20 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Mangga (Mangifera indica) 2.1.1. Sejarah Tanaman Mangga (Mangifera indica) Mangga merupakan tanaman buah tahunan berupa pohon yang berasal dari Negara India. Tanaman ini kemudian menyebar ke wilayah Asia Tenggara termasuk Malaysia dan Indonesia Mangga merupakan satu genus tumbuhan yang terdiri dari 35 spesies pokok buah tropika dalam famili Anacardiaceae. Tidak ada orang yang tahu dengan tepat tentang tempat asalnya, tetapi kebanyakan orang mempercayai bahwa pokok ini berasal dari benua Asia Selatan dan Asia Tenggara, termasuk India Timur, Myanmar, dan Bangladesh. Nama buah ini berasal dari Malayalam manga. Kata ini diindonesiakan menjadi mangga; dan pada pihak lain, kata ini dibawa ke Eropa oleh orang-orang Portugis dan diserap menjadi manga (bahasa Portugis), mango (bahasa Inggris) dan lain-lain. Nama ilmiahnya sendiri kira-kira mengandung arti: “(pohon) yang berbuah mangga, berasal dari India” (www.wikipedia.org. Diakses 26 maret 2010).
2.1.2. Morfologi Tanaman Mangga Klasifikasi botani tanaman mangga adalah sebagai berikut : Species (jenis)
: Mangifera indica L.
Genus
: Mangifera
Famili (keluarga)
: Anacardiaceae
Ordo
: Sapindales
Kelas
: Dicotyledoneae (berkeping dua)
Universitas Sumatera Utara
21 Sub devisi
: Angiospermae (berbiji tertutup)
Devisi
: Spermatophyta (tumbuhan berbiji) ( Aak, 1991). Pohon mangga berperawakan besar, dapat mencapai tinggi 40 m atau lebih, meski
kebanyakan mangga peliharaan hanya sekitar 10 m atau kurang. Batang mangga tegak, bercabang agak kuat, dengan daun-daun lebat membentuk tajuk yang indah berbentuk kubah, oval atau memanjang, dengan diameter sampai 10 m. Kulit batangnya tebal dan kasar dengan banyak celah-celah kecil dan sisik-sisik bekas tangkai daun. Warna pepagan (kulit batang) yang sudah tua biasanya coklat keabuan, kelabu tua sampai hampir hitam (www.wikipedia.org, diakses tanggal 26 Maret 2010).
2.1.3. Manfaat Tanaman Mangga Buah mangga memiliki berbagai kemanfaatanbagi masyarakat antara lain : 1. Komoditi Ekspor dan Bisa Menambah Pendapatan Mangga sebagai komoditas ekspor telah dimulai sejak tahun 1930 hingga sekarang. Namun nilai ekspor mangga Indonesia mengalami ketidakstabilan, hal ini dapat dilihat dengan turun naiknya jumlah mangga yang diekspor dan pemasukan devisa.
