6
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anatomi Punggung Punggung merupakan struktur penyangga sekaligus penghubung tubuh bagian atas dengan bagian bawah. Komponen utama punggung adalah tulang belakang, yang tersusun atas ruas-ruas tulang belakang, mulai dari bagian leher sampai tulang ekor.
Gambar 2.1 Ruas-ruas tulang belakang. Sumber : Atlas Of Human Anatomy ,Frank H. Netter , 3rd edition .
Universitas Sumatera Utara
7
Ada sekitar 32-33 ruas tulang yang menyusun tulang belakang: 7 ruas tulang leher, 12 ruas tulang punggung atas, 5 ruas tulang punggung bawah, 5 ruas tulang sakrum (saat dewasa menyatu menjadi sebuah ruas saja) dan 3-4 ruas tulang ekor. Ruas-ruas tulang belakang tersebut saling berhubungan melalui persendian. Di dalam tulang belakang terdapat sebuah rongga memanjang dari tulang leher sampai ekor yang menjadi tempat berjalannya saraf (sumsum) tulang belakang. Dari saraf tulang belakang ini berjalan sekitar 60an saraf tepi melalui lubang-lubang yang terdapat di samping kanan-kiri tulang belakang (Gambar 2). Disebut saraf tepi, karena otak dan saraf tulang belakang dikenal sebagai saraf pusat. Saraf tepi akan berjalan dari sumsum (saraf) tulang belakang sampai ke daerah paling tepi yaitu otot dan kulit tubuh mulai dari leher, anggota gerak atas, dada, perut, seluruh bagian punggung, pantat dan kedua tungkai bawah. Oleh karena itu, kelainan pada saraf (sumsum) tulang belakang dan saraf tepi dapat menimbulkan gejala pada anggota gerak, baik berupa nyeri, kesemutan atau bahkan kelumpuhan.
Universitas Sumatera Utara
8
Gambar 2.2 Spinal Cord. Sumber : Atlas Of Human Anatomy ,Frank H. Netter , 3rd edition . Selain ruas-ruas tulang belakang, punggung juga tersusun atas otot dan ligamen (sejenis otot). Otot dan ligamen tersebut melekat dan membungkus tulang belakang (Gambar 3) menjadi satu kesatuan yang kokoh tetapi lentur dapat bergerak ke depan, belakang, samping dan berputar. (Fitria,2012)
Universitas Sumatera Utara
9
Gambar 2.3 Otot dan Ligamen Punggung. Sumber : Atlas Of Human Anatomy ,Frank H. Netter , 3rd edition .
2.2 Nyeri Punggung Bawah 2.2.1 Definisi Nyeri Punggung Bawah Nyeri akut atau kronis di lumbal atau wilayah sakral, yang mungkin berhubungan dengan kaku maupun terkilirnya otot dan ligamen; perpindahan Intervertebralis Disk; dan kondisi lainnya. Nyeri di daerah punggung bawah yang dapat dihubungkan dengan masalah di tulang belakang lumbal, diskus antara tulang belakang, ligamen di sekitar tulang belakang , saraf tulang belakang serta saraf disekitarnya, otot-otot
Universitas Sumatera Utara
10
punggung, organ internal panggul dan perut, atau kulit yang menutupi area lumbar. Nyeri punggung bawah adalah gejala muskuloskeletal umum yang dapat bersifat akut atau kronis. Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai penyakit dan gangguan yang mempengaruhi tulang belakang lumbar. Nyeri pinggang sering disertai dengan linu panggul, yang merupakan rasa sakit yang melibatkan saraf siatik dan dirasakan di punggung bawah, bokong, dan belakang paha. Menurut Yanra (2012), Nyeri punggung bawah (low back pain) merupakan suatu gangguan neuromuskuloskeletal, gangguan organ visceral, dan gangguan vaskuler yang dirasakan di daerah punggung bawah, dimana satu dari sejumlah sindrom nyeri yang banyak dikeluhkan penderita yang berkunjung ke dokter.
