BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Budaya 2.1.1. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari kata sansekerta buddayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi, yang berarti budi atau akal. Dengan demikian, kebudayaan berarti hal-hal yang bersangkutan dengan akal. Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah Taylor, yang menulis dalam bukunya: “Primitive Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat, dan kemampuan lain, serta kebiasaan yang di dapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (Ranjabar, 2006). Goodenough (dalam Kalangie, 1994) mengemukakan, bahwa kebudayaan adalah suatu sistem kognitif, yaitu suatu sistem yang terdiri dari pengetahuan, kepercayaan, dan nilai yang berada dalam pikiran anggota-anggota individual masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan berada dalam tatanan kenyataan yang ideasional. Atau, kebudayaan merupakan perlengkapan mental yang oleh anggotaanggota masyarakat dipergunakan dalam proses orientasi, transaksi, pertemuan, perumusan, gagasan, penggolongan, dan penafsiran perilaku sosial nyata dalam masyarakat mereka.
Universitas Sumatera Utara
Definisi lain dikemukakan oleh Linton dalam buku: “The Cultural Background of Personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dari hasil tingkah laku, yang unsur-unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu, (Sukidin, 2005). Soemardjan dan Soemardi (dalam Soekanto, 2007) merumuskan, kebudayaan sebagai semua hasil karya, rasa dan cipta masyarakat. Karya masyarakat menghasilkan teknologi dan kebudayaan kebendaan atau kebudayaan jasmaniah (material culture) yang diperlukan oleh manusia untuk menguasai alam sekitarnya agar kekuatan serta hasilnya dapat diabdikan untuk keperluan masyarakat. Roucek dan Warren (dalam Sukidin, 2005) mengatakan, bahwa kebudayaan bukan saja merupakan seni dalam hidup, tetapi juga benda-benda yang terdapat di sekeliling manusia yang dibuat manusia. Dengan demikian ia mendefinisikan kebudayaan sebagai cara hidup yang dikembangkan oleh sebuah masyarakat guna memenuhi keperluan dasarnya untuk dapat bertahan hidup, meneruskan keturunan dan mengatur pengalaman sosialnya. Hal-hal tersebut adalah pengumpulan bahanbahan kebendaan, pola organisasi sosial, cara tingkah laku yang dipelajari, ilmu pengetahuan, kepercayaan dan kegiatan lain yang berkembang dalam pergaulan manusia. Menurut Koentjaraningrat (2002) mengatakan, bahwa menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan millik diri manusia dengan belajar. Dia membagi kebudayaan atas 7 unsur: sistem religi, sistem
Universitas Sumatera Utara
organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, sistem mata pencaharian hidup, sistem teknologi dan peralatan bahasa dan kesenian. Kesemua unsur budaya tersebut terwujud dalam bentuk sistem budaya/adat-istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur-unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan). 1. Sistem Religi Sistem religi meliputi kepercayaan, nilai, pandangan hidup, komunikasi keagamaan dan upacara keagamaan. Definisi kepercayaan mengacu kepada pendapat Fishbein dan Azjen (dalam Soekanto, 2007), yang menyebutkan pengertian kepercayaan atau keyakinan dengan kata “belief”, yang memiliki pengertian sebagai inti dari setiap perilaku manusia. Aspek kepercayaan tersebut merupakan acuan bagi seseorang untuk menentukan persepsi terhadap sesuatu objek. Kepercayaan membentuk pengalaman, baik pengalaman pribadi maupun pengalaman sosial. Dalam penelitian ini dibatasi keyakinan yang dianut atau menjadi pegangan pasangan usia subur dalam memilih metode KB IUD. Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sifat-sifat nilai menurut Daroeso (dalam Kalangie, 1994) adalah sebagai berikut: 1) nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia. Nilai yang bersifat abstrak tidak dapat diindra. Hal yang dapat diamati hanyalah objek yang bernilai. 2) Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan, cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai nemiliki sifat
Universitas Sumatera Utara
ideal. Nilai diwujudkan dalam bentuk norma sebagai landasan manusia dalam bertindak. 3) Nilai berfungsi sebagai daya dorong dan manusia adalah pendukung nilai. Manusia bertindak berdasar dan didorong oleh nilai yang diyakininya. Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: 1) nilai logika adalah nilai benar salah; 2) nilai estetika adalah nilai indah tidak indah; dan 3) nilai etika/moral adalah nilai baik buruk. Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah yang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia. Dapat disimpulkan nilai dalam penelitian ini merupakan motivasi atau pandangan PUS terhadap baik buruknya metode KB IUD. 2. Sistem Organisasi dan Kemasyarakatan Sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang meliputi: kekerabatan, organisasi politik, norma atau hukum, perkawinan, kenegaraan, kesatuan hidup dan perkumpulan. Sistim organisasi adalah bagian kebudayaan yang berisikan semua yang telah dipelajari yang memungkinkan bagi manusia mengkoordinasikan perilakunya secara efektif dengan tindakan-tindakan-tindakan orang lain (Syani, 1995). Kekerabatan merupakan bagian yang sangat penting dalam struktur sosial. Kekerabatan suatu masyarakat dapat dipergunakan untuk menggambarkan struktur
Universitas Sumatera Utara
sosial dari masyarakat yang bersangkutan. Kekerabatan adalah unit-unit sosial yang terdiri dari beberapa keluarga yang memiliki hubungan darah atau hubungan perkawinan. Anggota keluarga, sanak saudara, tetangga, dan teman sering kali memiliki pengaruh yang bermakna dalam pemakaian metode kontrasepsi oleh suatu pasangan. Pada sebuah studi di India dan Turki, lebih dari separuh wanita yang diwawancarai mengatakan bahwa pemilihan kontrasepsi mereka dibuat oleh atau dengan suami. Studi yang sama mendapatkan bahwa persetujuan teman atau sanak saudara dalam memilih kontrasepsi merupakan hal penting bagi 91% wanita di Turki, 68% di Filipina, 67% di India, dan 54% di Republik Korea (Hartanto, 2006). Suksesnya suatu program dalam hal ini program Keluarga Berencana, tergantung dari aktif atau tidak aktifnya partisipasi masyarakat untuk mensukseskan program tersebut. Sehingga dalam posisi ini peran aktif masyarakat sangat penting artinya bagi kelancaran dan keberhasilan program dan tercapainya tujuan. Kaitannya dengan peran serta masyarakat dalam program KB IUD, peranan tokoh masyarakat dan tokoh agama baik formal maupun non formal sangat penting terutama dalam memengaruhi, memberi contoh dan menggerakkan keterlibatan seluruh warga masyarakat di lingkungannya guna mendukung hasil program. Di masyarakat pedesaan, peran tersebut menjadi faktor determinan karena kedudukan para tokoh masyarakat masih sangat kuat pengaruhnya, bahkan sering menjadi tokoh panutan dalam segala kegiatan hidup sehari-hari warga masyarakat (Syani, 1995).
