BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Stres Defenisi stres Stres merupakan hal yang melekat pada kehidupan siapa saja dalam bentuk tertentu, dalam kadar berat ringan yang berbeda dan dalam jangka panjangpendek yang tidak sama, pernah atau akan mengalaminya dan tidak seorang pun bisa terhindar dari padanya. Stres merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin ”singere” yang berarti ” keras” (stricus). Istilah ini mengalami perubahan seiring dengan perkembangan penelaahan yang berlanjut dari waktu ke waktu dari straise, strest, stresce, dan stress (Yosep, 2007). Menurut Selye, dalam bukunya yang berjudul Stress Without Distress, stres adalah segala situasi dimana tuntutan nonspesifik mengharuskan seorang individu untuk merespon atau melakukan tindakan (Potter & Perry, 2005). Nemey dalam Grenberg (1984) dalam Yosep (2007) menyebutkan stres sebagai reaksi fisik, mental, dan kimia dari tubuh terhadap situasi yang menakutkan, mengejutkan, membingungkan, membahayakan dan merisaukan seseorang. Definisi lain menyebutkan bahwa stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman yang dihadapi mental, fisik, emosional, dan spiritual manusia, yang pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia tersebut (Hardjana, 1994). Menurut Gray & Smeltzer (1990) dalam agoes (2003) stres adalah munculnya reaksi psikologis yang membuat seseorang merasa tegang atau cemas
Universitas Sumatera Utara
yang disebabkan ketidakmampuan mengatasi atau meraih tuntutan atau keinginannya. Stres diakibatkan oleh adanya perubahan-perubahan nilai budaya, perubahan sistem kemasyarakatan, tugas atau pekerjaan serta akibat ketegangan antara idealisme dan realita (Sulistiawati, 2005). Baik nyata maupun imajinasi, persepsi seseorang terhadap stres sebenarnya berasal dari perasaan takut atau marah. Perasaan ini dapat di ekspresikan dalam sikap tidak sabar, frustasi, iri, tidak ramah, depresi, bimbang, cemas, rasa bersalah, khawatir, atau apati. Selain itu perasaan ini juga dapat muncul dalam bentuk sikap yang pesimis, tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen. Emosi, sikap dan perilaku kita yang terpengaruh stres dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius dan tergantung reaksi individu tersebut terhadap stres. Pada penelitian yang dilakukan oleh Braznitz & Golberger (2001) mengatakan bahwa setiap individu memiliki ambang stres yang berbeda-beda karena karakteristik individu akan mempengaruhi tingkatan stres yang dialaminya. Adaptasi merupakan suatu bentuk respon tubuh sebagai homeostasis pada sistem lingkungan internal dan termasuk didalamnya penstabilan biologis internal dan pemeliharaan psikologis dalam hal jati diri dan rasa harga diri. Menurut Everly dan Giardano dalam Munandar (1995) stres dapat ditandai dengan tiga gejala utama yaitu mood, muskuloskeletal (otot rangka), dan viceral (organ dalam tubuh). Masing-masing gejala tersebut ditandai dengan :
Universitas Sumatera Utara
1) Mood: over excited, perasaan bimbang, sulit tidur, mudah bingung dan lupa, kurang konsentrasi, rasa tidak nyaman dan gelisah, serta gugup. 2) Muskuloskeletal: jari-jari dan tangan gemetar, tidak dapat duduk tenang; diam dan berdiri ditempat, sakit kepala, otot tegang dan kaku, bicara gugup, leher menjadi kaku. 3) Visceral: perut mual, mulas dan muntah, degup jantung terganggu, banyak berkeringat, kepala terasa ringan atau pingsan, kedinginan/menggigil, wajah menjadi panas dan mulut menjadi kering. 1.2 Unsur-unsur stres Dalam peristiwa stres, ada tiga hal yang merupakan unsur-unsur stres yang saling berkaitan yaitu: 1) Hal, peristiwa, orang, keadaan yang menjadi sumber stres (stressor) Hal yang menjadi sumber stres bisa berupa bencana alam, peristiwa hidup baik yang berhubungan dengan diri sendiri maupun orang lain dan lingkungan kerja yang berat dan tempat tinggal yang tidak sehat. 2) Orang yang mengalami stres (the stressed) Dari segi orang yang mengalami stres, pemusatan perhatian tergantung pada tanggapan (response) seseorang terhadap hal-hal yang dinilai mendatangkan stres. Tanggapan itu disebut strain, yaitu tekanan atau ketegangan dan hal tersebut dapat mengejala secara psikologis dan fisiologis. 3) Hubungan antara orang yang mengalami stres dengan hal yang menjadi penyebab stres (transactions)
