BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pestisida Istilah pestisida merupakan terjemahan dari pesticide (Inggris) yang berasal dari bahasa latin pestis dan caedo yang bisa diterjemahkan secara bebas menjadi racun untuk mengendalikan jasad pengganggu. Istilah jasad pengganggu pada tanaman sering juga disebut dengan organisme pengganggu tanaman (OPT). Pestisida sering digunakan sebagai pilihan utama untuk memberantas organisme pengganggu tanaman. Sebab pestisida mempunyai daya bunuh yang tinggi, penggunaannya mudah, dan hasilnya
cepat untuk diketahui. Namun bila
aplikasnya kurang bijaksana dapat membawa dampak pada pengguna, hama sasaran, maupun lingkungan yang sangat berbahaya (Wudianto.1988). 2.1.1. Jenis Pestisida Dari banyaknya jenis jasad pengganggu yang bisa mengakibatkan fatalnya hasil pertanian, pestisida ini diklasifikasikan lagi menjadi beberapa macam sesuai dengan sasaran yang akan dikendalikan. 1. Insektesida Insektesida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang bisa mematikan semua serangga. Serangga adalah binatang yang 26% spesiesnya merugikan manusia karena herbivor atau fitofak, sedang sebagian lainnya merugikan manusia karena menyebarkan penyakit pada manusia dan binatang ternak. Walau demikian ada pula serangga yang sangat penting misalnya serangga penyerbuk (pollinator), pengurai (dekomposer), predator dan parasitoid pada serangga lain, penghasil bahan berguna (lebah madu), dan sebagainya. Ukuran sangat beragam. Ada yang besarnya kurang dari 0,25 mm, tetapi ada juga yang bisa mencapai 25 cm. Secara umum tubuh serangga terdiri atas kepala, dada, dan perut. Pada dadanya ini terdapat 6 ruas kaki yang dapat bergerak.
Universitas Sumatera Utara
Untuk membunuh serangga, insektesida masuk dalam tubuh serangga melalui lambung, kontak, dan alat pernafasan. a. Insektesida
dapat
meracuni
lambung
(stomach
poisons)
bila
insektesida masuk dalam tubuh bersama bagian tanaman yang dimakannya. Akibatnya alat pencernaan akan terganggu. Insektesida seperti ini sangat efektif untuk mengendalikan serangga yang mulutnya bertipe penggigit dan pengunyah. b. Insektesida kontak (contact poisons) akan masuk tubuh serangga melalui kutikulanya. c. Insektesida masuk ke tubuhnya melalui pernapasan. Sebagai misal fumigasi hama gudang dapat mematikan hama yang mengisap gas beracun dari fumigan. 2. Fungisida Fungisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun dan bisa digunakan untuk memberantas dan mencegah fungi/cendawan. Pada umumnya cendawan berbentuk seperti benang halus yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang. Namun, kumpulan dari benang halus ini yang disebut miselium bisa dilihat dengan jelas. Miselium ini bisa tumbuh diatas atau dalam tubuh inang. Warna miselium ini ada yang putih, cokelat, hitam, dan lain-lain. Cendawan akan berkembang pesat bila kondisi sekitarnya sangat lembab, tanah asam dan selalu basah dengan suhu sekitar 25-30 derajad Celcius. Selain merusak tanaman yang masih hidup, cendawan juga menghancurkan kayu bangunan. Secara umum gejala yang timbul akibat serangga cendawan adalah klorosis atau perubahan warna pada jaringan tanaman, pembusukan pada akar, batang, daun, atau bagian tanaman lain, muncul bulu-bulu halus yang menutupi daun atau batang, dan sebagainya. 3. Bakterisda Disebut bakterisida karena senyawa ini mengandung bahan aktif beracun yang bisa membunuh bakteri. Serangan bakteri pada tanaman cukup merugikan petani. Tumbuhan tingkat rendah yang sangat kecil ini dilihat dari bentuknya
Universitas Sumatera Utara
ada yang bulat, berbentuk batang dan spiral. Panjangnya antara 0,15-6 mikron dan berkembang biak dengan membelah diri. Dengan ukurannya yang sangat kecil ini bakteri mudah menerobos masuk dalam tanaman inang melalui luka, stomata, pori air, kelenjar madu, dan lentisel. Di dalam tanaman, bakteri ini akan bereaksi menimbulkan penyakit sesuai tipenya -
Tipe penyakit pembuluh pengangkut air
Bakteri ini memenuhi pembulu pengangkut air dan mengakibatkan jalannya air dari akar ke daun terhambat sehingga daun menjadi layu. Contohnya bakteri Pseudomonas solanacearum yang menyebabkan busuk cokelat pada kentang, terung, dan tomat. -
Tipe penyakit jaringan parenkim
Dengan terserangnya jaringan parenkim akan terjadi nekrosis atau pembusukan bagian tanaman yang terserang. -
Tipe penyakit hyperplastis
Bakteri ini merangsang perkembangan sel tanaman lebih cepat dari biasanya sehingga terbentuk bintil, tumor, bonggol, atau pembengkakan.
