BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam Bab ini akan dibahas tentang teori, konsep dan variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu perawatan lansia dengan demensia. 1. Lanjut Usia 1.1 Defenisi lanjut usia 1.2 Teori - Teori Penuaan 1.3 Batasan – batasan lanjut usia 1.4 Perubahan-perubahan pada lansia 1.5 Masalah - Masalah pada lanjut usia 2. Demensia 2.1 Tanda dan Gejala Demensia 2.2 Tahapanptahapan pada Demensia 2.3 Pencegahan 3. Keluarga 3.1 Peranan Keluarga 3.2 Fungsi Keluarga 4. Peran Perawatan Keluarga 4.1 Aktivias hidup sehari-hari pada lansia 4.2 Ciptakan Lingkungan yang aman dan nyaman.
Universitas Sumatera Utara
1.
Lanjut Usia
1.1 Defenisi lanjut usia Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari (Darmojo, 1999). Sedangkan menurut undang-undang No. 13 tahun 1998 adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun keatas (Nugroho, 1999). Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh bermanfaat (Hurlock, 1999). 1.2
Teori - teori penuaan Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis.
Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan. 1.2.1. Teori Biologis Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali. Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
Universitas Sumatera Utara
sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur. Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia. Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif (Homeostasis), seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses penyakit akut dan kronik. Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat. Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah
Universitas Sumatera Utara
berumur,
mereka
meninggalkan
bentuk
aktivitas
yang
pasti
dan
mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia. Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan kepribadiannya (Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003). 1.3 Batasan – batasan lanjut usia Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi : usia pertangahan (45-59 tahun), lanjut usia (60-74 tahun), lanjut usia tua (75-90) dan usia sangat tua di atas 90 tahun (Hurlock, 2002), Menurut Muhammad 1996 dalam Mckenzie, 2007) masa lanjut usia adalah 65 tahun ke atas, sedangkan menurut Masdani (1996) mengatakan usia lanjut adalah kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : pertama fase investus yaiti antara 25-40 tahun ; kedua fase vertilitas yaitu antara 40-50 tahun ; ketiga fase praesenium yaitu antara 55-65 tahun dan keempat fase senuim yaitu antara 65 sampai tutup usia. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 seorang dapat dikatakan lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 60 tahun ke atas (Nugroho, 2000).
Universitas Sumatera Utara
1.4 Perubahan-perubahan pada lanjut usia Menua (menjadi tua ) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahanlahan
kemampuan
jaringan
untuk
memeperbaiki
diri/mengganti
dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita (constantinides, 1994). Proses menua merupakan proses yang terus menerus (berlanjut) secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan dengan ; (1) penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada makromolekular, (2) penuaan ekstraseluler dengan manifestasi progresif pada jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid, (3) penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau akumulasi substansi dan (4) penuaan pada organisme (Nugroho, 1999). Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih (Hodkinson, 1982).
Universitas Sumatera Utara
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia a.
Perubahan – perubahan fisik meliputi perubahan sel, sistem pernafasan,
sistem pendengaran,
sistem penglihatan,
sistem cardiovaskuler,
sistem
pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dan sistem muskuloskletal. Perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing – masing. b.
Perubahan –perubahan mental: perubahan- perubahan mental pada lansia
berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubaha dalam gaya membayangkan (Nugroho, 2000). c.
Perubahan – perubahan psikososial: Pensiun dimana lansia mengalami
kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan kehilangan pekerjaan , kemudian akan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik dan ketidakmampuan, gangguan gizi akibat kehilangan jabatan dan hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat konsep diri dan gambaran diri (Nugroho, 2000). d.
Perkembangan spiritual: Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya (Maslow, 1970 dalam Nugroho, 2000). e.
Perubahan minat: Terdapat hubungan yang erat antar jumlah keinginan
dan minat orang pada seluruh tingkat usia dan keberhasilan penyesuaian mereka. Keinginan tertentu mungkin di anggap sebagai tipe keinginan dan minat pribadi,
Universitas Sumatera Utara
minat untuk berekreasi keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan keinginan untuk mati (Hurlock, 1999). 1.5
Masalah - masalah pada lanjut usia Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai
masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada perananperanan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang (Stanley, 2007). Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih memfunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja. Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan inkontinensia.
