BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Cetak 2.1.1 Pengertian Bahan Cetak Bahan cetak merupakan suatu bahan yang digunakan untuk menghasilkan suatu bentuk cetakan dari hubungan gigi dan jaringan rongga mulut (jaringan keras dan jaringan lunak). Bahan cetak akan menghasilkan cetakan negatif dari jaringan keras dan jaringan lunak rongga mulut yang kemudian akan diisi dengan dental stone atau dengan bahan yang lainnya untuk mendapatkan model. Hal ini bertujuan untuk pembuatan mahkota, gigitiruan penuh, gigitiruan sebagian dan pesawat ortodonti.1 Menurut Powers JM, dkk (2008), bahan cetak yang ideal adah bahan cetak yang memenuhi persyaratan yaitu: (1) mempunyai aroma dan rasa yang menyenangkan serta warna yang baik; (2) tidak mengandung bahan-bahan yang beracun dan mengiritasi; (3) mempunyai shelf life yang adekuat sehingga dapat menjamin bahan tersebut tetap baik selama penyimpanan; (4) hasil yang diperoleh sebanding dengan harganya; (5) mudah digunakan dengan alat-alat yang minimal; (6) karakteristik pengerasan bahan sesuai dengan persyaratan klinik; (7) mempunyai konsistensi dan tekstur yang baik; (8) dapat digunakan pada jaringan rongga mulut yang lembab; (9) mempunyai sifat elastis dan mampu mencegah perubahan setelah dilepaskan dari mulut; (10) cukup kuat sehingga tidak mudah robek saat dilepaskan dari mulut; (11) tetap stabil dimensinya pada temperatur dan kelembaban dalam kisaran normal; (12) kompatible dengan bahan pengecoran; (13) memberikan hasil yang akurat pada penggunaan klinis; (14) hasil cetakan dapat didesinfeksi tanpa kehilangan akurasi dan (15) tidak melepaskan gas sewaktu reaksi pengerasan. 7 Tidak ada bahan cetak yang memenuhi seluruh persyaratan diatas, sehingga pemilihan dan bahan tersebut berdasarkan pada keadaan klinis dan pilihan masingmasing oleh dokter gigi.7
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Klasifikasi Bahan Cetak Bahan cetak dapat dikelompokkan menjadi dua bagian besar yaitu non-elastis dan elastis.1,2 2.1.2.1 Bahan Cetak Non-elastis (kaku) 1. Impression Plaster Impression plaster atau yang lebih dikenal dengan gips cetak merupakan bahan cetak yang berbahan dasar dari gipsum. Gipsum adalah mineral yang ditambang dari berbagai belahan dunia. Gipsum juga merupakan produk samping dari beberapa proses kimia. Secara kimiawi gipsum yang dihasilkan untuk tujuan kedokteran gigi adalah kalsium sulfat dihidrat (CaSO4. 2H2O) murni. Sekarang bahan cetak gips jarang digunakan sebagai bahan cetak sejak bahan elastomer telah tersedia, karena gips cetak bersifat rigid dan lebih mudah patah. Dalam kedokteran gigi bahan ini digunakan untuk membuat model studi dari rongga mulut serta struktur maksilo-fasial dan sebagai piranti penting untuk pekerjaan laboratorium kedokteran gigi sebagai pembuatan protesa gigi. Gips ini harus disimpan dalam kantung kedap udara karena akan menyerap air dari udara dan akan mempengaruhi waktu pengerasan.1,2
