BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Plastik Plastik merupakan suatu bahan yang tidak mudah terkomposisi oleh mikroorganisme pengurai karena sifat khusus yang dimilikinya yaitu suatu polimer rantai panjang sehingga bobot molekulnya tinggi dimana atom-atom penyusunnya saling mengikat satu sama lain. Menurut sifat fisiknya plastik dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu termoplastik dan termoset. 2.1.1. Termoplastik Dari golongan ini ada 4 bahan komoditas yang terkenal yaitu polietilena(PE), Polietilena tereftalat (PET), polipropilena (PP), polistirena (PS) dan polivinil klorida (PVC). Istilah termoplastik ini menunjukkan bahwa bahan-bahan yang termasuk golongan ini melebur jika dipanaskan dan dapat diproses dengan berbagai teknik pencetakan. Pada kelompok ini, bila bahan dipanaskan akan melunak kemudian mencair sehingga dapat diproseskan sesuai dengan mesin yang digunakan dan akan menghasilkan suatu barang setelah didinginkan. Proses ini dapat dilakukan berulang kali.
2.1.2. Termoset Dari golongan ini antara lain dikenal amino, resin fenolik, epoksi, poliester dan poliuretan tak jenuh. Bahan-bahan dari golongan ini tidak dapat dilebur.
Sejumlah teknologi telah diterapkan untuk membuat polimer-polimer paduan. Sebagian besar polimer tidak kompatibel karena polimer tersebut memisah menjadi fasa-fasa berlainan dalam campurannya. Paduan-paduan polimer yang homogen lebih baik sifat-sifat atau karakteristik pemrosesannya. Sebuah komposit ialah senyawa yang terbuat dari dua material yang berbeda yang bila digabungkan, memiliki sifat yang lebih superior dari material asli.Sebagai contoh sebuah komposit akan lebih kuat atau getas dibandingkan dengan individualnya (http://www.forumsains.com/teknologi material komposit)
Universitas Sumatera Utara
Komposit adalah suatu material yang terbentuk dari kombinaasi dua atau lebih material, dimana sifat
mekanik dan material pembentuknya berbeda-beda.
Dikarenakan karekteristik pembentuknya berbeda-beda, maka akan dihasilkan material baru yaitu komposit yang mempunyai sifat mekanik dan karakteristik yang berbeda dari material-material pembentuknya.
Komposit dibentuk dari dua jenis material yang berbeda, yaitu: 1. Penguat (reinforcement), yang mempunyai sifat kurang dapat dibentuk tapi lebih kaku serta lebih kuat. 2. Matrik, umumnya lebih dapat dibentuk tetapi mempunyai kekuatan dan kekakuan yang lebih rendah.
Serat ini bisa disusun secara acak maupun dengan orientasi tertentu bahkan bisa
juga
dalam
bentuk
yang
lebih
kompleks
seperti
anyaman
(http://wikipedia.org/wiki/composite material) .
Universitas Sumatera Utara
2.2. Polipropilena Polipropilena (PP) merupakan peringkat kedua yang paling penting secara komersial setelah polietilena (PE). Sifat kelarutan polipropilena sama dengan polietilena yaitu tidak larut pada temperatur kamar. Produk polipropilena lebih tahan terhadap goresan daripada polietilena. Polipropilena digunakan untuk bagian dalam mesin pencuci, komponen mobil, kursi, tangkai pegangan, kotak, keranjang, pipa, isolator listrik, kemasan,untuk bahan makanan dan barang-barang (Bilmeyer,F.W,1971). Secara umum proses polimerisasi polipropilena dapat ditulis:
H
CH3
H
CH3
C = C
C
C
H
H
H
H
n
n = unit perulangan Gambar 2.1 Proses polimerisasi polipropilena Proses polimerisasi ini akan menghasilkan suatu rantai linear berbentuk A-AA-A dengan A adalah polipropilena yang merupakan polimer hidrokarbon. Kristalinitas merupakan sifat penting yang terdapat pada polimer yang menunjukkan ikatan antara rantai molekul sehinnga menghasilkan susunan molekul yang lebih teratur. Sifat kristaanilitas yang tinggi menyebabkan regangan yang tinggi, kaku dan khas. Beberapa sifat fisik juga mempengaruhi bentuk spektrum bahan polimer, antara lain sifat geometri rantai dan kristalinitas, bila bahan polimer ditarik kesatu arah maka rantai-rantai molekul akan cenderung terorentasi kesatu tarikan, maka vibrasi ikatan yang tegak lurus kearah tarikan akan lebih dibatasi dan menjadi tidak peka terhadap serapan radiasi (Wirjosentono, 1995). Pada polipropilena rantai polimer yang terbentuk dapat tersusun membentuk daerah kristalin dan daerah amorf (Cowd, 1991) yang mana atom-atom terikat secara tetrahedral dengan sudut ikatan C – C sebesar 109,50 dan membentuk rantai zig-zag planar tiga dimensi dapat terjadi dalam gugus metil satu sama lain didalam rantai polimernya yaitu struktur isotaktik (Harper .A.C,2002).
