BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Perawat Merujuk kepada Keputusan Menteri Kesesehatan Republik Indonesia No. 1239 Tahun 2001, Perawat adalah seseorang yang telah lulus pendidikan perawat baik didalam maupun di luar negeri. Peran utama perawat pada dasarnya adalah sebagai perawat pelaksana, perawat pendidik, perawat manajer, perawat peneliti. Sebagian besar perawat bekerja di rumah sakit adalah sebagai perawat pelaksana (Nursalam 2008). Undang-Undang No. 36 Tahun 2009, Tentang Kesehatan pasal 22, dinyatakan bahwa tenaga kesehatan harus memiliki kualifikasi minimum dan kualifikasi minimum tersebut diatur dengan peraturan menteri kesehatan. Di Indonesia pendikan dasar bagi perawat ada tiga tahapan yaitu : program diploma 3 tahun, sarjana keperawatan dan profesi perawat. Selain dari pendidikan dasar tersebut perawat juga harus lulus dari uji kompetensi yang di keluarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI), baru bisa bekerja sebagai perawat profesional. Menurut Butrej et,all., (1998), tingkatan perawat berdasar kemampuannya ialah : Tingkat A yaitu perawat yang baru menyelesaikan pendidikannya atau yang baru bekerja di lingkungan keperawatan, dimana saat menangani pasien masih di bantu atau di pandu baik secara langsung maupun tidak langsung oleh perawat yang lebih berpengalaman. (seperti asisten perawat), tingkat B ialah perawat yang sudah
Universita Sumatera Utara
lebih berpengalaman dalam merawat pasien, dan dapat melakukan asuhan keperawatan dengan sedikit ataupun tidak dipandu oleh perawat yang lebih senior. Sementara tingkat C ialah perawat yang senior, berfungsi sebagai manajer yang dapat menindak lanjuti perawatan pasien, baik dari perencanaan perawatan, sampai dengan tindakan keperawatan secara mandiri. Sedangkan menurut PPNI tingkatan perawat di Indonesia ialah : Perawat Ahli Madya mampu menguasai ilmu keperawatan dasar; melakukan asuhan keperawatan yang telah direncanakan secara terampil dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosiospiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan, standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan. Ners mampu menguasai sain keperawatan lanjut; mengelola asuhan keperawatan secara terampil dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan serta standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; menggunakan hasil riset; mampu bekerjasama dengan tim keperawatan maupun dengan tim kesehatan lain. Tingkatan ners spesialis mampu menguasai sain keperawatan lanjut; mengelola asuhan keperawatan secara terampil dan inovatif dalam upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk memenuhi kebutuhan bio-psiko-sosio-
Universita Sumatera Utara
spiritual secara holistik dan berdasarkan pada standar asuhan keperawatan serta standar prosedur operasional; memperhatikan keselamatan pasien, rasa aman dan nyaman; melakukan riset berbasis bukti klinik dalam menjawab permasalahan sains, teknologi dalam bidang spesialisasinya; mampu bekerja sama dengan tim keperawatan lain (Perawat Peneliti/doktoral keperawatan) dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Berdasar PPNI penjenjangan perawat klinik yaitu Perawat Klinik I (PK I) dengan kualifikasi Pendidikan Diploma III Keperawatan dan pengalaman kerja ≤ 2 tahun atau pendidikan sarjana keperawatan atau profesi ners dan pengalaman kerja 0 tahun. Perawat Klinik II (PK II) dimana Pendidikan Diploma III dengan pengalaman kerja 5 tahun atau pendidikan sarjana keperawatan atau profesi ners dengan masa kerja 3 tahun. Perawat klinik III (PK III) dengan Pendidikan Diploma III dan pengalaman kerja 8 tahun di tambah sertifikasi atau dalam tahap proses pendidikan sarjana keperawatan, atau pendidikan sarjana keperawatan atau ners dengan pengalaman kerja 6 tahun, dan atau pendidikan magister atau spesialis keperawatan dengan masa kerja 0 tahun. Kemudian perawat klinik IV (PK IV) dengan pendidikan sarjana keperawatan atau profesi ners dengan pengalaman kerja 9 tahun ditambah sertifikasi, atau pendidikan magister keperawatan atau spesialis dengan pengalaman kerja 2 tahun, dan atau pendidikan doktoral atau sub spesialis dengan tidak ada pengalaman kerja. Selanjutnya perawat klinik V (PK V) dimana pendidikan sarjana keperawatan atau ners dengan pengalaman kerja 12 thun, atau pendidikan magister
Universita Sumatera Utara
keperawatan atau spesialis dengan pengalaman kerja 4 tahun, atau pendidikan doktoral keperawatan atau sub spesialis dengan pengalaman kerja 1 tahun.
