bahan cetak alginat ditemukan oleh seorang ahli kimia dari Skotlandia. Beliau memperhatikan bahwa rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae) bisa menghasilkan suatu ekstrak lendir yang bernama algin. Substansi alami ini diidentifikasi sebagai suatu polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan dinamakan asam alginik. Alginat yang sering digunakan adalah dalam bentuk bubuk yang dicampur dengan air. Bahan cetak alginat ini dimanipulasikan dengan mencampurkan bubuk dan air sesuai dengan aturan pabrik. Bubuk alginat mengandung sodium alginat, kalsium sulfat, trisodium posfat, diatomaceous earth, seng oksida, dan potasium titanium fluor (Anusavice 2003, p. 239). Bahan cetak alginat memiliki kualitas detail permukaan yang baik dan reaksi yang cepat pada suhu yang lebih tinggi. Bahan ini bersifat non toksik dan non iritan. Bahan cetak alginat mempunyai kelebihan seperti mudah digunakan, murah, dan setting time yang cepat. Setting time dapat dikontrol dengan suhu air yang digunakan. Alginat memiliki kelemahan yaitu kurang akurat untuk mendapatkan detail dan kurang dapat mempertahankan stabilitas dimensi. Umumnya alginat digunakan sebagai cetakan awal untuk membuat sendok cetak individual, membuat model studi yang membantu dalam pembuatan rencana perawatan dan diskusi dengan pasien, bahan cetak mahkota dan jembatan
5 SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
20
sementara, untuk model ortodontik, mouth guard, dan sebagainya. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi (Anusavice 2003, p. 239).
2.1.1 Struktur Kimia Alginat Asam alginat atau ganggang laut coklat merupakan bahan dasar alginat yang dibentuk dari tumbuh-tumbuhan laut yang sebagian besar terdiri dari garam potasium dan garam sodium. Asam alginat mempunyai berat molekul yang besar dan terdiri atas kopolimer anhydro-beta-D-mannuronic acid dan anhydro-beta-Dguluronnic acid.
Gambar 2.1 Struktur formula asam alginat (Anusavice 2003, p. 240)
2.1.2 Komposisi Alginat Komposisi bahan cetak alginat, fungsi, dan persentase berat dari masingmasing komponen ditunjukkan pada tabel berikut ini.
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
21
Tabel 2.1 Komponen dan fungsi bubuk bahan cetak alginat (O’Brien 2002, p. 96) KOMPONEN Sodium atau alginate salt Calcium sulfate
JUMLAH (%)
potassium
18
Untuk melarutkan powder dalam air
14
Untuk bereaksi melarutkan powder alginate dari bentuk unsoluble calcium alginate Untuk bereaksi dengan calcium sulfate dan sebagai retarder Untuk kontrol konsistensi pencampuran dan fleksibilitas bahan cetak Untuk kontrol pH Untuk menetralkan efek penghambat kekerasan selama pembuatan model gips atau die material Untuk melapisi partikel-partikel powder untuk meminimalkan debu selama pengadukkan Untuk memberikan warna
Sodium phospate
2
Diatomaceous earth atau silicate powder Sodium silicofluoride Potassium sulfate atau potassium zinc fluoride
56 4 10
Organic glycol Pigment’s Quaternary compounds chlorhexidine Phenylalanine
ammonium atau
FUNGSI
Untuk memberikan self desinfection Untuk bahan pemanis
2.2.3 Proses Gelasi Bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk gel. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat: ( O’Brien 2002, p. 96) 2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4 Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan membentuk gel: (O’Brien 2002, p. 96; Powers & Wataha 2008, p. 172) Na alginat + CaSO4 (bubuk)
SKRIPSI
H2O
Ca alginat + Na2SO4 (gel)
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
22
Menurut kecepatan proses gelasinya, alginat dibedakan menjadi dua jenis, yakni: (Anusavice 2003, p. 240) 1. Quick Setting Alginate, mengeras dalam 1 menit dan digunakan untuk mencetak rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual. 2. Regular Setting Alginate, mengeras dalam 3 menit dan dipakai untuk pemakaian rutin.