4. Nematisida Nematoda yang bentuknya seperti cacing kecil ini ada yang panjangnya lebih dari 1 cm walaupun pada umumnya panjangnya kurang dari 200 sampai 1000 milimikron. Hidup pada lapisan tanah bagian atas. Adanya serangan nematoda pada akar bisa ditandai dengan adanya gejala yang tampak pada akar ataupun bagian tanaman diatas permukaan tanah. Akar yang terisi nematoda endoparasit atau semi endoparasit akan bereaksi dengan membentuk tumor atau bisul yang cukup besar seperti bonggol. Luka bekas serangan nematoda dapat terjangkiti cendawan atau bakteri sehingga menimbulkan penyakit sekunder. Dengan akar yang tidak sehat distribusi unsur hara menjadi tersendat. Akibatnya pertumbuhan tanaman terhambat, kerdil, klorosis dan sering kali diikuti layu, daun gugur, atau ujung tanaman mati. Akibat lainnya titik tumbuh mengalami kelainan sehingga daun keriting, membengkok, berbelit, atau batang bertumor. Racun yang dapat mengendalikan nematoda ini
Universitas Sumatera Utara
disebut
nematisida.
Umumnya
nematisida
berbentuk
butiran
yang
penggunaannya bisa dengan cara ditaburkan atau dibenammkan dalam tanah. Walaupun demikian ada pula yang berbentuk larutan dalam air yang penggunaannya dengan cara disiramkan 5. Akarisida Akarisida atau sering juga disebut dengan mitisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk membunuh tungau, caplak, dan laba-laba. Tungau adalah binatang kecil yang besarnya kurang dari 0,5 mm, berkaki 8, dan berkulit lunak dengan kerangka khitin. Warnanya bermacam-macam, ada yang merah, kuning dan ada pula yang hijau. Bagian tanaman yang diserang adalah daun, batang, dan buah. Bagian tanaman yang diserangnya akan mengalami perubahan warna, bentuk, timbul bisul-bisul, atau buah rontok sebelum waktunya. Jenis tungau merah terkenal sangat ganas. Lebih dari seratus jenis tanaman diserangnya. Dengan tubuhnya yang sangat kecil, tungau mudah tersebar melalui angin, terbawa manusia, binatang, alat pertanian,biji, dan lainnya. 6. Rodentisida Rodentisida adalah bahan yang mengandung senyawa kimia beracun yang digunakan untuk mematikan berbagai jenis binatang pengerat misalnya tikus. Tikus juga merupakan organisme pengganggu yang banyak merugikan manusia. Di bidang pertanian, tikus sering menyerang tanaman pangan, hortikultura, dan tanaman perkebunan dalam waktu yang singkat dengan tingkat kerugian yang cukup besar. Berbagai stadia umur tanaman diserangnya, mulai dari pembibitan, masa pertumbuhan, sampai hasil panen yang tersimpan dalam gudang. Dipeternakan, tikus sering mengambil pakan ternak. Dan bahkan tikus dapat menjadi sarana bagi beberapa patogen yang dapat menimbulkan penyakit bagi manusia dan hewan piaraan. Masalahnya tikus sangat terampil menghindar terhadap setiap tindakan pengendaliaan. Oleh karena itu rodentisida yang efektif biasanya dalam bentuk beracun.