2.2. Teori Kompetensi Menurut Locsin dalam Wilkinson (2013) menyatakan ada dua makna dari kompetensi yaitu : 1. Kompetensi hampir sama dengan kinerja, dan 2. Kompetensi dapat dilihat sebagai kualitas seseorang. Sementara itu Woodruffe
didalam
Wilkinson 2013 mendefinisikan kompetensi sebagai suatu pola perilaku yang dibutuhkan seseorang untuk melakukan tugas-tugas dan fungsinya sesuai dengan kemampuan/pengetahuan yang diterimanya. Beliau menekankan bahwa kompetensi pada dasarnya berhubungan dengan pola perilaku seseorang, dan tidak selalu terkait dengan pekerjaan. Girot dalam Wilkinson (2013) menyamakan kompetensi, baik secara kemampuan klinis/teknis (kemampuan pelayanan tugas perawatan) dan kemampuan membangun psikologis (kemampuan kognitif, afektif dan psikomotor yang terintegrasi). Wilkinson (2013) mengutip Nolan juga menyatakan bahwasanya kompetensi merupakan kinerja seseorang secara individual, dimana kompetensi diartikan sebagai kapasitas seseorang dalam menunjukkan kinerjanya sesuai dengan tugas dan fungsi kerjanya. Kompetensi pada umumnya di tulis sebagai pernyataan perilaku yang mencerminkan pengetahuan, keterampilan, kemampuan sikap, dan keputusan yang diperlukan untuk menunjukkan kinerja pada tingkatan profesi yang sesuai. Wilkinson (2013) mengutip hasil penelitian deskriptif yang dilakukan oleh Parry bahwa kompetensi merupakan suatu bagian yang terdiri dari pengetahuan, sikap, dan
Universita Sumatera Utara
keterampilan seseorang yang mempengaruhi sebagian besar pekerjaannya, yang berkorelasi dengan kinerja di tempat kerja dan dapat diukur sesuai standar yang ada. Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerja tersebut. Kompetensi merupakan beberapa bentuk perubahan konsep dalam pengetahuan, kemampuan klinis, kemampuan pengembangan diri, kemampuan menyelesaikan masalah, keputusan klinis, dan keahlian keterampilan yang sesuai dengan profesinya (Sarita 2009). Menurut Boulter dalam (Mills, et all 2002) level kompetensi adalah sebagai berikut: Skill, Knowledge, Self concept, Self Image, Trait dan Motive. Skill atau keterampilan adalah kemampuan untuk melaksanakan suatu tugas dengan baik. Knowledge adalah informasi yang dimiliki seseorang untuk bidang khusus. Social role adalah sikap dan nilai-nilai yang dimiliki seseorang dan ditonjolkan dalam masyarakat (ekspresi nilai diri). Self image adalah pandangan orang terhadap diri sendiri, merekflesikan identitas. Kompetensi skill dan knowledge cenderung lebih nyata (visible) dan relatif berada paling depan sebagai karakteristik yang dimiliki manusia. Secara keseluruhan sebaiknya kompetensi merupakan suatu variabel dari pada hanya sebagai atribut semata. Kompetensi bukan halnya yang dimiliki atau tidak dimiliki seseorang semata namun merupakan variabel kemampuan seseorang. Dimana kemampuan itu dapat di nilai dan dibanding kan dengan kinerja pembandingnya (Mills, et all., 2002).
Universita Sumatera Utara
2.2.1 Kompetensi Teknis Kompetensi teknis ialah yang berkaitan dengan kemampuan fungsional atau teknis suatu pekerjaan. Dengan kata lain, kompetensi ini berkaitan dengan seluk beluk teknis yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditekuni. Contoh kompetensi teknis adalah : tenaga kesehatan, electrical engineering, marketing research, financial analysis, manpower planning, dll (Hutapea 2008). Kompetensi teknis adalah kompetensi yang berfokus pada pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesi yang dimiliki. Bila kompetensi teknis ini tidak dimiliki oleh karyawan maka pekerjaan tidak dapat dilakukan secara profesional. Selain kompetensi teknis yang dimiliki maka kompetensi perilaku harus juga dimiliki karyawan. Karena jika seseorang yang memiliki kompetensi pengetahuan dan keterampilan saja maka dia hanya mampu menyelesaikan pekerjaan, namun jika tidak diiringi dengan kompetensi perilaku maka kemampuan tersebut tidak termasuk kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja, menerima tantangan kerja dan berperilaku produktif (Hutapea 2008). Berdasar model Bar-on dalam Harper, et all.(2012) yang menggambarkan berbagai sifat dan kemampuan yang mempengaruhi bagaimana seseorang berurusan dengan tuntutan lingkungan. Termasuk didalamnya ialah : a. Kesadaran dan pemahaman tentang jati diri, b. Kesadaran dan pemahaman tentang saling ketergantungan terhadap orang lain., c. Mampu mengendalikan emosi dan mengelola tekanan, d. Mampu beradaptasi terhadap lingkungan dan e. mampu memecahkan
Universita Sumatera Utara
permasalahan pribadi dan lainnya. Dalam kata lain yaitu kemampuan mengelola diri sendiri, kemampuan mengelola hubungan dengan orang lain, mampu beradaptasi dengan lingkungan, mampu mengelola tingkat stress, dan mampu mengatur mood sesuai dengan yang di butuhkan. Dapat disimpulkan bahwa penerapan kompetensi tersebut sudah mencakup keseluruhan komponen utama kompetensi sehingga dapat kita simpulkan bahwa kompetensi merupakan suatu pernyataan terhadap apa yang seseorang harus lakukan di tempat kerja untuk menunjukkan pengetahuannya, keterampilannya, dan sikapnya sesuai dengan standar yang di persyaratkan.
