BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Pengembangan produk Produk merupakan sesuatu yang dijual oleh perusahaan kepada pembeli. Pengembangan produk merupakan serangkaian aktivitas yang dimulai dari analisis persepsi dan peluang pasar, kemudian diakhiri dengan tahap produksi, penjualan dan pengiriman produk Menurut Eppinger (2001) Pengembangan produk merupakan aktivitas lintas disiplin yang membutuhkan kontribusi dari hampir semua fungsi yang ada di perusahaan, namun tiga fungsi yang selalu paling penting bagi proyek pengembangan produk, yaitu : •
Pemasaran Fungsi pemasaran menjembatani interaksi antara perusahaan dengan pelanggan. Peranan lainnya adalah memfasilitasi proses identifikasi peluang produk, pendefinisian segmen pasar dan identifikasi kebutuhan pelanggan. Bagian pemasaran juga secara khusus merancang komunikasi antara perusahaan dengan pelanggan, menetapkan target harga dan merancang peluncuran serta promosi produk
9
•
Perancangan (Design) Fungsi
perancangan
memainkan
peranan
penting
dalam
mendefinisikan bentuk fisik produk agar dapat memenuhi kebutuhan pelanggan. Dalam konteks tersebut tugas bagian perancangan mencakup desain engineering (mekanik, elektrik, software dan lain-lain) dan desain industri (estetika, ergonomi, user interface) •
Manufaktur Fungsi
manufaktur
terutama
bertanggung
jawab
untuk
merancang dan mengoperasikan sistem produksi pada proses produksi produk. Secara luas, fungsi manufaktur seringkali mencakup pembelian, distribusi dan instalasi. Kumpulan aktivitas-aktivitas ini disebut juga sebagai rantai pemasok (supply chain). Proses pengembangan produk adalah urutan langkah – langkah atau kegiatan – kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang dan mengkomersialkan suatu produk. Menurut Karl T. Ulrich dan Steve D. Eppinger secara keseluruhan ada enam fase dalam proses pengembangan produk yaitu :
10
Gambar 2.1 Fase Proses Pengembangan Produk Menurut Ulrich & Eppinger
Fase 0. Perencanaan : Kegiatan perencanaan sering dirujuk sebagai ‘zerofase’ karena kegiatan ini mendahului persetujuan proyek dan proses peluncuran pengembangan produk aktual.
Fase 1. Pengembangan Konsep : Pada fase pengembangan konsep kebutuhan pasar target diidentifikasi, alternatif konsepkonsep produk dibangkitkan dan evaluasi, dan satu atau lebih konsep dipilih untuk pengembangan dan percobaan lebih jauh. Konsep yang dimaksud disini merupakan uraian dari bentuk, fungsi dan tampilan suatu produk dan biasanya dibarengi dengan sekumpulan spesifikasi, analisa produk-produk peasing serta pertimbangan ekonomis proyek.
Fase 2. Perancangan Tingkatan Sistem : Fase perancangan tingkatan sistem mencakup definisi arsitektur produk dan uraian produk menjadi subsistem – subsistem serta komponen – komponen. Gambaran rakitan akhir untuk sistem produksi biasanya didefinisikan selama fase ini. Output pada fase ini biasanya mecakup tata letak bentuk produk, spesifikasi secara
11
fungsional dari tiap subsistem produk, serta diagram aliran proses pendahuluan untuk proses rakitan akhir.
Fase 3. Perancangan Detail : Fase perancangan detail mencakup spesifikasi lengkap dari bentuk, material dan toleransi – toleransi dari seluruh komponen unik pada produk dan identifikasi seluruh komponen standar yang dibeli dari pemasok. Rencana proses dinyatakan dan peralatan dirancang untuk tiap komponen yang dibuat dalam sistem produksi. Output dari fase ini adalah pencatatan pengendalian untuk produk : gambar pada file komputer
tentang
bentuk
tiap
komponen
dan
peralatan
produksinya, spesifikasi komponen – komponen yang dibeli, serta rencana untuk parikasi dan perakitan produk.
Fase 4. Pengujian dan Perbaikan : Fase pengujian dan perbaikan melibatkan konstruksi dan evaluasi dari bermacam – macam versi produksi awal produk. Prototipe awal (alpha) biasanya dibuat dengan menggunakan komponen – komponen dengan bentuk dan jenis material pada produksi sesungguhnya,
namun tidak
memerlukan proses pabrikasi dengan proses yang sama dengan yang dilakukan pada produksi sesungguhnya. Prototipe alpha diuji untuk menentukan apakah produk akan bekerja sesuai dengan yang direncanakan dan apakah produk memenuhi kebutuhan kepuasan konsumen utama. Prototipe berikutnya (beta) biasanya dibuat
12
dengan komponen – komponen yang dibutuhkan pada produksi namun tidak dirakit dengan menggunakan proses perakitan akhir seperti pada perakitan sesungguhnya. Prototipe beta dievaluasi secara
internal
dan
juga
diuji
oleh
konsumen
dengan
menggunakannya secara langsung. Sasaran dari prototipe beta biasanya adalah untuk menjawab pertanyaan mengenai kinerja dan keandalan dalam rangka mengidentifikasi kebutuhan perubahan – perubahan secara teknik untuk produk akhir.
Fase 5. Produksi awal : Pada fase produksi awal, produk dibuat dengan menggunakan sistem produksi yang sesungguhnya. Tujuan dari produksi awal adalah untuk melatih tenaga kerja dalam memecahkan permasalahan yang mungkin timbul pada proses produksi sesungguhnya. Produk – produk yang dihasilkan selama produksi awal kadang – kadang disesuaikan dengan keinginan pelanggan dan secara hati – hati dievaluasi untuk mengidentifikasi kekurangan – kekurangan yang timbul. Peralihan dari produksi awal menjadi produksi sesungguhnya biasanya tahap demi tahap. Pada beberapa titik pada masa peralihan ini, produk diluncurkan dan mulai disediakan untuk didistribusikan.
13
2.2
Pernyataan Misi Pernyataan Misi mungkin mencakup beberapa dari keseluruhan informasi berikut : • Uraian Produk Ringkas : Mencakup manfaat produk utama untuk pelanggan namun menghindari penggunaan konsep produk secara spesifik, berupa pernyataan visi produk Tabel 2.1 Contoh Format Pernyataan Misi Pernyataan Misi : *** Deskripsi Produk
•
***
Sasaran Bisnis Utama
• • •
*** *** ***
Pasar Utama
•
***
Pasar Kedua
• •
*** ***
Asumsi - asumsi dan Batasan - batasan
• •
*** ***
Stakeholder
• •
*** ***
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
•
Sasaran utama bisnis : Sebagai tambahan sasaran proyek yang mendukung strategi perusahaan, sasaran ini biasanya
14
mencakup waktu, biaya dan kualitas (contoh penentuan waktu pengenalan produk, performansi finansial yang diinginkan, target pangsa pasar) •
Pasar target untuk produk : Terdapat beberapa pasar target untuk produk. Bagian ini mengidentifikasi pasar utama dan pasar kedua yang perlu dipertimbangkan dalam usaha pengembangan.
•
Asumsi
–
asumsi
dan
batasan
–
batasan
untuk
mengarahkan usaha pengembangan : Asumsi – asumsi harus dibuat dengan hati – hati, meskipun mereka membatasi kemungkinan jangkauan konsep produk, mereka membantu untuk menjaga lingkup proyek yang terkelola. Untuk itu dibutuhkan informasi – informasi untuk pencatatan keputusan mengenai asumsi dan batasan. •
Stakeholder : Satu cara untuk menjamin bahwa banyak permasalahan pengembangan ditujukan untuk mendaftar secara eksplisit seluruh stakeholder dari produk, yaitu sekumpulan orang yang dipengaruhi oleh keberhasilan dan kegagalan produk. Daftar stakeholder dimulai dari pengguna akhir (pelanggan eksternal akhir) dan pelanggan eksternal yang
15
membuat
keputusan
tentang
produk.