Universitas Sumatera Utara
Polipropilena mempunyai konduktivitas panas yang rendah (0,12 w/m), tegangan yang rendah, kekuatan benturan yang tinggi dan ketahanan yang tinggi terhadap pelarut organik, bahan kimia anorganik, non oksidasi dan mempunyai sifat isolator yang baik, akan tetapi polipropilena dapat terdegradasi oleh zat pengoksidasi seperti asam sitrat dan hidrigen peroksida. Dibuat melalui polimerisasi dari monomernya yakni propilena, merupakan bahan yang keras, tahan terhadap goresan, sehingga dapat digunakan untuk peralatan mesin cuci bagian dalam, komponen mobil (bumper,dashboard), kursi, kotak, keranjang, karung plastik dan pipa. Isolator panas yang baik, sehingga baik digunakan untuk tangkai pegangan (handel), tidak beracun sehingga dapat digunakan untul alatalat rumah tangga dan mainan anak. Sifatnya yang transparan dan tembus cahaya sehingga baik untuk kemasan makanan dan minuman ( Cowd, 1991). Tabel 2.1 Sifat-sifat polipropilena secara umum
Sifat mekanik
Nilai/satuan
Kekuatn tarik
(31-34) Mpa
Modulus Elastis
(1070-1720) Mpa
Kekuatan Kompresif
(35-38) Mpa
Perpanjangan
(100-600) %
Kekutan fleksfur
(41-45) Mpa
Kekuatan impak
(0,23-0,57)N/cm
Titik leleh
(160-170) 0C
Sumber: Harper .A.C, 2002
2.3 Bahan Pengisi Bahan pengisi adalah bahan yang digunakan untuk ditambahkan pada bahan polimer untuk ditambahkan pada bahan polimer untuk meningkatkan sifat-sifatnya dan kemampuan pemrosesan atau untuk mengurangi biaya. Bahan pengisi haruslah inert artinya bahan tersebut tidak bereaksi dengan fase matrik (plastik) campuran fisik, sering dilakukan antara resin termoplastik/ karet atau termoplastik/filler (Oliver,1999). Banyak bahan pengisi anorganik atau organik yang secara sengaja dicampurkan dalam suatu bahan polimer untuk membentuk plastik yang berperan dalam meningkatkan dispersi permukaan matrik polimer serta dapat memperbaiki sifat
Universitas Sumatera Utara
mekanis dari bahan polimer sehingg memiliki sifat-sifat mekanis yang lebih unggul.Pemilihan bahan pengisi yang sesuai dengan matrik bahan polimer menjadi suatu ketentuan yang diharuskan untuk mendapatkan suatu bahan polimer baru yang mempunyai sifat mekanis yang unggul ( Wirjosentono,1996). Penggunaan bahan pengisi secara luas dapat menghasilkan perubahan berikut dalam sifat-sifat termoplastik suatu matrik polimer antara lain: 1.Bertambahnya densitas 2. Bertambahnya modulus elastisitas, pemadatan dan pengerasan bahan 3. Peningkatan kekuatan kualitas permukaan 4. Berkurangnya penyusutan bahan. Bahan pengisi yang digunakan dapat dibagi dalam 2 kelompok yaitu organik dan anorganik dan setiap kelompok ini dibagi ke dalam tipe jenis berserat (fibrous) dan tidak berserat (unfibrous). Tabel 2.2. Pengelompokan bahan pengisi Tipe
Organik
Anorganik
Berserat
Tepung
kayu,
kapas, Asbestos, kaca serat.
selulosa
kayu
murni,
hitam,
grafit, Silika, kalsium karbonat,
ampas tebu. Tidak berserat
Karbon
serbuk gabus.
kalsium silikat, mika, barium sulfat, tanah liat.
Sumber : Ritchie,P.D.1972
Universitas Sumatera Utara
2.3.1 Kitin Kitin merupakan salah satu material organik yang melimpah di alam kedua setelah selulosa yang dihasilkan melalui biosintesis. Kitin termasuk golongan polisakarida yang mempunyai berat molekul yang tinggi dan merupakan molekul polimer berantai lurus dengan nama lain poli β-(1-4)-2-asetamida-2-dioksi-d-glukosa(N-asetil-Dglikosamin). Kitin mempunyai rumus molekul (C8H13NO5)n. Adapun struktur kitin adalah
Gambar 2.2. Struktur Polimer Kitin 2.3.2 Sumber Kitin Kitin banyak terdapat dalam kulit luar hewan seperti crustacea, molusca, dan jamur dari genus mucor, saccharomyces. Sebagian besar kelompol crustacea seperti kepiting, udang dan lobster, merupakan sumber utama kitin komersial. Di dunia kitin yang diproduksi secara komersial 120 ribu ton per tahun. Kitin yang berasal dari kepiting dan udanng 32,5% dan dari jamur 26,7%. 2.3.3 Karakteristik kitin Kitin menmunyai komposisi 47% C, 6% H, 7% N dan 40% O. Kitin merupakan padatan yang amorf, tidak larut dalam air, asam encer, alkohol dan pelarut-pelarut organik lainnya. Tetapi kitin dapat larut dalam HCl dan H2SO4 pekat, H3PO4 78-97% dan anhidrida asam format ( Sugita,dkk.2009)
Universitas Sumatera Utara
2.3.4. Kitosan Kitosan dengan rumus molekul (C6H11NO4)n yang dapat diperoleh dari deasetilasi kitin. Kitosan merupakan poli-(2-amino-2-deoksi-β-(1,4)-D-glukopiranosa. Dengan struktur sebagai berikut:
Gambar 2.2. Struktur Polimer Kitosan Proses deasetilasi kitin dapat dilakukan dengan cara kimiawi atau enzimatik. Ternyata penghilangan gugus asetil kitin meningkatkan kelarutannya, sehingga kitosan lebih banyak digunakan daripada kitin, antara lain di industri kertas, pangan, farmasi,
fotografi,
kosmetika.
Selain
itu
kitosan
juga
bersifat
nontoksik,
biokompatibel,dan biodegradabel sehingga aman digunakan. 2.3.5. Karakteristik kitosan Kitosan kebanyakan larut pada asam organik. Tidak larut dalam air, alkohol, dan aseton. Dalam asam mineral pekat seperti HCl dan HNO3 pada konsentrasi 0.51,1 % dapat larut.Perkembangan penggunaan kitosan meningkat pada tahun 1940-an terlebih dengan makin diperlukannya bahan alami oleh berbagai industri sekitar tahun 1970-an. Penggunaan kitosan untuk aplikasi khusus seperti farmasi, kesehatan, bidang industri antara lain industri membran, biokimia, bioteknologi, pangan, pengolahan limbah, kosmetik, agroindustri, industri perkayuan, polimer, dan industri kertas (Sugita, dkk, 2009).
Universitas Sumatera Utara
2.3.6. Beberapa Manfaat Kitin dan Kitosan a. Dalam Bidang Pengobatan Kitin dan kitosan telah digunakan sebagai bahan baku benang jahitan pada proses pembedahan. Kitin dan kitosan sangat tahan terhadap oksigen sehingga dapat digunakan untuk membuat lensa kontak. b. Kosmetik Untuk aplikasi kosmetik pada umumnya sebagai pelarut yang baik adalah asam. Apabila dinetralkan dengan asam maka kitosan menjadi kental bahan ini digunakan sebagai pembalut dan bahan tambahan pada industi kosmetik. c. Pakan ternak Kitin dan kitosan yang dimasukkan dalam makanan ternak dapat berfungsi sebagai pemacu pertambahan berat ternak dan pemacu laktose susu. Jepang telah memproduksi makanan biji-bijian yang diperkaya dengan kitin sebagai sumber gizi dan kalsium. d. Bidang Pertanian Kitin dan kitosan dipergunakan sebagai bahan pelapis biji-bijian untuk menghindari dari gangguan serangga dan mengurangi kerusakan tanah yang disebabkan oleh hama dan serangga. e. Polimer pencangkokan antara kitosan dan polimetilmetakrilat dipergunakan sebagai adsorpsivitas yang lebih baik, baik untuk zat warna sintetik maupun limbah industi tekstil. f. kertas Pembuatan kertas dan tekstil oleh kitosan menyebabkan beberapa sifat seperti sulit robek, ketahanan terhadap air, tahan pengkerutan dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Asam Stearat Asam stearat sering disebut octadecanoic acid C18H36O2 dengan komposisinya C 75.99%, H 12.76%, O 11.25%. Asam stearat banyak diperoleh dari lemak hewan dan lemak nabati. Asam stearat diperoleh dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada tekanan tinggi dan suhu, mengarah pada hidrolisis dari trigliserida. Hal ini juga dapat diperoleh dari hidrogenasi beberapa tak jenuh minyak nabati ( anonim,1976). Asam lemak adalah asam karboksilat yang gugus alkilnya adalah rantai hidrokarbon, yang mempunyai atom C panjang dan tidak bercabang. Asam lemak merupakan komponen penyusun dari molekul lemak dimana asam lemak tersebut mempunyai jumlah atom C genap termasuk atom C pada karboksil. Asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap atom C dengan C adalah lurus, sedangkan asam lemak yang menpunyai ikatan rangkap atom C dengan C agak bengkok (Fessenden,1999). Asam stearat adalah asam lemak jenuh yang terdapat dalam sebagian besar lemak hewani dan minyak nabati dengan titik cair 69,5 °C (Ketaren,S,1986). Asam stearat merupakan jenis dari asam lemak, yang memiliki rantai karbon 18 dan mengandung gugus karboksil. Asam stearat merupakan asam lemak jenuh karena tidak ada ikatan rangkap antara karbon bertetangga, ini berarti bahwa rantai hidrokarbon fleksibel dan dapat berputar menjadi siklis atau lurus dan menjadi rantai zig-zag yang panjang (Winarno, 1992). Asam stearat atau asam oktadekanoat adalah asam lemak jenuh yang mudah diperoleh dari lemak hewani serta minyak masak. Wujudnya padat pada suhu ruang, dengan rumus kimia CH3(CH2)16COOH. Kata stearat berasal dari bahasa Yunani stear, yang berarti “ lemak padat “. Asam Stearat diproses dengan memperlakukan lemak hewan dengan air pada suhu dan tekanan tinggi. Asam ini dapat pula diperoleh dari hidrogenasi minyak nabati. Dalam bidang industri asam stearat dipakai sebagai bahan pembuatan lilin, sabun, plastik, kosmetik, dan melunakkan karet. Titik didihnya 3610C (http://id.wikipedia.org/wiki/Asam stearat,1990).
Universitas Sumatera Utara
Penggunaan asam stearat berguna sebagai bahan dalam membuat lilin, plastik, suplemen makanan, pastel minyak dan kosmetik dan untuk melunakkan karet. Ini juga dipergunakan untuk mengeraskan sabun khususnya yang dibuat dari minyak sayur. 2.5. Kompatibilitas Polimer Kompatibilitas didefenisikan sebagai besaran untuk menjelaskan pencampuran polimer dengan bahan adiktif. Bila suatu bahan pengisi dengan kompatibilitas tinggi terhadap bahan polimer maka menunjukkan terjadinya pencampuran yang sempurna antara kedua bahan yang bercampur. Kompatibilitas suatu campuran polimer akan meningkat oleh zat yang ditambahkan pada proses pengolahan (Wirjosentono, 1997). Bila sepasang polimer dikatakan secara teknologi kompatibel, itu berarti bahwa campuran bahan polimer tersebut secara teknologi dapat digunakan. Kompatibilitas secara teknologi merupakan beberapa proses yang mempertinggi sifatsifat campuran agar lebih berguna. Bila antara bahan adiktif dengan polimer tidak terjadi interaksi, maka akan terjadi campuran koloid yang tidak mantap ( polimer dan pemlastis tidak kompatibel) dan menghasilkan sifat fisik polimer berkualitas rendah. (Wirjosentono,1995). Jadi, kompatibilitas suatu bahan polimer dengan polimer lain juga dipengaruhi oleh komposisi masing-masing komponen dalam campuran. Untuk mendapatkan bahan dengan kekerasan tertentu rancangan struktur kimia rantai akan sulit dilakukan dan memerlukan biaya yang cukup besar. Untuk itu dalam pengolahan membentuk bahan setengah jadi atau barang jadi, kedalam bahan polimer murni biasanya ditambahkan
suatu
zat
misalnya
asam
stearat
untuk
meningkatkan
sifat
kompatibilitasnya. 2.6. Ekstrusi Ekstrusi juga banyak pakai untuk pemprosesan plastik. Ini merupakan proses kontiniu mengubah bahan plastik menjadi pipa, batangan, lembaran, film, filamin, pelapisan kabel listrik dan berbagai bentuk propil lainnya.
Universitas Sumatera Utara
Plastik berbentuk butiran atau bubuk dimasukkan lewat corong, didorong ke screw baja. Dialirkan kesepanjang bejana (barel), dipanaskan. Kedalam lekukan screw makin berkurang untuk mendapatkan bahannya. Pada ujung ekstruder lelehan melalui die, menghasilkan ekstrudat dengan bentuk sesuai yang dikehedaki. Begitu bahan plastik dari die, panas, lunak dan mudah dibentuk. Jadi begitui ekstrudat terbentuk, harus segera diambil dan dijaga bentuk dan ukurannya. Pendinginan dapat dilakukan dengan udara ataupun dengan air (Uric.H,1982).
2.7. Proses Pembuatan Campuran Polimer Proses pencampuran dalam polimer dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu : 1.Blending fisika yaitu terjadi pencampuran secara fisik antara dua jenis polimer atau lebih yang memiliki struktur yang berbeda, tidak membentuk ikatan kovalen antara komponen-komponennya. 2.Blending kimia yaitu menghasilkan kopolimer yang ditandai dengan terjadinya ikatan-ikatan kovalen antara polimer-polimer penyusunnya. Interaksi yang terjadi di dalam poliblen antara ikatan Van Der Walls, ikatan hydrogen atau interaksi dipoldipol (Wirjosentono,1997). Pencampuran dilakukan untuk mendapatkan sifat-sifat material yang diinginkan dengan berbagai variasi seperti komposisi bahan, temperatur pencampuran lainnya. Ada tiga jenis poliblen polimer komersial yaitu polimer sintetik dengan polimer sintetik, polimer sintetik dengan polimer alam, polimer alam dengan polimer alam. Material-material ini dapat meningkatkan kekuatan stabilitas bentuk atau struktur polimer, tahan terhadap abrasi dan material yang stabil terhadap panas. Secara prinsipil pengisi yang dipakai dalam polimer dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu partikulat dan fibrus. Pengisi partikulat biasanya merupakan produk silika. Sedangkan pengi fibrus biasanya selulosa, poliester, akrilat, polivinil alkohol dan karbon.
Universitas Sumatera Utara
2.8. Pengujian kekuatan Tarik dan Kemuluran Pengujian sifat mekanik bahan polimer sangat penting karena penggunaan bahan polimer sebagai bahan industri sangat bergantung pada sifat mekanisnya. Sifat mekanik polimer merupakan salah satu sifat yang sering digunakan untuk karakteristik suatu bahan polimer. Sifat mekanik merupakan gabungan antara kekuatan yang tinggi dan elastistas yang baik,sifat ini disebabkan oleh adanya dua macam ikatan dalam bahan polimer, yakni ikatan yang kuat antara atom dan interaksi antara rantai polimer yang lemah. Kekuatan tarik adalah salah satu sifat dasar dari bahan polimer. Kekutan tarik suatu bahan didefenisikan sebagai besarnya beban maksimum (F maks) yang digunakan untuk memutuskan spesimen bahan dibagi dengan luas penampangnya pada keadaan semula. σ = Fmaks Ao Keterangan : σ
=
Kekuatan tarik bahan (Kgf/mm2}
Fmaks
=
Tegangan maksimum (Kgf)
Ao
=
Luas penampang mula-mula (mm2)
Bila suatu bahan dikenakan bahan tarikan yang disebut tegangan (gaya persatuan luas), maka bahan akan mengalami perpanjangan (regangan). Kenaikan regangan bahan polimer berbanding lurus dengan tegangan. Selain besaran kekuatan tarik (σ), sifat mekanik bahan juga diamati dari sifat kemulurannya (ε) yang didefinisikan sebagai pertambahan panjang yang dihasilkan oleh ukuran panjang spesimen akibat gaya yang diberikan. ε = It
Io x 100% Io
Keterangan : ε
=
Kemuluran (%)
Io
=
Panjang spesimen mula-mula(mm)
Universitas Sumatera Utara
It
=
Panjang spesimen setelah diberi beban (mm)
Besaran kemuluran ini berguna juga untuk mengamati sifat plastis dari bahan polimer (Wirjosentono,1993). 2.9. Analisis Spekstroskopi Infra Merah Dua variasi instrumental dari spektroskopi infra merah yaitu metode dispersif yang lebih tua, dimana prisma atau kisi dipakai untuk mendispersikan radiasi infra merah, dan metode Frourier Transform (FT) yang lebih akhir, yang menggunakan prinsip interferometri. Kelebihan-kelebihan dari FT-IR mencakup persyaratan ukuran sampel yang kecil,perkembanagan spektrum yang cepat, dan karena instrumen ini memiliki komputer yang terdedikasi, kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi spektrum (Stevens,2001). Pada saat ini spektrofotometer infra merah sering digunakan untuk keperluan analisakuantitatif, akan tetap sering juga digunakan untuk analiasa kualitatif dengan spektrofotometer ultra-lembayung dan sinar tampak. Penggunaan spektrofotometer infra merah dimaksudkan untuk analisa yang lebih baik banyak ditujukan untuk identifikasi senyawa organik. Analisa infra merah menyangkut penentuan gugus fungsi dari molekul yang memberikan regangan pada daerah serapan infra merah. Dimana daerah serapan infra merah terletak antara spektrum elektromagnetik sinar tampak dan spektrum radio yaitu 400-4000 cm-1. Ahli kimia organik pada tahun 1930 secara serius mulai memikirkan spekra infra merah sebagai salah satu yang memungkinkan untuk mengidentifikasikan senyawa mulalui gugus fungsi. Analisis infra merah memberikan informasi tentang kandungan aditif, panjang rantai, struktur polimer. Di samping itu analisis mengenai bahan polimer yang terdegradasi oksidatif dengan munculnya gugus karbonil dan pembentukan ikatan rangkap rantai polimer. Gugus lain yang menunjukkan terjadinya degradasi oksidatif adalah gugus karbonil dan karboksilat. Umumnya pita serapan polimer pada spektrum infra merah adalah adanya ikatan C-H regangan pada daerah 2880 cm-1 s/d 2900 cm-1 dan regangan dari gugus lain yang mendukung suatu analisa mineral . 2.10. Analisis Termal Deferensial (DTA) Analisi termal deferensial adalah metode yang digunakan untuk memeriksa pengaruh termal meliputi perubahan sifat fisika dan kimia dalam suatu sampel dimana
Universitas Sumatera Utara
temperaturnya divariasikan sampai terjadi transisi atau reaksi. Hal ini dilengkapi batasan-batasan proses pemanasan ataupun pendinginan (Cheremisinoff.N.P,1990). Dengan analisis termal deferensial, sampel dan referensi keduanya dipanaskan oleh sumber pemanasan yang sama, dan dicatat perbedaan temperatur (ΔT) antara keduanya. Ketika terjadi suatu transisi dalam suatu sampel tersebut, misalnya transisi gelas atau ikat silang, temperatur sampel akan tertinggal di belakang temperatur referensi jika transisi tersebut endotermik, dan akan mendahului jika transisi tersebut eksotermik. Analisi termal deferensial atau lebih dikenal dengan istilah (DTA) merupakan salah satu metode yang dilakukan untuk mengetahui kekuatan dan sifat termal suatu bahan polimer. Metode analisis ini merupakan salah satu cara untuk mengetahui perbedaan temperatur lebur antara sampel dan senyawa pembanding, baik pembanding itu dilakukan terhadap waktu ataupun terhadap temperatur. Dengan analisis termal deferensial, sampel dan referensi keduanya dipanaskan oleh sumber pemanasan yang sama, dan dicatat perbedaan temperaturnya antara keduanya. Ketika terjadi suatu transisi dalam suatu sampel tersebut, misalnya transisi glass atau ikat silang, temperatur sampel akan tertinggal di belakang temperatur referensi jika transisi tersebut endotermik, dan akan mendahului jika transisi tersebut eksotermik.
Universitas Sumatera Utara