2.3. Kompetensi Perawat Didalam
bidang
kesehatan
kompetensi
umumnya
menunjukkan
profesionalitas dan pencapaian dalam standar yang ditentukan sebagai panduan untuk melakukan tindakan klinis, belajar, mengajar, dengan dasar standar yang berlaku dalam mencapai kinerja pelayanan kesehatan (Sarita 2009). Kompetensi perawat merupakan kemampuan perawat untuk melakukan tindakan keperawatan terintegrasi antara pengetahuan,
keterampilan, sikap dan
penilaian berdasarkan pendidikan dasar dan tujuan praktik keperawatan yang terukur sesuai dengan kinerja perawat. Dimana tujuannya adalah untuk tetap menjaga kualitas kesehatan dan keamanan pasien (Bartlett 2010). Pada umumnya di beberapa rumah sakit tingkatan perawat mulai meniadakan penerimaan tingkat pendidikan dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK), dan memperbanyak penerimaan tingkat pendidikan diploma, terutama diploma III,
Universita Sumatera Utara
bahkan akhir-akhir ini sudah menerima tingkatan profesi perawat (ners). Didalam buku panduan perawat yang diberlakukan di National Academy (Shalala 2007), pendidikan tambahan untuk perawat program diploma biasanya berdasarkan tempat tugas mereka. Para perawat yang sudah bekerja di rumah sakit harus memenuhi persyaratan minimum pelatihan dan standar kompetensi tertentu yang telah di tentukan oleh pemerintah. Balke (2006) menyatakan seseorang disebut berpengalaman dan ahli dalam tindakan keperawatan umumnya di dapat terpisah dari pendidikan formal, pada institusi pendidikan. Pengalaman di peroleh ketika suatu keadaan praktik mendalam, membagi ilmu, atau pengetahuan yang didapat diluar teori ilmu yang didapat sewaktu pendidikan. Keahlian merupakan hasil yang didapat seseorang secara berkesinambungan antara ilmu pengetahuan dan kemampuan dari suatu pengalaman (Benner dalam Balke 2006). Oleh karena itu pegawai yang memiliki dasar pendidikan formal yang sama dapat memberikan derajat keahlian yang berbeda beda. Dimana perawat yang baru tamat dengan perawat yang sudah bekerja bertahun tahun adalah sama sama perawat namun dalam hal pengalaman dan keahliannnya mereka berbeda. Berbagai tingkatan dari keahlian dan kemampuan seorang perawat dapat didentifikasi sesuai dengan jenjang pendidikan dan tempat bertugas, baik didalam maupun diluar dari bidang kesehatan. Menurut Dreyfus dalam Axley (2008) biasanya di kelompokkan dalam pemula, pemula lanjutan, kompeten, mahir dan ahli, dimana pemula ialah perawat yang tidak memiliki pengalaman pada situasi yang harus
Universita Sumatera Utara
mereka laksanakan, pemula lanjutan ialah perawat yang memiliki dasar kinerja sesuai dengan batas pekerjaan yang akan dilaksanakannya, perawat kompeten dimana perawat tersebut sudah melakukan kerja nya selama 2–3 tahun dengan pekerjaan
yang sama. Perawat mahir ialah dimana perawat sudah mampu
menafsirkan perlakuan/ tindakan secara menyeluruh
bukan hanya semata mata
melakukan pengamatan terisolasi pada pasien. Sementara perawat ahli ialah dimana perawat yang sudah berdasar pada pengalaman yang banyak dalam berbagai tindakan keperawatan, mampu merancang dan mengambil suatu keputusan dalam tindakan keperawatan (Benner dalam Balke 2006). Sementara itu menurut Rass (2008) terdapat empat komponen penting dari kompetensi yaitu : komunikasi, pengetahuan, kemampuan individu, dan kemampuan yang dihasilkan. Komunikasi termasuk didalamnya perlakuan perawat sebagai instruksi yang harus diberitahu ke pasien, menggunakan kerjasama tim, dan mendengar keluhan pasien. Pengetahuan adalah kata kunci dari kompetensi untuk merawat sesuai kebutuhan perawatan pasien. Kemampuan individu perawat dalam bekerja akan melibatkan keluarga pasien, petugas kesehatan lain dan rekan kerja. Swansburg (1996) menyarankan bahwa perawat harus mampu menghadapi beberapa sumber konflik yang akan didapat dalam melaksanakan perawatan pasien, antara lain perilaku melawan dari pasien, tingkat stress yang tinggi, otoritas dari dokter, kepercayaan, nilai-nilai dan tujuan yang berbeda dari harapan pasien. Mc Elhaney dalam Morisson (2005) juga menyimpulkan bahwa ruang pribadi seorang perawat terkadang diganggu oleh pegawai lain, dokter dan pasien. Perawat merasa
Universita Sumatera Utara
kurangnya rasa hormat, yang terkadang mengarah ke kemarahan, perasaan penurunan harga diri dan terkadang munculnya konflik. Morisson (2005) mengutip Gradner yang memperkenalkan teori dari multiple intelegensia, yang juga mengenalkan konsep dari emosional tenaga kerja dan emosional dari kerjaan. Menurut American Nurse association dalam Bartlett (2010) ada tujuh komponen penting keperawatan sesuai dengan makna dari praktik keperawatan yaitu : 1. Memberikan rasa peduli pada saat pelayanan rawatan kesehatan pasien; 2. Memperhatikan pengalaman seseorang terhadap kesehatan dan penyakit, baik dalam lingkungan fisik maupun sosial; 3. Menggabungkan penilaian data dengan pengetahuan, yang di peroleh dari apresisasi pasien atau keluarga; 4. Menerapkan ilmu pengetahuan dalam proses diagnosa keperawatan dan pengobatan dengan menggunakan penilaian dan berfikir kritis; 5. Menambah pengetahuan keperawatan professional melalui pendidikan berkelanjutan; 6. Turut serta dalam menciptakan kenyamanan publik dan sosial dalam hal mewujudkan keadilan sosial; 7. Menjamin rasa aman, kualitas, dan tindakan sesuai dengan keadaannya. Berdasarkan Kerangka kompetensi yang di tetapkan Persatuan Perawat Nasional Indonesia (2011), terdapat 12 kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh setiap perawat Indonesia pada semua jenjang, mencakup; 1)
Menerapkan prinsip etika dalam keperawatan.