Stakeholder
juga
mencakup pelanggan produk yang mendampingi perusahaan., seperti tenaga penjual, organisasi pelayanan dan departemen produksi. Daftar stakeholder menyediakan suatu bayangan bagi tim untuk mempertimbangkan kebutuhan setiap orang yang akan dipengaruhi oleh produk. 2.3
Identifikasi Kebutuhan Pelanggan Identifikasi kebutuhan
pelanggan
merupakan bagian yang
integral dari proses pengembangan produk, dan merupakan tahap yang mempunyai hubungan paling erat dengan proses penurunan konsep, seleksi konsep, dan pemesanan tender sesuai dengan kebutuhan konsumen (make to order). Identifikasi kebutuhan pelanggan sendiri merupakan sebuah proses yang dibagi menjadi lima tahap dan sebagai titik awal perbaikan dan penyempurnaan yang terus – menerus. Lima tahap tersebut adalah : 1. Mengumpulkan data mentah dari pelanggan, filosofi yang mendukung metode ini adalah menciptakan jalur informasi yang berkualitas antara pelanggan sebagai target pasar dengan perusahaan pengembang produk. Proses pengumpulan data yang dipaparkan akan mencakup kontak
16
dengan pelanggan dan siapapun yang secara langsung mengatur detail-detail produk, apakah seorang ahli teknik maupun desainer industri, harus berinteraksi dengan pelanggan
dan
mengumpulkan
pengalaman
dengan
lingkungan pengguna produk. Tiga metode yang biasa digunakan adalah wawancara, kelompok fokus dan observasi produk pada saat digunakan. Hasil
dari
pengumpulan
data
mentah
yang
menggunakan metode wawancara didokumentasikan dan dikumpulkan dengan rekaman suara (audio recording), catatan, rekaman video atau dengan foto. Berikut ini adalah merupakan format hasil wawancara
17
Tabel 2.2 Contoh Format Wawancara Nama Responden : Alamat
:
Email
:
No.Telp
:
Sekarang Menggunakan :
Pewawancara :
Bersedia jika difollow up atau dihubungi kembali? Ya / Tidak* *coret salah satu Pertanyaan
Pernyataan Pelanggan
Interpretasi Kebutuhan
Menurut anda, hal apa yang perlu di pertimbangkan dalam memilih tas laptop? Hal-hal yang anda sukai dari tas laptop yang digunakan saat ini? Hal-hal apa yang anda khawatirkan saat laptop anda terbungkus oleh tas laptop? Apakah penting penggunaan alas / meja laptop ketika anda menggunakan laptop? Usulan perbaikan
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
18
2. Menginterpretasikan data mentah menjadi kebutuhan pelanggan, kebutuhan pelanggan diekspresikan sebagai pernyataan tertulis. Setiap pernyataan atau hasil observasi diterjemahkan
menjadi
nomer
berapa
pun
sebagai
kebutuhan pelanggan. 3. Mengorganisasikan kebutuhan menjadi hierarki, tujuan dari langkah 3 ini adalah mengorganisasikan kebutuhan – kebutuhan ini menjadi beberapa hierarki. Daftar kebutuhan ini terdiri dari beberapa kebutuhan primer, dimana masing – masing kebutuhan primer akan tersusun dari kebutuhan sekunder dan dapat dipecah lagi menjadi kebutuhan tertier apabila kasus produk yang terbilang sangat komplek. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang paling umum sifatnya, sementara kebutuhan sekunder dan tertier diekspresikan secara lebih terperinci. 4. Menetapkan kepentingan relatif setiap kebutuhan, dalam menetapkan derajat kepentingan relatif setiap kebutuhan dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara pertama tim pengembang mendiskusikan secara bersama untuk menentukan langsung derajat kepentingan setiap kebutuhan secara bersama-sama. Atau cara kedua adalah
19
dengan melakukan survey lanjutan dengan memilih variabel yang dianggap penting. 5. Merefleksikan hasil dan proses, langkah terakhir pada metode
indentifikasi
kebutuhan
pelanggan
adalah
menggambarkan kembali hasil dari proses, menguji hasil dan meyakinkan bahwa hasil tersebut konsisten dengan pengetahuan dan intuisi yang telah dikembangkan melalui interaksi yang cukup lama dengan pelanggan.Beberapa pertanyaan yang dapat dipertimbangkan untuk menjadi acuan dalam langkah ini adalah : a. Sudahkah kita berinteraksi dengan semua tipe pelanggan penting dalam target pasar kita? b. Apakah kita sanggup menangkap lebih jauh kebutuhan yang berhubungan dengan produk sekarang
untuk
menangkap
kebutuhan
yang
tersembunyi dari pelanggan? c. Manakah diantara pelanggan yang diwawancara merupakan partisipan yang baik yang dapat membantu kita pada usaha pengembangan produk lebih lanjut?
20
d. Apakah yang kita ketahui sekarang, namun belum kita ketahui waktu memulai proses? 2.3.1
SPSS Menurut Islandscript (2011), SPSS ( Statistical Product and Solution Service ) adalah sebuah software yang berfungsi untuk mengolah data statistik. Berbagai tipe data statistik yang dapat diolah menggunakan SPSS, mulai dari data dalam jumlah sedikit sampai kepada data jumlah besar. Mengaktifkan aplikasi SPSS sangat mudah, adapun cara membukanya baik pada windows XP maupun pada Windows 7 adalah sebagai berikut: Klik Start ► All Programs ►IBM SPSS Statistik ► IBM SPSS Statistik 19
21
Gambar 2.2
Tampilan Jendela SPSS
Pada tampilan pertama ini kita disodorkan beberapa pilihan, masing – masing pilihan bersifat tombol radio, yaitu bulatan kecil yang bila diklik akan terisi. Adapun pilihan-pilihan sebagai berikut : -
Opening an existing data source, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka file SPSS yang sudah ada.
-
Open another tipe of file, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka jenis file lain yang sudah ada.
-
Run the tutorial, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka tutorial yang disediakan oleh SPSS.
-
Type in data, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuka data ke dalam table data editor.
-
Run an existing query, pilihan ini berfungsi jika kita akan menjalankan kueri yang sudah ada.
-
Create new query using Database Wizard, pilihan ini berfungsi jika kita akan membuat kueri dari sebuah database. Secara garis besar, mengoprasikan SPSS adalah : membuka
file, menginput dan mengolah data, dan menyimpan data. Umumnya berikut ini langkah-langkah awal dalam mengoprasikan SPSS : 1. Membuka file, membuka file baru dengan cara : Klik File ► Open ► Data
22
Gambar 2.3
Tampilan Jendela SPSS Keseluruhan
2. Menginput data a. Memasukkan Variabel Sebagai contoh masukkan data variable yang beruba Nama, Berat dan Jenis kelamin. Namun perlu diingat nama variable tidak boleh berspasi. Untuk memasukkan ketiga variable tersebut dengan cara sebagai barikut : -
Klik Variabel View atau double klik kata var pada bagian kolom di bawah dibawah jendela.
Gambar 2.4
Hasil Pengaturan Tipe Pada Variabel View
23
-
Lalu masukkan contoh variable data yang akan diolah :
b. Masukan data Langkah berikutnya setelah variable dibuat adalah memasukan data langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : -
Pindah mode table data dengan mengklik Data View
-
Isikan data seperti contoh diatas, dari responden 1 sampai dengan seterusnya.
Gambar 2.5
Tampilan Setelah Data Diinput
3. Menyimpan data Menyimpan data seperti pada aplikasi pada umumnya adalah langkah yang tidak boleh terlewat. Adapun untuk menyimpan data pada SPSS adalah sebagai berikut : Klik menu File ► Save, maka akan muncul kotak dialog dan seperti
24
pada proses menyimpan dokumen pada umumnya tentukan drive dan folder tempat menyimpan data, lalu klik Save.