Universitas Sumatera Utara
3. Sistem Pengetahuan Spradlye (dalam Kalangie, 1994) menyebutkan, bahwa pengetahuan budaya itu bukanlah sesuatu yang bisa kelihatan secara nyata, melainkan tersembunyi dari pandangan, namun memainkan peranan yang sangat penting bagi manusia dalam menentukan perilakunya. Pengetahuan budaya yang diformulasikan dengan beragam ungkapan tradisional itu sekaligus juga merupakan gambaran dari nilai - nilai budaya yang mereka hayati. Nilai budaya sebagaimana dikemukan oleh Koentjaraningrat (2002) adalah konsep-konsep yang hidup dalam alam pikiran sebagian besar dari warga suatu masyarakat, mengenai hal-hal yang harus mereka anggap amat bernilai dalam hidup. Dan suatu sistem nilai budaya, yang sifatnya abstrak, biasanya berfungsi sebagai pedoman tertinggi bagi kelakuan manusia. 4. Sistem Mata Pencaharian Hidup Sistem mata pencaharian hidup merupakan produk dari manusia sebagai homo economicus yang mejadikan kehidupan manusia terus meningkat. Dalam tingkat sebagai food gathering, kehidupan manusia sama dengan hewan. Tetapi dalam tingkat food producing terjadi kemajuan yang pesat. Setelah bercocok tanam, kemudian beternak yang terus meningkat (rising demand) yang kadang-kadang serakah. Sistem mata pencaharian hidup atau sistem ekonomi meliputi jenis pekerjaan dan penghasilan (Koentrajaningrat, 2002).
Universitas Sumatera Utara
5. Sistem Teknologi dan Peralatan Teknologi dan peralatan kesehatan adalah sarana prasarana yang diperlukan untuk tindakan pelayanan, meliputi: ketersedian, keterjangkauan dan kualitas alat untuk memasang KB IUD. Keterjangkauan meliputi: 1) keterjangkauan fisik, keterjangkauan fisik dimaksudkan agar tempat pelayanan lebih mudah menjangkau dan dijangkau oleh masyarakat sasaran; 2) keterjangkauan ekonomi, keterjangkauan ekonomi ini dimaksudkan agar biaya pelayanan dapat dijangkau oleh klien. Biaya untuk memperoleh pelayanan menjadi bagian penting bagi klien; 3) keterjangkauan psikososial, keterjangkauan psikososial ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan partisipasi PUS dalam KB IUD secara sosial dan budaya oleh masyarakat, provider, pengambil kebijakan, tokoh agama, tokoh masyarakat; 4) keterjangkauan pengetahuan, keterjangkauan pengetahuan ini dimaksudkan agar PUS mengetahui tentang pelayanan KB IUD serta dimana mereka dapat memperoleh pelayanan tersebut dan besar biaya untuk memperolehnya. 6. Bahasa Bahasa adalah alat atau perwujudan budaya yang digunakan manusia untuk saling berkomunikasi atau berhubungan, baik lewat tulisan, lisan, ataupun gerakan (bahasa isyarat), dengan tujuan menyampaikan maksud hati atau kemauan kepada lawan bicaranya atau orang lain. Melalui bahasa, manusia dapat menyesuaikan diri dengan adat istiadat, tingkah laku, tata krama masyarakat, dan sekaligus mudah membaurkan dirinya dengan segala bentuk masyarakat. Bahasa memiliki beberapa fungsi yang dapat dibagi menjadi fungsi umum dan fungsi khusus. Fungsi bahasa
Universitas Sumatera Utara
secara umum adalah sebagai alat untuk berekspresi, berkomunikasi, dan alat untuk mengadakan integrasi dan adaptasi sosial. Sedangkan fungsi bahasa secara khusus adalah untuk mengadakan hubungan dalam pergaulan sehari-hari, mewujudkan seni (sastra), mempelajari naskah-naskah kuno, dan untuk mengeksploitasi ilmu pengetahuan dan teknologi (Koentrajaningrat, 2002). 7. Kesenian Kesenian mengacu pada nilai keindahan (estetika) yang berasal dari ekspresi hasrat manusia akan keindahan yang dinikmati dengan mata ataupun telinga. Sebagai makhluk yang mempunyai cita rasa tinggi, manusia menghasilkan berbagai corak kesenian mulai dari yang sederhana hingga perwujudan kesenian yang kompleks. Kesenian yang meliputi: seni patung/pahat, seni rupa, seni gerak, lukis, gambar, rias, vocal, musik/seni suara, bangunan, kesusastraan, dan drama (Koentrajaningrat, 2002). Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari-hari kebudayaan bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat. 2.1.2. Budaya dan Kesehatan Kebudayaan kesehatan adalah studi tentang pengaruh unsur-unsur budaya terhadap penghayatan masyarakat tentang penyakit dan kesehatan (Sarwono, 1993).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Foster dan Anderson (dalam Djoht, 2002), kebudayaan kesehatan mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda yaitu kutub biologi (pertumbuhan dan perkembangan manusia, peranan penyakit dalam evolusi manusia dan paleopatologi atau studi mengenai penyakit-penyakit purba) dan kutub sosial budaya (sistem medis tradisional atau etnomedisin, masalah petugaspetugas kesehatan, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter pasien, dan dinamika dari usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat tradisional). Dengan demikian kebudayaan kesehatan adalah disiplin ilmu yang memberi perhatian pada aspek-aspek biologi dan sosial-budaya dari tingkah laku manusia, terutama tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan manusia, yang memengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia. Dari definisi yang dibuat oleh ahli antropologi, dapat disimpulkan bahwa kebudayaan kesehatan mencakup: interpretasi berbagai macam masalah tentang hubungan timbal-balik biobudaya, antara tingkah laku manusia dimasa lalu dan masa kini dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan praktis dari pengetahuan tersebut; partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkah laku sehat kearah yang diyakini akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
Universitas Sumatera Utara
2.1.3. Sudut Pandang Budaya terhadap Konsep NKKBS Masyarakat pada umumnya mengikuti kebudayaan dan adat-istiadat yang sejak dulu telah dibentuk demi mempertahankan hidup dirinya sendiri ataupun kelangsungan hidup suku mereka. Untuk tercapaianya keberhasilan suatu program pembangunan khususnya dalam masyarakat ini perlu dipahami apa yang terdapat dan diadatkan dalam masyarakat. Di negara-negara barat, Erofa barat termasuk Indonesia, budaya dan ideologi patriarki masih sangat kental mewarnai berbagai aspek kehidupan dan struktur masyarakat. Bila dilihat dari garis keturunan, masyarakat Sumatera Utara lebih cenderung sebagai masyarakat yang patrilineal yang dalam hal ini posisi ayah atau bapak (laki-laki) lebih dominan dibandingkan dengan posisi ibu (perempuan). Contoh suku yang menganut faktor budaya patriarki adalah Batak, Melayu dan Nias, Sukrie (dalam Aritonang, 2010). Patriarki