2)
Melakukan komunikasi interpersonal dalam Asuhan keperawatan.
3)
Mewujudkan dan memelihara lingkungan keperawatan yang aman melalui jaminan kualitas dan manajemen risiko (patient safety).
Universita Sumatera Utara
4)
Menerapkan prinsip pengendalian dan pencegahan infeksi yang diperoleh dari Rumah sakit.
5)
Melakukan tindakan-tindakan untuk mencegah cedera pada klien.
6)
Memfasilitasi kebutuhan oksigen.
7)
Memfasilitasi kebutuhan elektrolit dan cairan.
8)
Mengukur tanda-tanda vital.
9)
Menganalisis, menginterpertasikan dan mendokumentasikan data secara akurat.
10) Melakukan perawatan luka. 11) Memberikan obat dengan aman dan benar. 12) Mengelola pemberian darah dengan aman. Sementara itu dalam ranah dan unit kompetensinya perawat dikelompokkan menjadi 3 ranah utama yaitu; a. Praktik Professional, etis, legal dan peka budaya; 1) Bertanggung gugat terhadap praktik professional. 2) Melaksanakan praktik keperawatan (Etis dan peka budaya). 3) Melaksanakan praktik secara legal. b. Pemberian asuhan dan manajemen asuhan keperawatan. 1) Menerapkan prinsip-prinsip pokok dalam pemberian dan manajemen asuhan keperawatan. 2) Melaksanakan upaya promosi kesehatan dalam pelayanan keperawatan. 3) Melakukan pengkajian keperawatan.
Universita Sumatera Utara
4) Menyusun rencana keperawatan. 5) Melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana. 6) Mengevaluasi asuhan tindakan keperawatan. 7) Menggunakan komunikasi terapeutik dan hubungan interpersonal dalam pemberian pelayanan. 8) Menciptakan dan mempertahankan lingkungan yang aman. 9) Menggunakan hubungan interprofesional dalam pelayanan keperawatan/ pelayanan kesehatan. 10) Menggunakan delegasi dan supervisi dalam pelayanan asuhan keperawatan. c. Pengembangan profesi. 1) Melaksanakan peningkatan professional dalam praktik keperawatan. 2) Melaksanakan peningkatan mutu pelayanan keperawatan dan asuhan keperawatan. 3) Mengikuti pendidikan berkelanjutan sebagai wujud tanggung jawab profesi. 2.3.1. Kompetensi Teknis Perawat Perawat juga di minta untuk dapat melakukan kemampuan tersendiri di tiap unit kerjanya diantaranya ialah : kompetensi teknis perawat di Unit Gawat Darurat berdasar Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 856/Menkes/SK/IX/2009 tentang Standar pelayanan instalasi gawat darurat, untuk Rumah sakit yang bertipe C atau gawat darurat level II maka harus mampu memberikan pelayanan sebagai berikut: 1. Diagnosis & Penanganan Permasalahan pada A,B,C dengan alat yg lebih lengkap termasuk ventilator; 2. Penilaian disability, Penggunaan obat, EKG, defibrilasi 3.
Universita Sumatera Utara
HCU/resusitasi dan 4. Bedah sito, untuk itu maka kemampuan teknis perawat diploma yang berada di UGD juga harus disesuaikan. Kompetensi teknis pelayanan di ruang ICU berdasar Direktorat Jendral pelayanan medis Departemen Kesehatan RI (2006), terdapat 23 kompetensi teknis dasar di bagian ICU dan 14 kompetensi teknis lanjutan, dimana diantaranya ialah memahami konsep perawatan intensif, terampil dalam pengkajian dan analisa tentang : henti nafas dan jantung, pernafasan, gangguan irama jantung, status hemodinamik dan status kesadaran pasien, terampil menggunakan Endo Tracheal Tube (ETT) guna mempertahankan potensi jalan nafas, mengetahui ilmu pengetahuan dan teknologi mutahir sesuai dengan fasilitas di ruangan ICU, mematuhi isu etik dan hukum pada rawatan intensif, terampil mengidentifikasi dan melaporkan situasi perubahan pasien yang tidak diharapkan, terampil dalam menggunakan alat perekaman EKG. Untuk kompetensi teknis di ruang operasi berdasar pedoman kerja perawat operasi yang di terbitkan Depkes (1993), bahwa perawat yang ada di ruang operasi harus lah mampu menjadwalkan pasien dengan tepat, memberikan rasa nyaman dalam transport pasien, terampil mengenal dan mempersiapkan alat operasi sesuai tindakan, membuat informed consent, mampu menjaga ketiadaan penyebaran infeksi akibat tindakan dan ruangan. Berdasar buku panduan perawat
di College Nurse of Ontario (2011),
kompetensi perawat ialah kemampuan perawat dalam menggabungkan komponen keprofesionalitas perawat yang di perlukan dalam melakukan suatu tindakan sesuai aturan, situasional maupun dalam praktik keperawatan terencana. Komponen itu
Universita Sumatera Utara
umumnya ialah pengetahuan, keterampilan, pemahaman, sikap, nilai-nilai dan keyakinan. Banyak penulis yang menyatakan bahwa kompetensi merupakan apa yang dapat dilakukan seseorang, kompetensi merupakan kemampuan seseorang untuk menyesuaikan menerapkan ilmu pengetahuan dan kapasitas berbagi ilmu pengetahuan serta kemampuan menyesuaikan dalam situasi dan kondisi yang terbaru. Kriteria kinerja dapat di gunakan untuk menjelaskan langkah-langkah yang harus diambil untuk mencapai kompetensi (Barbara 2007).