Universitas Sumatera Utara
Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder (Watson, 2003). Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi. Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering dibanding pria (Watson, 2003). Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi (Reuben, 1996 dalam Darmojo, 1995). Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses penuaan tetapi karena penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi (kebingungan) adalah masalah utama yang memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga. Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah efek dari imobilisasi (Darmojo, 2000). Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki. Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut (Watson, 2003). 2.
Demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan
kemempuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik (Watson, 2003). Demensia adalah penurunan kemanpuan mental yang biasanya berkembang secara berlahan, dimana menjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuaan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian (Akperketapang, 2008). 2.1 Tanda dan Gejala Demensia a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. b. Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita yang sama berkali- kali. d. Ekspresi yang berlebihan, misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaanperasaan tersebut muncul. e. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak acuh, menarik diri dan gelisah (Hurley, 1998). 2.2
Tahapan-tahapan pada Demensia Stadium I / awal : Berlangsung 2-4 tahun dan di sebut stadium amnestik
dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun.” Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang di alami,” dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam keluarga. Stadium II / pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan di sebut pase demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan bahasa (afasia). Penderita mudah bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan sampai selesai, Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar, Gangguan siklus tidur ganguan, Mulai terjadi inkontensia, tidak mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi ” Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan penderita mudah tersesat di lingkungan ”. Stadium III / akhir : Berlangsung 6-12 tahun. ” Penderita menjadi vegetatif, tidak
bergerak
dangangguan
komunikasi
yang
parah
(membisu),
ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman, gangguan mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan buang air besar/ kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma (Stanley, 2007). 2.3
Pencegahan Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia
diantaranya
adalah
menjaga
ketajamman
daya
ingat
dan
senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak seperti ; a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan. b. Membaca buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.
Universitas Sumatera Utara
d. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat (Hurley, 1998). 1). Beri makan otak Anda adalah yang anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan bagian ini, makan makanan yang
mengandung aga bisa meningkatkan daya
ingat, berfikir lebih jernih dan mengurangi resiko penyakit kognitif. Sebab olah raga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktifitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron. Cukup setengah saja setiap hari, jangan lupa lakukan peregangan otot. 2). Olah Otak Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan.aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berfikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok. 3). Trik Memori Kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini
Universitas Sumatera Utara
berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut. 4). Istirahatkan Walau otak kita jenius, kalau di pakai terus juga akan lemah. Maka beri istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja otak (Hurley, 1998). 3. Keluarga Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya (Friedman, 1986). 3.1 Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu, dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh
harapan dan pola
perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga, sebagai berikut : (1). Peranan ayah, ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperana sebagai mencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota mesyarakat dari lingkungannya. (2). Peranan ibu, sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. (3). Peranan anak,
anak-anak melaksanakan
peranannya psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Effendy (1998). 3.2
Fungsi Keluarga Adapun fungsi yang dapat di jalankan keluarga sebagai berikut : 1) Fungsi biologis : a. Untuk meneruskan keturunan. b. memelihara dan
membesarkan anak. c. memenuhi kebutuhan gizi keluarga. d. memelihara dan merawat keluarga. (2). Fungsi psikologis : a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman. b. memberikan perhatian diantara anggota keluarga. c. membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. d. memberikan identitas keluarga. (3). Fungsi sosialisasi : a. Membina sosialisasi pada anak. b. membentuk normanorma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c. meneruskan nilai-nilai budaya keluarga. (4). Fungsi ekonomi : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b. pengaturan penggunan penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak. (5). Fungsi pendidikan : a. Mensekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai denganbakat dan minat yang di milikinya. b. mempersiapkan anak untuk
Universitas Sumatera Utara
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. c. mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya (Effendy, 1998). 3.3
Tugas-tugas Keluarga Ada delapan tugas pokok keluarga sebagai berikut : (1). Pemelihara fisik
keluarga dan para anggotanya. (2). Pemelihara sumber-sumber daya yang adadalam keluarga. (3). Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. (4). Sosialisasi antar anggota keluarga. (5). Pengaturan jumlah anggota keluarga. (6). Pemelihara ketertiban anggota keluarga. (7). Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang lebih luas. (8). Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga (Effendy, 1998). 4.
Peran perawatan Keluarga Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam perawatan lansia
dengan demensia yang tinggal di rumah, keluarga dapat membantu mereka dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan. 4.1
Aktivitas hidup sehari-hari pada lanjut usia Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang
melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan muskuloskeletal
Universitas Sumatera Utara
diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pergerakan itu sendiri merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan. Pergerakan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya 1. Tingkat perkembangan tubuh dimana peningkatan usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh, 2. Kesehatan fisik, dijelaskan bahwa penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh, 3. Keadaan nutrisi, yang umum terjadi pada lansia adalah kurangnya nutrisi yang dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas sehingga menyebabkan pergerakan muskuloskeletal menjadi kurang bebas, 4. Kelemahan neuromuskuler dan skletal, yang dapat dilihat dengan adanya abnormal postur seperti skolosis, lordosis, dan kiposis sehingga klien lanjut usia akan mengalami keterbatasan (Tarwotoh, 2004). Aktivitas kegiatan sehari-hari adalah hal –hal yang dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. Aktivitas ini meliputi kebersihan diri, mandi, berpakaian, makan, buang air kecil dan air besar dan berpindah. Indeks ketidaktergantungan dalam aktivitas
kehidupan
sehari-
hari
tergantung
pada
evaluasi
fungsional
ketidaktergantungan dan ketergantungan pasien dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinensia dan makan.
Universitas Sumatera Utara
Mandi (Sponge, shower, atau tub) meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan yang hanya dalam mandi satu bagian (seperti mandi punggung atau ketidakmampuan ekstremitas) atau mandi sendiri dengan lengkap. Ketergantungan akan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh merupakan bantuan saat masuk dan keluar tub atau tidak mandi sendiri. Berpakaian meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil pakaian dari lemari dan laci, mengenakan pakaian luar, kutang, menangani pengikat ; melakukan pengikat tali sepatu adalah pengecualian. Ketergantungan yaitu tidak mengenakan pakaian sendiri atau tetap tidak berpakaian sebagian. Pergi ke toilet meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi pergi ke toilet; masuk dan keluar dari toilet, mengatur pakaian, membersihkan organ ekresi. (mungkin menangani bedpan sendiri yang di gunakan pada malam hari dan mungkin atau juga tidak menggunakan bantuan mekanis). Berpindah meliputi ketidaktergantungan berupa bergerak masuk dan keluar dari tempat tidur secara mandiri dan pindah kedalam dan keluar dari kursi secara mandiri (mungkin atau mungkin juga tidak menggunakan bantuan mekanik). Ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur dan atua kursi ; melakukan satu atau dua perpindahan. Kontinensia meliputi aspek ketidaktergantuan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi; dikontrol parsial
Universitas Sumatera Utara
atau total dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan atau bedpan secara teratur. Makan meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bantuan mengambil makanan atau memasukan makanannya kedalam mulut; (memotong-motong daging terlebih dahulu dan menyiapkan makanan, seperti mengoleskan mentega ke dalam roti). Ketergantungan berupa bantuan dalam tindakan makan ;tidak makan sama sekali atau makan secara parenteral. Berbagai kemunduran fisik mengakibatkan kemunduran gerak fungsional baik kemampuan mobilitas dan perawatan diri. Kemunduran fungsi mobilitas meliputi
penurunan
kemampuan
mobilitas
ditempat
tidur,
berpindah,
jalan/ambulasi, dan mobilitas dengan alat adaptasi. Kemunduran kemampuan perawatan diri meliputi penurunan
kemampuan aktivitas makan, mandi,
berpakaian, defekasi, dan berkemih, merawat rambut, gigi, serta kumis dan kuku. Kemunduran gerak fungsional dapat di kelompokan menjadi tiga bagian diantaranya : (1) mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain. (bisa saja lansia membutuhkan bantuan alat adaptasi seperti alat bantu jalan, alat kerja, dan lain-lain), (2) di bantu sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain, (3) dibantu total, yaitu aktivitas di lakukan sepenuhnya dengan pengawasan dan bantuan orang lain karena lansia tidak dapat melakukan aktivitasnya (Shmitz, 1994).