juga
dapat
dijelaskan
dimana
keadaan
masyarakat
yang
menempatkan kedudukan dan posisi laki-laki lebih tinggi dari pada perempuan dalam segala aspek kehidupan sosial, budaya dan ekonomi. Kondisi sosial budaya yang memungkinkan kaum perempuan berada dalam sub ordinasi, menyebabkan pengambilan keputusan dalam KB didominasi oleh kaum pria (Pinem, 2009). 2.1.3.1. Budaya Suku Melayu Pentaloka BKKBN (dalam Ridwan, 2005), menerangkan masyarakat Melayu, adat yang bersendikan Syara’, dan Syara’ yang bersendikan Qitabullah artinya sepanjang suatu program atau konsep berterima oleh adat istiadat dan kebiasaan serta
Universitas Sumatera Utara
tidak bertentangan dengan ajaran perintah dan norma agama (dalam hal ini agama islam) maka akan kecil sekali kemungkinannya memperoleh kendala dalam pemberhasilannya
yaitu upaya
untuk
memberhasilkan pemasyarakatan dan
pembudayaan konsep NKKBS, Maka dari itu sosialisasi KB IUD perlu lebih ditingkatkan, sehingga pengetahuan masyarakat baik dan menerima metode tanpa ragu-ragu dan menentukan pilihan pada kontrasepsi IUD. Pandangan orang tua Melayu terhadap anak seperti dalam ungkapan bahasa Melayu "tuah ayam karena kakinya, tuah manusia pada anaknya” menggambarkan kedudukan seorang anak dalam kehidupan masyarakat Melayu. Yang dimaksud dengan "anak ber-tuah" dalam masyarakat Melayu adalah anak yang "menjadi orang", yang setelah nantinya dewasa menjadi manusia yang sempurna lahir dan batin, selalu mengingat dan berguna untuk orang tua dan kaum kerabat untuk seterusnya terhadap bangsa dan negara, serta akan patuh juga yakin dan taat pada agama dengan melaksanakan semua perintah agama dan menjauhi semua yang dilarang-Nya. Dalam konteks NKKBS, pembinaan orang tua terhadap anak teramat penting untuk dapat terbinanya generasi penerus yang berguna bagi negara, bangsa dan agama, demikian pula terhadap keluarga, sanak dan handai serta lingkungan sendiri. Keadaan ini menjurus pada suatu kenyataan umum bahwa keluarga yang besar akan mengakibatkan kurang terbinanya anak secara baik dan sempurna. Pada umumnya pula dapat berakibat perlakuan orang tua yang seakan menyia-nyiakan anaknya
Universitas Sumatera Utara
seperti yang sering tercermin dalam ungkapan pesimistis "membiarkan anak belayar dengan perahu bocor, berjalan di rimba tidak berintis". 2.1.3.2. Budaya Suku Batak Paham mengenai keadaan keluarga yang sejahtera menurut masyarakat Batak Toba bertumpu pada tiga konsep, yaitu hagabeon, hamoraon dan hasangapon (Taufiq, 2011). 1.
Hagabeon Kesejahteraan bagi orang Batak Toba pertama-tama tidak diukur dari tingkat
pencapaian material berupa harta benda yang bisa dimiliki oleh seseorang atau suatu keluarga. Persyaratan pertama untuk bisa dikategorikan sejahtera bagi mereka adalah apabila cucu dan cicit baik dari anak laki-laki maupun dari anak perempuan. Intisari dari hagabeon adalah tercapainya kesinambungan garis keturunan, yang bisa mewariskan nama marga. Soal kesinambungan keturunan ini merupakan isu yang sangat sentral dalam kehidupan setiap keluarga Batak Toba. Meskipun seseorang telah memiliki harta yang berlimpah ruah, tapi tanpa keturunan yang bisa ia peroleh dari perkawinannya maka nilai dari harta benda tersebut menjadi hambar. Keberadaan anak dalam sebuah keluarga menjadi syarat mutlak bisa dikatakan gabe atau sejahtera. Dalam konteks yang lebih sempit lagi, keberadaan anak laki-laki dalam sebuah keluarga sangat penting, karena menurut adat Batak Toba yang patrilineal anak laki lakilah yang bisa meneruskan garis keturunan atau marga.
Universitas Sumatera Utara
Alam pikiran orang Batak Toba sangat dipengaruhi oleh pentingnya kesinambungan keturunan, seperti pada ungkapan: 1) andor halumpang, togu-togu ni lombu; sai saur matua ma ho, paabing-abing pahompu, yaitu mengandung makna pengharapan agar seorang diberi umur yang panjang serta banyak keturunan dan murah rezeki; 2) bintang na rumiris, ombun na sumorop: Anak pe riris, boru pe toro, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga mendapatkan banyak keturunan, baik anak laki - laki maupun perempuan. Anak laki - laki diibaratkan sebagai bintang yang bisa menjadi penerang di siang hari: maka demikian pula kedudukan seorang anak laki - laki di dalam sebuah keluarga bisa dianggap sebagai penerang bagi sebuah keluarga; 3) menginsir ma sidahar, di uma ni Palipi; Sai sigodang pinompar ma i, jala sigodang pengisi, yaitu mengandung makan pengharapan agar mendapatkan keturunan yang banyak dan mendapatkan rezeki yang berlimpah; 4) Sat tubuan laklak ma tubuan singkoru, sae tubuan anak ma hamu tubuan boru, yaitu mengandung makna pengharapan agar sebuah keluarga mendapatkan keturunan, baik laki - laki maupun perempuan. Ungkapan-ungkapan yang disajikan diatas memberikan gambaran bagaimana sebuah keluarga Batak Toba sangat mendambakan hadirnya keturunan yang banyak untuk meramaikan kehidupan sebuah keluarga. 2.
Hamoraon Hamoraon yang secara harfiah berarti kekayaan yang bersifat material sebagai
ukuran kesejahteraan. Masyarakat Batak Toba tidak mengingkari pentingnya pemilikan harta benda, namun harta benda diletakkan sebagai syarat kedua setelah
Universitas Sumatera Utara
yang pertama tercapai. Syarat hamoraon yang dikenal oleh nenek moyang Batak Toba seperti dalam ungkapan berikut ini: 1) aek ini burta-burta, tu aek ini dolondolon; horbo mu lumuntak-luntak, panulmanmu dumolon-dolon, mengandung makna sumber penghidupan yang baik dan bisa menjamin terpenuhinya kebutuhan material anggota sebuah keluarga. 2) Tangkas ma uju purba humamunton Angkola: tangkas ma hita maduma, gabe jala mamora, artinya keadaan yang sejahtera dan makmur itu dimungkinkan apabila seseorang atau sebuah keluarga memiliki banyak anak kemudian juga memiliki banyak harta. 3) Tonggi ma sibahut, tabo ma pora-pora: gabe ma hita luhut, jala sude ma hita mamora, menggambarkan suatu pengharapan untuk mencapai keadaan keluarga sejahtera itu adalah keluarga yang memiliki banyak anak dan kaya harta benada. 3.