2.1.4 Perubahan Dimensi Alginat merupakan bahan cetak hidrokoloid yang mempunyai sifat-sifat antara lain mudah mengalami evaporasi, sineresis, maupun imbibisi. Sifat-sifat tersebut dapat mempengaruhi dimensi alginat. Perubahan dimensi dapat diminimalkan dengan cara memperhatikan manipulasi alginat, proses pencetakan alginat, pembersihan cetakan alginat, serta pemeliharaan cetakan alginat (Haryanto dkk 1995, p. 63). 2.1.4.1 Manipulasi Suhu air mempengaruhi waktu pengerasan alginat. Pemakaian air dengan suhu yang tinggi akan mempercepat setting time
dan sebaliknya,
pemakaian air dengan suhu rendah akan memperlambat setting time. (O’Brien 2002, p. 96). Temperatur penyimpanan dan kelembaban udara merupakan faktor
yang mempengaruhi bahan cetak alginat. Pada keadaan apapun lebih baik menyimpan bahan tersebut pada lingkungan yang dingin dan kering, selain itu tidak menyimpan persediaan alginat lebih dari setahun dalam praktik dokter gigi (Haryanto dkk 1995, p. 63).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
Perbandingan
bubuk
dan
air
serta
waktu
pengadukan
23
juga
mempengaruhi hasil adonan alginat. Perbandingan bubuk dan air yang tidak tepat menghasilkan gel lemah dan kurang elastik. Pengadukan yang tidak sempurna menyebabkan campuran tidak tercampur sempurna, sehingga reaksi kimia yang berlangsung selama pengadukan tidak seragam dan akan terjadi porous (Haryanto dkk 1995, p. 63). Bahan cetak yang telah dimanipulasi dapat mengalami perubahan dimensi oleh proses sineresis, penguapan, dan imbibisi. Bila kandungan air dalam cetakan berkurang, cetakan akan mengerut, dan jika menyerap air maka cetakan akan mengembang. Perubahan dimensi perlu dipertimbangkan dalam kedokteran gigi, karena perubahan dimensi apapun yang terjadi, menyebabkan hasil cetakan tidak akurat (Haryanto dkk 1995, p. 63). 2.1.4.2 Pencetakan Penempatan adonan alginat ke dalam sendok cetak, diusahakan tidak ada udara terjebak. Semua bagian sendok cetak terisi dengan baik, dan lubang pada sendok cetak terisi semua. Alginat dapat terlepas pada saat sendok cetak dikeluarkan dari mulut bila tidak memenuhi prosedur tersebut ( O’Brien 2002, p. 96; Anusavice 2003, p. 242). Sendok cetak dikeluarkan dari mulut dengan gerakan sejajar sumbu panjang gigi. Kadang-kadang sendok cetak harus dikeluarkan dengan cara melepas dari arah sisi kiri atau kanan, tetapi hendaknya hal ini dilakukan dengan sangat hati-hati untuk mencegah terjadinya distorsi (Haryanto dkk 1995, p. 70).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
24
2.1.4.3 Pembersihan Cetakan Alginat Setelah dikeluarkan dari mulut, cetakan alginat harus dibersihkan dari saliva dengan mencuci cetakan di bawah aliran air. Kelebihan air dibuang dengan mengibaskan cetakan (Mitchell & Mitchell 2009, p. 686) atau dikeringkan dengan tiupan udara (Haryanto dkk 1995, p. 72). Bila ada lendir saliva dan tidak dapat dibersihkan dengan air, cetakan dapat ditaburi bubuk atau adonan gips yang sangat encer kemudian dibersihkan dengan aliran air sampai semua lendir terbawa (Haryanto dkk 1995, p. 72). 2.1.4.4 Pemeliharaan Cetakan Alginat Kekurangan cetakan alginat adalah dimensinya tidak stabil saat mengeras. Cetakan alginat harus segera diisi dengan gipsum sesegera mungkin, tidak lebih dari 60 menit, atau cetakan akan menjadi tidak akurat dan perlu dilakukan pencetakan ulang karena dimensi yang tepat telah hilang (Jeddy 2001, p. 2; Walker et al 2010, p. 1110). Jika masih ada sisa air di permukaan cetakan, atau cetakan terlalu lama direndam di dalam cairan yang mengandung air lebih dari 10 menit, maka akan terjadi imbibisi yang menyebabkan alginat mengembang. Sebaliknya, jika cetakan dibiarkan kering di udara terbuka, akan terjadi penguapan air dengan akibat mengerutnya alginat. Untuk mencegah hal-hal tersebut, cetakan alginat diletakkan dalam udara lembab atau membungkus dengan kain basah atau paling aman dimasukkan ke dalam humidor yang mempunyai kelembaban atmosfir 100% (Basker et al 1994, p. 132; Haryanto dkk 1995, p. 75).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.1.5