Universitas Sumatera Utara
Hubungan antara orang yang mengalami stres dan keadaan (situation) yang penuh stres merupakan proses. Dalam proses tersebut, hal yang mendatangkan stres dan pengalaman orang yang terkena stres saling berkaitan. Proses tersebut merupakan pengaruh timbal balik dan menciptakan usaha penyesuaian atau penyeimbangan yang terus menerus antara orang yang mengalami stres dan keadaan yang penuh stres, karena perbedaan cara, kemampuan dan keberhasilan orang-orang dalam mempengaruhi dampak yang mendatangkan stres itu berbeda maka stres yang dihadapi juga berbeda. 1.3 Sumber-sumber Stres Sumber-sumber stres dapat digolongkan dalam bentuk-bentuk: 1) Krisis Perubahan atau peristiwa yang timbul mendadak dan menggoncangkan keseimbangan seseorang diluar jangkauan penyesuaian sehari-hari dapat merangsang stresor. Misalnya krisis dibidang usaha, hubungan keluarga dan sebagainya. 2) Frustasi Kegagalan dalam usaha pemuasan kebutuhan-kebutuhan atau dorongan naluri, sehingga timbul kekecewaan. Frustasi timbul bila niat atau usaha seseorang
terhalang
oleh
rintangan-rintangan
yang
menghambat
kemajuan suatu cita-cita baik yang berasal dari dalam diri sendiri atau dari luar.
Universitas Sumatera Utara
3) Konflik Pertentangan antara dua keinginan atau dorongan yaitu antara kekuatan dorongan naluri dan kekuatan yang mengendalikan dorongan-dorongan naluri tersebut. 4) Tekanan Stres dapat ditimbulkan oleh tekanan yang berhubungan dengan tanggung jawab yang besar yang harus ditanggung seseorang. 1.4 Tipe kepribadian berhubungan dengan stres Tidak semua orang yang mengalami stressor psikososial yang sama akan mengalami stres, tergantung pada tipe kepribadian yang dimiliki oleh individu. Ada dua tipe kepribadian yaitu : 1) Tipe kepribadian ”A” (”A” type Personality) Tipe kepribadian ”A” merupakan tipe kepribadian yang beresiko tinggi terkena stres. Rosenmen & Chesney (1980) dalam Hawari (2001) menggambarkan ciri-ciri tipe kepribadian ini sebagai berikut: Ambisius, agresif dan kompetitif, banyak jabatan rangkap, kurang sabar, mudah tegang dan tersinggung serta marah, kewaspadaan berlebihan, kontrol diri kuat, percaya diri berlebihan, cara berbicara cepat, bertindak serba cepat, hiperaktif, tidak dapat diam, bekerja tidak mengenal waktu, pandai berorganisasi dan memimpin (otoriter), lebih suka bekerja sendiri bila ada tantangan, kaku terhadap waktu, tidak dapat tenang (tidak relaks), serba tergesa-gesa, mudah bergaul, mudah menimbulkan perasaan empati dan bila tidak tercapai maksudnya mudah bersikap bermusuhan, tidak mudah
Universitas Sumatera Utara
dipengaruhi, kaku (tidak fleksibel), berusaha keras untuk segala sesuatunya terkendali. 2) Tipe kepribadian ”B” (”B” type personality) Tipe kepribadian “B” adalah kebalikan dari tipe kepribadian “A”, dengan ciri-ciri: ambisi yang wajar-wajar saja, tidak agresif dan sehat dalam berkompetisi serta tidak memaksakan diri, penyabar, tenang, tidak mudah tersinggung dan tidak mudah marah (emosi terkendali), kewaspadaan dalam batas wajar dan kontrol diri serta percaya diri yang tidak berlebihan, cara bicara yang tidak tergesa-gesa, bertindak pada saat yang tepat, perilaku
tidak
hiperaktif,
dapat
mengatur
waktu
dalam
bekerja
(menyediakan waktu untuk istirahat), dalam berorganisasi dan memimpin bersifat akomodatif dan manusiawi, lebih suka bekerjasama dan tidak memaksakan diri bila menghadapi tantangan, pandai mengatur waktu dan tenang (relaks), tidak tergesa-gesa, mudah bergaul, ramah dan dapat menimbulkan empati untuk mencapai kebersamaan (mutual benefit), tidak kaku (fleksibel), sabar dan mempunyai selera humor yang tinggi, dapat menghargai pendapat orang lain, tidak merasa dirinya paling benar, dapat membebaskan diri dari segala macam problem kehidupan dan pekerjaan manakala sedang berlibur, dan mampu menahan serta mengendalikan diri (Hawari, 2001).