Universitas Sumatera Utara
7. Molukisida Molukisida adalah pestisida untuk membunuh meluska, yaitu siput telanjang, siput setengah telanjang,sumpil, bekicot, serta trisipan yang banyak terdapat di tambak. Bekicot dan siput, binatang yang dapat mengeluarkan lendir ini mempunyai kebiasaan hidup bersembunyi di tempat teduh pada siang hari. Pada malam harinya moluska akan mencari makan tanaman yang sudah membusuk ataupun yang masih hidup. Berbagai jenis tanaman diserangnya, merusak persemaian dan tanaman yang baru tumbuh. Dalam perjalanannya meninggalkan jejak berupa lendir yang mengkilat. Karena sulit ditemukan disiang hari, maka pengendaliannya biasanya dengan moluskisida yang berupa umpan beracun. Contoh moluskisida adalah metapar 99 WP untuk mengendalikan
siput
pada
tanaman
selada
dan
brestan
60
untuk
mengendalikan siput tripan di tambak. Siput murbei (Pomacea sp.) merupakan hama padi yang cukup merugkan pada tanaman padi yang berumur 1-3 minggu. Siput ini bsa dikendalikan dengan moluskisida Baylucide 250 EC yang bekerja secara racun kontak dan pernapasan 8. Herbisida Herbisida adalah bahan senyawa beracun yang dapat dimanfaatkan untuk membunuh tumbuhan pengganggu yang disebut gulma. Kehadiran gulma dalam areal pertanaman sangat tidak di kehendaki karena akan menyaingi tanaman yang akan ditanam dalam memperoleh unsur hara, air dan matahari. Akibat dari serangan gulma dapat menurunkan hasil panen yang cukup besar. Persen kehilangan panen akibat gulma di negara bagian Kolumbia (Amerika Serikat) terhadap kacang-kacangan sebesar 51,1%, jagung 45,6% kentang 16,6% dan padi 54,4%. Pada pertanaman padi di indonesia, hasil penelitian menunjukan bahwa gulma mampu menurunkan bobot gabah. 9. Pestisida Lain Selain beberapa jenis pestisida di atas masih banyak jenis pestisida lain. Namun, karena kegunaannya jarang maka produsen pestisida pun belum
Universitas Sumatera Utara
banyak yang menjual. Sehingga di pasaran bisa dikatakan sulit ditemukan. Pestisida adalah sebagai berikut. a. Pisisida, adalah bahan seyawa kimia beracun untuk mengendalikan ikan mujair yang menjadi hama didalam tambak dan kolam b. Algisida, merupakan pestisida pembunuh ganggang. c. Avisida, pestisida pembunuh burung. d. Larvisida, pestisida pembunuh ulat. e. Pedukulisida, pestisida pembunuh kutu. f. Silvisida, pestisida pembunuh pohon hutan atau pembersih sisa-sisa pohon. g. Ovisida, pestisida perusak telur. h. Piscisida, pestisida pembunuh predator. i. Termisida, pestisida pembunuh rayap. j. Arborisida, pestisida pembunuh pohon, semak, dan belukar. k. Predasida, pestisida pembunuh hama vertebrata. 10. Pestisda Berperan Ganda Selain untuk satu golongan sasaran OPT seperti diatas kini dipasaran pasaran juga tersedia jenis pestisida yang berperan untuk membasmi dua atau tiga golongan OPT. Berikut jenis pestisida yang dimaksud sesuai yang terdapat dikomisi pestisida a. Akarisida, fungisida yang berguna untuk mengendalikan penyakit jamur dan tungau. Contohnya Morestan 25 WP dan Petracrex 300EC. b. Akarisida, insektesida, yaitu Mitac 200EC. c. Arborisida,, Herbisida misalnya Galon 480 EC. d. Fungisida, insektisida dan nematisida, misal Basmid G, yang dapat digunakan untuk mengendalikan nematoda yang menyerang kopi dan teh, cendawan penyebab penyakit akar gada pada kubis, dan ulat tanah yang menyerang tembakau. e. Fungisida, ZPT, misalnya Fujiwan 400 EC.
Universitas Sumatera Utara
f. Fungisda, nematisida, yaitu Ropam AS. g. Insektesida, fungisida untuk pengawet kayu yaitu impralit CKB Korpec 590 OC, Xyladecor OC (Wudianto.1988)
2.1.2.Gejala Keracunan Setiap golongan bahan aktif yang dikandung pestisida menimbulkan gejala keracunan yang berbeda-beda. Namun ada pula gejala yang ditimbulkan mirip, misalnya gejala keracunan pestisida karbamat sama dengan gejala keracunan golongan organofosfat. Oleh karena itu perhatikan bahan aktif yang tercantum dalam label kemasan pestisida yang digunakan bila terjadi sesuatu untuk ditunjukkan pada petugas kesehatan guna memudahkan pengobatannya. 1. Golongan organofosfat Bahan aktif
: Sebagian besar bahan aktif golongan ini sudah dilarang beredar di Indonesia misalnya diazinon, fention fenitrotion, fentoat, kuinalfos, dan malation. Sedangkan bahan aktif lainnya masih diizinkan. Bahan aktif dari golongan ini cukup banyak digunakan beberapa jenis pestisida. Contoh nama formulasi yang menggunakan bahan aktif golongan organofosfat adalah: - Herbisida:
Scout 180/22 AS, Polaris 240 AS, Roundup75 WSG,
- Fungisida:
Kasumiron 25/1 WP, Afugan 300 EC Rizolex50 WP,
- Insektesida: Curacron 500 EC, Voltage 560 EC, Tokuthion 500 E. Pestisida ini masuk dalam tubuh melaui mulut, kulit atau pernapasan.