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam kemampuan fungsional menurut indeks Katz yang mengukur aktivitas fungsional mencakup kemampuan aktivitas mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, mengontrol defekasi dan berkemih, dan makan. Menurut Katz Aktivitas sehari-hari pada lansia dapat diklasifikasikan menjadi : 1). Kebutuhan primer (aktivitas sehari-hari) adalah hal-hal yang dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan, meliputi makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah buang air kecil dan air besar. 2). Aktivitas rumah tangga (instrumental) meliputi kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berbelanja. 3). Aktivitas waktu luang. Meliputi saling bercerita, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun dan berternak, mengerjakan keterampilan tangan seperti menyulam, menjahit dan lain-lain (Darmojo, 1995). 4.2
Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman. Penderita demensia mudah menjadi binggung oleh suara atau warna yang
berlaianan atau dalam lingkungan yang asing dan menakutkan, seperti langkahlangkah berikut ini : Fokus pada konsistensi : a. Jagalah konsistensi dengan tetap meletakkan furnitur pada tempat yang sama, b. Bantu penderita menjalin hubungan dengan masa lalu dengan objek yang dikenali, seperti foto-foto lama, kursi kesayangan, lemari atau pakaian, topi, atau pajangan.
Universitas Sumatera Utara
Gunakan warna dan kontras : a. Gunakan warna untuk mendapatkan efek menenangkan. Dari pada menggunakan warna-warna terang seperti putih,kuning, oranye, atau merah, gunakan warna pastel yang lebih lembut, seperti pink, biru muda, kuning gading, kream, hijau, ungu muda, dan cokelat muda . jangan gunakan cat yang berkilau atau menyolok supaya tidak silau, b. Buatlah warna lebih kontras. Pengidap demensia tidak bisa membedakan warna dinding yang putih dengan warna pintu abu-abu atau gagang pintu. Itu sebabnya sebaiknya anda mengecat dinding dengan warna pintu atau gagang pintu yang lebih gelap. Perhatikan lantai : a. Jaga permukaan lantai tetap bersih dan kosong, b. Gunakan keramik lantai yang tidak licin supaya tidak terpeleset serta perlu banyak tekstur, c. Gunakan karpet untuk mencegah terpeleset. Namun, jika anda takut pengidap demensia buang air kecil sembarangan sebaiknya gunakan lantai yang sedikit bergelombang/bergirigi atau tidak terlalu berkilau dan gelap supaya tidak tersandung. Batasin gangguan : a. Kurangi gangguan suara dan tumpukan barang, setel musik latar yang menenangkan atau musik favorit. Kontrollah penggunaan remote kontrol televisi dan sebaiknya dering telepon juga dikurangi, b. Hindari pencahayaan yang redup dan suram, jika bisa gunakan cahaya alami dari matahari atau lampu yang terang. Sebaiknya miliki furnitur yang nyaman : a. Cari bahan yang tidak menyerap cairan untuk menutup furnitur atau belilah tempat berbaring yang
Universitas Sumatera Utara
nyaman. Untuk memilih kursi, sebaiknya yang punya sandaran atau tempat untuk menaruh lengan. Beri arah atau tanda : a. Bereksperimenlah dengan label, gambar, dan angka yang membantu orientasi pengidap demensia dan ia jadi mengerti keberadaannya, b. Bertanggung jawablah akan keamanan. Jaga ruangan atau jalan bersih dan waspadai furnitur yang runcing dan menonjol. Sebaiknya taruh kunci di pintu dan lemari. Sembunyikan tombol atau pengontrol kompor, pemanas air, dan barang-barang berbahaya lainnya. Hias dinding untuk membuat perbedaan : a. Pasang gorden dengan bahan kain yang bervariasi umumnya penderita demensia menyukai tekstur kain seperti wol atau sutera, dan dekorasiseperti ini tidak membuat bingung di banding pemisah ruangan dari kaca atau cermin. Cegahlah lansia jatuh : Jatuh dapat menimbulkan cedera yang dapat mengancam nyawa orang lanjut usia, adapun langkah-langkah pencegahanya : a. Jaga agar rumah selalu terang dengan menggunakan lampu yang terangdan lampu di atas kepala, nyalakan lampu khusus untuk malam hari di seluruh rumah. b. kencangkan karpet dan area di lantai. Gunakan karpet yang tidak licin. c. jaga kabel listrik dalam keadaan rapi dan tidak malang melintang di tempat orang lalu lalang. d. pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga. di dapur, simpan barang-barang agar mudah di ambil jangan gunakan lemari atau rak yang terlalu tinggi sehingga perlu tangga untuk menjangkaunya (Hurley, 1998).
Universitas Sumatera Utara