2.4. Kinerja Kinerja adalah penampilan hasil karya personel baik kuantitas maupun kualitas dalam suatu organisasi. Kinerja dapat merupakan penampilan individu maupun kelompok kerja personel. Penampilan hasil karya tidak terbatas kepada personel yang memangku jabatan fungsional maupun struktural, tetapi juga kepada keseluruhan jajaran personel di dalam organisasi (Ilyas 2012). Deskripsi dari kinerja menyangkut 3 komponen penting yaitu : tujuan, ukuran dan penilaian. Penentuan tujuan dari setiap unit organisasi merupakan strategi untuk meningkatkan kinerja. Tujuan ini akan memberikan arah dan mempengaruhi bagaimana seharusnya perilaku kerja yang diharapkan organisasi terhadap setiap personel. Walaupun demikian, penentuan tujuan saja tidaklah cukup, sebab itu dibutuhkan ukuran apakah seorang personel telah mencapai kinerja yang diharapkan. Untuk itu ukuran kuantitatif dan kualitatif standar kinerja untuk setiap tugas dan jabatan personel memegang peranan penting.
Universita Sumatera Utara
Kinerja para professional yang bisa dinilai menurut Ruky (2002) berdasar konsep “roper man” (result oriented performance management) : 1. Pengelolaan kerja sendiri : Kemampuan perawat dalam mempertimbangkan efektivitas kerjaan dalam mengelola dan melakukan asuhan keperawatan sesuai dengan skala prioritas, menjaga kualitas pekerjaan, memberikan data yang di butuhkan dan menunjukkan efektifitas kerjaan kelompok. 2. Melakukan tindakan secara mandiri : Mampu melakukan tindakan pelayanan rawatan dengan sedikit atau tanpa pengawasan dan menunjukkan tingkat efektifitas dalam mengambil tindakan secara mandiri. 3. Berfikir kritis : Mampu menggunakan kreatifitas dan wawasan berfikir dalam menganalisa dan merencanakan tindakan. 4. Komunikasi : Mampu menyampaikan secara lisan dan tulisan ide-ide dan tindakan yang akan dilakukan. 5. Adaptasi berbeda budaya : Kemampuan dalam beradaptasi dalam perbedaan budaya baik dengan rekan kerja maupun dengan pelanggan. 6. Belajar hal-hal yang baru : Kemauan untuk terus memperbaharui ilmu dan keterampilan, baik yang dibutuhkan perusahaan saat ini maupun yang akan datang. 7. Pemberdayaan orang lain : Kemampuan untuk melibatkan rekan kerja, pelanggan dalam hal efektifitas dalam melakukan pelayanan. 8. Hubungan Kerja : Kemampuan dalam hal bekerja sama dengan atasan, rekan kerja, rekan di luar tim, dll.
Universita Sumatera Utara
Aspek ketiga dari definisi kinerja adalah penilaian. Penilaian kinerja secara regular yang dikaitkan dengan proses pencapaian kinerja setiap personel. Tindakan ini akan membuat personel untuk senantiasa berorientasi terhadap tujuan dan berperilaku kerja sesuai dengan arah dan tujuan yang hendak dicapai. Dengan demikian jelaslah bahwa pengertian kinerja dengan deskripsi tujuan, ukuran operasional dan penilaian regular mempunyai peran penting dalam merawat dan meningkatkan motivasi personel. 2.4.1. Kinerja Perawat
Kinerja perawat adalah aktivitas perawat dalam mengimplementasikan sebaik-baiknya suatu wewenang, tugas dan tanggung jawabnya dalam rangka pencapaian tujuan tugas pokok profesi dan terwujudnya tujuan dan sasaran unit organisasi (Faizin 2008). Proses keperawatan merupakan suatu siklus yang terus berlanjut, proses keperawatan diawali dengan kegiatan pengkajian saat pasien masuk rumah sakit. Pengkajian bertujuan untuk menggali informasi yang penting dan akan digunakan untuk menyusun diagnosis keperawatan setelah melalui analisis data. Setelah tersusun diagnosis, maka disusun suatu rencana tindakan keperawatan sesuai kebutuhan pasien dan prioritas masalah yang ada. Implementasi adalah langkah nyata dari perencanaan tindakan yang dilanjutkan dengan evaluasi. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan efektif atau tidak dalam mengatasi masalah pasien. (Triyana 2013) Bartlett (2010) mengutip American Nurse Asociation yang menyatakan bahwa kinerja dari perawat yang sesuai dengan kompetensi utamanya ialah tindakan
Universita Sumatera Utara
