BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Status Gizi
2.1.1 Pengertian Status Gizi Gizi adalah asupan makanan yang dikaitkan dengan kebutuhan diet tubuh. Gizi yang baik yang memadai dikombinasikan dengan aktivitas fisik secara teratur merupakan landasan betul untuk mencapai kesehatan yang baik. Gizi buruk dapat menyebabkan penurunan kekebalan, peningkatan kerentanan terhadap penyakit, gangguan perkembangan fisik dan mental, dan mengurangi produktivitas (WHO, 2013). Gizi baik merupakan kondisi dimana nutrisi yang menyuplai tenaga seperti protein, lemak, karbohidrat, vitamin, mineral dan air memenuhi keperluan tubuh seseorang. Nutrisi organik yang diperlukan oleh tubuh sesorang termasuk 9 macam asam amino , asam lemak, glukosa, empat macam vitamin larut lemak, 10 macam vitamin larut air, diet serat dan kolin. Bagi nutrisi non organik, termasuk empat macam mineral,7 macam trace mineral, 3 elektrolit dan ultra trace elemen juga diperlukan dalam diet. Nutrisi yang dibutuhkan
oleh tubuh seseorang
berbeda mengikut umur dan kondisi fisiologis (Johanna Dwyer, 2012). Gizi kurang merupakan kondisi dimana apabila seseorang tidak boleh lagi mempertahankan natural bodily capacities seperti pertumbuhan, resistan terhadap infeksi, penyembuhan dari penyakit, pembelajaran dan juga aktivitas fizikal. Sebab utama dari undernutrition adalah kekurangan asupan makanan sewaktu anak yang mencakupi kekurangan ASI. Antara lain adalah penyakit seperti HIV/AIDS, diare, pnemonia dan malaria (UNICEF, 2006). Gizi lebih merupakan konsumsi nutrisi dan makanan ke tahap yang membahayakan kesehatan seperti kondisi obesitas, penyakit jantung, diabetes, hipertensi, dan kanker. Di sesetengah negara penyakit berjangkit dan gizi kurang menjadi puncak penyakit kronik. Faktor gizi lebih adalah disebabkan oleh fast food yang menjadi pilihan popular, kurang aktiviti fizikal dan perkembangan
Universitas Sumatera Utara
teknologi yang mengurangkan penggunaan energi badan. Ekonomi yang tidak stabil di kalangan rakyat mengakibatkan sumber makanan menjadi berbeda di kalangan rakyat. Mereka yang mempunyai ekonomi yang bagus dapat mengonsumsi makanan yang lebih dan lebih suka makanan fast food (Unite for Sight, 2013).
2.2.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi status gizi termasuk:
2.2.1. Genetik Genetik memainkan peranan penting dalam status gizi dari segi psikologi dan kadar metabolik badan. Setiap orang mempunyai pola makanan tersendiri disebabkan cara hidup dan faktor lingkungan tersendiri. Faktor genetik tidak menunjukkan perubahan status gizi yang drastik (John E. Hall ,2010).
2.2.2. Aktivitas fisik Kegiatan dan latihan fizikal yang teratur dmenignkatkan massa otot dan mengurangkan massa lemak tubuh. Kekurangan latihan fizikal menyebabkan kurangnya massa otot dan meningkatnya adipositi seperti menonton tv. Bagi orang obes, kegiatan fizikal meningkatkan pengeluaran tenaga lebih dari food intake, dan mengakibatkan penurunan berat badan yang jelas. konklusinya, aktivitas fizikal adalah cara efektif untuk mengurangkan simpanan lemak (John E. Hall ,2010).
2.2.3. Faktor lingkungan Faktor lingkungan memainkan peranan dalam peningkatan obesitas di negara perindustrian kerana terdapat banyak makanan yang mengandungi lemak yang tinggi dan cara hidup moden dan senang. Cara hidup ini menyebabkan aktivitas fizikal masyarakat menurun (John E. Hall ,2010).
2.2.4. Faktor Psikologikal
Universitas Sumatera Utara
Faktor psikologikal memainkan peranan dalam terjadinya obesitas dan keturunan berat badan yang drastik. Sebagai contoh, kenainkan berat badan semasa atau selepas situasi stress yang tinggi, kematian orang tua, penyakit kronik dan depresi mental. Kajian menyatakan tabiat makan berlebihan adalah salah satu cara untuk menghilangkan stress (John E. Hall ,2010).
2.2.5. Neuron abnormal Luka dan tumor di bagian hipotalamus menyebabkan kerusakan di bagian otak dan menyebabkan kebiasaan makan seseorang itu meningkat dan menyebabkan gangguan status gizi. Perubahan neurotranmitter menyebabkan peningkatan kelaparan dan menghambat pengurangan berat badan. Perubahan lain adalah peningkatan
orexigenic
neurotranmitter
seperti
NPY
dan
pengurangan
pembentukkan substansi anaroxic seperti laptine dan MSH (John E. Hall ,2010).
2.3.
Nutrisi-nutrisi yang mempengaruhi status gizi
Kebiasaan orang tua memaksa anak mereka untuk makan secara banyak juga menyebabkan gangguan status gizi dan ini akan menyebabkan anak itu terikut dengan kebiasaan itu secara berterusan sehingga mencapai usia dewasa dan menyebabkan komplikasi kesehatan (John E. Hall ,2010). Terdapat dua macam jenis nutrisi yaitu makronutrisi dan juga mikro nutrisi yang masing-masing mempengaruhi status gizi seseorang.
2.3.1. Makronutrisi a.
Protein
Protein terdiri daripada asam amino esensial dan bukan esensial. Terdapat 9 macam asam amino: histidine, isoleucine, leucine, lysine, methionine, cystine, tyrosine, threonine, tryptophan dan valine. Asam amino seperti alanine digunakan untuk tenaga dan glukoneogenesis. Asupan protein harus ditingkatkan apabila kadar energi dalam badan menurun. Kadar protein tertinggi adalah pada daging hewan diikuti kacang, gandum, dan bijiran. kombinasi protein hewan dan tumbuhan memberi tenaga yang lebih. Kubutuhan protein meningkat sewaktu
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan hamil, masa laktasi, proses penyembuhan luka dan malnutrisi. Tolenransi protein berkurang apabila berlaku gagal ginjal dan hati ( Johanna Dwyer, 2012). b.
Lemak
Lemak adalah sumber energi berkonsentrasi tinggi. Pengambilan lemak tidah harus lebih dari 30% dari total kalori. Walaupun pengambilan lemak adalah penting untuk menjana energi tinggi, tetapi pengambilan lemak harus dikontrol untuk mengelakkan efek-efek samping yang buruk ( Johanna Dwyer, 2012). c.
Karbohidrat
45-55 persen dari total kalori harus didapati dari karbohidrat. Otak memrlukan 100 gram/d glukosa untuk tenaga. Jaringan lain memerlukan 50 gram/d. Otak dan sel darah merah bergantung kepada glukosa yang disuplai dari luar atau protiolisis otot. Karbohidrat merupakan nutrisi yang paling penting pada status hipokalorik ( Johanna Dwyer, 2012).
2.3.2. Mikronutrisi a.
Air
Air diperlukan untuk melakukan aktivitas fizikal, berkeringat dan melarutkan nutrisi diet. Air dikeluarkan 50-100 ml/d melalui feses, 500-1000 ml/d melalui evopurasi dan hembusan, > 1000ml/d dari urin. Demam meningkatkan kehilangan air dalam badan. Diare menyebabkan kehilangan air sebanyak 5 liter/d . Keringat lebih dan muntah juga meningkatkan kehilangan air dari tubuh. Kebutuhan air adalah tinggi sewaktu bayi, kehamilan, laktasi, dan juga untuk orang tua ( Johanna Dwyer, 2012).
b.
Vitamin A
Vitamin A memainakn peranan penting dalam penggunaan zat bes, imunitas humoral, T sel mediated imunitas, aktivitas natural killer cell dan phagosytosis. Jikalau kurang asupan vitamin A akan mengakibatkan Xerophthalmia, rabun malam, disfungsi imun dan lain lain.
Defisensi Vitamin A bisa karena
malabsorbsi lemak, infeksi, measles, pengambil alkohol dan malnutrisi protein. (
Universitas Sumatera Utara
Robert M. Russell, 2012) . Sumber vitamin A boleh didapati dalam sayuran hijau, buah, minyak sawit, ikan, dan hati ayam (WHO, 2001). c.
Vitamin C
Vitamin C memainkan peranan sebagai anti oksidan, pembentukan hemoglobin, biosintesa karnitin, konversi dopamin ke norepinephrine dan sintesa horman peptida. Kekurangan asupan Vitamin C akan menyebabkan Scurvy, petechiae, pendarahan gusi, sakit sendi, luka lambat sembuh. Defisensi vitamin C disebabkan oleh sikap merokok dan pengambilan alkohol. Sumber vitamin boleh diperoleh dari buah citrus, sayuran hijau, tomato dan kentang ( Robert M. Russell, 2012). d.
Vitamin B1
Vitamin B atau dikenali sebagai Thiamin adalah penting dalam mengkonduksi saraf periferal. Sumber utama thiamin boleh diperolah dari ragi, daging, gandum, dan kacang. Teh, kopi ikan mentah, dan kerang mengandungi bahan kimiawi yang dapat merusakkan vitamin B1. Defisensi vitamin B1 disebabkan oleh alkohol dan penyakit kronik. Vitamin B1 berfungsi sebagai koenzim yang penting dalam metabolisme energi dari karbohidrat. Defisensi thiamin boleh menyebabkan aneroxia, beri-beri dan gangguan mental ( Robert M. Russell, 2012). e.
Zat Besi
Fungsi utama zat besi dalam tubuh adalah untuk produksi hemoglobin. 2/3 dari total iron dalam tubuh adalah berbentuk hemoglobin. Dengan ini, zat besi merupakan komponen penting dalam trasport oksigen dalam tubuh (John E. Hall ,2010). Zat besi memilik enzim yang berfungsi sebagai elektron carrier. Ia mensisntesa steroid asam empudu. Jus buah, daging, sayur, ikan merupakan antara sumber zat besi (WHO,2001). Kekurangan zat besi mengakibatkan anemia, otot abnormal, dan keruskan jaringan. Kelebihan zat besi pulak akan mengakibatkan Hemosiderosis (Kim E. Barrett dkk, 2010). f.
Kalsium
Kalsium merupakan sumber penting dalam proses pembentukan tulang. Kalsium terdapat di badan terutama di tulang. Kadar kalsium yang berlebihan di badan boleh menyebabkan gagal jantung dan juga gangguan mental. Kadar kalsium yang
Universitas Sumatera Utara
rendah dalam badan pula akan menyebabkan gangguan saraf, tetanus, oesteoporosis, dan tulang lembut (John E. Hall ,2010). Absorpsi kalsium dibantu oleh protein tetapi dihambat oleh fosfat dan oxalate karena membentuk garam apabila beraksi dengan ion kalsium di usus (Kim E. Barrett dkk, 2010).
2.4. Penilaian Status Gizi Penilaian status gizi merupakan penjelasan yang berasal dari data yang diperoleh dengan menggunakan berbagai macam cara untuk menemukan suatu populasi atau individu yang memiliki resiko status gizi kurang maupun gizi lebih yaitu:
2.4.1. Nutritional History Digunakan untuk mengidentifikasi lebih atau kurang asupan nutrisi pada seseorang. Mekanisme ini melingkupi kukurangan asupan makanan, malabsorbsi, pembaziran nutrisi dan peningkatan kebutuhan nutrisi oleh tubuh (Douglas C. Heimburger, 2012).
2.4.2. Pemeriksaan fisik Digunakan untuk mengidentifikasi kelainan pada tubuh. Hal-hal yang diamati adalah kondisi rambut, kuku, keadaan kulit, mata dan juga beberapa fisik yang lain (Douglas C. Heimburger, 2012).
2.4.3. Pemeriksaan Lab Digunakan untuk mengetahui status nutrisi seseorang. Contohnya kelainan tahap albumin rendah, prealbumin, total iron-binding capacity, waktu prothrombin dan blood urea nitrogen (Douglas C. Heimburger, 2012).
2.4.4. Antropometri Pengukuran antropometri dilakukan dengan menggunakan beberapa parameter. Antaranya berat badan. Pengukuran ini dilakukan dengan menggunkan unit Kg dengan menggunkan timbang berat. Seterusnya dengan menggunakan parameter tinggi badan. Di mana pada responden < 2 tahun dilakukan panjang badan dengan
Universitas Sumatera Utara
menggunakan Length measuring board dalam posisi tidur. Sedangkan pada responden ≥ 2 tahun dilakukan
dalam posisi berdiri. Seterusnya dengan
menggunakan parameter lingkar perut. Pengukuran lingkar perut dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya obesitas abdominal/ sentral. Jenis obesitas ini sangat berpengaruh terhadap kejadian penyakit kardiovaskular dan diabetes melitus. Seterusnya adalah pengukuran lingkar lengan atas. Pengukuran Lingkar lengan atas dimaksudkan untuk mengetahui prevalensi wanita usia subur umur 15–45 tahun dan ibu hamil yang menderita Kurang Energi kronis (KEK). Boleh juga kita menentukan status gizi dengan menggunakan Indeks Massa Tubuh (RISET KESEHATAN DASAR, 2007).
2.4.4.1. Klasifikasi Status Gizi Berdasarkan IMT Dua parameter yang berkaitan dengan pengukuran Indeks Massa Tubuh, terdiri dari berat badan dan tinggi badan.
2.4.4.2. Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh Indeks Massa Tubuh diukur dengan cara membagi berat badan dalam satuan kilogram dengan tinggi badan dalam satuan meter kuadrat.
Berat badan (kg) IMT = ______________________________ Tinggi badan (m) x Tinggi badan (m)
2.4.4.3. Kategori Indeks Massa Tubuh Menurut Umur (IMT/U) Untuk mengetahui status gizi seseorang maka ada kategori ambang batas IMT yang digunakan, seperti yang terlihat pada table 2.4.4.2 yang merupakan ambang batas IMT.
Sangat kurus
< -3 SD
Universitas Sumatera Utara
Kurus
- 3 SD hingga - 2 SD
Indeks Massa Tubuh Menurut
Normal
-2 SD hingga 1 SD
Umur (IMT/Umur)
Gemuk
> 1 SD hingga 2 SD
Anak Umur 5 hingga 18 tahun
Obesitas
> 2 SD
2.5. Masalah Gizi Kurang Gizi kurang terjadi apabila sesorang tidak mendapt nutrisi diperlukan untuk menjana tenaga, pertumbuhan dan sistem imun yang sehat. Defisensi mikronutrisi seperti besi, iodine, zink, vatmin A, folat mengefek pertumbuhan dan sistem imun. kekurangan zat gizi dapat mengakibatkan anemia, hipotiroidism, dan Xerofatalmia. Sebab kekurangan gizi adalah diet buruk, penyakit, kebersihan makanan yang buruk, persekitaran yang kotor, penjagaan kesehatan yang kurang bagus, kemiskinan, kurang pendidikan, perang dan bencana alam. Bagi anak-anak, kurang gizi menyebabkan pertumbuhan badan yang lambat, anamik, proses pembelajaran yang lemah dan tidak aktif dalam aktiviti fizikal. Cara memperbaiki masalah ini adalah dengan cara memberi informasi tentang nutrisi, kesehatan badan, dan kebersihan lingkungan dan makanan, imunisasi, suplai makanan yang bagus (Ann Burgess dan dr.Louis Danga, 2008).
2.6 Masalah Gizi Lebih Masalah gizi lebih diindikasikan apabila IMT lebih dari angka 25. Kajian mengatakan mereka yang menghadapi gizi lebih adalah sama dengan mereka yang berada dalam kelaparan. Obesitas adalah masalah gizi lebih yang dikaitkan dengan masalah jantung. Resistansi insulin meningkat seiring peningkatan berat badan. Kadar kematian penderita kanker meningkat disebabkan kenaikan berat badan (Kim. E. Barrett dkk,2010). Masalah gizi lebih disebabkan jumlah energi yang masuk ke dalam tubuh lebih besar dari jumlah energi yang dikeluarkan (John E. Hall ,2010).
Universitas Sumatera Utara
Masalah gizi lebih dikategorikan menjadi empat yaitu overweight, obesitas tipe 1, obesitas tipe 2, obesitas tipe 3 (extreme obesity). Batas IMT untuk over weight adalah 25.0-29.9 dengan memiliki resiko penyakit yang meningkat. Untuk obesitas tipe 1 batas IMT adalah 30.0-34.9 dengan resiko penyakit yang tinggi. Obesitas tipe 2 memiliki batas IMT 35.0-39.9 dengan resiko penyakit terlalu tinggi. Dan akhir sekali obesitas tipe 3 dengan batas IMT lebih dari 40 dengan resiko penyakit yang tinggi (Robert, F. Kushner, 2012). Ada beberapa penyebab yang mempengaruhi status gizi lebih antaranya aktivitas fisik yang menurun sejajar meningkatnya kadar asupan makanan. Faktor environment, sosial dan psikologi berpanguruh terhadap peningkatan kadar asupan makanan. Penyebab dari masalah gizi lebih ini adalah kompleks. Genetik juga merupakan antara faktor yang mempengaruhi obesitas (John E. Hall ,2010).
2.7 Prestasi Belajar 2.7.1. Definisi Hasil belajar merupakan segala sesuatu yang menjadi milik siswa sebagai akibat dari kegiatan belajar yang dilakukan. Salah satu petunjuk dari keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar adalah prestasi belajar individu secara maksimal. Prestasi belajar di dalam pendidikan diidentikkan dengan hasil belajar atau output dari proses belajar. Prestasi belajar juga dapat diartikan sebagai hasil dari suatu aktivitas belajar yang dilakukan berdasarkan pengukuran dan penilaian terhadap hasil pendidikan yang diwujudkan berupa angka ataupun nilai maupun indeks prestasi. Prestasi belajar adalah hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar yang diberikan berdasarkan atas pengukuran tertentu. Dalam proses pendidikan prestasi dapat diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni, penguasaan, perubahan emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu (Abdullah, 2008). Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecekapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.Penguasaan prestasi
Universitas Sumatera Utara
bila dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan atau keterampilan berpikir maupun kemampuan motoric. Prestasi belajar pada dunia pendidikan adalah hasil pencapaian seseorang selama mengikuti pelajaran di sekolah yang berbentuk skor atau nilai (Sukmana, 2004). Pengertian yang lebih umum mengenai prestasi belajar yaitu prestasi belajar adalah hasil belajar atau perubahan tingkah laku yang menyangkut ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap setelah melalui proses tertentu, sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar adalah usaha maksimal yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usahausaha belajar.Prestasi dapat diukur melalui tes yang sering dikenal dengan tes prestasi belajar (Gunarso, 2012). Prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang.Maka prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang setelah melaksanakan usaha-usaha belajar. Prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang dianggap penting yang diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta, dan rasa maupun yang berdimensi karsa.
2.7.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Secara garis besarnya faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar dapat dikelompokkan atas: ( Abdullah, 2010)
2.7.2.1.Faktor Internal Faktor yang menyangkut seluruh pribadi termasuk kondisi fisik maupun
mental
atau psikis.Faktor internal ini sering disebut faktor instrinsik yang meliputi kondisi fisiologi dan kondisi psikologis yang mencakup minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan lain-lain.
1. Kondisi Fisiologis Secara Umum Kondisi fisiologis pada umumnya sangat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar seseorang. Orang yang ada dalam keadaan segar jasmaninya akan
Universitas Sumatera Utara
berlainan belajarnya dari orang yang ada dalam keadaan lelah. Anak-anak yang kekurangan gizi ternyata kemampuannya berada dibawah anak-anak yang tidak kekurangan gizi.Anak-anak yang kurang gizi mudah lelah, mudah mengantuk, dan tidak mudah menerima pelajaran.
2. Kondisi Psikologis Belajar pada hakikatnya adalah proses psikologi. Oleh karena, itu semua keadaan dan fungsi psikologis tentu saja mempengaruhi belajar seseorang. Itu berarti belajar bukanlah berdiri sendiri, terlepas dari faktor lain seperti faktor dari luar dan faktor dari dalam. Faktor psikologis sebagai faktor dari dalam tentu saja merupakan hal yang utama dalam menentukan intensitas belajar seorang anak. Meski faktor luar mendukung, tetapi faktor psikologis tidak mendukung maka faktor luar itu akan kurang signifikan. Oleh karena itu, minat, kecerdasan, bakat, motivasi, dan kemampukan-kemampuan kognitif adalah faktor psikologis yang utama mempengaruhi proses dan hasil belajar mahasiswa (Djamarah, 2008).
a. Kondisi Panca Indera Disamping kondisi fisiologis umum, hal yang tak kalah pentingnya adalah kondisi panca indera terutama penglihatan dan pendengaran.Sebagian besar yang dipelajari manusia dipelarimenggunakan penglihatan dan pendengaran.Orang belajar dengan membaca, melihat contoh atau model, melakukan observasi, mengamati hasil eksperimen, mendengarkan keterangan guru dan orang lain, mendengarkan ceramah, dan lain sebagainya.
b. Intelegensi/Kecerdasan Intelegensi adalah suatu kemampuan umum dari seseorang untuk belajar dan memecahkan
suatu
permasalahan.
Jika
intelegensi
seseorang
rendah
bagaimanapun usaha yang dilakukan dalam kegiatan belajar, jika tidak ada bantuan orang tua atau pendidik niscaya usaha belajar tidak akan berhasil.
c. Bakat
Universitas Sumatera Utara
Bakat merupakan kemampuan yang menonjol disuatu bidang tertentu misalnya bidang studi matematika atau bahasa asing.Bakat adalah suatu yang dibentuk dalam kurun
waktu,
sejumlah lahan
dan
merupakan perpaduan taraf
intelegensi.Pada umumnya komponen intelegensi tertentu dipengaruhi oleh pendidikan dalam kelas, sekolah, dan minat subyek itu sendiri. Bakat yang dimiliki seseorang akan tetap tersembunyi bahkan lama-kelamaan akan menghilang apabila tidak mendapat kesempatan untuk berkembang.
d. Motivasi Motivasi memegang peranan penting dalam memberikan gairah, semangat, dan rasa senang dalam belajar sehingga yang mempunyai motivasi tinggi mempunyai energi yang banyak untuk melaksanakan kegiatan belajar.Siswa yang mempunyai motivasi tinggi sangat sedikit yang tertinggal dalam belajarnya.Kuat lemahnya motivasi belajar seseorang turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Karena itu motivasi belajar perlu diusahakan terutama yang berasal dari dalam diri (motivasi intrinsik) dengan cara senantiasa memikirkan masa depan yang penuh tantangan dan harus untuk mencapai cita-cita. Senantiasa memasang tekat bulat dan selalu optimis bahwa cita-cita dapat dicapai dengan belajar..Bila ada siswa yang kurang memiliki motivasi instrinsik diperlukan dorongan dari luar yaitu motivasi ekstrinsik agar siswa termotivasi.
2.7.2.2.Faktor eksternal Faktor yang bersumber dari luar diri individu yang bersangkutan.Faktor ini sering disebut dengan faktor ekstrinsik yang meliputi segala sesuatu yang berasal dari luar diri individu yang dapat mempengaruhi prestasi belajarnya baik itu di lingkungan sosial maupun lingkungan lain (Djamarah, 2008).
1. Faktor lingkungan keluarga a. Sosial ekonomi keluarga
Universitas Sumatera Utara
Dengan sosial ekonomi yang baik, seseorang siswa lebih berkesempatan mendapatkan fasilitas belajar yang lebih baik yang mencakupi buku tulis, alat tulis hingga pemilihan sekolah
b.
Pendidikan orang tua
Orang tua yang lebih berpendidikan tinggi cenderung lebih
memperhatikan
memahami pentingnya pendidikan bagi anak-anak dibandingkan orang tua yang tidak berpendidikan tinggi.
c. Perhatian orang tua dan suasana hubungan antara anggota keluarga Dukungan yang baik daripada keluarga dapat memicu siswa untuk lebih berprestasi.Dukungan bisa secara langsung seperti puji-pujian atau nasihat ataupun secara tidak langsung seperti hubungan yang harmonis. (Abdullah, 2010)
2. Faktor lingkungan sekolah a. Sarana dan prasarana Kelengkapan fasilitas sekolah seperti papan tulis dan
sebagainya serta bentuk
ruangan, sirkulasi udara dan lingkungan sekolah dapat mempengaruhi proses belajar siswa.
b. Kompetensi guru dan siswa Kualitas guru dan siswa sangat penting dalam mempengaruhi
prestasi
belajar.Kelengkapan fasilitas tanpa kinerja yang baik dari para penggunanya akan hanya sia-sia. Dengan adanya fasilitas yang baik dan tenaga pengajar yang terlatih serta hubungan antara guru dan sesama teman berlaku dengan harmonis, ini dapat mencipta suasana yang menyenangkan untuk belajar dan berprestasi baik.
3. Faktor lingkungan masyarakat a. Sosial budaya Pandangan masyarakat tentang pentingnya pendidikan akanmempengaruhi kesungguhan pendidik dan peserta didik. Sikap masyarakat yang masih
Universitas Sumatera Utara
memandang rendah pendidikan akan enggan mengirimkan anak mereka ke sekolah.
b. Partisipasi terhadap pendidikan Apabila ada partisipasi yang baik dari semua pihak, misalnya
mulai dari
pemerintah (berupa kebijakan dan anggaran) sampai ke masyarakat bawah, ini akan membantu mewujudkan suasana yang aman bagi siswa untuk lebih berprestasi karena setiap orang akan lebih menghargai dan memajukan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Universitas Sumatera Utara