Gambar 2.4 Low Back Cause by Category . Sumber : http://www.lower-back-pain-answers.com
2.2.2 Faktor Risiko Faktor resiko nyeri pinggang meliputi umur, jenis kelamin, berat badan, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang,
Universitas Sumatera Utara
11
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan berkaitan dengan osteoporosis. (Bimaariotejo, 2009) a. Umur Nyeri pinggang merupakan keluhan yang berkaitan erat dengan umur. Secara teori, nyeri pinggang atau nyeri punggung bawah dapat dialami oleh siapa saja, pada umur berapa saja. Namun demikian keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok umur 0-10 tahun, hal ini mungkin berhubungan dengan beberapa faktor etiologik tertentu yag lebih sering dijumpai pada umur yang lebih tua. Biasanya nyeri ini mulai dirasakan pada mereka yang berumur dekade kedua dan insiden tertinggi dijumpai pada dekade kelima. Bahkan keluhan nyeri pinggang ini semakin lama semakin meningkat pada umur sekitar 55 tahun. (Erizal,2013) b. Jenis Kelamin Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap keluhan nyeri pinggang sampai umur 60 tahun, namun pada kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya keluhan nyeri pinggang, karena pada wanita keluhan ini lebih sering terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya nyeri pinggang.( Erizal,2013) c. Berat badan Pada orang yang memiliki berat badan yang berlebih risiko timbulnya nyeri pinggang lebih besar, karena beban pada sendi penumpu berat badan akan meningkat, sehingga dapat memungkinkan terjadinya nyeri pinggang. Tinggi badan berkaitan dengan panjangnya sumbu tubuh sebagai lengan beban anterior maupun lengan posterior untuk mengangkat beban tubuh. (Erizal,2013) d. Pekerjaan Keluhan nyeri ini juga berkaitan erat dengan aktivitas mengangkat beban berat, sehingga riwayat pekerjaan sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab serta
Universitas Sumatera Utara
12
penanggulangan keluhan ini. Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya memikul beban di pundaknya setiap hari. Mengangkat beban berat lebih dari 25 kg sehari akan memperbesar resiko timbulnya keluhan nyeri pinggang. (Rizma,2007) e. Aktivitas / Olahraga Sikap tubuh yang salah merupakan penyebab nyeri pinggang yang sering tidak disadari oleh penderitanya. Terutama sikap tubuh yang menjadi kebiasaan. Kebiasaan seseorang, seperti duduk, berdiri, tidur, mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menimbulkan nyeri pinggang, misalnya, pada pekerja kantoran yang terbiasa duduk dengan posisi punggung yang tidak tertopang pada kursi, atau seorang mahasiswa yang seringkali membungkukkan punggungnya pada waktu menulis. Posisi berdiri yang salah yaitu berdiri dengan membungkuk atau menekuk ke muka. Posisi tidur yang salah seperti tidur pada kasur yang tidak menopang spinal. Kasur yang diletakkan di atas lantai lebih baik daripada tempat tidur yang bagian tengahnya lentur. Posisi mengangkat beban dari posisi berdiri langsung membungkuk mengambil beban merupakan posisi yang salah, seharusnya
beban
tersebut
diangkat
setelah
jongkok
terlebih
dahulu.
Selain sikap tubuh yang salah yang seringkali menjadi kebiasaan, beberapa aktivitas berat seperti melakukan aktivitas dengan posisi berdiri lebih dari 1 jam dalam sehari, melakukan aktivitas dengan posisi duduk yang monoton lebih dari 2 jam dalam sehari, naik turun anak tangga lebih dari 10 anak tangga dalam sehari, berjalan lebih dari 3,2 km dalam sehari dapat pula meningkatkan resiko timbulnya nyeri pinggang. (Rizma.,2007) 2.2.3 Etiologi Etiologi low back pain menurut Erizal(2013)yang dikutip dalam Rizma (2007)dapat berupa : 1. Proses degeneratif, seperi spondilosis, HNP, stenosis spinalis, dan osteoartritis. Perubahan pada vertebrata lumbosakral dapat terjadi pada arkus dan prosesus artikularis serta ligamen yang menguhubungkan antar
Universitas Sumatera Utara
13
ruas tulang belakang. Perubahan degeneratif juga dapat menyerang annulus fibrosus dari diskus intervertebralis. 2. Penyakit inflamasi, seperti rheumatoid artritis yang sering timbul sebagain penyakit akut dengan ciri persendian keempat anggota gerak terkena secara serentak atau spondilitis ankilopoetika dengan keluhan sakit punggung dan pinggang yang sifatnya pegal, kaku 3. Osteoporosis, pada orang tua dan jompo terutama menyerang kaum wanita. Sakit bersifat pegal, tajam dan radikuler 4. Kelainan kongenital, yang diperlihatkan foto rontgen polos dari vertebra lumbosakralis sering dianggap sebagai penyebab LBP.dan dapat menyerupai HNP. 5. Gangguan
sirkulasi,
seperti
aneurisma
aorta
abdominalis
dapat
menyebabkan LBP yang hebat. Gangguan sirkulasi lain seperti thrombosis aorta terminalis, dengan gejala nyeri yang menjalar sampai bokong, belakang paha dan tungkai kedua sisi 6. Tumor, dapat berupa tumor jinak seperti osteoma, Paget’s disease, osteoblastoma, hemangioma, neurioma, meningioma, atau tumor ganas seperti mieloma multipel, maupun sekunder 7. Infeksi akut, yang disebabkan oleh kuman piogenik seperti streptococcus atau staphylococcus, atau infeksi kronik seperti spondilitis tuberculosis dan osteomielitis 8. Psikoneuritik, seperti histeria, depresi, malingering. 2.2.4 Klasifikasi Menurut Bimaariotejo,2009 ,Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua yaitu : a. Acute low back pain Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka traumatic seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang sesaat kemudian. Kejadian
Universitas Sumatera Utara
14
tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang acute terfokus pada istirahat dan pemakaian analgesik. b. Chronic low back pain Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus intervertebralis dan tumor. 2.2.5 Patogenesis 1. Mekanisme terjadinya nyeri pada Low Back Pain Nyeri yang ada pada low Back Pain 2 macam : 1
Nyeri Nosiseptif Bangunan peka nyeri yang terdapat di punggung bawah adalah periosteum, 1/3 bangunan luar annulus fibroseptor (bagian fibrosa dari diskus intervertebralis) ligamentum kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua banguan tersebut mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus(mekanik, termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh sebagian stimulus lokal akan, dijawab dengan pengeluaran sebagai mediator inflamasi dan substansia lainnya yang menyebabkan timbulnya persepsinyeri., hiperalgesia maupun alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan berlangsung proses penyembuhan. Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan yang lebih berat adalah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu (trigger points) yang merupakan salah satu kondisi nyeri. Pembungkus syaraf juga, kaya akan nosiseptor yang merupakan akhiran dari nervi nervorum yang juga berperan sebagai sumber nyeri nosiseptif inflamasi, terutama nyeri yang dalam dan sulit dilokalisir. Berbagai jenis rangsangan tadi akan mengantisipasi nosiseptor,
Universitas Sumatera Utara
15
langsung menyebabkan nyeri dan sensitisasi menyebabkan hiperalgesia. Nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas nosiseptor ini disebut nyeri nosiseptif. 2.
Nyeri Neurepatik Nyeri neuropatik adalah nyeri yang didahului atau disebabkan oleh lesi atau disfungsi primer pada system syaraf. Nyeri neuropatik yang sering ditemukan pada LBP berupa penekanan atau jeratan radiks syaraf oleh karena Hernia Nukleus Pulposus (HNP, penyempitan kanalis spinalis, pembengkaan artikulasio atau jaringan sekitarnya, fraktur mikro (misalnya penderita osteoporosis), penekanan oleh tumor dan sebagainya. Penekanan pada radiks saraf, terdapat 2 kemungkinan:
a.
Penekanan hanya terjadi pada selaput pembungkus syaraf yang kaya nosiseptor dari nervi nervorum, yang menimbulkan inflamasi, nyeri dirasakan distribusi serabut syaraf tersebut. nyeri bertambah jika terdapat peperangan serabut syarap, misalnya karena pergerakan.
b.
Penekanan sampai mengenai serabut syaraf, sehingga ada kemungkinan terjadi gangguan keseimbangan neuron sensorik melalui pelabuhan molekuler. Perubahan molekuler menyebabkan aktivitas SSA menjadi abnormal, timbul aktifitas ektopik (aktivitas di luar nosiseptor), akumulasi saluran ion Natrium (SINa dan saluran ion baru di daerah lesi). Penumpukan SI-Na naupun saluran ion baru didaerah lesi menyebabkan timbulnya mechsno-hot-sopt yang sangat peka terhadap rangsangan mekanikal maupun termal(hiperagesia mekanikal dan termal). Ditemukan juga pembentukan reseptor adrener menyebabkan stress psikologi yang mampu memperberat nyeri. Aktivitas ektopik menyebabkan timbulnya nyeri neuropatik baik yang sepontan seperti parestesia, disestisia, nyeri seperti kesetrum dan sebagainya, yang membedakan dengan nyeri inflamasi maupun yamg dibangkitkan seperti hiperal dan alodinia. Terjadinya hiperalgesia dan alodinia pada nyeri ncuropatik juga disebabkan oleh adanya fenomena windup, LTP dan perubahan fenotip AB. Pada nyeri nosiseptif, inhibisi meningkat sedang pada nyeri neuropatik terutama disebabkan penurunan reseptor opioid di neuron kornu dorsalis dan peningkatan cholesystokinin (CCK) yang menghambat kerja reseptor opioid. (Setiono, 2014)
Universitas Sumatera Utara
16
2.2.6 Gejala Klinis Gejala klinis yang utama pada LBP adalah nyeri. Nyeri punggung bawah dapat bersifat sementara atau menetap dan lokal atau menjalar. Nyeri juga dapat bersifat dangkal atau dalam. Hal ini bergantung pada penyebab dan jenis nyeri.terdapat berbagai jenis nyeri punggung: 1. Nyeri lokal,terjadi di area tertentu di punggung bagian bawah, nyeri jenis ini paling sering terjadi. Penyebabnya biasa karena terkilir atau keseleo atau cedera lainnya.Nyeri biasanya menetap,atau terkadang hilang timbul.Nyeri lokal dapat berkurang atau bertambah dengan perubahan posisi. Punggung bawah dapat sakit saat dipegang, dapat terjadi spasme otot. 2. Nyeri yang menjalar, nyeri bersifat tumpul dan terasa menjalar dari punggung bawah ke tungkai. Nyeri dapat diikuti dengan nyeri tajam, biasanya hanya mengenai satu sisi tungkai daripada seluruh tungkai. Nyeri dapat terasa sampai ke kaki atau hanya sampai lutut. Nyeri yang menjalar biasanya menandakan adanya penekanan pangkal saraf, misalnya karena HNP, osteoartritis atau stenosis tulang belakang. Batuk, bersin, mengedan atau membungkuk sambil menjaga kaki agar tetap lurus dapat memicu munculnya nyeri. Jika terdapat penekanan berat pada pangkal saraf, atau jika korda spinalis tertekan, maka akan timbul rasa seperti ditusuk jarum, atau bahkan mati rasa dan hilangnya fungsi pengendalian berkemih dan pencernaan (inkontinensia). 3. Referred pain, nyeri dirasakan pada lokasi berbeda dari lokasi penyebab nyeri sebenarnya. Misalnya, pada pasien dengan serangan jantung, nyeri dirasakan pada lengan kiri. Nyeri jenis ini pada punggung bawah cenderung bersifat sakit dan dalam, dan sulit untuk menentukan lokasi asal nyeri. Pergerakan tidak memperberat nyeri tersebut.(Cianflocco, 2013) 2.2.7 Diagnosis
Universitas Sumatera Utara
17
a. Anamnesis Menanyakan kepada pasien beberapa pertanyaan seperti: ∑
Kapan gejala saat memulai dan apa yang Anda lakukan?
∑
Apa dan di mana gejala sekarang? (Diagram nyeri sangat membantu untuk melokalisasi gejala. Pasien dapat member tanda di gambar atau manekin untuk memberikan petunjuk kepada dokter apakah nyeri bersifat neuropatik atau sebagai nociceptive.)
∑
Menilai nyeri pada skala 0 (tidak ada) ke 10 (dibayangkan terburuk). Ini adalah peringkat nyeri global yang memperhitungkan aspek fisiologis dan aspek psikologis dari LBP.
∑
Apa yang membuat rasa sakit lebih baik (misalnya, duduk, berdiri, berbaring, obat-obatan, terapi fisik)?
∑
Apa yang membuat rasa sakit lebih buruk (misalnya, duduk, berdiri, berbaring, obat-obatan, terapi fisik)?
∑
Apa pengaruh gejala ini terhadap kegiatan seperti tidur, mood, pekerjaan, aktivitas sehari-hari, dan / atau fungsi sosial? Gunakan
pertanyaan
terbuka
untuk
mendapatkan
informasi
yang
menyeluruh tentang sejarah pasien. Membangun hubungan dengan pasien sangat penting untuk mendeteksi kondisi yang serius, memberikan wawasan kepada pasien , dan untuk mencapai respon positif yang optimal terhadap pengobatan. Selain sejarah penyakit yang diderita sekarang , riwayat kesehatan masa lalu harus diperoleh adalah
riwayat infeksi (misalnya, septic arthritis), kelainan
bawaan (misalnya, displasia, rheumatoid arthritis), gangguan metabolisme , atau Penyebab trauma sebelumnya (misalnya, partisipasi di olahraga cabang atletik, wajib militer). Kaji riwayat pengobatan sebelumnya, seperti berikut: ∑
Operasi
∑
Obat :memperoleh data tentang riwayat pemakaian obat sebelumnya dengan lengkap , termasuk alas an pemberhentian pengobatan
∑
Terapi Fisik
Universitas Sumatera Utara
18
∑
Terapi kejiwaan atau psikologis
(Hills, 2014 ) b. Pemeriksaan Fisik Perhatian dan pemeriksaan diarahkan pada: 1. Posisi pelvis, selisih panjang tungkai, posisi krista iliaka. 2. Bentuk kolumna vertebralis torakolumbal dan lumbosakral berikut deformitasnya. 3. Meneliti adanya atrofi atau spasmus di sekitar lokasi nyeri. 4. Batas lingkup gerakan tulang belakang lumbosakral 5. Hasil tes Lasegue, tes O’Connel, tes Patrick, tes kebalikan Patrick, tes Gaenslen. 6. Kelainan-kelainan neurologik: a. Adakah ischialgia. b. Adakah defisit motorik pada kedua tungkai. c. Adakah defisit sensorik pada kedua tungkai. d. Adakah gangguan sfinkter ani. e. Adakah tanda-tanda UMN dan LMN. (Rizma, 2007) c. Pemeriksaan Penunjang Adapun Pemeriksaan yang dapat Membantu untuk mendiagnosa LBP , adalah : ∑
X-ray: Memberikan informasi pada tulang belakang,digunakan untuk menguji ketidakstabilan tulang belakang,tumor dan patah tulang
∑
CT scan: Menangkap penampang gambar cakram tulang dan tulang belakang,dapat digunakan untuk memeriksa herniated disc atau spinal stenosis
∑
Myelogram: Memungkinkan identifikasi masalah dalam tulang belakang, sumsum tulang belakang dan akar saraf. Suntikan pewarna kontras menerangi tulang belakang sebelum x-ray atau CT-scan
∑
MRI scan: Menampilkan rinci penampang komponen tulang belakang. Berguna untuk menilai masalah dengan cakram lumbar dan akar saraf,
Universitas Sumatera Utara
19
serta mengesampingkan penyebab nyeri punggung bawah seperti infeksi tulang belakang atau tumor (Erizal, 2013) 2.2.8 Diagnosis Banding Diagnosis banding LPB dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.1 Diagnosis Banding LBP Nama Penyakit / Gejala kondisi
Klinis
yang
dapat Pemeriksaan
membedakan
Penunjang
yang
membedakan Spinal Stenosis
Mati rasa, kelemahan ekstremitas MRI , CT-scan,
atau
bawah, nyeri menjalar ke pantat myelograph menunjukan dan kaki (terutama jika rasa sakit kanal
dari
tulang
menyerang kedua lutut), dan belakang menyempit. mungkin
terdapat
keram. Adanya
reflex
patella,
Stenosis tulang belakang sering hamstring, bilateral.
dan
pergelangan kaki yang tidak simetris.
Radiculopathy sciatica
/
Mati rasa dan kelemahan pada Straight-leg
Syndrome
test
ekstremitas terutama ekstremitas menunjukan hasil positif. bawah.
Menjalar
hingga
bagian
bokong
dan
Biasanya unilateral. Cauda
Raise
Equina Terdapatnya
gangguan
retensi pada GI dan GU.
ke MRI pada daerah lumbal
lutut. menunjukan
adanya
ganguan pada saraf. dan MRI adalah cara terbaik untuk
melihat
adanya
Kelemahan yang mendadak dan kompresi cauda equina. tanpa
penyebab
keduaekstermitas bawah.
pada Apabila retensi
tidakadana urin,
kemungkinan
maka adalah
Universitas Sumatera Utara
20
<1/10,000 Spinal neoplasia
Dapat dipertimbangkan apabila X-ray
menunjukan
sakit terasa saat malam, terlebih adanya lisis dari bagian apabila LBP pada pasien tidak posterior
vertebra,
membaik setelah 4 hinga 6 metastasis menyebabkan minggu perawatan.
kerusakan pedicle yang menyebabkan
terjadina
winking owl sign. Spinal
Ketegangan pada sekitar tulang X-ray daerah lumbal dan
Compression
belakang
Fracture
terutama pada pasien diatas 60 adanya fraktur.
pada
saat
palpasi, sacral dapat menunjukan
tahun dengan riwayat pemakaian CT-scan steroid atau osteoporosis.
menunjukan
adanya keadaan patologis pada tulang.
Abdominal Aortic Sakit yang mendadak , dengan Ultrasound Aneurysm
onset sebentar ataupun terus abdomen
pada menunjukan
menerus pada daerah abdomen. adanya abdominal aortic Pasien dalam keadaan pingsan aneurysm. dapat kemungkinan
memperbesar pasien
terkena
penyakit ini Nephrolithiasis
Sakit dapat menjalar hingga ke Hasil Ultrasound renal. bagian kelamin pasien.
Sumber : Thawites, 2014 2.2.9 Penatalaksanaan Penatalaksanaan LBP dapat dibagi menjadi 2 , yaitu : 1. Penata Laksanaan Non Farmakologi. ∑
Informasi dan edukasi.
Universitas Sumatera Utara
21
∑
Pada NPB akut : Imobilisasi (lamanya tergantung kasus), pengaturan berat badan, posisi tubuh dan aktivitas, modalitas termal (terapi panas dan dingin) masase, traksi (untuk distraksi tulang belakang), latihan : jalan, naik sepeda, berenang (tergantung kasus), alat Bantu (antara lain korset, tongkat)
∑
NPB kronik: psikologik, modulasi nyeri (TENS, akupuntur, modalitas termal), latihan kondisi otot, rehabilitasi vokasional, pengaturan berat badan posisi tubuh dan aktivitas.
2. a.
Medis Formakoterapi. ∑
NPB akut: Asetamenopen, NSAID, muscle relaxant, opioid (nyeri berat), injeksi epidural (steroid, lidokain, opioid) untuk nyeri radikuler
∑
NPB
kronik
:
antidepresan
trisiklik
(amitriptilin)
antikonvulsan
(gabapentin, karbamesepin, okskarbasepin, fenitoin), alpha blocker (klonidin, prazosin), opioid (kalau sangat diperlukan) b.
Invasif non bedah ∑
Blok saraf dengan anestetik lokal (radikulopati)
∑
Neurolitik (alcohol 100%, fenol 30 % (nyeri neuropatik punggung bawah yang intractable)
c.
Bedah
HNP (Hernia Nukleus Pulposus), indikasi operasi : ∑
Skiatika dengan terapi konservatif selama lebih dari empat minggu: nyeri berat/intractable / menetap / progresif.
∑
Defisit neurologik memburuk.
∑
Sindroma kauda.
∑
Stenosis kanal : setelah terjadi konservatif tidak berhasil
∑
Terbukti adanya kompresi radiks berdasarkan pemeriksaan neurofisiologik dan radiologik
(Setiono, 2014)
Universitas Sumatera Utara
22
2.2.10 Pencegahan Cara yang paling efektif untuk mencegah nyeri punggung bawah adalah dengan olahraga secara teratur.Latihan aerobik dan olahraga untuk meregangkan dan mengencangkan otot sangat membantu. Aerobik, berenang, dan berjalan, memperbaiki kebugaran tubuh secara menyeluruh dan juga memperkuat otot otot. Latihan tertentu dapat meregangkan dan memperkuat otot-otot perut, bokong, dan punggung sehingga dapat menstabilkan tulang punggung. Pada beberapa orang,latihan peregangan dapat menambah nyeri punggung,untuk itu latihan perlu dilakukan secara hatihati. Secara umum,olahraga yang menimbulkan atau menambah nyeri harus dihentikan.(Cianflocco, 2013) 2.2.11 Prognosis Prognosis baik untuk pemulihan dari nyeri punggung bawah (LBP). Pada bulan pertama, 35% pasien dapat diharapkan untuk pulih; pada bulan ke-3, 85% telah pulih; dan pada 6 bulan pertama , 95% telah pulih. Kekambuhan pada rentang waktu 1 tahun adalah 62%. Dan pada rentang waktu 2 tahun, 80% dari pasien memiliki 1 atau lebih periode kekambuhan.(Hills, 2014)
Universitas Sumatera Utara