keperawatan berikut : 1. Melakukan rawatan yang berpusat pada pasien. 2.Mampu bekerja sama dengan tim dalam melakukan tindakan perawatan, 3.Menggunakan praktik berdasar kompetensi, 4. Meningkatkan kualitas kemampuan diri, 5. Memanfaatkan teknologi informasi. Sementara itu komponen inti dalam melayani pasien yang sesuai dari suatu pelayanan perawat menurut Canadian nurse association (Carna 2003) antara lain 1. Tanggung jawab profesional, 2. Tindakan sesuai dengan ilmu pengetahuan, 3. Tindakan yang etis, 4. Penyediaan layanan pada masyarakat. Dan menurut Nursalam (2008) menyatakan beberapa aspek yang perlu dievaluasi terhadap perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien di rumah sakit dapat dibedakan menjadi 4 intervensi keperawatan, yaitu: DETR (1) Diagnostik; (2) Edukatif, (3) Terapeutik, dan (4) Referal/mengambil keputusan untuk merujuk atau berkolaborasi dengan petugas kesehatan lain. 2.4.2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Menurut Gibson dalam Ilyas (2012), terdapat tiga kelompok variabel yang mempengaruhi perilaku kerja dan kinerja yaitu variable individu, variabel organisasi dan variabel psikologis. Variabel individu terdiri dari kemampuan dan keterampilan, latar belakang dan demografis. Variabel organisasi terdiri dari sumber daya, kepemimpinan, imbalan, struktur dan desain pekerjaan. Sub variabel imbalan menurut Kopelman di dalam Ilyas (2012) memiliki pengaruh dalam meningkatkan motivasi kerja yang nantinya akan meningkatkan kinerja individu. Variabel psikologis terdiri dari persepsi, sikap, kepribadian, belajar dan motivasi. Variabel
Universita Sumatera Utara
psikologis banyak dipengaruhi oleh keluarga, tingkat sosial pengalaman kerja sebelumnya dan variabel demografis (Gibson dalam Ilyas, 2012). Variabel psikologis seperti persepsi, sikap, kepribadian, dan belajar merupakan hal yang kompleks dan sulit diukur. Variabel tersebut juga sukar untuk mencapai kesepakatan tentang pengertiannya karena seorang individu masuk dan bergabung dalam organisasi kerja pada usia, etnis, latar belakang budaya, dan keterampilan berbeda satu dengan lainnya. Ilyas (2012) menambahkan adanya sub variabel kontrol dan supervisi pada kelompok variabel organisasi. Berikut diagram skematis variabel yang mempengaruhi perilaku dan kinerja menurut ilyas (2012) :
Variabel Individu Kemampuan dan Keterampilan : Mental Fisik Latar Belakang : Keluarga Tingkat Sosial Pengalaman Demografis : Umur Etnis Jenis Kelamin
Bagan 2.1.
PERILAKU INDIVIDU (Apa yang dikerjakan) Kinerja (Hasil yang di kerjakan)
Variabel Psikologis -
Persepsi Sikap Keperibadian Belajar Motivasi
Variabel Organisasi : -
Sumber Daya Kepemimpinan Imbalan Struktur Disain Pekerjaan Supervisi Kontrol
Diagram Skematis Variabel yang Memengaruhi Perilaku dan Kinerja (Ilyas,2012)
Universita Sumatera Utara
Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja pegawai juga dijelaskan oleh Ilyas (2012) yaitu karakteristik pribadi (usia, jenis kelamin, pengalaman, orientasi dan gaya komunikasi), motivasi, pendapatan dan gaji, keluarga, organisasi, supervisi dan pengembangan karir. 2.4.3. Penilaian Kinerja
Penilaian Kinerja adalah proses menilai hasil karya personel dalam suatu organisasi melalui instrumen penilaian kerja (Ilyas, 2012). Penilaian kemampuan personel merupakan tujuan yang mendasar dalam rangka penilaian personel secara individual yang dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektifitas manajemen sumber daya manusia. Moeheriono (2009) menyatakan secara umum evaluasi kinerja dan pengukuran kinerja dianggap mempunyai kesamaan, dan mempunyai arti dan definisi yang sama, namun dalam hal maknanya sangat berbeda dimana evaluasi ialah kegiatan memantau, mencatat, dan menganalisa kegiatan untuk mencapai tujuan dan sasaran yang telah di tetapkan, sementara proses penilaian ialah membandingkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dengan hasil yang seharusnya dicapai sesuai standar yang telah ditetapkan. Triwibowo (2013) menyebutkan ada beberapa dimensi kinerja yang dapat dijadikan indikator penilaian kinerja yaitu; Kualitas kerja termasuk didalamnya ialah kecermatan dan kesalahan operator, kuantitas yaitu jumlah dari kerja yang dapat diselesaikan, dan pemanfaatan waktu kerja serta kemampuan bekerja sama dengan orang lain atau tim dalam menyelesaikan pekerjaan.