Universitas Sumatera Utara
1.5 Tahapan stres Gejala-gejala stres pada diri seseorang sering kali tidak disadari karena perjalanan awal tahapan stres timbul secara lambat, dan baru dirasakan bila tahapan gejala sudah lanjut dan mengganggu fungsi kehidupan baik di rumah, lingkungan kerja, ataupun di lingkungan sosial. Selye merumuskan stres sebagai general adaptation syndrome (GAS) atau sindrom penyesuaian umum. Apabila faktor penyebab stres tidak dapat diatasi dan faktor penyebab tersebut terlalu besar, maka terjadi reaksi tubuh yaitu GAS (General Adaptation Syndrom) yang terdiri atas tiga tahapan yaitu tahap reaksi waspada, tahap melawan, dan tahap kelelahan yang bekerja untuk melindungi individu agar dapat bertahan hidup. Dr. Robert J. Van Amberg (1979) dalam Agoes (2003) dalam penelitiannya membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut: 1) Stres tahap I Merupakan tahapan stres yang paling ringan, dan biasanya disertai dengan perasaan-perasaan semangat bekerja besar dan berlebihan, penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya, namun tanpa disadari cadangan energi dihabiskan disertai rasa gugup yang berlebihan pula. 2) Stres tahap II Pada tahap ini, dampak stres yang semula menyenangkan mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena cadangan energi tidak lagi cukup sepanjang hari akibat tidak cukup waktu untuk
Universitas Sumatera Utara
beristirahat. Pada tahap ini timbul keluhan-keluhan seperti: merasa letih waktu bangun tidur pagi, merasa mudah lelah dan merasa cepat capai, mengeluh lambung dan perut tidak nyaman, jantung berdebar-debar, otot punggung dan tengkuk terasa tegang, dan tidak bisa santai. 3) Stres tahap III Tahapan stres yang merupakan kelanjutan dari stres tahap II dengan keluhan-keluhan yang semakin nyata dan mengganggu yaitu: gangguan lambung dan usus yang semakin nyata misalnya gastritis dan diare, ketegangan otot-otot yang semakin terasa, perasaan tidak tenang dan ketegangan emosional yang semakin meningkat, gangguan pola tidur (insomnia) dan terganggunya kordinasi tubuh. Pada tahap ini seseorang harus sudah berkonsultasi dan mendapat terapi atau bisa juga beban stres hendaknya dikurangi dan tubuh beristirahat. 4) Stres tahap IV Merupakan tahapan stres dimana keluhan-keluhan stres tahap III diatas oleh dokter dinyatakan tidak sakit karena tidak ditemukannya kelainan fisik pada organ tubuh dan orang yang bersangkutan terus memaksakan diri untuk bekerja tanpa mengenal istirahat dan akan muncul gejala-gejala: pekerjaan yang semula menyenangkan dan mudah diselesaikan menjadi membosankan dan terasa lebih sulit, kehilangan kemampuan untuk merespon secara memadai, ketidakmampuan melaksanakan kegiatan rutin sehari-hari, gangguan pola tidur yang disertai mimpi-mimpi yang menegangkan, negativisme, daya ingat dan konsentrasi menurun, dan
Universitas Sumatera Utara
timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang tidak dapat dijelaskan apa penyebabnya. 5) Stres tahap V Bila keadaan tahap IV terus berlanjut maka akan jatuh pada stres tahap V yang ditandai dengan hal-hal berikut: kelelahan fisik dan mental yang semakin mendalam, ketidakmampuan menyelesaikan pekerjaan sehari-hari yang ringan dan sederhana, gangguan sistem pencernaan yang semakin berat, timbul perasaan ketakutan dan kecemasan yang semakin meningkat, mudah bingung dan panik. 6) Stres tahap VI Tahap ini merupakan tahap klimaks, dimana seseorang mengalami serangan panik dan perasaan takut mati. Gambaran stres tahap ini adalah: debaran jantung yang sangat kuat, susah bernapas (sesak dan megapmegap), seluruh tubuh gemetar, dingin dan keringat bercucuran, tidak ada tenaga untuk hal-hal yang ringan, pingsan atau kolaps (Hawari, 2001). 1.6 Tingkatan stres 1) Stres ringan Stres ringan adalah stressor yang dihadapi setiap orang secara teratur umumnya dirasakan oleh setiap orang misalnya: lupa, kebanyakan tidur, kemacetan, dikritik. Situasi seperti ini biasanya berakhir dalam beberapa menit atau beberapa jam dan biasanya tidak akan menimbulkan penyakit kecuali jika dihadapi terus menerus.