2. Impression Compound Impression compound adalah bahan cetak yang terdiri dari campuran malam, resin termoplastik, bahan pengisi dan bahan pewarna. Ada dua bentuk dasar bahan cetak compound yaitu bentuk kue dan bentuk stick (batang). Bahan ini digunakan pada suhu dalam keadaan panas (45оC) dan kemudian akan kembali keras pada suhu pendinginan sesuai dengan temperatur rongga mulut (37оC). Indikasi utama penggunaannya adalah untuk mencetak linggir tanpa gigi. Aplikasi umum lain dari bahan cetak compound adalah untuk membentuk tepi (border molding) sendok cetak perseorangan dari akrilik selama mencoba sendok cetak.1,2 Proses pelunakan kompoun adalah hal yang harus diperhatikan, prinsipnya bahan ini harus dengan mudah mengalir untuk menyesuaikan dengan jaringan sehingga setiap detail dalam mulut terpindahkan secara akurat.1,3
Universitas Sumatera Utara
3. Zinc Oxide Eugenol (ZOE) Bahan cetak zinc oxide eugenol merupakan bahan cetak berbentuk pasta. Bahan ini dikemas dalam 2 bentuk pasta yang berbeda pada masing-masing tube yaitu base (basis) dan aselerator. Pada base mengandung zinc oxide dan minyak mineral sedangkan pada tube aselerator mengandung eugenol dan rosin. Manipulasi dilakukan dengan mengaduk kedua pasta tersebut dengan proporsi yang sama pada masing-masing tube. Bahan cetak zinc oxide eugenol
terutama
digunakan sebagai bahan cetak untuk
gigitiruan pada lingir edentulous dengan undercut kecil atau tanpa undercut. Bahan ini memiliki keuntungan yaitu mampu mengisi pada bagian yang akurat dari hasil cetakan jaringan lunak oleh karena sifat daya alirnya yang rendah. Kestabilan bahan cetak ini sangat baik karena sifat pengerutan yang dapat diabaikan (<0,1%) mungkin terjadi selama reaksi pengerasan.1,2,4
4. Impression Wax (malam) Bahan cetak wax biasa digunakan untuk menghasilkan cetakan yang memerlukan tekanan (mucocompressive) dalam pembuatan gigitiruan. Bahan ini juga dapat digunakan untuk memperbaiki kesalahan cetakan yang disebabkan karena ukuran sendok cetak yang terlalu kecil sehingga wax dapat ditambahkan pada bagian ujung sendok cetak yang disesuaikan dengan rahang pasien.1
2.1.2.2 Bahan Cetak Elastis 1. Reversible Hydrocolloids (agar) Komponen dasar bahan cetak hidrokoloid adalah agar. Agar adalah koloid hidrofilik organik (polisakarida) yang diekstrak dari rumput laut jenis tertentu. Kandungan utama berdasarkan berat adalah air (>80%). Proses manipulasi terdiri atas tiga tahap yaitu persiapan bahan, conditioning atau pendinginan, dan membuat cetakan. Reversible Hydrocolloid merupakan salah satu bahan cetak terakurat. Bahan cetak ini sebagian besar telah diganti dengan bahan cetak berbahan dasar karet, namun bahan ini masih digunakan untuk mencetak seluruh bagian dari gigi dan mulut tanpa undercut
Universitas Sumatera Utara
yang dalam, dan juga dapat digunakan untuk mencetak bagian gigi dan mulut berdasarkan kuadran tanpa undercut yang dalam. Reversible Hydrocolloid juga sering digunakan untuk mendapatkan hasil cetakan model pada pembuatan gigi tiruan sebagaian cekat oleh karena bahan ini memiliki tingkat keakuratan yang tinggi.1,2
2. Irreversible Hydrocolloids (alginat) Alginat adalah bahan cetak yang berasal dari ekstrak rumput laut tertentu yang berwarna coklat (algae). Substansi alami ini kemudian diidentifikasi sebagai suatu bentuk polimer linier dengan berbagai kelompok asam karboksil dan atau yang disebut juga dengan asam alginik. Manipulasi bahan ini sangat mudah dan tanpa menggunakan alat khusus yaitu dengan cara mengaduk bahan cetak alginat dengan p/w ratio sesuai dengan petunjuk pabrik. Alginat merupakan bahan cetak yang penggunaanya paling luas dalam kedokteran gigi klinis. Bahan ini biasa dipakai sebagai cetakan pendahuluan untuk membuat studi model (model diagnostik) pada perawatan konservasi, prostodonti dan orthodonti.1-4
3. Elastomer Elastomer adalah bahan cetak yang fleksibel dan menyerupai karet setelah proses setting time (pengerasan) berlangsung. Kebanyakan bahan cetak ini adalah sistem dua komponen yang dikemas dalam bentuk pasta. Kedua pasta yang yang berbeda warna dikeluarkan dalam panjang yang sama pada kertas pengaduk dan diaduk sampai terbentuk warna homogen. Bahan ini tidak digunakan sebagai pembuatan cetakan model studi, akan tetapi memiliki tingkat keakuaratan yang sangat tinggi. Bahan cetak elastomer yang pertama kali yaitu polysulfides, kemudian diikuti dengan silikon kondensasi, polyether dan silikon addisi.1,2
2.2 Alginat (Irreversible Hydrocolloid) Irreversible hydrocolloid atau yang biasa dikenal dengan alginat merupakan bahan cetak yang memiliki daya alir yang cukup tinggi sehingga dapat menghasilkan cetakan yang cukup akurat, oleh karena itu bahan ini yang paling sering digunakan di
Universitas Sumatera Utara
klinik dokter gigi. Selain itu bahan ini juga memiliki keuntungan dengan harganya relatif murah jika dibandingkan dengan bahan cetak yang lainnya dan mempunyai rasa yang menyenangkan bagi pasien.1,2 Penggunaan bahan cetak ini beragam, mulai dari untuk membuat cetakan pada pembuatan gigitiruan sebagian lepasan dengan cantolan, cetakan pendahuluan untuk gigitiruan penuh, dan studi model pada perawatan orthodonti. Akan tetapi bahan ini tidak cukup akurat untuk membuat cetakan gigitiruan sebagaian cekat.2 Adapun komposisi dari bahan cetak alginat yang meliputi komponen bubuk, persentase berat dan fungsi masing-masing ditunjukkan pada tabel berikut ini: Tabel 1. Komponen bahan cetak alginat.6
Komponen
Persentase berat (%)
Fungsi
Sodium alginate
18
Reaktan
Kalsium sulfat dihidrat
14
Reaktan
Sodium fosfat
2
Reaktan
Potasium sulfat
10
Membuat permukaan model gipsum yang baik
Bahan pengisi (misalnya tanah diatoma)
56
Bahan pengisi untuk mengontrol pengerasan gel
Sodium silikofluorit
4
Sebagai kontrol pH
Proses gelasi bahan ini yaitu bubuk alginat yang dicampur dengan air akan menghasilkan bentuk pasta. Dua reaksi utama terjadi ketika bubuk bereaksi dengan air selama proses setting. Tahap pertama, sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat.2 2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4
Universitas Sumatera Utara
Tahap kedua, setelah sodium fosfat telah bereaksi, sisa kalsium sulfat bereaksi dengan sodium alginat membentuk kalsium alginat yang tidak larut, yang dengan air akan membentuk gel.1-3
Na alginat + CaSO4
H2 O
Ca alginat + Na2SO4
(bubuk)
(gel)
Metode praktis dalam mengendalikan waktu gelasi yaitu dengan mengamati waktu dari mulai pengadukan sampai bahan tersebut tidak lagi kasar atau lengket bila disentuh dengan ujung jari yang bersih, kering serta bersarung tangan. Kemungkinan waktu optimal adalah antara 3 dan 4 menit pada temperataur ruangan (200 C). Normalnya, pabrik jenis alginat yang mengeras dengan cepat
(1-2 menit) dan yang
2,4
mengeras dengan kecepatan normal (2,5-4 menit).
Kekuatan gel alginat meningkat beberapa menit setelah gelasi awal terjadi. Kebanyakan alginat meningkat elastisitasnya dengan berlalunya waktu, meminimalkan distorsi bahan selama cetakan dibuka, sehingga dapat mencetak sempurna bagian undercut.6 Alginat memiliki sifat viskoelastisitas yang tergantung pada kecepatan-regangan. Maka ketahanan terhadap sobekan akan meningkat bila cetakan dikeluarkan dengan sentakan tiba-tiba. Oleh karena itu kecepatan mengeluarkan cetakan harus disesuaikan antara gerakan cepat dengan kenyamanan pasien.6 Sebagai keakurasian dari bahan ini yaitu sebagian besar cetakan alginat tidak mampu menghasilkan detail yang halus, lain halnya dengan elastomer. Surfaktan dapat digunakan untuk mendapatkan permukaan yang halus, tetapi dengan ditambahkannya selapis larutan di atas permukaan cetakan akan bisa mengaburkan keakuratannya. Untuk menjamin hasil cetakan dalam pembuatan model studi dapat diperoleh dengan baik, maka cetakan harus dilakukan dengan benar.7 Perubahan dimensi merupakan sifat dari hidrokoloid dan harus dipertimbangkan oleh dokter gigi karena perubahan dimensi apapun yang terjadi setelah cetakan
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkan dari mulut menyebabkan model cetakan tidak akurat. Seperti diharapkan dari struktur hidrokoloid, sebagian besar volume gel ditempati oleh air. Bila kandungan air dalam gel dikurangi, gel akan mengerut yang disebut dengan sineresis, dan bila gel menyerap air gel akan mengembang atau yang lebih dikenal dengan imbibisi.1,2 Proses sineresis ini adalah salah satu sifat khas dari gel. Eksudat yang muncul selama dan setelah sineresis bukanlah air murni. Tetapi dapat berupa asam atau basa tergantung dari komposisi gel. Pada keadaan apapun dan kapanpun air atau cairan dikeluarkan dari jalinan gel oleh penguapan atau sineresis, gel akan mengkerut.15 Sementara itu temperatur penyimpanan dan kontaminasi kelembaban udara merupakan faktor utama yang mempengaruhi lama penyimpanan bahan cetak alginat. Bahan yang sudah disimpan selama satu bulan pada 650C tidak dapat digunakan dalam perawatan gigi, karena bahan tersebut tidak dapat mengeras sama sekali atau mengeras terlalu cepat. Simpan persediaan alginat pada lingkungan yang dingin dan kering.15,16
2.3 Stabilitas Dimensi Pada Bahan Cetak Alginat Seperti hidrokoloid lainnya, alginat mengandung air sekitar > 80% dan rentan terhadap distorsi yang disebabkan oleh pengembangan yang terkait dengan imbibisi (penyerapan air) atau pengkeruran yang terkait dengan sineresis (penguapan air).1 Menurut Anusavice KJ (2004), stabilitas dimensi bahan cetak alginat dipengaruhi oleh peristiwa sineresis dan imbibisi. Sineresis adalah suatu keadaan dimana bahan cetak alginat, saat berbentuk gel akan mengalami kehilangan air karena proses penguapan dari permukaan bahan cetak alginat atau keluarnya air dari bahan cetak alginat. Selain itu adanya eksudat atau benda-benda asing pada permukaan gel juga akan mempengaruhi sebelum proses sineresis atau setelah proses sineresis. Bila proses sineresis dan imbisisi terjadi, maka mengakibatkan perubahan stabilitas dimensi dari bahan cetak alginat.1 Menurut Craig (2006), perubahan dimensi bahan cetak alginat berhubungan dengan kontraksi yang terjadi selama proses pengerasan (setting time) dari bahan cetak alginat, ini berhubungan dengan cross-linking yang terjadi di dalam rantai polimer atau di antara rantai polimer alginat. Selain kontraksi, hal lain yang dapat mempengaruhi
Universitas Sumatera Utara
perubahan dimensi atau stabilitas dimensi adalah proses pengerutan atau shrinkage yang dapat menyebabkan hilangnya komponen air.4 Bahan cetak alginat dapat mengembang jika terjadi penyerapan air dan bahan cetak alginat dapat berubah jika bahan cetak alginat mengeras. Faktor lain yang juga mempengaruhi stabilitas dimensi bahan cetak alginat adalah distortion atau creep yang akan terjadi jika bahan cetak alginat tidak mengalami recovery elastic atau perubahan elastisitas saat bahan cetak alginat mengeras dan undercut dihilangkan.4,6,7 Beberapa hal yang dapat menyebabkan perubahan stabilitas dimensi dari bahan cetak alginat seperti adanya tekanan di daerah terlokalisir. Salah satu penyebab dihasilkannya tekanan tersebut adalah adanya tekanan pada sendok cetak selama pada periode gelasi. Dibebaskannya tekanan internal menyebabkan terjadinya sineresis dan perubahan dimensi.1-4,7 Perubahan panas juga menyebabkan perubahan dimensi. Untuk alginat, cetakan mengerut sedikit karena perbedaan panas antara temperatur rongga mulut (350 C) dan temperatur ruangan (230 C). Bahkan perubahan yang kecil ini dapat menyebabkan cetakan mengalami perubahan dimensi dan distorsi.7
2.4 Desinfeksi Hasil Cetakan Kebutuhan akan disinfeksi hasil cetakan telah berkembang luas. Operator secara terus-menerus terkena mikroorganisme yang dapat menyebabkan infeksi seperti pilek, pneumonia, tuberkulosis, herpes dan hepatitis. Terutama sejak munculnya AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom), kesadaran akan adanya jalur infeksi silang ini dapat muncul dari pasien ke dokter gigi, perawat dan teknisi laboratorium. Mikroorganisme yang terdapat di rongga mulut dapat berpindah ke dokter, personil laboratorium dan pasien lainnya melalui cetakan atau model.1,5 Kebanyakan laboratorium teknik gigi tidak akan menerima hasil cetakan kecuali ada garansi dari dokter gigi bahwa hasil cetakan itu telah dilakukan desinfeksi. Hal ini menghadapkan dokter gigi pada suatu problem yang serius dimana pengambilan cetakan yang akurat menjadi problem yang sulit. Seluruh perhatian dan perlakuan yang diberikan pada pengambilan cetakan untuk mendapatkan cetakan dengan kualitas yang
Universitas Sumatera Utara
baik dapat hancur total bila terjadi distorsi hasil cetakan selama dilakukan prosedur desinfeksi. Hal ini tergantung pada dokter gigi untuk memilih bahan cetak yang paling sesuai dan prosedur desinfeksi yang berhubungan dengan bahan yang diinginkan.5 Bahan desinfektan yang paling sering digunakan dikedokteran gigi dan yang beredar di pasaran ada beberapa macam yaitu sodium hipoklorida, iodophor, phenylphenol, dan glutaraldehyde. Untuk desinfeksi bahan cetak alginat, O’Brien J (2002), menyarankan untuk melakukan perendaman di dalam larutan sodium hipoklorit atau iodophor.2 Banyak laporan mengatakan bahwa penyimpanan cetakan alginat dalam kantung tertutup selama dua jam setelah dilakukan semprotan desinfektan larutan 1% sodium hipoklorit atau larutan 2% glutaraldehyde tidak menyebabkan perubahan keakurasian cetakan.5
2.5 Herbal Sebagai Antibakteri Tanaman herbal adalah tanaman yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebgai obat dalam penyembuhan maupun pencegahan penyakit. Hal ini dapat diartikan sebagai suatu tanaman yang memiliki zat aktif yang berfungsi mengobati oleh karena penyebabnya seperti bakteri dan mikroorganisme yang lainnya.13 Belakangan ini tanaman herbal sering digunakan karena tanaman herbal memiliki kelebihan yaitu mudah didapat, lebih ekonomis, serta menunjukkan efek samping yang relatif rendah.17 Beberapa tanaman herbal yang bersifat sebagai antibakteri sehingga sering digunakan sebagai pengobatan maupun pencegahan penyakit, salah satunya seperti yang dikatakan oleh Rosidah (2012), daun jambu biji adalah tanaman yang memiliki sifat antibakteri karena zat aktif yang terkandung di dalamnya yaitu tanin. Tanin bersifat antibakteri dengan cara melakukan perusakan terhadap membran sel. Alkaloid, falvonoid dapat menghambat pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus .18 Pasaraeng (2013) mengatakan bahwa rimpang kunyit merupakan tanaman herbal sebagai antibakteri karena tanaman ini mengandung kurkumin. Kurkumin dalam rimpang kunyit merupakan kelompok persenyawaan fenolik. Beberapa senyawa fenolik yang bersifat sebagai antimikroba adalah senyawa fenol gingerol, zingeberen halogen
Universitas Sumatera Utara
dan etiloksida. Sebagai senyawa fenolik mekanisme kerja kurkumin sebagai antibakteri mirip dengan persenyawaan fenol lainnya yaitu menghambat metabolisme bakteri dengan cara merusak membran sitoplasma dan mendenasturasi protein sel yang menyebabkan kebocoran nutrien dari sel sehingga sel bakteri mati atau terhambat pertumbuhannya .19 Pada praktik kedokteran gigi bahan herbal juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan untuk mencegah kontaminasi silang antara dokter, perawat dan teknisi laboratorium melalui hasil cetakan dari mulut pasien. Banyak laporan penelitian mengatakan bahwa ekstrak daun sirih dapat digunakan sebgai bahan desinfektan pada hasil cetakan karena bersifat antibakteri dengan konsentrasi 25% baik dengan cara direndam maupun disemprot, Novitasari RDA (2013).10 Air rebusan daun jambu biji dengan konsentrasi 25% juga dapat digunakan sebagai bahan desinfektan pada hasil cetakan karena zat aktif yang dikandungnya Batubara IH (2013) .8 Komponen zat aktif pada tanaman herbal tersebut juga dapat ditemukan pada buah mengkudu seperti tanin, saponin dan flavonoid. Kandungan inilah yang dikenal sebagai zat antibakteri.12
2.6 Buah Mengkudu Sebagai Antibakteri Terdapat sekitar 80 spesies tanaman yang termasuk dalam genus Morinda. Kirakira 60 persen dari 80 spesies Morinda tumbuh di pulau besar maupun kecil, diantaranya Malaysia dan pulau-pulau yang terletak di Lautan India dan lautan Pasifik. Hanya sekitar 20 spesies Morinda yang mempunyai nilai ekonomis, antara lain: Morinda bacteata, Morinda Officinalis, Morinda fructus, Morinda tinctoria dan Morinda citrifolia. Morinda citrifolia adalah jenis yang paling populer, sehingga sering disebut sebagai Queen of The morinda.12
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Buah mengkudu (Morinda citrifolia L) Banyak studi mengatakan bahwa buah mengkudu memiliki kandungan saponin, flavonoid, polifenol, tanin dan triterpen. Zat-zat yang terkandung dalam buah mengkudu tersebut dapat dimanfaatkan sebagai antibakteri terhadap E. coli, Staphylococcus aureus dan Proteus vulgaris.12-14 Tanin yang terkandung pada buah mengkudu memiliki aktivitas antibakteri dengan membentuk kompleks dengan protein polipeptida dinding sel sehingga terjadi gangguan
pada
bakteri.
Aktivitas
flavonoid
kemungkinan
disebabkan
oleh
kemampuannya untuk mengikat adhesin, membentuk kompleks dengan protein ekstraseluler dan terlarut, dan juga membentuk kompleks dengan dinding sel bakteri, serta sifat lipofilik flavonoid dapat merusak membran bakteri. Saponin merupakan glikosida hasil metabolit yang tersimpan di dalam sel tumbuhan. Selain itu saponin diduga mampu menghambat sintesis enzim esensial bakteri dan menghancurkan membran sel.12 Puspitasari, dkk (2009) hasil penelitian menunjukkan bahwa Kadar Hambat Minimum (KHM) perasan buah mengkudu matang terhadap bakteri Methicillin Resistan Staphylococcus aureus (MRSA) terdapat pada konsentrasi 30%, sedangkan Kadar Bunuh Minimal (KBM) terjadi pada konsentrasi 35%.13 Pada penelitian Setyohadi R, dkk (2009) menyatakan bahwa ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia) memiliki daya antimikroba terhadap bakteri Streptococcus mutans secara in vitro. Kadar Bunuh Minimum (KBM) ekstrak buah mengkudu terhadap bakteri Streptococcus mutans adalah pada konsentrasi 5%.14
Universitas Sumatera Utara
2.7 Kerangka Teori
Bahan Cetak Kedokteran Desinfeksi Hasil Cetakan
Non- Elastis
Cara
Jenis
Elastis
Semprot Reversible Hydrocolloid (Agar)
Gips Cetak
Kimia
Herbal Rendam
Impression Compound
Elastomer
Irreversible Hydrocolloid (Alginat)
Zinc Oxide Eugenol
sodium hypochlorite, iodophor 1%, glutaraldehyde 2% dan phenylphenol
Larutan Ekstrak Buah Mengkudu
Sifat
Impression wax
Sineresis
Imbibisi
Universitas Sumatera Utara
2.88 Kerangkaa Konsep
Bahann Cetak Keddokteran Giggi
Irreversible Hyydrocolloid (Alginaat)
Imbibiisi
Sinereesis
Perendamaana hasil ceetakan denggan larutan ekkstrak buah m mengkudu sellama 10, 15, 20 dan 25 menit
Sw welling (menngembang)
Perubahhan Dimenssi Hasil Cettakan Alginnat
Universitas Sumatera Utara