25
Pengisian Cetakan Alginat Dalam proses pengisian, rasio antara bubuk gipsum dan air harus sesuai
dengan petunjuk pabrik. Adonan terlalu encer akan menghasilkan model yang rapuh. Sebaliknya, adonan yang terlalu kental akan menyebabkan distorsi alginat karena tekanan gipsum saat dituang ke dalam cetakan. Vibrasi berlebih juga dapat menyebabkan distorsi alginat. Adanya eksudat mukus pada permukaan cetakan akan memperlambat reaksi kimia pada permukaan gipsum dan menghasilkan permukaan kasar pada model. Hal ini dapat dihindarkan dengan penggunaan larutan pengeras K2SO4 2%. Larutan ini berguna untuk mendapatkan permukaan halus dari model, mempercepat pengerasan bahan gipsum, dan memperoleh konsistensi permukaan model yang lebih padat (Haryanto dkk 1995, p. 75). Waktu penyimpanan cetakan alginat sampai diisi dengan gipsum tidak boleh lebih dari 30 menit (Walker 2010, p. 1112). Setelah cetakan diisi adonan gipsum, sendok cetak harus diletakkan pada supporting jig atau bagian posterior sendok cetak diberi alas gulungan kapas, supaya tidak terjadi penekanan pada ujung alginat pada sendok (Haryanto dkk 1995, p. 75).
2.1.6
Melepas Model dari Cetakan Cara melepas model dari cetakan segera setelah gipsum mengeras,
kurang lebih 30-60 menit, model gipsum harus segera dilepas dari cetakan sehingga permukaan model gipsum akan tetap halus. Bila cetakan dibiarkan dan baru dilepas keesokan hari, alginat biasanya mengerut dan keras, sehingga bagianbagian halus pada model gipsum bisa patah (Haryanto dkk 1995, p. 75).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
2.2
26
Kontrol Infeksi
2.2.1 Infeksi Silang Semua pekerja kesehatan termasuk dokter gigi, penyuluh kesehatan, perawat, dan pekerja laboratorium amat rentan terhadap bakteri-bakteri patogen. Di ruang praktik dokter gigi maupun di laboratorium, tempat-tempat yang berpotensi menjadi sumber infeksi (Ghahramanloo et al 2009, p. 471; Bhat et al 2001, p. 62). Danger zone dalam ruang praktek dokter gigi berawal dari tiga hal penting dalam transmisi, yaitu droplet infection atau aerosol infection, smear infection atau indirect infection, dan yang terakhir adalah direct contact transmission dari satu orang ke orang lain (Rahma 2010, p. 17). Infeksi adalah berkembangbiaknya mikroorganisme asing pada manusia disertai dengan respons imunologik dengan gejala klinik atau tanpa gejala klinik (O’Brien 2002, p. 96). Infeksi silang adalah transmisi bakteri patogen dari seorang pasien ke pasien lain (Baum 1997, p. 107). Saliva dan darah adalah media untuk perpindahan mikroorganisme patogen rongga mulut, penyebab infeksi pada rongga mulut. Dokter gigi dalam proses mencetak gigi dan jaringan rongga mulut menggunakan bahan cetak alginat, juga dapat terpapar oleh mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan infeksi silang, seperti penyakit pneumonia, tuberkulosis, herpes, hepatitis dan AIDS (Miller & Charles 1994, p. 8; van Noort 2007, p. 205). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada cetakan alginat, jumlah mikroorganisme yang terbawa dua kali sampai lima kali lebih banyak daripada cetakan elastomer. Selain itu mikroorganisme dapat bertahan pada model kerja gipsum sampai 7 hari (Miller & Charles 1994, p. 8; Samra & Bhide 2010, p. 185).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