Hasangapon Dalam lingkungan sosial orang Batak Toba yang masih tradisional, jika
seseorang atau sebuah keluarga telah memiliki keturunan dan harta benda maka peluangnya untuk mencapai hasangapon akan terbuka dengan mudah. Kehormatan, sebagaimana mereka menghayatinya, antara lain diukur melalui kenyataan bahwa mereka bisa meneruskan garis keturunan, bukan keluarga yang anggotanya dari waktu ke waktu semakin sedikit dan terancam punah. Kehormatan itu, pada kenyataannya juga berkaitan dengan kehadiran anak laki laki didalam keluarga atau sebuah rumah tangga, karena secara sosial anak laki lakilah yang dianggap bisa meneruskan garis keturunan. Oleh karena itu, hasangapon
Universitas Sumatera Utara
hanya dimungkinkan apabila orang memiliki banyak anak dan beberapa di antaranya harus ada anak laki-laki.
2.2. Keluarga Berencana 2.2.1. Sejarah KB di Indonesia Sejak zaman dulu telah dipakai obat dan jamu yang maksudnya untuk mencegah kehamilan. Di Irian Jaya telah lama dikenal ramuan dari daun-daunan yang khasiatnya dapat mencegah kehamilan. Dalam masyarakat hindu bali hanya ada nama untuk empat orang anak, mungkin suatu cara untuk menganjurkan supaya pasangan suami istri mengatur kelahiran anaknya sampai empat (Arum, 2008). Keluarga berencana modern mulai dikenal pada tahun 1953, yang waktu itu sekelompok ahli kesehatan, kebidanan dan tokoh masyarakat telah mulai membantu masyarakat. Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) didirikan pada tanggal 23 Desember 1957 yang merupakan wadah dan bergerak secara silent operation membantu masyarakat, pelopor pergerakan Keluarga Berencana Nasional. Untuk menunjang dalam rangka mencapai tujuan, berdasarkan hasil penandatanganan Deklarasi Kependudukan PBB (1967) maka dibentuk lembaga program Keluarga Berencana dan dimasukkan dalam program pemerintah sejak pelita I (1969) berdasarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 yang dinamakan Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) sebagai lembaga semi pemerintah. Pada tahun 1970 ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang
Universitas Sumatera Utara
bertanggung jawab kepada presiden dan bertugas mengkoordinasikan perencanaan pengawasan dan penilaian pelaksanaan program KB (Arum, 2008). Tahap-tahap program KB Nasional, tahun (1970-1980) management for the people yaitu pemerintah lebih banyak berinisiatif, partisipasi masyarakat rendah sekali, terkesan kurang demokratis, ada unsur pemaksaan dan berorientasi pada target. Tahun (1980-1990) management with the people pada saat ini unsur pemaksaan sudah dikurangi dan Program Safari KB sudah dimulai sejak awal 1980an, tahun (1985-1988) Program KB Lingkaran Biru yaitu masyarakat bebas memilih kontrasepsi yang ingin dipakainya meskipun tetap masih dipilihkan jenis kontrasepsinya, tahun 1988 Program KB Lingkaran Emas dimana pilihan alat kontrasepsi sepenuhnya diserahkan kepada peserta asal jenis kontrasepsinya sudah terdaftar di Departemen Kesehatan dan masyarakat sudah mulai membayar sendiri untuk alat kontrasepsinya. Pada tahun 1990 peningkatan kesejahteraan keluarga melalui peningkatan pendapatan keluarga (income generating) (Hartanto, 2010). 2.2.2. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (1970), keluarga berencana adalah program yang bertujuan membantu pasangan suami istri untuk: mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami dan istri dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto, 2010).
Universitas Sumatera Utara
Keluarga Berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan dan bantuan sesuai dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Kebijakan dilakukan dengan upaya peningkatan keterpaduan dan peran serta masyarakat, pembinaan keluarga, pengaturan kehamilan dengan memperhatikan agama, kondisi perkembangan sosial ekonomi dan budaya, serta tata nilai yang hidup dalam masyarakat (UU No 52, 2009). 2.2.3. Tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan keluarga berencana adalah meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak serta mewujudkan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera yang menjadi dasar bagi terwujudnya masyarakat yang sejahtera melalui pengendalian pertumbuhan penduduk Indonesia. Sedangkan dalam era otonomi daerah saat ini pelaksanaan program KB Nasional bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas memiliki visi, sejahtera, maju, bertanggung jawab, bertakwa dan mempunyai anak ideal. Dengan demikian diharapkan terkendalinya tingkat kelahiran dan pertambahan penduduk, meningkatnya jumlah peserta KB atas dasar kesadaran, sukarela dengan dasar pertimbangan moral dan agama, serta berkembangnya usaha-usaha yang membantu peningkatan kesejahteraan ibu dan anak, serta kematian ibu pada masa kehamilan dan persalinan (BKKBN, 2007). Secara umum tujuan lima tahun kedepan yang ingin dicapai dalam rangka mewujudkan visi dan misi program KB adalah membangun kembali dan melestarikan pondasi yang kokoh bagi pelaksanaan program KB Nasional yang kuat dimasa
Universitas Sumatera Utara
mendatang sehingga visi untuk mewujudkan keluarga berkuwalitas 2015 dapat tercapai (Arum, 2008). 2.2.4. Sasaran Program Keluarga Berencana Sasaran program KB adalah bagaimana supaya segera tercapai dan melembaganya Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) pada masyarakat Indonesia. Yang menjadi sasaran Gerakan KB Nasional ialah 1) PUS dengan prioritas muda dan paritas rendah, 2) generasi muda dan purna PUS, 3) pelaksana dan pengelola KB, 4) sasaran wilayah adalah wilayah dengan laju pertumbuhan penduduk tinggi dari wilayah khusus seperti sentral industri, pemukiman padat, daerah kumuh, daerah pantai dan daerah terpencil (Arum, 2008). Hal penting dalam pelayanan keluarga berencana yang perlu diperhatikan adalah prioritas pelayanan KB diberikan terutama kepada PUS yang isterinya mempunyai keadaan 4T, yaitu (Jasin, 2000): 1. Terlalu muda Wanita dibawah umur 17 tahun lebih sering mengalami kematian karena persalinan dan tubuh belum cukup matang untuk melahirkan. Bayi-bayi mereka lebih sering meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun. 2. Terlalu tua Wanita usia subur yang sudah tua akan mengalami bahaya, terutama bila mereka mempunyai masalah kesehatan lain atau sudah terlalu banyak melahirkan.