2. Sebagai Bahan Makanan Hasil yang diperoleh dan dimanfaatkan dari pohon mangga ternyata bukan hanyabuah segar saja, tetapi buah mangga dapat diolah secara khusus menjadi bahan makanan yang berguna bagi tubuh manusia. Komposisi buah mangga terdiri dari 80% air dan 15%-20% gula, serta berbagai macam vitamin, antara lain vitamin A,B.C. Kegunaan Vitamin A dari buah mangga adalah untuk mencegah kerusakan mata, Vitamin B mencegah penyakit beri beri, dan Vitamin C menjaga kesehatan gigi
Universitas Sumatera Utara
22 dan mencegah penyakit gusi berdarah serta kulit pecah. Tetapi jika terlalu banyak makan mangga manis dapat menyebabkan penyakit gula. 3. Sebagai Tanaman Peneduh dan Penyelamat Lapisan Tanah Dikota kota besar dekat pantai yang berudara panas, banyak sekali halaman depan rumah atau sekelilingnya ditanami pohon mangga yang tidak terlalu tinggi dan besar. Tanaman ini berasal dari bibit okulasi atau cangkokan. Disamping berfungsi sebagai penghias tanaman dan penyejuk halaman, maka buahnya dapat dinikmati sendiri. Pohon mangga juga baik untuk proyek reboisasi terutama didaerah perbukitan yang gundul. Sebab, tanaman mangga mempunyai jaringan akar yang kuat, luas dan dalam, sehingga mampu menahan lapisan tanah atas (humus) yang larut bersama air, bila musim penghujan tiba. Mahkota daunnya rimbun dan luas, dapat mengurangi laju penguapan air tanah, sehingga lapisan tanah disekitarnya tidak mudah rusak (pecah-pecah). Pada padang penggembalan ternak yang luas, tanaman mangga dapat dipergunakan sebagai peneduh, sehingga ternak bias beristirahat dengan tenang. Disamping itu, tanaman mangga juga dapat digunakan untuk penguat tanggul jalan dan melindungi aspal dari terpaan sinar matahari ( Aak, 1991). 2.1.4. Syarat Mutu Buah Mangga Segar Syarat mutu buah mangga segar berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dapat dilihat dalam table 2.1. dibawah ini : Tabel 2.1. Syarat Mutu Buah Mangga Segar No
Jenis UJi
Satuan
Persyaratan Mutu 1
Mutu 2
1
Keasamaan sifat varietas
-
Sreagam
Seragam
2
Tingkat ketuaan
-
Tua, tapi tidak terlalu
Tua, tapi tidak
matang
terlalu matang
3.
Kekerasan
-
Keras
Cukup keras
4
Ukuran
-
Seragam
Kurang seragam
Universitas Sumatera Utara
23 5
Kerusakan
%
Maks 5
Maks 10
(jumlah/jumlah) 6
Kotoran (%)
-
Bebas
Bebas
7
Busuk
%
Maks 1
Maks 2
(jumlah/jumlah) Sumber : SNI 01-3164-1992
2.1.5. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Buah Tabel 2.2. Batas Maksimum Cemaran Logam Berat Pada Buah No
Jenis Logam Berat
1 2 3 4 5
Arsen (As) Kadmium (Cd) Merkuri (Hg) Timbal (Pb) Timah (Sn)
Batas maksimum (mg/kg) 0,25 0,2 0,03 0,5 40
Sumber : SNI 3164 : 2009 2.2. Pencemaran Logam Berat Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Pada awal digunakannya logam sebagai alat, belum diketahui pengaruh pencemaran pada lingkungan. (Darmono, 1995). Di Indonesia, pencemaran logam berat cenderung meningkat sejalan dengan meningkatnya proses industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bias menimbulkan bahaya bagi kesehatan, baik pada manusia, hewan, tanaman, maupun lingkungan. Terdapat 80 jenis logam berat dari 109 unsur kimia dimuka bumi ini. Logam berat dibagi dalam dua jenis yaitu : 1. Logam berat esensial, yakni logam dalam jumlah tertentu yang sangat dibutuhkan oleh organisme. Dalam jumlah yang berlebihan logam tersebut bias menimbulkan efek toksik. Contohnya adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, dan lain sebagainya
Universitas Sumatera Utara
24 2. Logam berat tidak esensial, yakni logam yang keberadaannya dalam tubuh
masih diketahui
manfaatnya, bahkan bersifat toksik, seperti Hg, Cd, Pb, Cr, dan lain lain
(
Widowati,W.2008).