Universita Sumatera Utara
Penilaian kinerja adalah suatu deskripsi sistematis mengenai kekuatan dan kelemahan perawat, dapat digunakan sebagai informasi untuk penilaian efektif manajemen sumber daya manusia dengan melihat kemampuan personil dan pengambilan keputusan dalam pengembangan personalia. Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya sebagai kontrol sumber daya manusia dan produktifitasnya (Triwibowo 2013). Menurut Coates (1996) Penilaian kinerja memiliki empat strategi yang penting : 1. Menciptakan visi dan tujuan bersama dalam organisasi, kadang-kadang melalui pernyataan misi yang disampaikan secara lisan kepada seluruh pegawai. 2. Menetapkan target kinerja individu yang berkaitan dengan target unit operasi dalam organisasi secara keseluruhan 3. Penilaian umum untuk melihat kemajuan suatu target organisasi, dan atau juga sebagai identifikasi kebutuhan pelatihan pada pegawai. 4. Penilaian
berkesinambungan
dari
sistem
penilaian
kinerja
untuk
mengevaluasi efektifitas kinerja organisasi secara keseluruhan, suatu masukan utnuk meningkatkan kualitas dari pekerjaan. Menurut Nursalam didalam Triwibowo (2013) manfaat dari penilaian kinerja ialah : meningkatkan prestasi kerja, merangsang minat dan pengembangan pribadi untuk meningkatkan hasil karya dan prestasi, membantu rumah sakit dalam menyusun program pelatihan tim, memberikan kesempatan kepada pegawai dalam hal penjenjangan karir.
Universita Sumatera Utara
Triwibowo (2013) menyatakan bahwa kinerja perawat dapat dilihat dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu berdasarkan Standar Asuhan Keperawatan (SAK) yang baku. Indikator standar asuhan keperawatan tersebut adalah pemberdayaan proses keperawatan meliputi standar : 1) Pengkajian perawatan: data-data di anamnesa berfungsi untuk menegakkan diagnosa keperawatan, 2) Diagnosa keperawatan: respon pasien yang dirumuskan berdasarkan data status kesehatan pasien, 3) Perencanaan keperawatan: disusun sebelum melaksanakan tindakan, 4) Implementasi atau pelaksanaan tindakan keperawatan : ditentukan dengan maksud agar kebutuhan pasien dipenuhi secara maksimal, 5) Evaluasi Perawat : dilakukan secara periodik dari semua tindakan dan rencana tindakan yang tidak terlaksana. 1. Pengkajian Pengkajian adalah dasar utama dari proses keperawatan yaitu pengumpulan data yang akurat dan sistematis dimana akan membantu penentuan status kesehatan dan pola pertahanan klien mengidentifikasi kekuatan dan kebutuhan klien, serta merumuskan diagnosis keperawatan. Data yang dikumpulkan berguna untuk menentukan aktivitas keperawatan dan juga sebagai sumber data bagi profesi yang lain. Pertukaran data antar profesi sangat penting dalam peningkatan kualitas dan keabsahan pelayanan kesehatan. Perawat sering mengutamakan pengkajian fisiologis dan mengabaikan psikologis, sosiobudaya, perkembangan, spiritual dan interaksi.
Universita Sumatera Utara
Dari
kelima
area
pengkajian
tersebut
sangat
diperlukan
untuk
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan klien serta dalam membantu klien mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Perawat harus mempunyai kemampuan dalam komunikasi efektif, observasi yang sistematik, pemeriksaan fisik, interpretasi masing masing gejala identifikasi pola interaksi untuk dapat melakukan pengkajian yang akurat. 2. Diagnosa keperawatan. Setelah melakukan pengkajian langkah selanjutnya adalah penegakan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang telah didapatkan. Diagnosa keperawatan adalah pernyataan menjelaskan status kesehatan atau masalah yang ada pada pasien baik aktual, resiko tinggi dan potensial. Perawat memakai proses keperawatan dalam mengidentifikasi dan mensintetis data klinis dan menentukan tindakan keperawatan untuk mengurangi, menghilangkan atau mencegah masalah kesehatan klien yang ada pada tanggung jawabnya. 3. Perencanaan tindakan keperawatan Setelah merumuskan diagnosis keperawatan, maka tindakan dan aktivitas keperawatan perlu ditetapkan untuk mengurangi menghilangkan dan mencegah masalah keperawatan klien. Tahapan ini disebut perencanaan keperawatan yang terdiri dari: a.
Menentukan prioritas diagnosis keperawatan.
b. Menetapkan sasaran (goal) dan tujuan objektif. c.
Menetapkan kriteria evaluasi.
Universita Sumatera Utara
d. Merumuskan tindakan dan aktivitas keperawatan. Tindakan keperawatan disusun berdasarkan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada pasien. Pendekatan dalam penyusunan dan tindakan keperawatan berorientasi pada tujuan, rencana tindakan dan rasional. 4. Implementasi/pelaksanaan Pelaksanaan tindakan keperawatan adalah aplikasi dari rencana tindakan keperawatan yang disusun oleh perawat dan dilakukan pada klien, yang menjadi petunjuk pada pelaksanaan, dimana tindakan dilaksanakan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, keterampilan interpersonal, intelektual dan teknikal dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi yang tepat, keamanan fisik dan psikologis dilindungi, dokumentasi tindakan dan respon klien. 5. Evaluasi Evaluasi dilakukan setelah seluruh tindakan keperawatan yang telah disusun pada perencanaan telah dilakukan pada pasien. Untuk mengukur kemajuan dan keberhasilan tindakan keperawatan yang telah dilakukan apakah berhasil atau tidak terhadap status kesehatan pasien maka dapat dinilai melalui proses perawatan dengan metode evaluasi. Evaluasi adalah penilaian atau pengukuran tentang status kesehatan pasien setelah tindakan perawatan dilaksanakan. Pendekatan evaluasi proses perawatan dapat dilakukan dengan dua metode yaitu : 1). Evaluasi formatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat proses perawatan masih berlangsung artinya evaluasi ini dilakukan pada saat tindakan masih berlangsung.