Universitas Sumatera Utara
Gejala keracunan
: timbul gerakan otot tertentu, pengelihatan kabur, mata berair, mulut berbusa, banyak berkeringat, air liur banyak keluar, mual, pusing, kejang-kejang, muntahmuntah, detak jantung menjadi cepat, mencret, sesak napas, otot tidak bisa digerakkan dan akhirnya pingsan.
2. Golongan organoklor Bahan aktif
: beberapa bahan aktif golongan ini juga telah dilarang penggunaannya di Indonesia, sebagai misal dieldrin, endosulfan, dan klordan. Nama formulasi yang beredar di Indonesia adalah herbisida Garlon 480 EC dan fungisida Akofol 50 WP. Cara kerja racun ini dengan mempengaruhi sistem syaraf pusat.
Gejala keracunana : sakit kepala, pusing, mual, muntah-muntah, mencret, badan lemah, gugup, gemetar, kejang-kejang, dan kesadaran hilang. 3. Golongan karbamat Bahan aktif
: yang termasuk golongan ini antara lain karbaril dan metomil yang telah dilarang penggunaannya. Namun masih banyak formulasi pestisida berbahan aktif lain dari golongan karbamat. Sebagai contoh: - Fungisida Previcur-N, Topsin 500 F, dan Enpil 670 EC - Insektisida Curaterr 3 G, Dicarzol 25 SP. Bahan aktif bila dimasuk dalam tubuh akan menghambat
enzimkholinasterase
seperti
halnya
golongan organofosfat.
Universitas Sumatera Utara
Gejala keracunan
: sama dengan ditimbulkan oleh pestisida organofosfat, hanay saja berlangsung lebih singkat karena golongan ini cepat terurai dalam tubuh.
4. Golongan/ senyawa bipiridilium Bahan aktif
: yang termaksud golongan ini antara lain : paraquat diklorida
yang
terkandung
dalam
herbisida
Gramoxone S*, Gramox-one*, Herbatop 276 AS*, dan Para-Col*. Gejala keracunan
: 1-3jam setelah pestisida masuk dalam tubuh baru timbul sakit perut, mual, muntah-muntah, dan diare;23 hari kemudian akan terjadi kerusakan ginjal yang ditandai dengan albunuri, proteinnura haematuria, dan peringkatan kreatinin lever, serta kerusakan pada paru-paru akan terjadi antar 3-24 hari berikutnya.
5. Golongan arsen Bahan aktif
: yang termaksud golongan ini antara lain : arsen pentoksida, kemirin, dan arsen pentoksida dihidrat yang
umumnya
digunakan
untuk
insektisida
pengendali rayap kayu dan rayap tanah serta fungisida pengendali jamur kayu. Umumnya masuk dalam tubuh melalui mulut, walaupun bisa juga terserap kulit dan terisap pernafasan. Gejala keracunan
: tingkat akut akan terasa nyeri pada perut, muntah dan diare, sedangkan keracunan semi akut ditandai dengan sakit kepala dan banyak keluar ludah.
6. Golongan antikoagulan Bahan aktif
: yang termasuk golongan ini anatara lain : brodofakum (Klerat RM-B, Petrokum 0,005 RMB, Phyton 0,005 B), kumatetralil (Racumin, Tikumin 0,0037 RB), bromadiolone (Ramortal 0,005 RB, Petrolone 0,005 B) dan kumaklor yang merupakan bahan aktif rodentisida.