2.4
Spesifikasi Produk Spesifikasi produk merupakan serangkaian yang menjelaskan detail-detail yang tepat dan terukur mengenai apa yang harus dilakukan produk. Spesifikasi tidak memberitahukan bagaimana memenuhi kebutuhan pelanggan, tetapi menampilkan pernyataan yang tidak mendua mengenai apa yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan pelanggan. Tabel 2.3 Contoh Format Kebutuhan Pelanggan dan Derajat Kepentingan
No
Kebutuhan
1
(Produk)
2
(Produk)
Kepentingan
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Spesifikasi terdiri dari metrik dan nilai metrik. Sebagai contoh “waktu rata – rata untuk memasang” adalah metrik, sementara “kurang dari 75 detik” adalah nilai metrik. Nilai terdiri dari beberapa bentuk,
25
termasuk angka tertentu, kisaran atau ketidaksamaan. Nilai selalu diikuti dengan suatu yang sesuai ( contoh : detik, kilogram dan joule ). Metrik dan nilai bersama – sama membentuk spesifikasi. Ada dua tahap pembuatan spesifikasi yang merupakan bagian dari proses pengembangan produk yaitu membuat target spesifikasi dan menetapkan spesifikasi akhir setelah konsep produk dipilih. Target spesifikasi merupakan tujuan tim pengembangan, yang berperan menjelaskan produk agar sukses dipasaran. Kemudian target spesifikasi ini akan diperbaiki tergantung kepada batasan konsep produk yang akhirnya dipilih. Bencmarking adalah sebagai suatu proses belajar yang berlangsung secara sistematis dan terus-menerus dimana setiap bagian dari suatu produk dibandingkan dengan produk perusahaan yang terbaik atau pesaing yang paling unggul. Baganbagan
digunakan
untuk
membandingkan
persepsi
pelanggan
mengenai “derajat relative produk dalam memuaskan kebutuhan mereka”.
Proses pembuatan target spesifikasi terdiri dari empat
langkah yaitu Dalam menetukan target spesifikasi
hal yang diperlukan
adalah menyiapkan daftar metrik. Metrik yang baik adalah yang merefleksikan secara langsung nilai produk yang memuaskan
26
kebutuhan pelanggan. Asumsinya adalah menerjemahkan kebutuhan pelanggan menjadi sekumpulan nilai spesifikasi yang tepat dan terukur dapat dilakukan dan upaya dengan sendirinya akan menghasilkan kepuasan terhadap kebutuhan pelanggan yang terkait. Matriks
kebutuhan-metrik
(needs
metrics
matrix)
memperlihatkan hubungan antar kebutuhan dan metrik, dan juga merupakan elemen kunci dari rumah kualitas, suatu teknik grafis yang digunakan dalam pengembangan fungsi kualitas (Quality Function Deployment) atau biasa disingkat menjadi QFD.
Hal yang harus
dipertimbangkan bahwa tidak semua kebutuhan dapat diterjemahkan menjadi metrik yang terukur. Sehingga dapat bersifat subyektif. Berikut ini contoh daftar metrik : Tabel 2.4 Contoh Format Daftar Metrik Kebutuhan No. Metrik
Kebutuhan
Metrik
Kepentingan
1 2 (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Satuan
27
2.4.1
Quality Function Deployment (QFD) Quality Function Deployment (QFD) adalah suatu metode perencanaan
untuk
memenuhi
harapan
konsumen,
yaitu
menerjemahkan atau mengkonversikan suara konsumen dalam karakteristik kualitas yang dikembangkan menjadi kebutuhan spesifik engineering
dalam
bentuk
perencanaan
dan
desain
produk,
pengembangan bagian dan komponen dari produk, perencanaan semua proses yang diperlukan, perencanaan produksi untuk membuat produk akhir dan perencanaan jasa terkait produksi yang diperlukan. Menurut Widodo (2003), Quality Function Deployment diilustrasikan sebagai rumah yang sangat komplek. Kemudian rumah tersebut dapat dibagi kedalam ruangan – ruangan yang berisi atribut – atribut yang satu dengan lainnya saling berhubungan untuk memberikan
kontribusi
untuk
analisis
pengembangan
produk.
Penjelasan tentang House of Quality (HOQ). Setelah data siap diolah, maka untuk selanjutnya dibentuk matriks House Of Quality (HOQ). Data yang dibutuhkan dalam matriks HOQ ini adalah:
28
1. Data tentang kebutuhan dan tingkat kepentingan masingmasing kebutuhan tersebut, yang merupakan output dari data preferensi konsumen. 2. Data tentang penilaian atau evaluasi konsumen terhadap dua produk treker bearing yang dikomparasi (benchmarking), yang merupakan output dari data persepsi konsumen.
Core – lationship Importance Ratings
WHATs (Voice of Customers)
HOWs (Technical Requirements)
Relationship
Customers Competitive Assessment
Target Technical Requirements
Competitive Technical Assessment Column Weight
Gambar 2.6 House of Quality (Sumber : Perancangan dan pengembangan produk, Imam Djadi Widodo)
•
WHAT’s (Voice of Customers), kata WHAT’s akan dikembangkan dengan mendefinisikan kebutuhan yang lebih jelas. Kata WHAT’s
29
akan dikembangkan secara detail dengan kata HOW’s (kebutuhan teknis). Proses ini sama dengan proses pengolahan tujuan pemasaran kedalam tingkat spesifikasi teknik produk. Selanjutnya customer requirement diterjemahkan kedalam karakteristik produk global yang disebut dengan kebutuhan desain. Kebutuhan desain tersebut biasanya dihitung nilai karakteristiknya yang dapat dievaluasi pada sebuah produk yang lengkap. •
Importance Ratings, digunakan untuk usaha prioritas dan membuat keputusan trade-off. Tabel berangka atau grafik akan menggambarkan kepentingan relatif dari setiap WHAT atau HOW untuk memperlihatkan hasil akhir. Importance Rating untuk HOWs disebut sebagai bobot kolom. Importance Rating untuk WHATs dibentuk
secara
mendasar
dari
customer
assessment
dan
diekspresikan sebagai sebuah skala relatif atau dengan angka konsumen yang biasanya menggunakan skalat relatif (missal : 1 – 9 atau 1 – 5). Dalam melakukan penyimbolan terhadap hubungan antara WHATs dan HOWs yang bersifat hubungan kuat, menengah, atau lemah. •
HOWs (Technical Requirement), salah satu proses dalam matrik perencanaan produk adalah menerjemahkan kebutuhan konsumen kedalam kebutuhan teknis (HOWs) agar lebih mengspesifikasikan
30
sebuah desain umum. Sehingga, kebutuhan teknis tidak lain merupakan bahasa teknis yang akan kemudian dikembangkan. Sebagai ciri dari bahasa teknis adalah terukur yang berarti bahwa tiap bahasa teknis pasti akan memiliki satuan ukuran. Untuk mendapatkan kebutuhan teknis ini setiap keinginan konsumen diterjemahkan kedalam bahasa teknis (HOWs). Satu keinginan konsumen mungkin dapat diterjemahkan dalam satu HOW atau lebih. •
Core-lationship, adalah sebuah table segitiga yang sering dipadukan dengan HOWs, dalam arti bahwa matrik korelasi menjelaskan hubungan antar item HOW. Matrik hubungan menggunakan simbol – simbol untuk menjelaskan hubungan yang terjadi.
Hubungan
POSITIVE
adalah
sebuah
HOW
bisa
mendukung HOW yang lainnya. Hal ini sangat penting karena mungkin dapat melakukan efisiensi sumber daya dengan tidak melakukan kemampuan duplikasi pada hasil yang sama. Lalu hubungan NEGATIVE adalah antara sebuah HOW dengan HOW yang lainnya menimbulkan akibat yang saling merugikan atau salah satu yang dirugikan. •
Relationship WHATs and HOWs, dalam hubungan yang kompleks antara WHATs dan HOWs dapat dijelaskan bahwa
31
sebuah WHAT dapat dijelaskan lebih dari satu makna pada HOWs. Tingkat hubungan WHATs dan HOWs menggunakan tiga kunci utama yang digambarkan oleh simbol – simbol pada hubungan antara WHATs dan HOWs yang dihubungkan. Hubungan kuat jika keinginan teknis tertentu merupakan interpretasi langsung suatu keinginan konsumen. Sedangkan hubungan sedang dan lemah umumnya dari hubungan keinginan konsumen dengan kebutuhan teknis yang bukan dari interpretasi langsungnya. •
Customer Competitive Assessment, digunakan sebagai informasi customer oriented (orientasi pelanggan). Bagian ini lebih untuk mengerti tentang persepsi konsumen tentang produk yang dibuat dengan produk pesaing yang ada dipasar.
