5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Kanker Paru 2.1.1. Definisi Kanker paru merupakan penyebab utama mortalitas yang diakibatkan oleh kanker, baik pada pria maupun wanita yang ada di dunia. Prevalensi kanker paru menempati urutan kedua setelah kanker prostat pada pria dan kanker payudara pada wanita. Belakangan ini kanker paru telah melebihi penyakit jantung sebagai penyebab utama mortalitas oleh akibat merokok. Kebanyakan kanker paru di diagnosa pada stadium lanjut sehingga memperburuk prognosisnya (Huq, 2010).
2.1.2. Etiologi Dari beberapa kepustakaan telah dilaporkan bahwa etiologi kanker paru sangat berhubungan dengan merokok. Terdapat hubungan antara rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari dengan tingginya insiden kanker paru. Belakangan, dari laporan beberapa penelitian mengatakan bahwa perokok pasif pun akan berisiko terkena kanker paru. Diperkirakan 25% kanker paru dari bukan perokok adalah berasal dari perokok pasif (Amin, 2006). Efek rokok bukan saja mengakibatkan kanker paru, tapi dapat juga menimbulkan kanker pada organ lain seperti mulut, laring dan esophagus. Diperkirakan terdapat metabolit dalam asap rokok yang bersifat karsinogen terhadap organ tubuh. Menurut Amin (2006), etiologi lain dari kanker paru yang pernah dilaporkan adalah : a. Berhubungan dengan zat karsinogen seperti asbestos, radiasi ion pada pekerja tambang uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisikilik hidrokarbon, vinil klorida. b. Polusi udara yang banyak terjadi di daerah perkotaan. c. Genetik, dimana terjadi mutasi dari beberapa gen yang berperan dalam kanker paru yaitu proto oncogen, tumor suppressor gene, gene encoding enzyme.
Universitas Sumatera Utara
6
d. Diet yang rendah konsumsi betakarotene, selenium dan vitamin A pernah dilaporkan menyebabkan tingginya risiko kanker paru.
2.1.3 Faktor risiko Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti kekebalan tubuh, genetik dan lain-lain (Amin, 2006). Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor risiko penyebab terjadinya kanker paru : a. Merokok Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu 85% dari seluruh kasus (Wilson, 2005). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang dihisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok dan lamanya berhenti merokok (Stoppler, 2010).
b. Perokok pasif Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif atau menghisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko mendapat kanker paru meningkat dua kali (Wilson, 2005). Diduga ada 3.000 kematian akibat kanker paru tiap tahun di Amerika Serikat terjadi pada perokok pasif (Stoppler, 2010).
c. Polusi udara Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih
Universitas Sumatera Utara
7
sering ditemukan pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren (Wilson, 2005).
d. Paparan zat karsinogen Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel, polisiklik hidrokarbon dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru (Amin, 2006). Risiko kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kirakira sepuluh kali lebih besar daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene, selenium dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin, 2006).
f. Genetik Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc) dan non-aktifkan gen-gen penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2) (Wilson, 2005).
Universitas Sumatera Utara
8
g. Penyakit paru Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari merokok dihilangkan (Stoppler, 2010).