Universitas Sumatera Utara
2) Stres sedang Terjadi lebih lama, dari beberapa jam sampai beberapa hari. Misalnya perselisihan kesepakatan yang belum selesai, sebab kerja yang berlebih, mengharapkan pekerjaan baru, permasalahan keluarga. Situasi seperti ini dapat berpengaruh pada kondisi kesehatan seseorang. 3) Stres berat Merupakan stres kronis yang terjadi beberapa minggu sampai beberapa tahun misalnya hubungan suami istri yang tidak harmonis, kesulitan finansial, dan penyakit fisik yang lama (Rasmun, 2004). 2. Faktor- Faktor yang Menyebabkan Stres Stres disebabkan oleh banyak faktor yang disebut dengan stressor. Stressor merupakan stimulus yang mengawali atau mencetuskan perubahan. Stressor menunjukkan suatu kebutuhan yang tidak terpenuhi dan kebutuhan tersebut bisa saja kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau kebutuhan kultural. Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal dan stressor eksternal. Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang misalnya kondisi fisik, atau suatu keadaan emosi. Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang misalnya perubahan lingkungan sekitar, keluarga dan sosial budaya (Potter & Perry, 2005). Penyebab stres dapat dikelompokkan kedalam dua kategori yaitu kategori pribadi dan kategori kelompok atau organisasi. Kedua kategori ini, baik secara langsung maupun tidak langsung berpengaruh pada individu atau kelompok dan prestasi individu dan kelompok yang bersangkutan (Agoes,2003).
Universitas Sumatera Utara
Santrock (2003) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang menyebabkan stres terdiri atas : 1) Beban yang terlalu berat, konflik dan frustasi Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional. 2) Faktor kepribadian Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetitif yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah dan sifat yang bemusuhan. 3) Faktor kognitif Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup mereka sebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.
Universitas Sumatera Utara
Pada umumnya stressor psikososial dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Perkawinan Berbagai permasalahan perkawinan merupakan sumber stres yang dialami seseorang; misalnya pertengkaran, perpisahan, perceraian, kematian salah satu pasangan, ketidaksetian, dan lain sebagainya. 2) Problem orang tua Permasalahan yang dihadapi orang tua; misalnya kenakalan anak, anak sakit, hubungan yang tidak baik dengan mertua, ipar, besan dan lain sebagainya. 3) Hubungan interpersonal Gangguan ini dapat berupa hubungan dengan kawan dekat/orang-orang disekitar yang mengalami konflik. 4) Pekerjaan Masalah pekerjaan merupakan sumber stres kedua setelah masalah perkawinan; misalnya pekerjaan terlalu banyak, pekerjaan tidak cocok, mutasi, jabatan, kenaikan pangkat, pensiun, kehilangan pekerjaan, dan lain sebagainya. 5) Lingkungan hidup Kondisi lingkungan yang buruk besar pengaruhnya bagi kesehatan seseorang. Rasa tercekam dan tidak merasa aman ini amat mengganggu ketenangan dan ketenteraman hidup, sehingga tidak jarang orang jatuh kedalam depresi dan kecemasan.
Universitas Sumatera Utara
6) Keuangan Masalah keuangan (kondisi sosial-ekonomi) yang tidak sehat misalnya pendapatan
jauh
lebih
rendah
dari pengeluaran,
terlibat
utang,
kebangkrutan usaha, soal warisan dan lain sebagainya sangat berpengaruh terhadap kesehatan jiwa seseorang. 7) Hukum/peraturan Keterlibatan seseorang dalam masalah hukum/peraturan yang ada dapat merupakan sumber stres pula. 8) Perkembangan Yang dimaksud disini adalah masalah perkembangan baik fisik maupun mental seseorang, misalnya masa remaja, masa dewasa, menopouse, usia lanjut, dan sebagainya. 9) Kondisi fisik atau cidera 10) Faktor keluarga Faktor keluarga yang dimaksud disini adalah faktor stres yang dialami oleh seseorang yang disebabkan karena kondisi keluarga yang tidak baik yaitu sikap orang tua. 11) Lain-lain Stressor kehidupan yang lainnya juga dapat menimbulkan depresi dan kecemasan adalah bencana alam, kebakaran, perkosaan, dan sebagainya (Yosep, 2007). Nelson dalam Agoes (2003) menyebutkan bahwa penyebab stres umumnya adalah: pindah ke daerah baru, masuk perguruan tinggi, pindah sekolah, menikah,
Universitas Sumatera Utara
hamil, baru bekerja, gaya hidup baru, perceraian, kematian orang yang dicintai, dipecat dari pekerjaan, tekanan waktu, persaingan, kesulitan keuangan, suasana atau bunyi yang sangat ramai atau bising, tidak puas atau tidak nyaman. Terjadinya stres karena stressor tersebut dipersepsikan oleh individu sebagai suatu ancaman sehingga mengakibatkan kecemasan yang merupakan tanda umum dan awal dari gangguan kesehatan fisik, psikologis, bahkan spiritual. Sedangkan dampak dari stressor tersebut dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu: Sifat stressor, jumlah stressor pada saat yang bersamaan, lama pemajanan terhadap stressor, pengalaman masa lalu, tingkat perkembangan (Kozier & Erb, 1983 dalam Keliat, 1998). 3. Skripsi Mengerjakan sebuah skripsi telah menjadikan kebanyakan mahasiswa stres, takut, bahkan sampai frustasi dan ada juga yang nekat bunuh diri. Telah banyak contoh kasus mahasiswa yang menjadi lama dalam penyelesaian studinya karena terganjal
dengan
masalah
tugas
akhirnya,
karena
adanya
pemikiran
pembuatan tugas akhir susah dan berat maka akhirnya banyak mahasiswa menyerahkan pembuatan skripsi ini ke orang lain atau semacam biro jasa pembuatan skripsi, atau membeli/mencari skripsi orang lain untuk ditiru (Subekti, 2009). Skripsi sebagai akhir penyelesaian studi merupakan suatu kegiatan yang wajib dilaksanakan. Skripsi adalah muara dari semua pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh sebelumnya, untuk diterapkan dalam menggali permasalahan yang ada (baik dalam literatur maupun kancah) agar dengan penelitian itu dapat
Universitas Sumatera Utara
diperoleh temuan/karya ilmiah yang bermanfaat bagi ilmu pengetahuan (Arikunto, 2002). Dinamika kampus yang beragam membawa berbagai dampak bagi mahasiswa; baik negatif maupun positif, fisik, maupun psikologis selama proses menyelesaikan skripsi. Selama proses mengerjakan skripsi mahasiswa ditantang dan dilatih untuk melakukan serangkaian kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah, seperti pencarian suatu problem dan pemecahannya yang berlandaskan pada suatu teori dan juga langkah-langkah atau metode yang ilmiah disertai pola pikir yang kritis (critical thinking) diharapkan akan dimiliki mahasiswa (Subekti, 2009). Sebelum mengambil mata kuliah skripsi mahasiswa harus memenuhi syaratsyarat penyusunan skripsi yang telah ditentukan. Adapun syarat-syarat penyusunan skripsi pada Fakultas Keperawatan USU adalah mahasiswa harus lulus minimal 110 SKS bagi mahasiswa program reguler dan 44 SKS bagi mahasiswa program ekstensi dengan IPK sekurang-kurangnya 2,00 tanpa nilai D dan E serta memenuhi ketentuan lain yang ditetapakan masing-masing fakultas (Pasal 20). Tata cara penyusunan skripsi tersebut juga diatur dalam pasal 21 dimana: 1. Setelah mahasiswa menyerahkan penyusunan rencana skripsi, ketua jurusan/bagian, menetapkan seorang pembimbing skripsi dan bila perlu dapat menambah seorang pembimbing lainnya yang diambil dari jurusan atau bagian atau dari luar USU. 2. Penyusunan rencana skripsi yang dimaksud dalam pasal 20 ayat 1 diatur sesuai dengan peraturan yang berlaku dimasing-masing fakultas.