•
Competitive Technical Assessment, digunakan secara teknis untuk menganalisa
kompetisi
produk
dibanding
produk
pesaing.
Competitive Assessment dapat digunakan untuk membuat nilai tujuan (HOW MUCH’s) dicapai. Ini dikerjakan oleh seleksi nilai yang kompetitif untuk setiap isu – isu penting. Disamping itu dengan dibuatnya Competitive Assessment dapat diketahui posisi produk dengan produk sejenis perusahaan lainnya secara objektif. Dengan demikian dapat ditentukan keunggulan dan kekurangan produk yang akan dikembangkan.
32
•
Target Technical Requirement, bagian ini merupakan bagian terukur dari HOWs yang berisi nilai target spesifikasi yang akan dicapai. Target ini merupakan bagian dari kualifikasi teknis, sehingga semua target harus terukur dan dipertimbangkan dengan baik, merefleksikan kebutuhan pelanggan, kemampuan bersaing dan teknik penjualan.
• 2.5
Column Weight
Seleksi Konsep Seleksi konsep merupakan proses menilai konsep dengan memperhatikan
kebutuhan
pelanggan
dan
kriteria
lain,
membandingkan kekuatan dan kelemahan relatif dari konsep dan memilih satu atau lebih konsep untuk penyelidikan, pengujian dan pengembangan selanjutnya. Metode pada seleksi konsep pada proses ini
didasarkan
pada
penggunaan
matriks
keputusan
untuk
mengevaluasi masing – masing konsep dengan mempertimbangkan serangkaian kriteria seleksi.
33
Gambar 2.7 Seleksi Konsep (Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Pemilihan konsep seringkali ditampilkan dalam dua tahapan sebagai cara mengatasi kesulitan dalam mengevaluasi lusinan konsep produk. Kedua tahapan dari pemilihan konsep tersebut adalah penyaringan konsep dan penilaian konsep. Penyaringan
konsep
didasarkan
pada
metode
yang
dikembangankan oleh Stuart Pugh pada tahun 1980-an dan seringkali disebut seleksi konsep Pugh (Pugh, 1990). Tujuan tahapan ini adalah mempersempit jumlah konsep. Langkah yang diambil selanjutnya adalah menyiapkan matriks seleksi untuk penyaringan konsep.
34
Tabel 2.5 Matriks Penyaringan Konsep Konsep
Kriteria A
B
C
Kriteria 1
0
0
0
Kriteria 2
0
-
0
Kriteria 3
0
0
+
Kriteria 4
0
+
-
Kriteria 5
0
0
+
Kriteria 6
+
0
0
Kriteria 7
+
0
0
Jumlah +
2
1
2
Jumlah 0
5
5
4
Jumlah -
0
1
1
Nilai akhir
2
-1
1
Seleksi
Peringkat Lanjutkan?
1
3
2
Ya
Tidak
Ya
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Penyaringan konsep merupakan penilaian yang sederhana menggunakan nilai relatif “lebih baik” (+) jika kriteria tersebut lebih baik dari alternatif konsep yang lain, “sama dengan” (0) jika kriteria yang ada sama dengan kriteria yang ada pada konsep yang lain atau “lebih buruk” (-) jika kriteria tersebut lebih buruk dari pada alternatif konsep yang lain. Kemudian jumlah bobot kriteria tersebut dijumlahkan dan dari hasil penjumlahan bobot kriteria tersebut didapatkan ranking untuk dipilih dan dilanjutkan ketahap berikutnya yaitu penilaian konsep.
35
Konsep yang telah terpilih dari tahap penyaringan konsep akan dihitung kembali untuk mendapatkan konsep yang paling baik diantara konsep yang lainnya. Tahapan ini menggunakan matriks penilaian konsep dengan cara menambahkan bobot kepentingan kedalam matriks. Tabel 2.6 Matriks Penilaian Konsep Konsep A Kriteria Seleksi
C Nilai
Nilai
Beban
Rating
Beban
Rating
Beban
Kriteria 1
5%
3
0,15
3
0,15
Kriteria 2
15%
3
0,45
4
0,6
Kriteria 3
10%
2
0,2
3
0,3
Kriteria 4
25%
3
0,75
3
0,75
Kriteria 5
15%
2
0,3
5
0,75
Kriteria 6
20%
3
0,6
3
0,6
Kriteria 7
10%
3
0,3
3
0,3
Total Nilai
2,75
3,45
Peringkat
2
1
Tidak
Kembangkan
Lanjutkan?
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Beberapa pola yang berbeda dapat digunakan untuk memberi bobot pada kriteria, seperti menandai nilai kepentingan dari 1 sampai 5 atau mengalokasi nilai 100 persen pada kriteria – kriteria tersebut.
36
Nilai rating dan beban dikalikan untuk mendapatkan nilai beban. Nilai beban ini yang akan dijumlahkan untuk menentukan ranking tiap konsep yang memiliki rangking tertinggi. Dengan dasar kedua matriks seleksi tersebut dapat diputuskan untuk memilih satu atau lebih konsep terbaik, konsep – konsep ini mungkin lebih lanjut dikembangkan dan dibuat prototipe untuk memperoleh feedback dari pelanggan.
2.6
Antropometri Antropometri menurut Stevenson (1989) dan Nurmianto (1991) adalah satu kumpulan data numerik yang berhubungan dengan karakteristik fisik tubuh manusia ukuran, bentuk dan kekuatan serta penerapan dari data tersebut untuk penanganan masalah desain. Penerapan data antropometri ini akan dapat dilakukan jika tersedia nilai mean (rata rata) dan SD (standar deviasi) nya dari suatu distribusi normal. Adapun distribusi normal ditandai dengan adanya nilai mean (rata –rata) dan SD (standard deviasi). Sedangkan persentil adalah suatu nilai yang menyatakan bahwa persentase tertentu dari
37
sekelompok orang yang dimensinya sama dengan atau lebih rendah dari nilai tersebut. Faktor – faktor yang mempengaruhi Antropometri sebagai berikut : 1. Keacakan/random Dengan ada nya suatu kelompok populasi yang sudah jelas, namun masih akan ada perbedaan yang cukup signifikan antara berbagai macam masyarakat. 2. Jenis kelamin Perbedaan yang signifikan antara dimensi tubuh pria dan wanita.Oleh karena itu, data Antropometri kedua jenis kelamintersebut selalu disajikan secara terpisah. 3. Suku Bangsa Variasi di antara beberapa kelompok suku bangsa telah menjadi hal yang tidak kalah pentingnya akibat jumlah angka imigrasi dari satu negara ke negara lain. 4. Usia Digolongkan atas beberapa kelompok usia yaitu : -
Balita
38
-
Anak anak
-
Remaja
-
Dewasa, dan
-
Lanjut usia
5. Jenis Pekerjaan Beberapa jenis pekerjaan tertentu menuntut adanya persyaratan dalam seleksi karyawan / staf nya. 6. Pakaian Variabilitas yang disebabkan oleh bervariasi nya iklim / musim yang berbeda dari satu tempat ke tempat yang lain. 7. Faktor Kehamilan Pada Wanita Faktor ini memiliki pengaruh yang berbeda di bandingkan dengan wanita yang tidak hamil. 8. Cacat Tubuh Secara Fisik Di berikan skala prioritas pada rancang bangu fasilitas akomodasi untuk para penderita cacat tubuh secara fisik, sehingga
mereka
dapat
merasakan
penggunaan jasa dari hasil ilmu ergonomic.
kesamaan
dalam
39
Perancangan yang akan menggunakan data Antropometri statis, yaitu : 1. Tinggi genggaman kopor Analisa bahwa kopor tersebut tidak boleh menggeser dilantai pada saat dibawa. Oleh karenanya dimensinya tidak boleh lebih dari dimensi tinggi genggaman tangan, pada saat berdiri atau disebut sebagai knuckle height 2. Ukuran handle (pegangan tangan) Henry Dreyfuss memberi contoh yang baik pada perancangan produk yang akan dikonsumsi oleh populasi yang berada pada ujung – ujung distribusi normal, yaitu untuk komponen perancangan produk yang berukuran tetap (tanpa ada rentang ukuran). Misalnya : Perancangan handle kopor. Beberapa hal yang harus diperhatikan adalah : a. Ruang dalam handle (L x W), sebaiknya cukup besar untuk tangan. b. Diameter handle (D).