Universitas Sumatera Utara
Gejala keracunan
: nyeri punggung, lambung dan usus, muntah-muntah, pendarahan hidung dan gusi, kulit berbintik-bintik merah, air seni dan tinja berdarah, lebam disekitar lutut,siku
dan
pantat,
serta
kerusakan
ginjal
(Wudianto.1988)
2.1.3. Klorpirifos Rumus Bangun :
Struktur Molekul
: C9H11Cl3NO3PS
Nama Kimia
: O,O-diethyl O-3,5,6-trichloro-2-pyridyl phosphorothioate
Nama Dagang
: Dursban
Densitas
: 1,398 g/cm3 (43,5 0C)
Titik Uap
: 160 oC
Berat Massa
: 350,59 g/mol
Klorpirifos merupakan insektesida selektif, diperkenalkan tahun 1965, serta bekerja sebagai racun kontak, racun lambung dan inhalasi. Mengendalikan serangga hama dari ordo Coleoptera, Diptera, Homoptera dan Lipedoptera baik di daun maupun di dalam tanah. Klorpirifos bekerja sebagai penghambat asetil kolin esterase (acetyl cholin esterase inhibitor), bekerja dengan menghambat enzim kolinesterase pada saraf sehingga aktifitas saraf tidak terkendali (Karlina, L. 2013)
Universitas Sumatera Utara
2.2. Kakao Kakao merupakan satu-satunya di antara 22 jenis marga Theobroma, suku Sterculiaceae yang diusahakan secara komersial. Menurut Tjitrosoepomo (1988) sistematika tanaman ini sebagai berikut. Divisi
: Spermatophyta.
Anak divisi
: Angiospermae.
Kelas
: Dicotyledoneae.
Anak kelas
: Dialypetalae.
Bangsa
: Malvales.
Suku
: Sterculiaceae.
Marga
: Theobroma
Jenis
: Theobroma cacao.
Berdasarkan literatur mengungkapkan bahwa tanaman kakao berasal dari hutan-hutan tropis di Amerika Tengah dan di Amerika Selatan bagian utara. Penduduk
yang
pertama
kali
mengusahakan
tanaman
kakao
serta
menggunakannya sebagai bahan makanan dan minuman adalah suku Indian Maya dan suku Astek (Aztec). Pada waktu itu, pengolahan biji kakao oleh orang-orang Indian dilakukan dengan cara menyimpan biji kakao dan mengeringkannya di bawah sinar matahari. Di Indonesia tanaman kako diperkenalkan oleh orang Spanyol pada tahun 1560 di Minahasa, Sulawesi. Ekspor dari pelabuhan Manado ke Manila dimulai tahun 1825 hingga 1838 sebanyak 92 ton. Nilai ekspor tersebut dikabarkan menurun karena adanya serangan hama pada tanaman kakao (Lukito.2004)
Universitas Sumatera Utara
2.2.1. Morfologo dan Fisiologo Tanaman Kakao 1. Biji dan Perkecambahan Kakao termasuk tanaman kauliflori yang artinya bunga dan buah tumbuh pada batang dan cabang tanaman. Dalam setiap buah terdapat sekitar 20-50 butir biji yang tersusun dalam lima baris dan menyatu pada bagian poros buah. Biji dibungkus oleh daging buah atau pulp yang berwarna putih dan rasanya manis. Pulp tersebut mengandung zat penghambat perkecambahan, namun karena biji kakao tidak memiliki masa dorman maka seringkali biji dalam buah pun dapat tumbuh bila terlambat di panen. Biji kakao terdiri dari kulit biji atau testa, dua kotiledon yang saling melipat dan embrio yang terdiri dari epikotil, hipokotil dan radikula. Biji kakao termaksud epieous yang artinya hipokotil memanjang mengangkat kotiledon yang masih menutup ke atas permukaan tanah. Fase ini disebut fase serdadu, yang kemudian diikuti membukanya kotiledon dan epikotil memanjang dengan empat lembar daun pertama. 2. Batang dan Cabang Kakao bersifat dimorfisme artinya memiliki dua macam percabangan atau tunas vegetatif, yaitu tunas ototrop yang tumbuh keatas dan tunas plagiotrop yang tumbuh ke samping, cabang kipas atau fan. Kedua macam cabang tersebut memiliki perbedaan dalam rumus daun, misalnya cabang ototrop memiliki rumus daun 3/8 dan plagiatrop ½, disamping itu jua ukuran dan tangkai daun. Tanaman yang berasal dari biji setelah mencapai tinggi sekitar 0,9-1,5 m akan membentuk jorket yang kemudian tumbuh 3-6 cabang yang arahnya kesamping dengan sudut 0-90o. Cabang-cabang ini disebut cabang primer atau cabang plagiatrop. Tunas-tunas air atau Chupon dapat tumbuh dari batang ataupun cabang dan dapat membentuk jorket baru. Tunas air bila tidak dikurangi dapat bersaing dengan batang utama sehingga akan mengurangi pembungaan dan pembuahan.