27
2.3.2 Disinfeksi Cetakan Alginat Disinfeksi merupakan proses membunuh atau menghilangkan organisme patogen dari suatu bahan atau objek, tidak termasuk endospora bakteri, sehingga tidak menimbulkan ancaman atau infeksi (Samaranayake 2002, p. 142). Disinfektan adalah bahan-bahan kimia yang dapat membunuh organisme patogen bila diaplikasikan pada benda mati (Baum 1997, p. 107). Bahan cetak alginat yang digunakan dalam bidang kedokteran gigi mempunyai potensi terkontaminasi mikroorganisme patogen rongga mulut. Berdasarkan hal tersebut, dianjurkan untuk melakukan disinfeksi pada cetakan alginat memakai bahan disinfektan (Sofou et al 2002, p. 104). 2.3.2.1 Bahan Disinfeksi Cetakan Alginat Samaranayake (2002, p. 144) mengkatagorikan disinfeksi menjadi tiga tingkatan berdasarkan kemampuan membunuh berbagai kelompok organisme, antara lain : a.
Disinfeksi tingkat tinggi Disinfeksi tingkat tinggi aktif terhadap bakteri gram positif dan bakteri gram negatif, spora dan Mycobacterium tuberculosis.
b.
Disinfeksi tingkat sedang Disinfeksi tingkat sedang membunuh Mycobacterium tuberculosis, bakteri vegetatif, kebanyakan virus dan jamur, serta beberapa spora.
c.
Disinfeksi tingkat rendah Disinfeksi tingkat rendah membunuh hampir semua bakteri dan jamur tetapi tidak membunuh Mycobacterium tuberculosis.
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
28
Bahan disinfeksi yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorida, iodofor (biocide), fenol, glutaraldehide (sporicidin), glyoxal glutaraldehid (impresept), dan klorheksidin (Febriani & Herda 2009, p. 41). Untuk disinfeksi bahan cetak alginat, O’Brien (2007, p. 96) menyarankan untuk melakukan perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit atau iodophor. Jenis disinfektan ini hanya berpengaruh kecil terhadap perubahan dimensi yang diukur pada model gips (Oderinu et al 2007, p. 72; Hiraguchi 2010, p. 312). Sebuah survei yang dilakukan di Hong Kong menunjukkan bahwa sodium hipoklorit merupakan larutan disinfeksi bahan cetak yang paling banyak digunakan dokter gigi swasta (73%), diikuti oleh glutaraldehid (15%), alkohol (8%), hidrogen peroksida (4%), dan selebihnya menggunakan produk bermerk (8%) (Pang & Millar 2006, p. 90). 2.3.2.2 Teknik Disinfeksi Cetakan Pemakaian disinfektan pada bahan cetak dapat dengan cara perendaman ataupun penyemprotan dengan menggunakan sprayer. Lamanya perendaman atau penyemprotan tergantung dari jenis disinfektan yang digunakan (Febriani & Herda 2009, p. 42). Berdasarkan aplikasi praktisnya, disinfeksi dengan teknik perendaman dianggap sebagai metode yang paling sesuai dan aplikatif untuk dokter gigi. Sementara itu, disinfeksi dengan teknik penyemprotan dengan menggunakan sprayer dianggap sebagai metode yang paling efektif dan praktis bila jarak tempat pencetakan dengan laboratorium dental cukup jauh (Hiraguchi 2010, p. 313). Survei tentang teknik disinfeksi bahan cetak menunjukkan bahwa sebagian sebagian besar dokter gigi swasta di Hong Kong merendam cetakannya
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
29
ke dalam disinfektan (69%). Sementara itu, teknik lain yang juga dipakai yakni dengan menggunakan sprayer (23%) (Pang & Millar 2006, p. 90). Anusavice (2003, p. 226), McCabe & Walls (2008, p. 145), serta Gladwin & Bagby(2009, p. 264)
menyebutkan untuk menghindari terjadinya kontaminasi silang maka
sebaiknya cetakan alginat setelah dikeluarkan dari mulut direndam dalam larutan antiseptik selama 10 menit. Anusavice (2003, p. 226) juga menyebutkan penggunaan metode disinfektan cetakan alginat dengan cara disemprot selama 10 menit.