2.7
Arsitektur Produk Arsitektur produk adalah skema elemen-elemen fungsional dari produk disusun menjadi chunk yang bersifat fisik dan menjelaskan
40
bagaimana setiap chunk berinteraksi. Elemen fisik produk biasanya diorganisasikan menjadi beberapa building blocks utama yang disebut chunks. Setiap chunk terdiri dari sekumpulan komponen yang mengimplementasikan fungsi dari produk.. Semua produk terdiri dari elemen fungsional dan fisik. Elemen-elemen fungsional dari produk terdiri atas operasi dan transformasi yang menyumbang terhadap kinerja keseluruhan produk. Elemen-elemen fisik dari sebuah produk adalah bagian-bagian, komponen, dan sub rakitan yang pada akhirnya diimplementasikan terhadap fungsi produk. Elemen-elemen fisik diuraikan lebih rinci ketika usaha pengembangan berlanjut. Langkah-langkah dalam menetapkan arsitektur produk adalah dengan : 1. Membuat skema produk, yaitu diagram yang menggambarkan pengertian terhadap elemen-elemen penyusun produk, yakni berupa elemen fisik, komponen kritis dan elemen fungsional.
41
Gambar 2.8
Contoh Skema Produk
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 2. Mengelompokkan
elemen-elemen
pada
skema,
yaitu
menugaskan setiap elemen yang ada pada skema menjadi chunk. Setiap chunk memiliki satu fungsi. Elemen yang memiliki fungsi yang sama dapat digabungkan dalam satu chunk. Kondisi ekstrim yang mungkin terjadi adalah semua komponen memiliki chunk sendiri sehingga jumlah elemen sama dengan jumlah chunk. Atau sebaliknya mengintegrasikan semua komponen ke dalam satu fungsi yang sifatnya akan lebih kompleks.
42
Gambar 2.9
Contoh Function Diagram
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger) 3. Membuat susunan Geometris yang masih kasar, Susunan geometris dapat diciptakan dalam bentuk gambar, model komputer atau model fisik yang terdiri dari 2 atau 3 dimensi. Penyusunan Geometris yang masih berbentuk kotak dapat memberikan beberapa alternatif penyusunan sehingga tidak ada hubungan antar chunk yang saling bertentangan. Pembuatan susunan geometris harus memperhatikan aspek estetika, keamanan dan kenyamanan dari sebuah produk.
43
2.8
Design for Manufacturing (DFM) Biaya keberhasilan
manufaktur ekonomis
merupakan dari
produk.
penentu
utama
Keberhasilan
dalam
ekonomis
tergantung dari marjin keuntungan dari tiap penjualan produk dan berapa banyak yang dapat dijual oleh perusahaan. Design for Manufacturing (DFM) merupakan salah satu metode yang memiliki tujuan utama mengurangi biaya manufaktur dengan tetap menjaga fungsi dan kualitas yang diinginkan dengan mengoptimalkan rancangan suatu produk hingga pabrikasi.
Gambar 2.10
Metode DFM
44
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Metode DFM terdiri dari 5 langkah : 1. Memperkirakan biaya manufaktur Input dalam biaya manufaktur meliputi bahan mentah, komponen-komponen yang dibeli, usaha-usaha karyawan, energi dan peralatan. Output meliputi barang jadi dan buangan. Biaya manufaktur merupakan jumlah seluruh biaya untuk input dari sistem dan dan untuk proses pembuanga output yang dihasilkan oleh sistem. Sebagai biaya untuk produk, perusahaan biasanya menggunakan unit biaya manufaktur, yang dihitung dengan membagi total biaya manufaktur untuk beberapa periode. Biaya manufaktur dari suatu produk yang terdiri dari biaya-biaya dalam tiga kategori : 1.
Biaya-biaya komponen Komponen-komponen dari suatu produk mencakup komponen standar yang dibeli dari pemasok. Beberapa komponen pesanan dibuat di pabrik sendiri, sementara yang lain dihasilkan oleh pemasok berdasarkan spesifikasi rancangan pembuat.
45
2.
Biaya-biaya perakitan Barang-barang
diskrit
biasanya
dirakit
dari
komponen-
komponen. Proses perakitan hampir selalu mencakup biaya upah tenaga
kerja
dan
juga
mencakup
biaya
peralatan
dan
perlengkapan. 3.
Biaya-biaya Overhead Overhead merupakan kategori yang digunakan untuk mencakup seluruh biaya-biaya lainnya. Biaya overhead terbagi 2 tipe : biaya pendukung dan alokasi tidak langsung. Biaya pendukung adalah biaya-biaya berhubungan dengan penanganan material, jaminan kualitas, pembelian, pengiriman, penerimaan, fasilitasfasilitas dan pemeliharaan perelatan/perlengkapan. Cara lain untuk membagi biaya manufaktur adalah dengan menggunakan biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap adalah biaya yang tercakup dalam jumlah yang telah ditentukan sebelumnya, tanpa menghiraukan berapa banyak unit produk yang dibuat. Biaya variabel adalah biaya yang tercakup dalam proporsi langsung dari jumlah unit yang dihasilkan.
46
Tabel 2.7 Perkiraan Daftar Material (Bill of Material) Kompon en
Material yang Dibeli
Pemrosesan (Mesin+T.kerja)
Perakitan (T.Kerja)
Total Biaya Variabel perunit
Peralatan dan Biaya tak berulan g lain nya
Umur pakai perelatan
Total Biaya tetap perunit
Biaya Total
Total Biaya Langsung Beban o verh ead Biaya Total
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppinger)
Kolom pada BOM menunjukkan perkiraan biaya yang terurai menjadi biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel mencakup material, waktu mesin, dan upah. Biaya tetap terdiri dari peralatan dan biaya yang tidak berulang seperti peralatan khusus dan biaya set up. Umur pakai peralatan digunakan untuk menghitung biaya tetap perunit . untuk menghitung biaya total, overhead ditambahkan sesuai dengan gambaran akunting biaya yang diharapkan perusahaan. Sebagai catatan bahwa tambahan biaya tetap seperti depresiasi peralatan yang digunakan untuk beberapa produk sering juga tercakup dalam overhead.
47
2. Mengurangi Biaya Komponen -
Memahami Batasan-batasan Proses dan Dasar-dasar Biaya Beberapa harganya
komponen
secara
mungkin
sederhana,
karena
dapat
ditentukan
perangcang
tidak
memahami kemampuan dasar biaya, dan batasan-batasan proses produksi. Untuk merancang ulang komponen guna mendapatkan kinerja yang sama seraya menghindari langkah manufaktur yang menimbulkan biaya, perancang harus mengetahui tipe operasi apa yang sulit dilakukan dalam produksi, dan dengan dasar biaya apa. -
Merancang Ulang Komponen Untuk Mengurangi Langkahlangkah Pemrosesan Kecermatan
rancangan
yang
diusulkan
akan
mengarahkan pada usulan rancangan ulang yang dapat menghasilkan
penyederhanaan
proses
produksi.