Universitas Sumatera Utara
3. Terlalu dekat Tubuh wanita memerlukan waktu untuk memulihkan tenaga dan kekuatan diantara kehamilan. 4. Terlalu banyak Seorang wanita dengan anak lebih dari 4 akan lebih sering mengalami kematian karena perdarahan setelah persalinan dan penyebab lain. 2.2.5. Pasangan Usia Subur (PUS) Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami-isteri yang terikat dalam perkawinan yang sah yang umur isterinya antara 15-49 tahun. PUS merupakan sasaran utama program KB sehingga perlu diketahui bahwa (Hartanto, 2010): Hubungan urutan persalinan dengan risiko ibu-anak paling aman pada persalinan kedua atau antara anak kedua dan ketiga. 1. Jarak kehamilan 2–4 tahun, adalah jarak yang paling aman bagi kesehatan ibu-anak. 2. Umur melahirkan antara 20–30 tahun, adalah umur yang paling aman bagi kesehatan ibu-anak. 3. Masa reproduksi (kesuburan) dibagi menjadi 3, yaitu: 1) masa menunda kehamilan (kesuburan), 2) masa mengatur kesuburan (menjarangkan), 3) masa mengakhiri kesuburan (tidak hamil lagi). Masa reproduksi (kesuburan) ini merupakan dasar dalam pola penggunaan kontrasepsi rasional.
Universitas Sumatera Utara
Peserta KB (Akseptor KB) adalah PUS yang mana salah seorang dari mereka menggunakan salah satu alat kontrasepsi untuk tujuan pencegahan kehamilan, baik melalui program maupun non program (Saifuddin, 2006). 2.2.6. Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata “kontra” berarti mencegah atau “melawan” dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Jadi, kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma tersebut (Andrews, 2009). Tidak ada satu pun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah sebagai berikut (Jasin, 2000): 1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat jika digunakan. 2. Berdaya guna, dalam arti jika digunakan sesuai dengan aturan akan dapat mencegah kehamilan. Ada beberapa komponen dalam menentukan keefektifan dari suatu metode kontrasepsi diantaranya adalah keefektifan teoritis, keefektifan praktis, dan keefektifan biaya. Keefektifan teoritis (theoritical effectiveness) yaitu kemampuan dari suatu cara kontrasepsi untuk mengurangi terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, apabila cara tersebut digunakan terus-menerus dan sesuai dengan petunjuk yang diberikan tanpa kelalaian. Sedangkan keefektifan praktis (use
Universitas Sumatera Utara
effectiveness) adalah keefektifan yang terlihat dalam kenyataan di lapangan setelah pemakaian jumlah besar, meliputi segala sesuatu yang memengaruhi pemakaian seperti kesalahan, penghentian, kelalaian, dan lain-lain. Keefektifan biaya adalah penggunaan kontrasepsi dalam waktu yang lama tetapi membutuhkan biaya yang murah. 3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. Ada dua macam penerimaan terhadap kontrasepsi yakni penerimaan awal (initial acceptability) dan penerimaan lanjut (continued acceptability). Penerimaan awal tergantung pada bagaimana motivasi dan persuasi yang diberikan oleh petugas KB. Penerimaan lanjut dipengaruhi oleh banyak faktor seperti umur, motivasi, budaya, sosial ekonomi, agama, sifat yang ada pada KB, dan faktor daerah (desa/kota). 4.
Terjangkau harganya oleh masyarakat.
5. Bila metode tersebut dihentikan penggunaannya, klien akan segera kembali kesuburannya, kecuali untuk kontrasepsi mantap. 2.2.7. Macam-Macam Metode Kontrasepsi Dalam menggunakan kontrasepsi, keluarga pada umumnya mempunyai perencanaan atau tujuan yang ingin dicapai. Tujuan tersebut diklasifikasikan dalam tiga kategori, yaitu menunda/mencegah kehamilan, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan/mengakhiri kehamilan atau kesuburan. Ada dua pembagian cara
Universitas Sumatera Utara
kontrasepsi, yaitu cara kontrasepsi sederhana dan cara kontrasepsi modern (metode efektif) (Hartanto, 2010): 2.2.7.1. Kontrasepsi Sederhana Kontrasepsi sederhana terbagi atas kontrasepsi tanpa alat dan kontrasepsi dengan alat. Kontrasepsi sederhana tanpa alat dapat dilakukan dengan senggama terputus (coitus interruptus) dan KB alamiah (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal). Sedangkan kontrasepsi dengan alat dapat dilakukan dengan menggunakan kondom, diafragma atau cup, cream, jelli atau tablet berbusa (vaginal tablet). 1. Metode Kalender (Ogino-Knaus) Menentukan waktu opulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir. Tehnik metode kalender, seorang wanita menentukan masa suburnya dengan: 1) mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya, 2) mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang, untuk menentukan akhir masa suburnya. Efektivitas: angka kegagalan 15-47 kehamilan pada 100 wanita per tahun. 2. Metode Suhu Badan Basal Adalah peninggian suhu badan basal 0,2-0,5°C pada waktu ovulasi, karena peninggian kadar hormon progesteron. Tehniknya: mengukur suhu tubuh dengan menggunakan thermometer, pengukuran dilakukan pada saat klien benar-benar istirahat. Efektivitas, angka kegagalan 0,3-6,6 kehamilan pada 100 wanita per tahun.