2.3
Daun Sirih (Piper betle L.)
Gambar 2.2 Daun sirih (Piper betle L.) dengan lebar 7 cm Klasifikasi daun sirih (Piper betle L.) (Caburian & Osi 2010, p. 2) :
SKRIPSI
Divisio
: Spermatophyta
Sub divisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Piperales
Famili
: Piperaceae
Genus
: Piper
Spesies
: Piper betle L.
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
30
Daun sirih merupakan tumbuhan yang berasal dari Hindia Barat. Sirih termasuk jenis tumbuhan merambat dan bersandar pada batang pohon lain. Daun sirih sudah lama dipakai oleh orang Indonesia dan bangsa-bangsa Asia lainnya, sebagai bahan untuk mengobati penyakit. Pengobatan tradisional yang dilakukan berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang terbatas, belum berdasarkan penelitian secara medis-farmakologis (Moeljanto & Rini 2003, p. 7).
2.3.1 Deskripsi Tanaman Sirih Sirih merupakan tanaman yang tumbuh merambat atau menjalar. Batangnya berwarna cokelat kehijauan, bulat, dan beruas yang merupakan tempat keluarnya akar. Daun berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselangseling, bertangkai, teksturnya agak kasar jika diraba, dan mengeluarkan bau yang sedap jika diremas. Panjang daun 6-17.5 cm dan lebar 3.5-10 cm. warna daun sirih bervariasi dari kuning, hijau, sampai hijau tua. Sirih berbunga majemuk yang berbentuk bulir dan merunduk. Bunga sirih dilindungi oleh daun pelindung yang berbentuk bulat dengan diameter 1 mm. buah terletak tersembunyi, berbentuk bulat, berdaging, dan berwarna kuning kehijauan hingga hijau keabu-abuan. Tanaman sirih memiliki akar tunggang yang bentuknya bulat dan berwarna cokelat kekuningan. Sirih hidup subur dengan ditanam di daerah tropis dengan ketinggian 300-1000 m di atas permukaan laut terutama di tanah yang banyak mengandung bahan organik dan air (Moeljanto & Rini 2003, p. 8).
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
31
2.3.2 Kandungan Daun Sirih Daun sirih 100 gram mengandung: air 85,4 mg; protein 3,1 mg; karbohidrat 6,1 mg; serat 2,3 mg; yodium 3,4 mg; mineral 2,3 mg; kalsium 230 mg; fosfor 40 mg; besi ion 3,5 mg; karoten (vitamin A) 9600 iu; kalium nitrat 0,26-0,42 mg; tiamin 70 mg; riboflavin 30 mg; asam nikotinal 0,7 mg; vitamin C 5 mg; kanji 1,0-1,2%; gula non reduksi 0,6-2,5%; gula reduksi 1,4-3,2% (Agustin 2005, p. 45). Minyak atsiri daun sirih terdiri dari: alilkatekol 2,7-4,6%; kadinen 6,79,1%; karvakol 2,2-4,8%; kariofilen 6,2-11,9%; kavibetol 0,0-1,2%; kavikol 5,18,2%; cineol 4,6-6,2%; eugenol 26,8-42,5%; eugenol metil eter 26,8-15,58%; pirokatekin. Kavikol merupakan komponen pendukung yang terurai dari daun sirih, memberikan bau khas dan memiliki daya bunuh bakteri lima kali lebih besar dari fenol biasa. Minyak atsiri yang terkandung dalam infusa daun sirih di dalamnya terdapat senyawa fenol yang bersifat bakterisid. Apabila terjadi interaksi antara senyawa fenol dengan dinding sel mikroorganisme, akan terjadi denaturasi protein dan meningkatkan permeabilitas mikroorganisme. Interaksi antar mikroorganisme mengakibatkan perubahan keseimbangan muatan dalam molekul protein, sehingga terjadi perubahan struktur protein dan menyebabkan terjadinya koagulasi. Protein yang mengalami denaturasi dan koagulasi akan kehilangan aktivitas fisiologis sehingga tidak dapat berfungsi dengan baik. Perubahan struktur protein pada dinding sel bakteri akan meningkatkan permeabilitas sel sehingga pertumbuhan sel akan terhambat dan kemudian sel menjadi rusak. Senyawa kariofilen bersifat antiseptik dan anestesi lokal, sedangkan senyawa eugenol bersifat antiseptik dan analgesik topikal (Agustin
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
32
2005, p. 46). Daun sirih juga memiliki efek antibakteri terhadap Streptococcus mutans, Streptococcus sanguis, Streptococcus viridians, Actinomyces viscosus, dan Staphylococcus aures (Natalina & Rahim 2007, p. 11).
2.4 Infusa Infusa merupakan sediaan cair yang dibuat dengan cara mengekstraksi simplisia nabati dengan air pada suhu 900C selama 15 menit (Depkes RI 1995, p. 17). Simplisia adalah bahan baku alamiah yang digunakan untuk membuat ramuan tradisional yang belum mengalami pengolahan apa pun. Ditinjau dari asalnya, simplisia digolongkan menjadi simplisia nabati dan hewani. Simplisia hewani berasal dari hewan, baik yang masih utuh, organ-organnya, maupun kandungan zat-zat yang berguna sebagai obat dan belum berupa zat kimia murni. Simplisia nabati berasal dari tanaman, baik yang masih utuh, bagian-bagiannya, maupun zat-zat nabati yang dipisahkan dari tanamannya dan belum berupa zat kimia murni. Sumber simplisia nabati sampai saat ini berupa tumbuhan liar dan dan tanaman budi daya. Teknik infusa mempunyai beberapa keuntungan bila dibandingkan dengan teknik pembuatan ekstrak, yaitu karena teknik infusa lebih murah, lebih cepat, dan alat serta caranya sederhana. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan sediaan infusa, antara lain (Depkes RI 1995, p. 17) : a. Jumlah simplisia Kecuali dinyatakan lain, infusa yang mengandung bukan bahan berkhasiat keras dibuat dengan menggunakan 10% simplisia. b. Derajat kehalusan simplisia
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
33
Simplisia yang digunakan untuk sediaan infusa harus mempunyai derajat halus tertentu. Sebagai contoh : a.) Serbuk (5/8) : daun kumis kucing, daun sirih b.) Serbuk (8/10) : dringo, kelembak, c.) Serbuk (10/22): temu lawak, jahe d.) Serbuk (22/60): kulit kina, akar ipeka e.) Serbuk (85/120): daun digitalis c. Jumlah air yang ditambahkan Untuk simplisia yang telah dikeringkan perlu ditambahkan air ekstra, disamping jumlah air yang sesuai dengan perbandingan yang dikehendaki dalam resep. Umumnya air ekstra yang diperlukan adalah 2x berat simplisia. d. Lama pemanasan Proses penyarian infusa dilakukan pada suhu 900C selama 15 menit. e. Pengadukan Agar proses penyaringan dapat lebih baik, maka selama pemanasan perlu diaduk (minimal 4x). f. Penyaringan Pada umumnya infusa diserkai selagi panas, kecuali infusa simplisia yang mengandung minyak atsiri, diserkai (disaring) setelah dingin.
SKRIPSI
TEKNIK DISINFEKSI CETAKAN ...
RIDHA DWI ADI NOVITASARI