Universitas Sumatera Utara
3. Daun Daun kakao mempunyai dua persendia atau articullation yang terletak pada pangkal dan ujung tangkai daun. Hal ini memungkinkan pergerakan daun menyesuaikan dengan arah datangnya sinar matahari. Masa tumbuh tunastunas baru disebut flush, dimana tunas membentuk 3-6 helai daun sekaligus. Setelah masa bertunas tersebut selesai, kuncup-kuncup kembali dorman selama periode tertentu. Oleh rangsangan faktor lingkungan kuncup-kuncup akan kembali bertunas lagi. Tanaman kakao termasuk tanaman yang memerlukan naungan, sehingga dengan mengatur penaung dan pengurangan daun atau pemangkasan sangat mempengaruhi pembungaan. Pada saat bertunas tanaman kakao lebih peka terhadap serangan hama dan penyakit. Pertunasan dapat dipacu dengan pemangkasan berat, sebab dengan pemangkasan zat penghambat dari daun tua dapat diatasi. Sementara itu zat pertumbuhan cytokinin yang dibuat dalam akar dapat diangkut dalam jumlah yang tetap. Keseimbangan keduanya dapat mengatur siklus pertunasan. Menurut Alvin et al, pembentukan tunas dan daun muda pada tanaman kakao diatur oleh dua macam hormon yang fungsinya saling berlawanan satu sama lain. Hormon pertama adalah Abscisid Acid (ABA) yang mempunyai peranan penghambat pertumbuhan tunas. Daun muda ABA ini dihasilkan oleh daundaun yang telah tua. Hormon yang ke dua adalah Cytokinin yang sebagian besar dihasilkan oleh akar-akar tanaman kakao. Fungsi dari Cytokonin adalah memacu pertumbuhan tunas sebab Cytokinin diangkut ke ujung-ujung titik tumbuh. 4. Akar Perakaran kakao tumbuh cepat pada bibit dari biji yang baru berkecambah, dari panjang akar 1 cm pada umur 1 minggu tumbuh menjadi 16-18 cm pada umur 1 bulan dan 25 cm pada umur 3 bulan. Pertumbuhan akar mencapai 50 cm pada umur 2 tahun. Jadi makin lama kecepatan pertumbuhan akar semakin berkurang. Pada tanah yang dalam dan drainasenya baik, perakaran kakao dewasa mencapai 1,0-1,5 m. Akar lateral sebagian besar sekitar 56% tumbuh pada lapisan tanah atas sedalama 0-10 cm. Sedangkan 26% pada bagian yang
Universitas Sumatera Utara
lebih dalam (11-20 cm), dan sekitar 14% pada bagian yang lebih dalam lagi (21-30 cm), dan hanya sekitar 4% tumbuh pada kedalaman lebih dari 30 cm. Jangkauan akar lateral jauh diluar proyeksi tajuk tanam. Pada akar kakao terdapat cendawan mikoriza yang membantu penyerapan unsur hara tertentu terutama unsur p. Tanaman yang dikembangkan secara vegetatif tidak memiliki akar tunggang, namun nantinya akan terbentuk dua akar yang menyerupai akar tunggang. 5. Bunga Tanaman kakao bersifat kualiflori, bunga berkembang dari ketiak daun dan dari bekas ketiak daun pada batang dan cabang-cabang. Tempat tumbuh bunga tersebut lama kelamaan menebal dan membesar dan disebut bantalan bunga (cushion). Bunga kakap terdiri dari 5 daun kelopak, 5 daun mahkota, 10 tangkai sari tetapi hanya satu lingkaran yang fertil dan 5 daun buah yang bersatu. Bunga kakao berwarna putih-ungu atau kemerahan, benangsari yang steril disebut staminodia dan yang fertil disebut stamen yaitu pada lingkaran dalam. Bakal buah atau ovarium disusun oleh 5 daun buah (carpellium) dan berisi banyak bakal biji (ovulum) yang tersusun melingkari poros tengah buah. 6. Buah Warna buah kakao beraneka ragam, namun pada dasarnya hanya ada dua macam yaitu: buah muda berwarna hijau putih dan bila masak menjadi berwarna kuning, dan buah muda yang berwarna merah setelah masak menjadi oranye. Tanaman kakoa asal stek lebih cepat menghasilkan buah daripada bibit biji atau okulasi. Buah muda sebagian besar layu dan kemudian mati terutama pada umur sekitar 1-2 bulan. Hal ini merupakan gejala spesifik dari kakao yang disebut physiological effect thinning. Buah yang mengalami peristiwa ini panjangnya kurang dari 10 cm. Kelayuan buah muda merupakan penyakit fisiologis dan khas untuk kakao; sekitar 60% -90% buah muda mengalami peristiwa ini terutama pada umur 0-50 hari. Buah muda yang layu dan mati tetap menempel pada tanaman tidak seperti pada tanaman buahbuahan yang lain. Kelayuan buah berlangsung dua fase, yang pertama