Universitas Sumatera Utara
3. Metode Lendir Serviks (Billings) Adalah perubahan siklus lendir serviks yang terjadi karena perubahan kadar estrogen. Tehnik metode lendir serviks, dimulai pada hari pertama diketahui adanya lendir setelah haid dan berlanjut sampai dengan hari ke-empat setelah gejala puncak (peak symptom). Efektivitas, angka kegagalan 0,4-39,7 kehamilan pada 100 wanita per tahun. 4. Metode Sympto-Termal Adalah kombinasi antara bermacam metode KB alamiah untuk menentukan masa subur ovulasi. Efektivitas, angka kegagalan 4,9-34,4 kehamilan pada 100 wanita per tahun. Keuntungan kontrasepsi KB alamiah, adalah: 1) aman, 2) murah/tanpa biaya, 3) dapat diterima oleh banyak golongan agama, 4) sangat berguna baik untuk merencanakan maupun menghindari terjadinya kehamilan, 5) tanggungjawab berdua sehingga menambah komunikasi dan kerja sama. Sedangkan kerugiannya adalah: 1) kurang begitu efektif dibandingkan metode-metode kontrasepsi lain, 2) perlu instruksi dan konseling sebelum memakai metode ini, 3) memerlukan catatan siklus haid yang cukup, 4) dapat menghambat spontanitas seksual, stres psikologis dan kesulitan-kesulitan dalam perkawinan, 5) bila siklus haid tidak teratur dapat mempersulit, 6) bila terjadi kehamilan, ada risiko bahwa ovum/spermatozoa-nya sudah “terlalu tua”. 5. Sanggama Terputus (Coitus Interruptus) Adalah suatu metode kontrasepsi di mana sanggama diakhiri sebelum terjadi ejakulasi intra-vaginal. Ejakulasi terjadi jauh dari genitalia eksterna wanita.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan: 1) tidak memerlukan alat/murah, 2) tidak menggunakan zat-zat kimiawi, 3) selalu tersedia setiap saat, 4) tidak mempunyai efek samping. Kerugian metode ini: angka kegagalan cukup tinggi (16-23 kehamilan per 100 wanita per tahun), kenikmatan seksual berkurang bagi suami-isteri sehingga dapat memengaruhi kehidupan perkawinan. 6. Metode Barier pada Pria (Kondom) Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita. Keuntungan metode ini adalah: mencegah kehamilan, memberi perlindungan terhadap penyakit akibat hubungan seks, dapat diandalkan, relatif murah, tidak memerlukan pemeriksaan medis dan pria ikut secara aktif dalam program KB. Kerugian KB Kondom adalah angka kegagalan relatif tinggi, perlu menghentikan sementara aktivitas dan spontanitas hubungan seks guna memasang kondom, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. Baik untuk pasangan yang ingin menunda kehamilan atau ingin menjarangkan anak, jarang bersenggama, pasangan yang takut menularkan dan tertular penyakit kelamin, dan wanita yang kemungkinan sudah hamil. 7. Metode Barier pada Wanita (Barier Intra Vagina) Adalah alat yang menghalangi masuknya spermatozoa ke dalam traktus genitalia interna wanita dan immobilisasi/mematikan spermatozoa oleh spermisidnya. Keuntungan metode ini, yaitu untuk mencegah kehamilan dan mengurangi insidens penyakit akibat hubungan seks. Sedangkan kerugian metode ini adalah angka kegagalan relatif tinggi, aktivitas dan spontanitas hubungan seks harus dihentikan
Universitas Sumatera Utara
sementara untuk memasang alatnya, perlu dipakai secara konsisten, hati-hati dan terus menerus pada setiap senggama. 8. Spermisid Vaginal Adalah zat-zat kimia yang kerjanya melumpuhkan spermatozoa di dalam vagina sebelum spermatozoa bergerak ke dalam traktus genitalia interna. Keuntungan spermisid vaginal: aman, sebagai kontrasepsi pengganti bagi wanita dengan kontraindikasi pemakaian KB Pil, KB IUD dan lalin-lain. Tidak memerlukan supervisi medik. Kerugian metode adalah angka kegagalan relatif tinggi karena pemakaian yang tidak konsisten, harus digunakan sebelum senggama, harus diberikan berulang-kali untuk senggama yang berturut-turut dan dapat menimbulka iritasi. 2.2.7.2. Cara Kontrasepsi Modern/Metode Efektif Cara kontrasepsi ini dibedakan atas kontrasepsi hormonal (KB pil, KB suntik dan KB implant), KB IUD dan kontrasepsi mantap. Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi: 1) MKJP (Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah jenis KB susuk/implant, IUD, MOP, dan MOW; 2) Non MKJP (Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah KB kondom, KB pil, KB suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP (Andrews, 2009): 1. KB Pil Adalah tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesteron sintetik disebut Pil Kombinasi dan yang hanya mengandung progesteron sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin. Cara kerja KB pil: menekan ovulasi, mengubah motilitas
Universitas Sumatera Utara
tuba
sehingga
transportasi
sperma
terganggu,
mengganggu
pertumbuhan
endometrium sehingga menyulitkan proses implantasi dan memperkental lendir serviks (mencegah penetrasi sperma). Efektivitas teoritis untuk KB pil sebesar 99,7 % sedangkan efektivitas praktisnya sebesar 90-96 %. Artinya KB pil cukup efektif jika tidak lupa meminum pil secara teratur. Keuntungan KB pil adalah mudah penggunaannya dan mudah didapat, mengurangi kehilangan darah (akibat haid) dan nyeri haid, mengurangi risiko terjadinya kehamilan ektopik dan kista ovarium, mengurangi risiko terjadinya kanker ovarium dan rahim, pemulihan kesuburan hampir 100%. Baik untuk wanita yang masih ingin punya anak, punya jadwal harian yang rutin. KB pil harus diminum setiap hari, membutuhkan motivasi yang tinggi maka ia cocok untuk mereka yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi misalnya masyarakat kota dan kurang sesuai untuk masyarakat desa. 2. KB Suntik Kontrasepsi suntik adalah hormon yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang terdiri atas satu hormon (Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston
dan
Noristerat), dan terdiri atas dua hormon (Cyclofem dan Mesygna). KB Suntikan sesuai untuk wanita pada semua usia reproduksi yang menginginkan kontrasepsi yang efektif, reversibel, dan belum bersedia untuk sterilisasi. Depo provera disuntikkan setiap 3 bulan sedangkan Noristerat setiap 2 bulan. Wanita yang mendapat KB suntik
Universitas Sumatera Utara
tidak mengalami ovulasi. Efektivitas KB suntik: dalam teori 99,75%, dalam praktek 95-97%. Keuntungannya: merupakan metode yang telah dikenal oleh masyarakat, dapat dipakai dalam waktu yang lama dan tidak memengaruhi produksi air susu ibu. Baik untuk wanita yang calon Akseptor yang tinggal di daerah terpencil, lebih suka disuntik daripada makan pil, menginginkan metode yang efektif dan bisa dikembalikan lagi, mungkin tidak ingin punya anak lagi dan tidak khawatir untuk tidak mendapat haid. 3. KB Implant (Subdermal) Adalah 2 atau 6 kapsul kecil yang terbuat dari silikon berisi hormon levonorgestrel yang ditanam di bawah kulit, secara tetap melepaskan hormon tersebut dalam dosis kecil ke dalam darah. Bekerja dengan cara mencegah ovulasi, merubah lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga menghambat pergerakan spermatozoa, dan mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Efektivitas dalam teori 99,7%, dalam praktek 97-99%. Keuntungan KB implant yaitu sekali pasang untuk 5 tahun, tidak memengaruhi produksi ASI, tidak memengaruhi tekanan darah, pemeriksaan panggul tidak diperlukan sebelum pemakaian. Baik untuk wanita yang ingin metode praktis, mungkin tidak ingin punya anak lagi, tinggal di daerah terpencil dan tidak khawatir jika tidak dapat haid.