2.1.4 Klasifikasi kanker paru Kanker paru terbagi kepada kanker primer dan kanker sekunder seperti di Gambar 2.1. Kanker primer adalah kanker yang berasal dari saluran nafas dan paru, yaitu dari saluran bronkus yang merupakan saluran udara besar yang masuk ke paru-paru dan sel alveoli di dalam paru-paru. Kanker sekunder pula adalah kanker paru yang disebabkan oleh metastase atau penyebaran dari organ yang lain seperti, payudara, usus besar, prostat, ginjal, tiroid, lambung, leher rahim, rektum, buah zakar, tulang dan kulit. Kanker paru primer terbagi kepada karsinoma bronkogenik, yaitu kanker paru yang berawal dari bronkus dan karsinoma sel alveolar, yaitu kanker paru yang berasal dari sel alveoli. Karsinoma bronkogenik adalah kanker paru yang lebih sering berlaku, yaitu mencakup 90% dari keseluruhan kasus kanker paru primer, ia terbagi lagi kepada karsinoma sel kecil atau karsinoma sel gandum atau small cell lung carcinoma (SCLC), dan non-small cell lung carsinom (NSCLC). SCLC mencakup 20% kasus kanker paru bronkogenik dan merupakan tipe yang paling agresif dan bisa bermetastase ke bagian tubuh yang lain. NSCLC adalah tipe yang lebih sering dan mencakupi 80% kasus kanker paru bronkogenik, ia terbagi lagi kepada adenokarsinoma, tipe yang paling sering yaitu mencakup 50% kasus NSCLC, karsinoma sel skuamosa atau karsinoma epidermoid, mencakup 30% kasus NSCLC, dan karsinoma sel besar, tipe yang kurang sering terjadi (Johnson, Blot dan Carbone, 2008 ).
Universitas Sumatera Utara
9
Gambar 2.1. Klasifikasi Kanker Paru
2.1.5. Gejala Klinis Pada fase awal kebanyakan kanker paru tidak menunjukkan gejala-gejala klinis. Bila sudah menunjukkan gejala berarti pasien dalam stadium lanjut. Menurut Amin (2006), gejala-gejala kanker paru dapat bersifat: a. Lokal ( tumor tumbuh setempat ): 1) Batuk baru atau batuk lebih hebat pada batuk kronis 2) Hemoptisis 3) Mengi (wheezing, stridor) karena ada obstruksi saluran napas 4) Kadang terdapat kavitas seperti abses paru 5) Atelektasis
Universitas Sumatera Utara
10
b. Invasi lokal 1) Nyeri dada 2) Dispnea karena efusi pleura 3) Invasi ke perikardium
terjadi tamponade atau aritima
4) Sindrom vena cava superior 5) Sindrom Horner (facial anhidrosis, ptosis, miosis) 6) Suara serak, karena penekanan pada nervus laryngeal recurrent 7) Sindrom Pancoast, karena invasi pada pleksus brakialis dan saraf simpatis servikalis c. Gejala Penyakit Metastasis 1) Pada otak, tulang, hati, adrenal 2) Limfadenopati servikal dan supraklavikula (sering menyertai metastasis) d. Sindrom Paraneoplastik : terdapat pada 10% kanker paru, dengan gejala: 1) Sistemik : penurunan berat badan, anoreksia, demam 2) Hematologi : leukositosis, anemia, hiperkoagulasi 3) Hipertrofi osteoartropati 4) Neurologik : dementia, ataksia, tremor, neuropati perifer 5) Neuromiopati 6) Endokrin : sekresi berlebihan hormone paratiroid (hiperkalsemia) 7) Dermatologik : eritema multiform, hyperkeratosis, jari tabuh 8) Renal : syndrome of inappropriate antidiuretic hormone (SIADH) e. Asimtomatik dengan kelainan radiologis 1) Sering terdapat pada perokok dengan PPOK/ COPD yang terdeteksi secara radiologis 2) Kelainan berupa nodul soliter
2.1.6 Diagnosis a) Anamnesis Anamnesis yang lengkap serta pemeriksaan fisik merupakan kunci untuk diagnosis tepat. Keluhan dan gejala klinis permulaan merupakan tanda awal penyakit kanker paru. Batuk disertai dahak yang banyak dan kadang-kadang
Universitas Sumatera Utara
11
bercampur darah, sesak nafas dengan suara pernafasan nyaring (wheezing), nyeri dada, lemah, berat badan menurun dan anoreksia merupakan keadaan yang mendukung. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan pada pasien tersangka kanker paru adalah faktor usia, jenis kelamin, kebiasaan merokok, dan terpapar zat karsinogen yang dapat menyebabkan nodul soliter paru (Huq, 2010).
b) Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan ini dilakukan untuk menemukan kelainan-kelainan berupa perubahan bentuk dinding toraks dan trakea, pembesaran kelenjar getah bening dan tanda-tanda obstruksi parsial, infiltrat dan pleuritis dengan cairan pleura (Huq, 2010).
c) Pemeriksaan laboratorium (Huq, 2010) Pemeriksaan laboratorium ditujukan untuk : a) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru. Kerusakan pada paru dapat dinilai dengan pemeriksaan faal paru atau pemeriksaan analisis gas. b) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada organ-organ lainnya. c) Menilai seberapa jauh kerusakan yang ditimbulkan oleh kanker paru pada jaringan tubuh baik oleh karena tumor primernya maupun oleh karena metastasis.
d) Radiologi Pemeriksaan
radiologi
adalah
pemeriksaan
yang
paling
utama
dipergunakan untuk mendiagnosa kanker paru. Kanker paru memiliki gambaran radiologi yang bervariasi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk menentukan keganasan tumor dengan melihat ukuran tumor, kelenjar getah bening dan metastasis ke organ lain (Johnson, Blot dan Carbone, 2008). Pemeriksaan radiologi dapat dilakukan dengan metode tomografi komputer. Pada pemeriksaan tomografi komputer dapat dilihat hubungan kanker
Universitas Sumatera Utara
12
paru dengan dinding toraks, bronkus dan pembuluh darah secara jelas. Keuntungan tomografi komputer tidak hanya memperlihatkan bronkus, tetapi juga struktur di sekitar lesi serta invasi tumor ke dinding toraks.Tomografi komputer juga mempunyai resolusi yang lebih tinggi, dapat mendeteksi lesi kecil dan tumor yang tersembunyi oleh struktur normal yang berdekatan (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).
e) Sitologi Sitologi merupakan metode pemeriksaan kanker paru yang mempunyai nilai diagnostik yang tinggi dengan komplikasi yang rendah. Pemeriksaan dilakukan dengan mempelajari sel pada jaringan. Pemeriksaan sitologi dapat menunjukkan gambaran perubahan sel, baik pada stadium prakanker maupun kanker. Selain itu dapat juga menunjukkan proses dan sebab peradangan (Johnson, Blot dan Carbone, 2008). Pemeriksaan sputum adalah salah satu teknik pemeriksaan yang dipakai untuk
mendapatkan
bahan
sitologik.
Pemeriksaan
sputum
adalah
pemeriksaanyang paling sederhana dan murah untuk mendeteksi kanker paru stadium preinvasif maupun invasif. Pemeriksaan ini akan memberi hasil yang baik terutama untuk kanker paru yang letaknya sentral. Pemeriksaan ini juga sering digunakan untuk skrining terhadap kanker paru pada golongan risiko tinggi (Johnson, Blot dan Carbone, 2008).
f) Bronkoskopi Setiap pasien yang dicurigai menderita tumor bronkus merupakan indikasi untuk bronkoskopi. Dengan menggunakan bronkoskop fiber optik, perubahan mikroskopik mukosa bronkus dapat dilihat berupa nodul atau gumpalan daging. Bronkoskopi akan lebih mudah dilakukan pada tumor yang letaknya di sentral. Tumor yang letaknya di perifer sulit dicapai oleh ujung bronkoskop (Huq, 2010).
Universitas Sumatera Utara
13
g) Biopsi Transtorakal Biopsi aspirasi jarum halus transtorakal banyak digunakan untuk mendiagnosis tumor pada paru terutama yang terletak di perifer. Dalam hal ini diperlukan peranan radiologi untuk menentukan ukuran dan letak, juga menuntun jarum mencapai massa tumor. Penentuan letak tumor bertujuan untuk memilih titik insersi jarum di dinding kulit toraks yang berdekatan dengan tumor (Kopper dan Timar, 2005).
h) Torakoskopi Torakoskopi adalah cara lain untuk mendapatkan bahan guna pemeriksaan histopatologik untuk kanker paru. Torakoskopi adalah pemeriksaan dengan alattorakoskop yang ditusukkan dari kulit dada ke dalam rongga dada untuk melihat dan mengambil sebagian jaringan paru yang tampak (Kopper dan Timar, 2005). Pengambilan jaringan dapat juga dilakukan secara langsung ke dalam paru dengan menusukkan jarum yang lebih panjang dari jarum suntik biasa kemudian dilakukan pengisapan jaringan tumor yang ada (Kopper dan Timar, 2005).
2.1.7. Penatalaksanaan Tujuan pengobatan kanker paru adalah kuratif, paliatif dan suportif. Terdapat perbedaan fundamental dari NSCLC dengan SCLC, sehingga pengobatannya harus dibedakan. Pengobatan NSCLC meliputi terapi bedah yang merupakan pilihan pertama pada stadium I atau II pada pasien yang adekuat sisa cadangan parenkim parunya. Survival pasien pada stadium I mendekati 60%, pada stadium II 26-37%. Pada stadium III A masih ada kontroversi mengenai keberhasilan operasi bila kelenjar mediastinum ipsilateral atau dinding torak terdapat metastasis. Pada stadium IIIb dan IV tidak dioperasi, tetapi dilakukan Combined Modality Therapy yaitu gabungan radiasi, kemoterapi dengan operasi (Amin, 2006). Untuk jenis SCLC, dibagi dua, yaitu limited-stage disease yang diobati dengan tujuan kuratif ( yaitu kombinasi kemoterapi dan radiasi ) dan angka
Universitas Sumatera Utara
14
keberhasilan terapi sebesar 20% serta extensive-stage disease yang diobati dengan kemoterapi dan angka respon terapi inisial sebesar 60-70% dan angka respon terapi komplit sebesar 20-30%. Angka median-survival time untuk limited-stage adalah 18 bulan dan untuk extensive-stage disease adalah 9 bulan (Amin, 2006).
2.1.8. Pencegahan Menurut CDC (2010), pencegahan dari kanker paru ada empat,yaitu : a. Berhenti Merokok Dengan berhenti merokok, akan menurunkan risiko terjadinya kanker paru dibandingkan dengan tidak berhenti merokok sama sekali. Semakin lama seseorang berhenti merokok, maka akan semakin baik kesehatannya dibanding mereka yang merokok. Bagaimanapun, risiko bagi mereka yang berhenti merokok tetap lebih besar dibandingkan mereka yang tidak pernah merokok. b. Menghindari menghisap rokok orang lain (secondhand smoke). c. Membuat lingkungan kerja dan rumah aman dari gas radon d. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak e. Mengkonsumsi buah dan sayuran yang banyak akan membantu melindungi dari kanker paru.
2.1.9 Prognosis Hal terpenting pada prognosis kanker paru adalah menentukan stadium penyakit. Pada kasus kanker paru jenis NSCLC yang dilakukan tindakan pembedahan, kemungkinan hidup 5 tahun adalah 30%. Pada karsinoma in situ, kemampuan hidup setelah dilakukan pembedahan adalah 70%, pada stadium I, sebesar 35-40% pada stadium II, sebesar 10-15% pada stadium III dan kurang dari 10% pada stadium IV. Kemungkinan hidup rata-rata tumor metastasis bervariasi dari 6 bulan sampai dengan 1 tahun. Hal ini tergantung pada status penderita dan luasnya tumor. Sedangkan untuk kasus SCLC, kemungkinan hidup rata-rata adalah 1-2 tahun pasca pengobatan. Sedangkan ketahanan hidup SCLC tanpa terapi hanya 3-5 bulan (Wilson, 2005).
Universitas Sumatera Utara
15
Angka harapan hidup 1 tahun untuk kanker paru sedikit meningkat dari 35 % pada tahun 1975-1979 menjadi 41% di tahun 2000-2003. Walaupun begitu, angka harapan hidup 5 tahun untuk semua stadium hanya 15%. Angka ketahanan sebesar 49% untuk kasus yang dideteksi ketika penyakit masih bersifat lokal, tetapi hanya 16% kanker paru yang didiagnosis pada stadium dini (American Cancer Society, 2010).
Universitas Sumatera Utara