Universitas Sumatera Utara
3. Rencana skripsi harus sudah diajukan dan mendapat persetujuan selambatlambatnya satu tahun atau dua semester sebelum masa studi maksimum berakhir, dan harus memenuhi syarat pada pasal 20. 4. Skripsi ditulis dalam bahasa indonesia, kecuali pada jurusan/program studi/bagian bahasa asing skripsi dapat ditulis dalam bahasa asing. 5. Skripsi harus diselesaikan selambat-lambatnya dalam waktu dua belas bulan terhitung sejak rencana skripsi disetujui 6. Persetujuan selesainya skripsi paling lambat tiga bulan sebelum masa studi berakhir (Departemen Ilmu Keperawatan USU, 2008). Selain persyaratan diatas, hal lain yang dapat mempengaruhi terjadinya stres pada mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi adalah sulitnya untuk menghadapi/menjumpai dosen, beban kuliah yang ada, hubungan atau relasi, serta hambatan keuangan. 1) Dosen Sulitnya proses bimbingan skripsi kepada dosen menjadi salah satu faktor yang menghambat dalam proses penyelesaian skripsi. Banyak dosen terlalu kritis terhadap penelitian/skripsi mahasiswa, mereka harus melakukan revisi berulangulang karena skripsinya belum sempurna. Ada dosen yang rajin membatik setiap halaman skripsi mahasiswa dengan coretan-coretan yang kadang-kadang disertai kalimat-kalimat emosional. Beberapa dosen sibuk dengan statistik yang membingungkan mahasiswa dan membuat pikiran terkuras. Ada juga kasus dosen yang sulit untuk ditemui di kampus karena banyak bisnis di luar atau penuh waktunya untuk mengajar di berbagai universitas lain ( Juliandi, 2009)
Universitas Sumatera Utara
2) Beban kuliah Tuntutan akademis yang ada, membuat mahasiswa merasa dituntut untuk meraih pencapaian yang telah ditentukan baik oleh pihak fakultas/universitas maupun dari mahasiswa itu sendiri. Tuntutan tersebut dapat memberikan tekanan yang melampaui batas kemampuan mahasiswa itu sendiri. Ketika hal ini terjadi, maka beban yang berlebihan tersebut akan mengundang stres pada mahasiswa. 3) Hubungan atau relasi Hubungan dengan orang lain baik dengan teman kuliah atau bukan, memiliki pengaruh yang besar bagi mahasiswa. Gangguan pada aspek tersebut dapat menjadi stressor, yang sering kali berkaitan dengan perasaan sendiri atau kesepian, apalagi ketika sedang mengalami masalah atau kesulitan yang membutuhkan teman untuk bercerita dan bertanya. 4) Hambatan keuangan Kuliah tidak hanya sekedar belajar dikampus. Menjalani aktivitas kuliah berarti telibat dengan lingkungan sosial ditempat tersebut, sehingga keuangan tidak hanya diperlukan untuk biaya akademis saja, namun untuk kebutuhan hidup dan kebutuhan lainnya yang diperlukan. Hal ini dapat menjadi salah satu sumber stressor bila segi finansial kurang mencukupi.
Universitas Sumatera Utara