Universitas Sumatera Utara
4. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) AKDR atau spiral, atau dalam bahasa Inggrisnya Intra Uterine Devices (IUD) adalah alat yang dibuat dari polietilen dengan atau tanpa metal/steroid yang ditempatkan di dalam rahim. AKDR mencegah kehamilan dengan cara: 1) mencegah terjadinya implantasi yang merupakan cara kerja utamanya, 2) mengubah cairan dalam uterus dan tuba falopii sehingga menghalangi pertemuan antara sperma dan ovum serta mencegah terjadinya pembuahan, 3) menyebabkan reaksi tubuh terhadap benda asing, dengan peningkatan kadar leukositosis dan fagositosis. Pemasangan biasanya pada akhir periode haid, ketika sebagian serviks lebih dilatasi sehingga mempermudah pemasangannya. AKDR juga dapat dipasang kapan pun hingga hari ke-19 jika siklus haid 28 hari, yang terutama berguna untuk insersi pasca koitus. Jenis IUD di masa lampau dibuat dalam berbagai bentuk dan bahan yang berbeda-beda. Dewasa ini IUD yang tersedia di seluruh dunia hanya 3 tipe: 1) Inert, dibuat dari plastik (Lippes Loop) atau baja antikarat (The Chinese ring) mengandung tembaga, termasuk di sini TCu 380A, TCu 200C, Multiload (MLCu 250 dan 375) dan Nova T; 2) Mengandung hormon steroid seperti progestasert yang mengandung progesterone dan Levanova yang mengandung levonorgestrel; 3) IUD sangat efektif, tipe Multiload dapat dipakai sampai 4 tahun; Nova T dan Copper T 200 (CuT-200) dapat dipakai 3-5 tahun; Cu T 380 A dapat untuk 10 tahun. Kegagalan rata-rata 0,8 kehamilan per 100 pemakai wanita pada tahun pertama pemakaian.
Universitas Sumatera Utara
Copper T 380 A IUD Copper T 380 A bentuknya mirip huruf “T”. Bentuk ini terbukti sangat efektif, aman, dan mudah beradaptasi. Dua faktor yang memperbesar hasil guna Copper T 380 A adalah: tidak ada IUD lain yang mempunyai luas permukaan tembaga seperti IUD Copper T 380A (380 mm2), tembaga di kedua lengan IUD ini menjamin tembaga akan dibebaskan di bagian tertinggi fundus uteri. Cara kerja IUD antara lain yaitu: untuk menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii, memengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai cavum uteri, mencegah sperma dan ovum bertemu dengan membuat sperma sulit masuk ke dalam alat reproduksi perempuan dan mengurangi sperma untuk fertilisasi, memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus. Keuntungan KB IUD adalah 1) aman dan segera dapat bekerja secara efektif, dapat dipasang segera setelah melahirkan atau abortus, tidak perlu kontrasepsi tambahan, 2) tidak ada interaksi terhadap obat (tidak memengaruhi kualitas dan volume ASI, 3) daya kerja lama (10 tahun proteksi dari CuT-380 A dan tidak perlu diganti), 4) setelah dipasang, wanita tidak perlu mengingat apa pun sebagai bentuk kontrasepsi, 5) tidak memengaruhi hubungan seksual, 6) dapat digunakan sampai menapouse (1 tahun atau lebih setelah haid terakhir). Sedangkan kelemahan dari penggunaan KB IUD yaitu efek samping yang umum terjadi, seperti: menoragi dan dismenore, sedikit meningkatkan risiko terjadinya kehamilan ektopik, meningkatkan risiko terjadinya infeksi panggul,
Universitas Sumatera Utara
ekspulsi IUD, perforasi uterus, malposisi IUD, dan kehamilan yang diakibatkan oleh ekspulsi, perforasi, atau malposisi IUD. Pemasangan IUD tidak dianjurkan pada pasien yang dengan kontraindikasi absolut seperti: kehamilan ektopik sebelumnya pada ibu nulipara, abnormalitas uterus (uterus blkor-nuatum), infeksi panggul atau vagina: setelah diatasi IUD dapat dipasang, kehamilan, perdarahan saluran genitalia yang tidak terdiagnosis: jika penyebab telah didiagnosis dan diatasi IUD dapat dipasang, alergi terhadap komponen yang terkandung di dalam IUD, penggantian katup jantung karena peningkatan risiko infeksi, dan penderita HIV/AIDS karena penurunan sistem kekebalan tubuh dan peningkatan risiko infeksi akibat pemasangan IUD. Sedangkan kontraindikasi relatif terjadi pada pasien dengan riwayat infeksi panggul, fibroid atau endometriosis, ibu nulipara, diabetes, dismenore dan/atau menoragi, dan pengobatan dengan menggunakan penisilamin dapat mengurangi keefektifan tembaga. Baik untuk wanita yang menginginkan kontrasepsi dengan tingkat efektifitas yang tinggi dan jangka panjang, tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan anak, memberikan ASI, berada dalam masa postpartum dan tidak memberikan ASI, berada dalam masa pasca aborsi, mempunyai resiko rendah terhadap penyakit menular seksual (PMS), tidak dapat mengingat untuk minum sebutir pil setiap hari, lebih menyukai untuk tidak menggunakan metode hormonal atau yang memang tidak boleh menggunakannya, yang benar-benar membutuhkan alat kontrasepsi darurat. Waktu penggunaan IUD sebaiknya dilakukan pada saat setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan klien tidak hamil. Hari pertama sampai ke-7 siklus
Universitas Sumatera Utara
haid, segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau setelah 4 minggu pasca persalinan, setelah 6 bulan apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL). Setelah terjadinya keguguran (segera atau dalam waktu 7 hari) apabila tidak ada gejala infeksi. Selama 1 sampai 5 hari setelah senggama yang tidak dilindungi. Waktu kontrol IUD 1 bulan pasca pemasangan, 3 bulan kemudian, setiap 6 bulan berikutnya, bila terlambat haid 1 minggu, jika ada perdarahan banyak atau keluhan istimewa lainnya. Persyaratan pemakaian, adalah: usia reproduktif, telah mendapat persetujuan dari suami, pernah melahirkan dan mempunyai anak, telah cukup jumlah anaknya dan belum memutuskan untuk sterilisasi, tidak ingin hamil paling tidak untuk 2 tahun, dianjurkan sebagai pengganti KB pil bagi Akseptor KB yang berumur diatas 30 tahun, menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang, ibu menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi, setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya, setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi, risiko rendah dari Infeksi Menular Seksual (IMS), tidak menghendaki metode hormonal, tidak ada kontraindikasi. Yang tidak boleh menggunakan IUD, yaitu diketahui atau dicurigai adanya kehamilan, infeksi panggul (pelvis) yang terus menerus, lecet (erosi) atau peradangan di leher rahim, diketahui atau dicurigai adanya kanker rahim, perdarahan yang tidak normal yang belum diketahui penyebabnya, perdarahan haid yang hebat, alergi terhadap