2.2.1. Toksisitas Logam Berat Logam bersifat toksik karena logam tersebut terikat dengan ligan dari struktur biologi. Sebagian besar logam menduduki ikatan tersebut dalam beberapa jenis sistem dalam tubuh. Ikatan tersebut mengakibatkan tidak dapat aktifnya enzim yang bersangkutan, hal inilah penyebab utama dari toksisitas logam tersebut ( Darmono, 2001). Berbeda dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek efek khusus pada makhluk hidup. Dapat dikatakan bahwa semua logam berat dapat menjadi bahan racun yang akan meracuni tubuh makhluk hidup (Palar,H.1994). Toksisitas logam pada manusia menyebabkan beberapa akibat negative, tetapi yang terutama adalah timbulnya kerusakan jaringan, terutama jaringan detoksikasi dan eksresi (hati dan ginjal). Beberapa logam mempunyai sifat karsinogenik (pembentuk kanker), maupun teratogenik (salah bentuk organ).Beberapa logam toksik dapat menyerang saraf sehingga dapat menyebabkan kelainan tingkah laku (Darmono, 1995). Namun demikian, meski semua logam berat dapat mengakibatkan keracunan atas makhluk hidup, sebagian dari logam logam berat tersebut tetap dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kebutuhan tersebut berada dalam jumlah yang sangat sedikit. Tetapi bila kebutuhan dalam jumlah yang sangat kecil itu tidak terpenuhi, maka dapat berakibat fatal terhadap kelangsungan hidup dari setiap makhluk hidup ( Palar, H. 1994).
2.3. Unsur Cupprum (Cu) Tembaga dengan nama kimia cuprum dilambangkan dengan Cu. Unsur logam ini berbentuk kristal dengan warna kemerahan. Dalam table periodik unsur-unsur kimia, tembaga menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot atau berat atom (BA) 63,546. (Palar,
Universitas Sumatera Utara
25 H.2008). Tembaga melebur pada 1030C. karena potensial electrode standarnya positif, (+0,34 V untuk pasangan Cu/Cu+2), ia tak larut dalam asam klorida dan asam sulfat encer meskipun dengan adanya oksigen ia bias larut sedikit ( Vogel, 1985). Unsur tembaga dialam dapat ditemukan dalam bentuk logam bebas, akan tetapi lebih banyak ditemukan dalam bentuk persenyawaan atau sebagai senyawa padat dalam bentuk mineral (Palar,H.1994).
2.3.1. Cuprum (Cu) Dalam Tubuh Manusia Manusia dewasa membutuhkan Cu sebesar 30 µg/kg, anak-anak membutuhkan Cu sebesar 40 µg/kg , sedangkan bayi membutuhkan Cu sebesar 80 µg/kg. Konsumsi Cu yang baik bagi manusia dewasa adalah sebesar 2,5 mg/kg bb/hari. Dan 0,05 mg/kg bb/hari untuk anak-anak atau bayi. Unsur Cu sebagai logam transisi biasa ditemukan pada setiap jaringan makhluk hidup. Kadar paling tinggi ditemukan diotak dan hati. Berdasarkan RDA, kebutuhan Cu orang dewasa untuk mempertahankan kesehatan adalah sebesar 0,9 mg/hari ( Widowati,W.2008). Tabel 2.3. memberikan angka angka bulat terdekat dari jumlah rata-rata zat tembaga dalam berbagai kelas bahan makanan. Tabel 2.3. Zat Tembaga Dalam mg per 100 gram Bahan Makanan
Jumlah Rata-Rata Zat Tembaga
Keju