Universita Sumatera Utara
2). Evaluasi sumatif yaitu evaluasi yang dilakukan pada saat proses keperawatan telah selesai semua dilakukan artinya seluruh tindakan yang ada telah dilakukan terhadap pasien kemudian dilaksanakan evaluasi. Teknik pelaksanaan evaluasi beriorentasi kepada data subjektif, data objektif, analisa dan perencanaan/tindak lanjut. Dengan demikian secara teknis yang dituliskan pada pendokumentasian proses perawatan pada tahap evaluasi adalah semua data subjektif, data objektif, analisa (kesimpulan dari data subjektif dan objektif) serta perencanaan berdasarkan hasil analisa (Triyana, 2013).
2.4. Landasan Teori Banyak faktor atau variabel yang akan memengaruhi kinerja sesorang, salah satunya ialah variabel individu, dimana didalam variabel individu ada pengetahuan dan keterampilan, disini penulis mengelompokkan keterampilan ke dalam kompetensi teknis. Seluruh perawat di rumah sakit umum daerah Batubara berlatar pendidikan diploma III, dan memiliki pengalaman didalam rawatan puskesmas yang pada umumnya merupakan rawat jalan. Dengan berpindah tugas ke rumah sakit maka para perawat tersebut membutuhkan keterampilan dan kemampuan yang berbeda-beda sesuai dengan unit kerja masing-masing. Kompetensi teknis para perawat diploma III pada umumnya sudah tertuang didalam kurikulum pendidikan program diploma III, namun untuk lebih mahir di dalam unit kerja tertentu perawat sebaiknya menambah keterampilan teknis sesuai dengan unit kerja tersebut. Kompetensi teknis perawat ahli madya yang didapat dalam masa pendidikan, dan sesuai dengan pedoman kompetensi pada PPNI ke dalam tindakan-tindakan yang
Universita Sumatera Utara
sesuai dengan kebutuhan di tiap unit kerja (Unit Gawat Darurat (UGD), Unit Rawatan Khusus (ICU), Unit Ruang Operasi). Kompetensi teknis diatas dikaitkan dengan implementasi dari perawat dalam suatu asuhan keperawatan sebagai kinerja perawat. Dimana pada tahap ini lebih ditekankan penguasaan sikap dan keterampilan dalam bidang keprofesian dengan landasan pengetahuan yang memadai sehingga mampu melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien dengan berpedoman pada etika keperawatan. Dengan terciptanya pengaruh profesional perawat-pasien, maka perawat sebagai pemberi pelayanan keperawatan atau praktisi keperawatan akan mendapat suatu kepercayaan (professional trust), dengan adanya kepercayaan tersebut perawat telah menunjukkan kompetensinya kepada klien berupa kemampuan intelektual, keterampilan teknis dan sikap yang dilandasi etika profesi sehingga mampu membuat keputusan (judgement) secara profesional. Kompetensi perawat pelaksana adalah interaksi perawat dengan lingkungan kerja yang akan mengefektifkan penggunaan pengetahuan dan keterampilan untuk mencapai terget kerja. Kompetensi perawat secara teknis di unit kerja bisa diperoleh tidak hanya dari pendidikan formal saja, tetapi juga didapat dari kemampuan tambahan, pengalaman bekerja di tempat kerja, sehingga bisa memengaruhi kinerja perawat. Dalam hal inilah peranan kualitas asuhan keperawatan diharapkan dapat ditingkatkan, sebab perawat dapat mendemonstrasikan tanggung jawab dan tanggung gugatnya yang merupakan salah satu ciri perawat yang profesional. Kinerja perawat
Universita Sumatera Utara
pelaksana dapat dilihat dari hasil kerjanya, yang menjadi tugas pelaksana perawat yaitu melakukan asuhan keperawatan (PPNI 2011). Kompetensi teknis perawat di masing-masing ruang kerja dalam melayani pasien mempunyai pengaruh dalam peningkatan kinerja perawat pelaksana. Adapun kompetensi perawat yang dilakukan yaitu tindakan-tindakan teknis sesuai panduan PPNI dan SOP di masing-masing ruangan, sementara itu kinerja perawat yang dilihat adalah asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi dari tindakan tersebut. Berdasarkan uraian diatas, kompetensi perawat terhadap kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan diduga dapat memberikan pengaruh yang positif dan signifikan pada saat memberikan pelayanan di rumah sakit. 2.5. Kerangka Konsep Kompetensi Teknis Perawat di Rumah Sakit. (Unit Gawat darurat, ICU, dan Ruang Operasi)
Kinerja Perawat Asuhan Keperawatan (PPNI) 1. Pengkajian 2.Diagnosa 3.Perencanaan 4.Implementasi 5.Evaluasi
Bagan 2.2. Kerangka Konsep Sumber : Kompetensi Teknis (Kemenkes, PPNI, AIPNI AIPDiKI, Hidayati 2014), Kinerja (PPNI, Triwibowo 2013, Triyana 2013)
Universita Sumatera Utara
Untuk menghindari persepsi yang berbeda-beda terhadap beberapa variabel yang digunakan dalam penelitian ini perlu pembatasan variabel yaitu : Variabel bebas yaitu Kompetensi perawat dimana termasuk didalamnya kompetensi teknis di ruang UGD, ICU, dan Ruang Operasi, variabel terikat yaitu kinerja perawat dengan indikator asuhan keperawatan : pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.
Universita Sumatera Utara