Dengan
mengurangi jumlah langkah dalam proses pabrikasi umumnya memberikan hasil pengurangan biaya. -
Pemilihan Skala Ekonomi yang Sesuai untuk Pemrosesan Komponen Biaya manufaktur suatu produk biasanya turun bila volume produksi meningkat. Gejala ini dinamakan skala
48
ekonomi. Skala ekonomi untuk suatu komponen yang dibuat terjadi karena dua alasan berikut: 1. biaya tetap dibagi di antara lebih banyak unit dan 2. biaya variabel menjadi lebih rendah karena perusahaan
dapat
mempertimbangkan
penggunaan proses-proses dan peralatan yang lebih luas dan efisien. -
Menstandarkan Komponen-komponen dan Proses-proses Prinsip skala ekonomis juga digunakan dalam pemilihan komponen dan proses. Jika volume produksi bertambah, biaya perunit komponen akan berkurang. Kualitas dan kinerja sering meningkat dengan bertambahnya jumlah produksi dikarenakan pihak penghasil komponen dapat menginvestasikan dalam proses pembelajaran dan perbaikan dalam perancangan komponen dan proses produksinya. Untuk volume komponen yang lebih tinggi dapat dicapai melalui penggunaan komponen standar.
-
Mengikuti Black Box Pengadaan Komponen
49
3.
Mengurangi Biaya Perakitan Perancangan untuk perakitan (DFA) kadang dinyatakan sebagai bagian DFM yang melibatkan minimasi biaya perakitan. Untuk kebanyakan produk, perakitan memberikan bagian total biaya
yang
relatif
kecil.
Walaupun
demikian,
dengan
memfokuskan perhatian pada biaya perakitan akan memberikan manfaat tidak langsung yang kuat. Sering suatu hasil yang menekankan pada DFA, keseluruhan hitungan komponen, kerumitan proses manufaktur dan biaya pendukung, seluruhnya mengurangi biaya perakitan. Pada bagian ini, kami memberikan beberapa prinsip yang berguna untuk mengarahkan keputusan DFA. 4.
Mengurangi Biaya Pendukung Produksi Dalam bekerja untuk meminimasi biaya komponen dan biaya perakitan, tim mungkin juga mencapai pengurangan dalam permintaan fungsi pendukung produksi. Sebagai contoh, suatu pengurangan jumlah komponen mengurangi permintaan untuk manajemen persediaan. Suatu pengurangan dalam isi rakitan mengurangi jumlah pekerja yang dibutuhkan untuk produksi sehingga mengurangi biaya pengawasan dan manajemen sumber daya manusia.
50
Adalah penting untuk mengingat bahwa perkiraan biaya manufaktur sering tidak sensitif untuk kebanyakan faktor yang secara aktual menyebabkan beban overhead. Meskipun demikian, sasaran rancangan tim untuk hal ini seharusnya mengurangi biaya aktual pendukung produksi, walaupun perkiraan biaya overhead tidak berubah. 5. Mempertimbangkan Pengaruh Keputusan DFM Pada Faktor Lainnya -
Pengaruh DFM pada waktu Pengembangan Waktu pengembangan dapat menjadi sangat berharga. Untuk suatu proyek pengembangan mobil, waktu adalah sangan berarti seperti ratusan ribu dolar perhari. Keterkaitan di antara DFM dan waktu pengembangan adalah kompleks. Dalam
hal
ini,
terdapat
beberapa
aspek
hubungan.
Penggunaaan beberapa petunjuk DFM dapat menghasilkan komponen-komponen yang sangat kompleks. Manfaat biaya dari keputusan DFM mungkin tidak berarti menunda jangka waktu proyek. Hal ini sebagian besar adalah benar untuk persaingan produk dalam pasar yang dinamis.
51
2.9
Pembuatan Prototype Prototype
didenifisikan
sebagai
tiruan
dari
produk
berhubungan dengan satu atau lebih dimensi kepentingan. Dimensi kepentingan tersebut meliputi fungsi, penampilan, manfaat dan keamanan produk jika telah digunakan oleh konsumen. Prototype yang baik adalah prototype yang memenuhi tujuan pembuatan prototype tersebut. Ada beberapa tipe prototype yang dapat dibuat dengan segala keunggulan dan kelemahannya, sehingga untuk memenuhi tujuan pembuatan prototype tersebut hatus terlebih dahulu di ketahui klasifikasi dari prototype. Prototype dapat dibedakan dalam dua kategori yaitu berdasarkan alam/sifatnya dan berdasarkan cakupannya. a. Berdasarkan alam/sifatnya Berdasarkan alam/sifatnya prototype dapat dibedakan dalam dua kategori untama, yaitu : ‐
Prototype fisik : merupakan obyek yang tangible yang dapat dilihat dan dipegang. Prototype seperti ini sering ditampilkan langsung kegunaannya didepan konsumen agar konsumen menjadi lebih tertarik setelah melihat prototype asli tersebut.
‐
Prototype analitik : merupakan Prototype yang non-tangible, seperti model matematika, simulasi, 3D video image, dan lain
52
– lain. Amat jarang Prototype produk ditampilkan seperti Prototype analitik ini. Bagi konsumen penjelasan mengenai uraian matematik tidak lebih baik jika produk langsung ditampilkan dalam bentuk fisik yang sebenarnya. b. Berdasarkan pandangannya (cakupan) Berdasarkan pandangannya Prototype terbagi atas dua, yaitu : ‐
Prototype terfokus : menggambarkan hanya sebagian dari produk, untuk memenuhi kepentingan tertentu.
‐
Prototype komprehensif : menggambarkan seluruh bagian produk, meliputi seluruh fungsi dan tampilannya. Ada empat langkah untuk merencanakan sebuah Prototype
selama usaha pengembangan produk. Metode ini digunakan pada seluruh tipe Prototype, yaitu terfokus, menyeluruh, fisik dan analitik. 1. Menetapkan Tujuan Prototype. Adapun empat tujuan Prototype, yaitu : pembelajaran, komunikasi, penggabungan dan milestone. Pada tahap ini tim harus membuat sebuah table model perencanaan Prototype yang terdiri dari tujuan, tingkat perkiraan, jumlah yang harus dibuat (jika fisikal), garis besar rencana pengujian dan jadwal. 2. Menetapkan Tingkat Perkiraan Konsep.
53
Merencanakan sebuah Prototype membutuhkan tingkatan dimana produk akhir akan ditetapkan. Tim harus mempertimbangkan apakah Prototype fisik diperlukan atau apakah Prototype analitik yang terbaik untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan. Dalam banyak kasusk, Prototype yang terbaik adalah Prototype yang paling sederhana yang akan memenuhi tujuan yang ditetapkan langkah 1. 3. Menggariskan Rencana Percobaan. Pengguna Prototype dalam pengembangan produk dapat dianggap sebagai sebuah percobaan. Praktek percobaan yang baik membantu untuk menjamin penggalian nilai maksimum dari kegiatan pembuatan Prototype. Rencana percobaan meliputi identifikasi variable percobaan (jika ada), protokol pengujian, sebuah indikasi mengenai pengukuran apa yang akan ditampilkan dan sebuah rencana untuk menganalisa data hasil. 4. Membuat Jadwal untuk perolehan, Pembuatan dan Pengujian
2.9.1
Computer Aided Three Dimensional Interractive Application (CATIA) Konsultan digital yang digunakan dalam penelitian ini adalah Computer Aided Three Dimensional Interactive Application (CATIA), peranti lunak untuk membantu proses desain, rekayasa dan
54
manufaktur. Peranti lunak yang diusung IBM ini lazim dikategorikan sebagai
Computer
Aided
Design
(CAD),
Computer
Aided
Manufacturing (CAM), dan Computer Aided Engineering (CEA). Dengan proses CATIA, proses-proses pemodelan seluruhnya di lakukan secara digital sehingga tidak diperlukan lagi gambar manual.Dengan di bantu oleh software CATIA,dengan pemodelan secara digital,baru lah di lanjutkan membuat prototype, suatu produk yang hampir menuju produk kesempurnaan yang selanjut nya akan menjadi prototype.
2.10
Analisis Ekonomi Dalam sebuah tim pengembangan produk membutuhkan alat untuk membantunya menentukan keputusan yang akan diambil. Ada dua
jenis
metode
analisis
ekonomi
untuk
membantu
tim
pengembangan produk membuat keputusan yaitu analisis kuantitatif dan analisis kualitatif. 1. Analisis
Kuantitatif
adalah
aliran
dasar
kas
masuk
(pendapatan) dan kas keluar (biaya) dalam sebuah pembuatan produk baru. Kas masuk berasal dari penjualan produk. Kas keluar terdiri atas biaya proses pengembangan, biaya produksi ramp-up seperti pembelian perlengkapan dan alat-alat, biaya
55
pemasaran dan penyokong produk, dan biaya produksi yang terus-menerus seperti bahan mentah, komponen dan pekerja. Produk yang sukses adalah produk yang menghasilkan jumlah kumulatif kas masuk (pendapatan) lebih besar daripada jumlah kumulatif kas keluar (biaya). Pada tingkat perhitungan kas yang masuk lebih besar dari nilai bersih saat ini (Net Present Value / NPV) proyek, atau nilai ukur dolar dari semua aliran
kas yang sudah
diperkirakan. Bagian kuantitatif dari metode analisis yang dijelaskan memperkirakan NPV aliran kas yang diperkirakan dari suatu proyek. Metode ini
menggunakan teknik NPV
karena lebih mudah dimengerti dan digunakan secara luas dalam bidang bisnis. Nilai analisis kuantitatif tidak hanya menyediakan evaliasi objektif proyek-proyek, tetapi juga membuat suatu perhitungan terhadap struktur dan disiplin pada penilaian proyek pengembangan produk. Metode analisis NPV menggunakan rumus :
PV =
Diketahui :
C
(1 + r )t
PV = Present Value
56
C = Jumlah uang yang diinvestasikan r = Suku bunga t = Periode Tabel 2.8 Aliran Kas, Nilai Saat Ini dan Nilai Bersih Saat Ini Nilai dalam ribuan (Rp)
Thn 1 Thn 2 Thn 3 Thn 4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4
Biaya Pengembangan Biaya Perakitan Biaya Pemasaran dan penunjang Biaya Produksi Volume produksi Biaya Produksi/unit Pendapatan Penjualan Volume Penjualan Harga / unit Aliran kas/periode Nilai saat ini tahun 1, r+10% Nilai bersih Proyek saat ini
(Sumber : Perancangan dan Pengembangan Produk, Ulrich-Eppi nger)
57
2. Analisis
Kualitatif
adalah
adalah analisis
yang
lebih
memperhatikan masalah lingkungan proyek, yakni menangkap persoalan-persoalan dan mempertimbangkan interaksi antara proyek dengan perusahaan, pasar dan lingkungan ekonomi makro. Analisis ini menggunakan analisis kuantitatif, hanya saja disesuaikan dengan keadaan faktor perusahaan, pasar dan lingkungan
ekonomi
makro
tadi.
Analisis
kualitatif
dilaksanakan untuk menangkap lingkungan yang lebih kompetitif dan dinamik. 2.11
Peta Rakitan (Assembly Chart) Peta Rakitan adalah gambaran grafis dari urutan-urutan aliran komponen dan rakitan-bagian (sub assembly) ke rakitan suatu produk. Akan terlihat bahwa peta rakitan menunjukkan cara yang mudah untuk memahami : 1.
Komponen-komponen yang membentuk produk
2.
Bagaimana
komponen-komponen
ini
bergabung
bersama 3.
Komponen yang menjadi bagian suatu rakitan-bagian
4.
Aliran komponen ke dalam sebuah rakitan
58
5.
Keterkaitan antara komponen dengan rakitan-bagian
6.
Gambaran menyeluruh dari proses rakitan
7.
Urutan waktu komponen bergabung bersama
8.
Suatu gambaran awal dari pola aliran bahan
Standar Pengerjaan dari Assembly Chart adalah sebagai berikut: 1. Operasi terakhir yang menunjukkan rakitan suatu produk digambarkan dengan lingkaran berdiameter 12 mm dan harus dituliskan operasi itu di sebelah kanan lingkaran tersebut. 2. Gambarkan garis mendatar dari lingkaran kearah kiri, tempatkan lingkaran berdiameter 6 mm pada bagian ujungnya, tunjukkan setiap komponen (nama, nomor komponen, jumlah, dsb) yang dirakit pada proses tersebut. 3. Jika yang dihadapi adalah rakitan-bagian, maka buat garis tadi sebagian dan akhiri dengan lingkaran berdiameter 9 mm, garis yang menunjukkan komponen mandiri harus ditarik ke sebelah kiri dan diakhiri dengan diameter 6 mm. 4. Jika operasi rakitan terakhir dan komponen-komponennya selesai dicatat, gambarkan garis tegak pendek dari garis lingkaran 9 mm ke atas, memasuki lingkaran 12 mm yang
59
menunjukkan operasi rakitan sebelum operasi rakitan yang telah digambarkan pada langkah 2 dan langlah 3. 5. Periksa kembali peta tersebut untuk meyakinkan bahwa seluruh komponen telah tercantum, masukkan nomer-nomor operasi rakitan bagian ke dalam lingkaran (jika perlu), komponen yang terdaftar di sebelah kiri diberi nomor urut dari atas ke bawah bagian sub assembly.
Gambar 2.11 Gambar Assembly Chart -
Lingkaran yang menunjukkan rakitan atau rakitan-bagian tidak selalu harus menunjukkan lintasan stasiun kerja atau lintasan rakitan atau bahkan lintasan orang, tapi hanya benar-benar menunjukkan urutan operasi yang harus dikerjakan. Waktu yang diperlukan oleh tiap operasi akan menentukan akan menetukan apa yang harus dilakukan operator. Tujuan utama dari peta rakitan adalah untuk menunjukkan keterkaitan antara komponen, yang dapat juga digambarkan oleh sebuah ‘gambar-terurai’.
60
2.12
Peta Proses Operasi (Operation Process Chart) Peta proses operasi (Operation Process Chart) atau yang biasa dikenal dengan OPC merupakan suatu diagram yang menggambarkan langkah-langkah proses yang akan dialami bahan baku mengenai urutan operasi dan pemeriksaan. Jadi, dalam suatu peta proses operasi yang dicatat hanyalah kegiatan operasi dan pemeriksaan saja. Peta proses operasi memiliki beberapa manfaat yang berkaitan dengan produksi dari suatu produk. Manfaat dari peta proses operasi diantaranya
adalah
untuk
mengetahui
kebutuhan
mesin
dan
penganggarannya, untuk memperkirakan kebutuhan akan bahan baku, sebagai alat untuk menentukan tata letak pabrik, sebagai alat untuk melakukan perbaikan cara kerja yang sedang digunakan saat ini, serta sebagai alat untuk melakukan pelatihan kerja.
2.13
Struktur Produk Struktur produk dapat didefinisikan sebagai cara komponenkomponen bergabung ke dalam suatu produk selama proses manufacturing. Struktur produk berisi informasi mengenai material, komponen, sub-assembly yang diperlukan untuk membuat produk jadi. Struktur produk menggambarkan proses perakitan yang dilakukan untuk memperoleh suatu produk jadi dalam bentuk tingkatan. Tingkatan-tingkatan tersebut dinamakan sebagai level.
61
Penyajian struktur produk dibedakan menjadi dua yaitu metode explotion dan implotion. Metode explotion adalah penyajian struktur produk, dimana pada level 0 terdapat produk jadi, hingga pada level paling
bawah
menunjukkan
komponen
paling
awal
dirakit.
Sebaliknya, struktur produk implotion merupakan kebalikan dari struktur produk explotion. Perbedaan antara struktur produk explotion dan implotion hanya pada penyusunan levelnya. Manfaat dari struktur produk adalah dapat memberikan informasi mengenai material, komponen atupun sub-assembly yang diperlukan dalam pembuatan suatu produk. Selain itu, melalui struktur produk juga dapat diketahui proses perakitan dalam pembuatan suatu produk dengan bentuk tingkatan atau level.
2.14
Bill of Material (BOM) Bill of material atau yang biasa dikenal dengan BOM merupakan daftar dari semua material, parts, dan subassemblies, serta kuantitas dari masing-masing yang dibutuhkan untuk memproduksi satu unit produk atau parent assembly. Tiga jenis BOM yang yang digunakan dalam dunia perindustrian, yaitu: 1.
Phantom Bill, merupakan jenis bill yang digunakan untuk material yang tidak untuk disimpan atau untuk material yang hanya lewat saja.
62
2.
Modular Bill, digunakan untuk material yang menyusun produk dengan sejumlah option yang berbeda.
3.
Pseudo Bill, digunakan untuk menyusun daftar kebutuhan material yang bukan untuk disusun menjadi produk melainkan untuk dikelompokkan berdasarkan kriteria tertentu.
Jenis bill dapat juga dibagi berdasarkan tingkatan level yang disampaikannya, yaitu single level BOM dan multilevel BOM. Jenis bill lainnya adalah planning bill, yang merupakan jenis bill yang digunakan untuk keperluan peramalan dan perencanaan. Planning bill terbagi menjadi dua jenis, yaitu: 1.
Planning bills dengan item yang dijadwalkan merupakan komponen atau sub assembly untuk pembuatan produk akhir, dimana item-item yang dijadwalkan itu secara fisik lebih kecil daripada produk akhir.
2.
Planning bills dengan item yang dijadwalkan memiliki produk akhir sebagai komponen-komponennya, dimana item-item yang dijadwalkan secara fisik lebih besar daripada produk akhir.
Manfaat dari BOM diantaranya adalah sebagai alat pengendali produksi yang menspesifikasikan bahan-bahan kandungan yang penting dari suatu produk, pesanan yang harus digabungkan dan seberapa banyak yang dibutuhkan untuk membuat satu batch, bill of material juga digunakan untuk peramalan barang yang keluar masuk dari inventori maupun transaksi
63
produksi dan bisa menghasilkan pesanan-pesanan produksi dari pesanan pelanggan, serta menjamin bahwa jumlah bahan yang tepat telah dikirim ke tempat yang tepat pada waktu yang tepat.
2.15
Teknik Sampling Menurut Bougie (2010) teknik-teknik sampling dapat dikelompokan dalam dua kelompok besar, yaitu probability sampling dan non-probability sampling. Perbedaan kedua kelompok ini terletak pada peluang elemen populasi untuk dipilih menjadi subjek dalam sampel. Pada probability sampling, tiap elemen populasi memiliki peluang yang diketahui untuk dipilih sebagai subjek dalam sampel. Sebaliknya pada nonprobability sampling, peluang elemen populasi untuk dipilih menjadi subjek sampel tidak diketahui. Berikut ini penjelasan dua kelompok sampling tersebut:
1. Probability Sampling Teknik probability sampling meliputi simple random sampling, systematic sampling, stratified random sampling, cluster sampling (area sampling) dan double sampling. •
Simple random sampling Teknik ini digunakan jika tiap elemen populasi memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi subjek dalam sampel. Sebagai contoh,
64
misalnya suatu populasi terdiri dari 10.000 elemen dan peneliti hendak mengambil 100 subjek untuk menjadi sampel maka tiap elemen akan mempunyai peluang yang sama untuk dipilih menjadi ssampel yakni sebesar 0,01. Teknik ini memiliki bias terkecil dan menawarkan generalisasi yang paling baik. Namun desain untuk teknik sampling ini paling sulit dilkukan sehingga dalam prakteknya banyak peneliti menggunakan tekni yang lain. •
Systematic sampling Teknik ini dilakukan dengna mengambil elemen populasi kelipatan ke-n dilmulai pada elemen yang dipilih secara acak dari 1 sampai n. teknik ini memiliki resiko terjadinya systematic bias, yakni bias pada kesimpulan generalisasi populasi karena bias terletak pada posisi elemen kelipatan ke-n.
•
Stratified random sampling Teknik ini dipilih jika terdapat sub grup-sub grup elemen yang mewakili parameter sub grup yang berbeda-beda. Teknik ini diawali dengna menyusun stratifikasi elemen lalu memilih elemen dari tiap startum secara acak. Teknik ini dapat dibedakan menjadi dua yakni : 1. Proportionate Persentase jumlah sampel dari tiap stratum sama dengan proporsi ukuran stratum relatif dengan populasi.
65
2. Dis-proportionate Persentase jumlah sampel tiap dari tiap stratum tidak sama dengan proporsi ukuran stratum relatif dengan populasi. Teknik ini dilakukan jika pada stratum tertentu sangat sulit dikumpulkan data yang
lebih
banyak,
atau
pada
stratum
tertentu,
tingkat
heterogenitasnya berbeda dengan stratum yang lain. •
Cluster sampling Teknik ini merupakan kebalikan dari teknik stratified random sampling. Teknik ini dipilih jika terdapat asumsi bahwa sifat elemen dalam satu cluster yang lain cenderung heterogen. Teknik ini dilakukan mula-mula dengan membagi populasi cluster secara acak, dan selanjutnya menganalisis semua subjek dalam cluster.
•
Area sampling Teknik ini dilakukan jika penelitian yang dilakukan berkaitan dengan populasi berada dalam wilayah-wilayah geografis yang dapat diidentifikasikan dengan jelas.
•
Double sampling Teknik ini dilakukan dengan mengambil sejumlah elemen populasi sebagai subjek sampel pendahuluan, kemudian diwaktu yang lain sebagian dari sampel pendahuluan ini diteliti kembali secara rinci.
66
2. Non-Probability Sampling Teknik non-probabilty sampling ini meliputi convenience sampling, judgment sampling, purposive sampling dan quota sampling : •
Convenience Sampling Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan informasi dari elemen populasi yang dapat dengan mudah menyediakan informasi tersebut.
•
Purposive Sampling Purposive sampling, adalah teknik penentuan sampel berdasarkan tujuan tertentu saja. Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
•
Judgment Sampling Judgment
Sampling
melibatkan
pilihan
subyek
yang
menguntungkan dalam posisi terbaik untuk memberikan informasi yang diperlukan. Pada teknik sampling judgment sampling, sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya. Judgment sampling juga digunakan ketika jumlah objek yang diteliti dan
67
kategori orang yang memiliki informasi yang dicari dalam penelitian
jumlahnya
terbatas
atau
justru
tidak
diketahui.
Kesimpulannya, jumlah dan objek sampel dipilih berdasarkan penilaian dan pertimbangan peneliti, bahwa sampel tersebut adalah pihak yang paling tepat untuk dijadikan sampel sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti berdasarkan penelitian yang akan dilakukan. •
Quota Sampling Teknik ini mirip dengan proportionate stratified sampling. Namun dalam teknik ini, pengambilan sampel tidak dilakukan dengan random tetapi didasarkan pada kemudahan saja. Jumlah sampel ditentukan dalam batas-batas (quota) tertentu.
2.16
Penentuan Jumlah Sampel Pengambilan sampel sebanyak 30 data dalam sebuah penelitian pengembangan produk ternyata sudah cukup mampu menggambarkan kebutuhan konsumen yang sebenarnya. Ini dibuktikan pada penelitian pengembangan produk picnic cooler oleh Griffin dan Hauser (Ulrich & Eppinger, 1995) dalam Azmi (2001). Dalam penelitian ini, pengambilan sampel sebanyak 30 buah ternyata sudah cukup mampu menggambarkan kebutuhan konsumen yang sebenarnya dan setelah didapatkan data dari 30
68
sampel maka 90% kebutuhan telah teridentifikasi. Dengan syarat, tiap responden bersifat independen dan pengumpulan data dilakukan secara terpisah. Lalu menurut Menurut Urban (1993) juga pada bukunya Design and Marketing of New Products untuk membuat suatu rancangan dan pengembangan produk baru harus mengumpulkan ≥ 100 responden. Kami sebagai tim pengembang membuat grup diskusi dengan direktur PT.Tri Estetika Jaya untuk pemilihan sampel tersebut. Kami mengambil 100 buah reponden berdasarkan teori menurut Urban dan Hauser (1993) nilai minimum dari pengumpulan untuk membuat rencana/rancangan produk baru yaitu sebanyak 100 orang responden