0,02 - 0,40
Telur
0,25
Ikan
0,20
Hati (sapi)
4,40
Hati (anak sapi)
2,20
Daging
0,15
Susu
0,02 – 0,35
Unggas
0,30
Kerang
3,00
Pisang
0,20
Universitas Sumatera Utara
26 Dedak
1,20
Serealia
0,78
Chestnut
0,60
Kelapa
0,70
Coklat
3,30
Buah buahan
0,10
Buah buah (kering)
0,35
Biji bijian
1,20
Kacang kacangan
0,70
Sayuran
0,10
Daun daunan
0,10
Akar-akaran
0,10
(Sediaoetama, D. A, 1976) 2.3.2. Defisiensi dan Keracunan Cuprum (Cu) Banyaknya kehilangan Cu misalnya melalui dialisis ginjal, juga dapat menyebabkan defisiensi. Defisiensi Cu tidak jarang terjadi pada bayi prematur atau yang berat badannya rendah. Defisiensi juga mungkin dapat diakibatkan atau ditingkatkan oleh banyaknya yang tereksresi melalui urin. Gejala defisiensi Cu termasuk penurunan kadar Cu-serum dan seruloplasmin, anemia yang serupa dengan defisiensi Fe, depigmentasi kulit, rambut rusak, kerusakan otak (Linder, 1992). Sesuai dengan sifatnya sebagai logam berat beracun, Cu dapat mengakibatkan keracunan secara akut dan kronis. Keracunan akut dan kronis ini terjadinya ditentukan oleh besarnya dosis yang masuk dan kemampuan organisme untuk menetralisir dosis tersebut. 1. Keracunan Akut Keracunan akut Cu berupa kolik abdomen, muntah, gastroenteritis yang diikuti diare, feses, dan muntahan berwarna hijau-kebiruan, shock berat, suhu tubuh turun secara drastic, denyut jantung meningkat, kolaps, muntah berulang ulang dengan warna hijau kebiruan.
Universitas Sumatera Utara
27
2. Keracunan Kronis Keracunan koronis Cu memiliki gejala berupa kehilangan selera makan, kehausan, krisis hemolitik yang ditandai wajah pucat, urin bewarna coklat tua, iritasi pada hidung, tenggorokan, mulut, dan mata, sakit kepala, sakit lambung, muntah, diare, kerusakan hati, kerusakan ginjal, menurunnya tingkat intelegensia anak-anak dalam masa pertumbuhan, batuk-batuk, pendarahan hidung, alergi pada kulit, penebalan kulit, warna kehijauan pada kulit dan rambut, peningkatan kadar Cu pada ginjal, (Widowati,W.2008)
2.4. Unsur Zinkum (Zn) Zinkum (Zn) adalah komponen alam yang terdapat dikerak bumi. Zn adalah logam yang memiliki karakteristik cukup reaktif, bewarna putih kebiruan, pudar bila terkena uap udara, dan terbakar bila terkena udara dengan api hijau terang. Zn memiliki nomor atom 30. (Widowati,W.2008). Zink adalah logam cukup mudah ditempa dan diliat pada 110-1500C. Zink melebur pada 4100C dan mendidih pada 9060C. Logamnya yang murni, melarut lambat sekali dalam asam dan dalam alkali ( Vogel, 1985). Seng (Zn) dialam tidak berada dalam keadaan bebas, tetapi dalam bentuk terikat dengan unsur lain berupa mineral (Widowati,W.2008).
2.4.1. Zinkum (Zn) Dalam Tubuh Manusia Zn bukan senyawa toksik dan merupakan unsur esensial bagi pertumbuhan semua jenis hewan dan tumbuhan. Zn ditemukan pada hampir semua sel. Zn merupakan unsur sangat penting untuk pertumbuhan manusia, hewan, maupun tanaman yang menempati urutan kedua setelah Fe (Widowati,W.2008).
Universitas Sumatera Utara
28 Rata-rata tubuh orang dewasa mengandung 1,4 – 2,5 g. Zn yang tersebar hampir disemua sel. Sebagian besar seng berada didalam hati, pankeas, ginjal, otot dan tulang. Jaringan yang banyak mengandung seng adalah bagian mata, kelenjar prostat, spermatozoa, kulit, rambut, dan kuku. Kelebihan seng disimpan didalam hati dalam bentuk metalotionein. Lainnya dibawa ke pancreas dan jaringan tubuh lain. Bentuk simpanan ini akan dibuang bersama sel-sel dinding usus halus yang umurnya 2-5 hari ( Zanariah. 2009). Banyaknya seng yang dibutuhkan setiap orang berbeda-beda, tergantung pada faktor: usia, status fisiologisnya (banyaknya seng yang harus diabsorbsi untuk menggantikan pengeluaran endogen, pembentukan jaringan, pertumbuhan, dan sekresi air susu).Besarnya masukan seng yang dianjurkan untuk memenuhi kebutuhan orang sehat dapat dilihat dalam tabel 2.4. angka kecukupan seng rata-rata yang dianjurkan per orang. Tabel 2.4. Angka kecukupan seng rata-rata yang dianjurkan per orang Golongan Umur
Seng (Zn) mg
0 6 bulan
3
7 12 bulan
5
1 9 tahun
10
10 59 tahun
15
> 60 tahun
15
Hamil
+5
Menyusui 0 6 bulan
+10
Menyusui 7 12 bulan
+10
(www.kalbe.co.id. Diakses tanggal 28 maret 2010) 2.4.2. Defisiensi dan Keracunan Zinkum (Zn) Zinkum (Zn) sebenarnya tidak toksik, tetapi dalam keadaan sebagai ion, Zn bebas memiliki toksisitas tinggi. Meskipun Zn merupakan unsur esensial bagi tubuh, tetapi dalam dosisi tinggi Zn dapat berbahaya dan bersifat toksik. (Widowati,W.2008)
Universitas Sumatera Utara
29 Defisiensi Zn tidak jarang dan dapat terjadi oleh kurangnya konsumsi atau dayaguna yang kurang, penyerapannya yang kurang baik, atau tingkat pengeluaran dari tubuh yang meningkat. Hilangnya rasa (taste) dan penciuman yang akut serta penyembuhan luka yang terganggu merupakan gejala lain defisiensi Zn ( Linder. 1992). Gejala defisiensi yang lain berupa terhambatnya pertumbuhan, rambut rontok, kelambatan kematangan seksual, impoten, kehilangan nafsu makan serta gangguan perkembangan mental pada anak/bayi, kehilangan berat badan, gangguan kehamilan, gangguan system syaraf dan masalah kulit (Widowati,W.2008). Sedangkan kelebihan penyerapan Zn dapat menyebabkan gejala mual, muntah, pusing, mulas/ sakit perut, demam, diare ( http://smk3ae.wordpress.com, Diakses 24 Maret 2010)
2.5. Destruksi ( Pengabuan) Destruksi adalah suatu cara untuk merusak atau menghancurkan suatu zat menjadi zat lain yang dapat menunjukkan identifikasi terhadap salah satu unsur yang terdapat dalam zat aslinya dalam suatu analisa. Dan biasanya menggunakan bahan-bahan/ zat-zat oksidator. Dalam suatu analisa kuantitatif kadang-kadang kita lakukan destruksi terhadap zat (bahan pemeriksaan) terlebih dahulu, karena untuk identifikasi zat tersebut melalui destruksinya (Sari, F. 1993).
2.5.1. Pengabuan Secara Kering Penentuan kadar abu adalah dengan mengoksidasikan semua zat organik pada suhu yang tinggi, yaitu sekitar 500-6000C. Bahan yang mempunyai kadar air tinggi sebelum pengabuan harus dikeringkan terlebih dahulu. Bahan yang mempunyai kandungan zat yang mudah menguap dan berlemak banyak pengabuan dilakukan dengan suhu mula mula rendah sampai asam hilang, baru kemudian dinaikkan suhunya sesuai dengan dengan yang dikehendaki. Sedangkan untuk bahan yang membentuk buih waktu dipanaskan harus dikeringkan dahulu dalam oven dan ditambahkan zat anti buih misalnya olive atau parafin.
Universitas Sumatera Utara
30 Pengabuan diatas suhu 6000C tidak dianjurkan karena menyebabkan hilangnya zat tertentu misalnya garam klorida ataupun oksida dari logam alkali. Lama pengabuan tiap bahan berbeda beda dan berkisar antara 2-8 jam. Pengabuan dianggap selesai apabila diperoleh sisa pengabuan yang umumnya berwarna putih abu-abu dan beratnya konstan dengan selang waktu pengabuan 30 menit. ( Sudarmadji. 1989).
2.5.2. Pengabuan Secara Basah Pengabuan basah terutama digunakan untuk digesti sample dalam usaha penentuan trace elemen dan logam-logam beracun. Berbagai cara yang ditempuh untuk memperbaiki cara kering yang biasanya memerlukan waktu yang lama serta adanya kehilangan karena pemakaian suhu yang tinggi yaitu antara lain dengan pengabuan cara basah ini. Pengabuan cara basah ini prinsipnya adalah memberikan reagen kimia tertentu kedalam bahan sebelum dilakukan pengabuan. Berbagai bahan kimia yang sering digunakan untuk pengabuan basah ini dapat disebutkan sebagai berikut : 1. Asam sulfat sering ditambahkan kedalam sampel untuk membantu mempercepat terjadinya reaksi oksidasi. 2. Campuran asam sulfat dan potasium sulfat dapat dipergunakan untuk mempercepat dekomposisi sampel. 3. Campuran asam sulfat, asam nitrat banyak digunakan untuk mempercepat proses pengabuan. 4. Penggunaan asam perkhlorat dan asam nitrat dapat digunakan untuk bahan yang sangat sulit mengalami oksidasi.
2.6. Spektrofotometri Serapan Atom (SSA) Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika menelaah garis-garis hitam pada spectrum matahari. Sedangkan yang memanfaatkan prinsip serapan atom pada bidang analisis adalah seorang Australia bernama Alan Walsh ditahun 1955. Sebelumnya ahli kimia banyak tergantung pada cara-cara spektrofotometrik atau metode analisis spektrografik.
Universitas Sumatera Utara
31 Beberapa cara ini sulit dan memakan waktu, kemudian segera digantikan dengan spektroskopi serapan atom atau atomic absorption spectroscopy. Metode ini sangat tepat untuk analisis zat pada konsentrasi rendah (Khopkar,2002).
2.6.1. Prinsip Dasar Spektrofotometer Serapan Atom Jika cahaya dengan panjang gelombang resonansi dilewatkan nyala yang mengandung atomatom yang bersangkutan, maka sebagian cahaya itu akan diserap dan jauhnya penyerapan akan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan dasar yang berada dalam nyala. Hal ini merupakan
dasar
penentuan
kuantitatif
logam-logam
dengan
menggunakan
SSA.
(Vogel,A.I,1992). 2.6.2. Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom Nyala Berkas Tunggal Sebuah instrumen serapan atom berisi komponen dasar yang sama sebagai instrumen yang dirancang untuk pengukuran penyerapan molekul. sumber, wadah sampel (di sini, sebuah reservoir api), pemilih panjang gelombang, dan detektor / sistem pembacaan. Kedua instrumen tunggal dan ganda yang ditawarkan oleh berbagai produsen. kisaran kecanggihan dan biaya keduanya substansial ( Skoog,A.D,1991). Adapun instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom Nyala Berkas Tunggal dapat digambarkan dalam bagan sebagai berikut : ( Underwood, A.L,1986)
Universitas Sumatera Utara
32 1
7
4
3
2
5
6
9
8 Gambar 2.1. Bagan Instrumentasi Spektrofotometer Serapan Atom Keterangan : 1. Tabung katoda berongga 2. Nyala (unit pengatoman analit) 3. Monokromator 4. Detektor 5. Penguat arus (amplifier) 6. Sistem read-out 7. Bahan bakar 8. Sampel 9. Oksigen 2.6.2.1. Tabung Katoda Berongga Sebagai sumber cahaya radiasi digunakan lampu katoda berongga ((hallow cathode lamp) yang merupakan sumber sinar, mengeluarkan radiasi dengan frekuensi yang sesuai dengan unsur yang dianalisis. Di dalam tungku penguapan larutan sampel yang masuk akan dipecah menjadi tetesan-tetesan halus dan akan disemburkan dalam nyala untuk diatomkan (Khopkar,2002).
2.6.2.2. Nyala Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Konsentrasi atom-atom dalam bentuk gas dalam
Universitas Sumatera Utara
33 nyala, baik dalam keadaan dasar maupun keadaan tereksitasi, dipengaruhi oleh komposisi nyala (Vogel,A.I,1992). Kombinasi bahan bakar-senyawa oksidator paling umum adalah asetilena dan udara, yang menghasilkan suhu nyala bahan bakar 2400-2700 K. kombinasi bahan bakar-senyawa oksidasi yang lain dapat dilihat pada tabel 2.5 ( Harris,C.D, 1978).
Tabel 2.5. Suhu Nyala Maksimum Bahan Bakar
Oksidan
Temperatur (K)
Asetilena
Udara
2400 - 2700
Asetilena
Nitrogen dioksida (NO2)
2900 - 3100
Asetilena
Oksigen
3300 - 3400
Hidrogen
Udara
2300 - 2400
Hidrogen
Oksigen
2800 - 3000
Sianogen
Oksigen
4800
Sumber : Harris,C.D, 1978 2.6.2.3. Monokromator Dalam spektroskopi serapan atom fungsi monokromator adalah untuk memisahkan garis resonansi dari semua garis yang tak diserap yang dipancarkan oleh sumber radiasi ( Braun,R.D, 1982). Monokromator yang dipakai harus mampu memberikan resolusi yang terbaik. Ada dua bentuk monokromator yang dipakai pada spektrofotometer absorpsi serapan atom yaitu monokromator celah dan kisi difraksi ( Mulja,1995 ). 2.6.2.4. Detektor Detektor pada spektrofotometer absorpsi serapan atom berfungsi mengubah intensitas radiasi yang datang menjadi arus listrik. Pada spektrofotometer serapan atom yang umum dipakai
Universitas Sumatera Utara
34 sebagai detektor adalah tabung penggandaan foton (PMT = Photo Multiplier Tube detektor) (Mulja,1995). 2.6.2.5. Penguat Arus (Amplifier) Penguat arus (amplifier) hanya mampu menguatkan arus bolak-balik (AC). Sedangkan arus searah (DC) sama sekali tidak diamplifikasikan (Mulja,1995). 2.6.2.6. Read Out Read out merupakan system pencatatan hasil. Hasil pembacaan dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu rekorder yang menggambarkan absorbansi atau intensitas emisi ( Braun,R.D, 1982). Read out dapat berupa galvanometer sederhana, voltmeter digital, atau potensiometer perekam pena tinta, untuk laboratorium dengan beban yang berat, keluaran penguat dapat dapat didigitalkan dan diproses dengan komputer (Underwood, A.L,1986).
2.6.3. Aplikasi Spektrofotometer Serapan Atom Serapan atom berguna dalam penentuan sejumlah besar logam, terutama pada tingkat rendah. Secara luas digunakan dalam bidang-bidang seperti air dan analisis farmasi dan metalurgi. kondisi yang tepat diperlukan untuk penentuan diberikan cukup kritis, dan siap untuk melakukan metode penelitian yang panjang, ini penting untuk mendapatkan petunjuk khusus. Instrumen utama produsen menyediakan pedoman luas termasuk prosedur untuk semua logam biasa dalam berbagai matriks (Ewing,W.G,1982 ). Teknik ini juga diterapkan pada penetapan 60 unsur, dan teknik ini merupakan alat utama dalam pengkajian yang meliputi logam runutan dalam lingkungan dan dalam sampel biologis. Teknik ini juga berguna dalam kasus-kasus dimana logam itu berada pada kadar yang cukup di dalam sampel itu, tetapi hanya tersedia sedikit sampel dalam analisis ( Underwood, A.L,1986).
Universitas Sumatera Utara