Universitas Sumatera Utara
mencapai puncak pada umur 7 minggu setelah pembuahan dan yang kedua pada umur 10 minggu setelah pembuahan, kemudian turun seiring dengan meningkatnya metabolisme didalam buah. Pada umumnya setelah umur 70100 hari atau sepanjang 10 cm sudah bebas dari proses ini (Susanto.1995). 2.2.2. Hama Utama Tanaman Kakao Jenis serangga hama yang merupakan hama tanaman kakao di Indonesia jumlahnya sangat banyak. Menurut Entwistle (1972) terdapat lebih dari 130 spesies serangga yang berasosiasi dengan tanaman kakao. Namun, hanya beberapa spesies yang benar-benar merupakan hama utama, yaitu penggerek buah kakao (Chonopomorpha cramerella Snellen) atau PBK, kepik pengisap buah (Helopeltisantonii Sign.), ulat kilan (Hyposidra talaca Walker), penggerek batang atau cabang (Zeuzera coffeae), dan ulatapi (Darnatrima). Selain hama utama tersebut, kadang-kadang masih dijumpai hama lainnya, seperti tikus, tupai, dan babi hutan,(Lukito. 2004). 2.3. Kromatografi Kromatografi merupakan suatu proses pemisahan yang mana analit-analit dalam sampel terdistribusi antara dua fase, yaitu fase diam dan fase gerak. Fase diam dapat berupa bahan padat atau porus dalam bentuk molekul kecil, atau dalam bentuk cairan yang dilapiskan pada pendukung padat atau dilapiskan pada dinding kolom. Fase gerak dapat berupa gas atau cairan. Jika gas digunakan sebagai fase gerak, maka prosesnya dikenal sebagai kromatografi gas. Dalam kromatografi cair dan juga kromatografi lapis tipis, fase gerak yang digunakan selalu cair. Kromatografi merupakan teknik analisis
yang paling sering digunakan dalam analisis sediaan farmasetik.
Suatu pemahaman terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap kinerja kromatografi akan meningkatkan sistem kromatografi sehingga akan dicapai suatu pemisahan yang baik,(Rohman,A.2009)
Universitas Sumatera Utara
2.3.1. Kromatografi Gas Kromatografi gas (KG) merupakan teknik instrumental yang dikenalkan pertama kali pada tahun 1950-an. KG merupakan metode yang dinamis untuk pemisahan dan deteksi senyawa-senyawa organik yang mudah menguap dan senyawa-senyawa gas anorganik dalam suatu campuran. Perkembangan teknologi yang signifikan dalm bidang elektronik, komputer dan kolom telah menghasilkan batas dekteksi yang lebih rendah serta identifikasi senyawa menjadi lebih akurat melalui teknik analisis dengan resolusi yang meningkat. KG menggunakan gas sebagai gas pembawa/fase geraknya. Ada dua jenis kromatografi gas, yaitu (1) kromatografi gas-cair (KGC) yang fase diamnya berupa cairan yang diikatkan pada suatu pendukung sehingga solut akan terlarut dalam fase diam; dan (2) kromatografi gas-padat (KGP), yang fase diamnya berupa padatan dan kadang-kadang berupa polimerik. Prinsip dasar kromatografi gas melibatkan volatilisasi atau penguapan sampel dalam inlet injektor pemisahan komponen-komponen dalam campuran, dan deteksi tiap komponen dengan detektor. Sistem peralatan KG ditunjukan oleh gambar dibawah ini dengan komponen utama adalah 1. Kontrol dan penyedia gas pembawa; 2. Ruang suntik sampel; 3. Kolom yang diletakkan dalam oven yang di kontrol secara termostatik 4. Sistem deteksi dan pencatat (detektor dan recorder); serta 5. Komputer yang dilengkapi dengan perangkap pengolah data.
Universitas Sumatera Utara
1. Fase gerak Fase gerak pada KG juga disebut dengan gas pembawa karena tujuan awalnya adalah untuk membawa solut ke kolom, karenanya gas pembawa tidak berpengaruh pada selektifitas. Syarat gas pembawa adalah: tidak reaktif; murni/kering karena kalau tidak murni akan berpengaruh pada detektor; dan dapat disimpan dalam tangki tekanan tinggi (biasanya merah untuk hidrogen dan abu-abu untuk nitrogen). 2. Ruang suntik sampel Lubang injeksi di desain untuk memasukkan sampel secara cepat dan efisien. Desain yan populer terdiri atas saliran gelas yang kecil atau tabung logam yang dilengkapi dengan septum karet pada satu ujung untuk mengakomodasi injeksi dengan semprit (syringe). Pada dasarnya, ada 4 jenis injektor pada kromatografi gas, yaitu: a) Injeksi langsung (Direct injection), yang mana sampel yang diinjeksikan akan diuapkan dalam injektor yang panas dan 100% sampel masuk menuju kolom. b) Injeksi terpecah (split injection), yang mana sampel yang diinjeksikan diuapkan dalam injektor yang panas dan selanjutnya dilakukan pemecahan. c) Injeksi tanpa pemecahan (splitnes injection), yang mana hampir semua sampel diuapkan dalam injektor yang panas dan dibawa kedalam kolom dan katup pemecah ditutup; dan d) Injeksi langsung ke kolom (on column injection), yang mana ujung semprit dimasukan langsung ke dalam kolom. Teknik injeksi langsung ke dalam kolom digunakan untuk senyawasenyawa yang mudah menguap, karena kalau penyuntikanya melalui lubang suntik, dikhawatirkan akan terjadi peruraian senyawa tersebut karena suhu yang tinggi atau terjadi pirolisis.
Universitas Sumatera Utara
3. Kolom Kolom merupakan tempat terjadinya proses pemisahan karena didalamnya terdapat fase diam. Oleh karena itu, kolom merupakan komponen sentral pada KG. Ada 3 jenis kolom pada KG yaitu kolom kemas,(packing column) dan kolom kapiler (capillary column); serta kolom preparatif (preparative column). Kolom kemas terbuat dari gelas atau logam yang tahan karat atau dari tembaga dan aluminium. Panjang jenis kolom ini adalah 1-5 meter dengan diameter dalam 1-4 mm. Kolom kapiler sangat banyak dipakai karena kolom kapiler memberikan efisiensi yang timggi (harga jumlah pelat teori yang sangat besar > 300.000 pelat). Kolom preparatif digunakan untuk menyiapkan sampel yang murni dari adanya senyawa tertentu dalam matriks yang kompleks. 4. Detektor Komponen utama selanjutnya dalam kromatografi gas adalah detektor. Detektor merupakan perangkat yang diletakkan pada ujung kolom tempat keluar fase gerak (gas pembawa) yang membawa komponen hasil pemisahan. Detektor pada kromatografi adalah suatu sensor elektronik yang berfungsi mengubah sinyal gas pembawa dan komponen-komponen didalamnya menjadi sinyal elektronik. Sinyal elektronik detektor akan sangat berguna untuk analisis kualitatif maupun kuantitatif terhadap komponen-komponen yang terpisah diantar fase diam dan fase gerak. Pada garis besarnya detektor pada KG termasuk detektor diferensial, dalam arti respons yang keluar dari detektor memberikan relasi yang linear dengan kadar atau laju aliran massa komponen yang teresolusi. Kromatografi yang merupakan hasil pemisahan fisik komponen-komponen oleh KG disajikan oleh detektor sebagai deretan luas puncak terhadap waktu. Waktu tambat tertentu dalam kromatogram dapat digunakan sebagai data kualitatif, sedangkan luas puncak dalam kromatogram dapat dipakai sebagai data kuantitatif yang keduanya telah dikonfirmasi dalam senyawa baku.
Universitas Sumatera Utara
5. Komputer Komponen KG selanjutnya adalah komputer. KG modern menggunakan komputer yang dilengkapi dengan perangkat lunaknya (softwere) untuk digitalisasi signal detektor yang mempunyai beberapa fungsi antara lain :
Memfasilitasi setting parameter-parameter instrumen seperti aliran fase gas; suhu oven dan pemrograman suhu; penyuntikan sampel secara otomatis.
Menampilkan kromatogram dan informasi-informasi lain dengan menggunakan grafik berwarna
Merekam data kalibrasi, retensi, serta perhitungan-perhitungan dengan statistik
Menyimpan data parameter analisis untuk analisis senyawa tertentu (Rohman. 2009)
Universitas Sumatera Utara