logam,
kelainan
rahim
(misalnya
rahim
kecil,
endometriosis,
Universitas Sumatera Utara
polipendometrium) dan kelainan jaringan perut yang menyulitkan pemasangan, pernah mempunyai riwayat kehamilan di luar kandungan. Kontrasepsi IUD dapat dikeluarkan bila ibu menginginkannya, bila ibu ingin hamil, bila terdapat efek samping yang menetap atau masalah kesehatan lainnya, pada akhir masa efektif dari AKDR. Misalnya TCu 380A harus dikeluarkan sesudah 10 tahun terpasang. Untuk mengeluarkan/mencabut AKDR ibu harus kembali ke klinik. Kesuburan atau fertilitas normal segera kembali sesudah AKDR dicabut. Jika ibu tidak ingin hamil, maka AKDR yang baru dapat segera dipasang. 5. Kontrasepsi Mantap (Kontap) Adalah pemotongan/pengikatan kedua saluran telur wanita (Tubektomi) atau kedua saluran sperma laki-laki (vasektomi) dengan efektivitas 99,9%. Keuntungan kontrasepsi Kontap adalah paling efektif, mengakhiri kesuburan selamanya (keberhasilan pembalikan tidak bisa dijamin). Rekanalisasi dengan microsurgery sedang dikembangkan, tidak perlu perawatan khusus. Baik untuk pasangan yang sudah yakin tidak ingin punya anak lagi, jika hamil akan membahayakan jiwanya dan ingin metode yang tidak menggagu. 2.2.8. Perilaku Masyarakat dalam Ber KB 2.2.8.1. Definisi Perilaku Perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku juga dapat dikatakan sebagai totalitas penghayatan dan aktivitas seseorang yang merupakan hasil bersama antara beberapa faktor. Sebagian besar perilaku manusia adalah operant response yang berarti respons yang
Universitas Sumatera Utara
timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus tertentu yang disebut reinforcing stimulation atau reinfocer yang akan memperkuat respons. Oleh karena itu untuk membentuk perilaku seperti perilaku pemakaian alat kontrasepsi IUD perlu adanya suatu kondisi tertentu yang dapat memperkuat pembentukan perilaku (Hartanto, 2006). 2.2.8.2. Faktor yang Berkaitan dengan Perilaku Pemakaian IUD Kebudayaan mempunyai fungsi yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama di dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan dalamnya. Kebudayaan mengatur agar manusia harus bertindak dan berlaku di dalam pergaulan hidup. Kebudayaan mengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain (Soekanto, 2007). Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku yang dipengaruhi faktor budaya, dimiliki oleh masingmasing individu. Adapun faktor-faktor yang merupakan penyebab perilaku dapat dijelaskan dengan Teori Perilaku Health Beliefe Model, menyatakan bahwa perilaku manusia akan ada manakala : 1) mereka merasa rentan terhadap suatu permasalahan kesehatan; 2) mereka merasa berat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi; 3) meyakini efektifitas dari tindakan yang dilakukan; 4) tidak mahal; dan 5) ada anjuran petugas (Notoatmodjo, 2007).
Universitas Sumatera Utara
Green (dalam Ali, 2010), melalui teori Determinat perilaku mengatakan bahwa perilaku masyarakat dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: 1) Predisposing factors (pengetahuan, kepercayaan, nilai dan sikap); 2) Enabling factors (sarana prasarana); dan 3) Reinforcing factors (dukungan suami dan petugas kesehatan).
2.3. Landasan Teori Kecocokan antara suatu metode kontrasepsi dan setiap konsumen bergantung pada sejumlah faktor. Faktor keputusan konsumen untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD tidak terlepas dari faktor perilaku dan budaya yang dimiliki oleh masing-masing
individu.
Berdasarkan
perilaku
dan
faktor-faktor
yang
memengaruhinya, konsumen akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi IUD (Hartanto, 2006). Pendekatan teori yang dipakai untuk mengamati fenomena ini adalah teori Green (1980) yang berhubungan dengan perilaku individu dalam mengambil keputusan untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD (Notoatmodjo, 2007). Dalam bertindak
dan
bersikap
individu
tidak
terlepas
dari
fungsi
kebudayaan.
Koentjaraningrat (1987) mengemukakan tujuh unsur pokok kebudayaan (sistim religi, sistim organisasi kemasyarakatan, sistim pengetahuan, sistim mata pencaharian, sistim teknologi dan peralatan, bahasa dan kesenian) (Sukidin, 2005). Peneliti ingin mengetahui fenomena budaya Akseptor KB yang memengaruhi penggunaan kontrasepsi IUD di Kecamatan Pantai Labu Kabupaten Deli Serdang. Seperti yang telah di uraikan diatas bahwa banyak faktor yang dapat memengaruhi
Universitas Sumatera Utara
penggunaan kontrasepsi IUD, namun karena peneliti menduga ada beberapa faktor yang dominan dan juga karena keterbatasan waktu, maka penelitian ini hanya membatasi pada beberapa faktor saja. Apabila ada faktor lain diluar dugaan peneliti, peneliti berharap dapat menemukannya pada saat pengambilan data dengan metode kuesioner dan wawancara. Berikut ini adalah kerangka teori acuan penelitian: Teori Lawrence Green
Koentjaraningrat
Faktor Predisposisi Koentjaraningrat -
Pengetahuan Kepercayaan Nilai Sikap
Faktor Budaya: -
Faktor Pendorong -
Fasilitas pelayanan kesehatan
Penggunaan Kontrasepsi IUD
-
Faktor Penguat -
-
-
Dukungan Petugas Kesehatan Dukungan Keluarga
Sistim religi Sistim organisasi kemasyarakatan: kekerabatan sistim pengetahuan Sistim mata pencaharian hidup Sistim teknologi dan peralatan Bahasa Kesenian
Gambar 2.1. Kerangka Teori
Universitas Sumatera Utara
2.4. Kerangka Konsep Berdasarkan teori yang telah diuraikan di atas, maka peneliti akan mengkaji variabel pengetahuan, kepercayaan, nilai dan kekerabatan terhadap penggunaan kontrasepsi IUD dapat di lihat pada skema kerangka konsep di bawah ini: Variabel Independen/Bebas (X)
Variabel Dependen/Terikat (Y)
Budaya Akseptor KB:
-
Pengetahuan
-
Kepercayaan
-
Nilai
-
Kekerabatan
Penggunaan Kontrasepsi IUD - Menggunakan KB IUD - Tidak Menggunakan KB IUD
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara