BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Kesanggupan berolahraga
2.1.1.
Definisi Secara harfiah arti kesanggupan berolahraga ialah kecocokan fisik atau
kesesuaian jasmani. Secara akademis, pengertian kesanggupan berolahraga hanya menunjukkan keterkaitan antara kemampuan fisik yang dimiliki seseorang pada saat itu dengan tugas fisik yang harus dilakukan (Giriwijoyo, 2000). Sebelum melakukan latihan terlebih dahulu harus mengenal Ilmu Faal Dasar. Ilmu faal dasar menjelaskan fungsi atau cara kerja organ-organ tubuh serta perubahan-perubahan yang terjadi akibat pengaruh dari dalam maupun dari luar tubuh. Pengaruh itu dapat terjadi secara sendiri-sendiri atau secara bersamaan. Misalnya bagaimana jantung dan paru melaksanakan fungsinya masing-masing di waktu istirahat dan di waktu berolahraga (Giriwijoyo, 2000).
2.1.2. Ilmu Faal Dasar a.
Sistematika Anatomi Tubuh manusia dalam hal ini jasmani atau raga tersusun dari sekumpulan
struktur-struktur (organ) dalam ikatan kerja-sama yang secara anatomis disebut sebagai sistema dan terdiri dari Sistem: •
Skelet = kerangka
•
Muskular = otot
•
Nervorum = syaraf
•
Hemo–hidro-limfatik = darah-cairan jaringan-getah bening
•
Respirasi = pernafasan
•
Kardiovaskular = jantung – pembuluh darah
•
Termoregulasi = Tata suhu tubuh
•
Digestivus = pencernaan
•
Ekskresi = pembuangan
•
Endokrin = hormon
Universitas Sumatera Utara
•
Sensoris = pengindera
•
Reproduksi = pemulih generasi (Giriwijoyo, 2000).
b.
Sistematika Fisiologik Setelah mengenali struktur-struktur anatomis secara sistematis beserta
masing-masing fungsinya, maka menjadi lebih mudah untuk memahami fungsi dari struktur-struktur tersebut serta tata hubungan fungsionalnya. Fungsi jasmani yang terdiri dari berbagai macam sistema
itu ialah untuk bergerak,
mempertahankan hidup, bekerja, mendapatkan kepuasan hidup lahir dan batin. Oleh karena itu jasmani dapat disebut sebagai satu SISTEMA (untuk) KERJA = SK atau ERGOSISTEMA = ES (ergo = kerja). Jadi Ergosistema adalah sekumpulan struktur-struktur anatomis yang secara bersama-sama menjadi satu kesatuan fungsional (fisiologis) yang aktif pada waktu bekerja atau berolahraga. Dalam menjalankan fungsinya sebagai satu ergosistema, sistema-sistema anatomis tersebut secara fisiologis dikelompokkan menjadi tiga kelompok dan jadilah Sistematika Fisiologik yaitu: a. Perangkat Pelaksana gerak, disebut Ergosistema Primer -I atau Sistema Kerja Primer -I yang terdiri dari: •
Sistema skelet
•
Sistema muskular
•
Sistema nervorum
b. Perangkat Pendukung gerak, disebut Ergosistema Sekunder –II atau Sistem Kerja Sekunder –II yang terdiri dari: •
Sistema hemo-hidro-limfatik
•
Sistema respirasi
•
Sistema kardiovaskular
c. Perangkat Pemulih/Pemelihara, disebut Ergosistema Tersier -III atau Sistem Kerja Tersier -III yang terdiri dari: •
Sistema digestivus
•
Sistema ekskresi
Universitas Sumatera Utara
•
Sistema reproduksi
ES-III ini berperan lebih dominan pada istirahat. Pada waktu bekerja atau berolahraga, Ergosistema yang berperan dominan adalah ES-I dan ES-II. Sistema endokrin berfungsi sebagai regulator internal yang bersifat humoral. Sedangkan sistema sensoris berfungsi sebagai komunikator external maupun internal. Sistem Termoregulasi berfungsi menata suhu tubuh. Kedua sistem tersebut terakhir tidak hanya berperan pada masa pemulihan/istirahat, tetapi bahkan berperan lebih penting dalam olahraga. Seluruh Ergosistema tersebut diatas secara terkoordinasi mempunyai satu tujuan akhir yang sama yaitu berusaha memelihara homeostasis pada istirahat maupun pada kerja/ olahraga (Giriwijoyo, 2000).
2.1.3. Tes Kesanggupan Jasmani Kesanggupan jasmani adalah derajat sehat dinamis seseorang yang merupakan kemampuan jasmani yang menjadi dasar untuk keberhasilan pelaksanaan tugas yang harus dilaksanakan. Oleh karena itu diperlukan pembinaan dan pemeliharaan kebugaran jasmani seseorang. Komponen Kebugaran Jasmani secara anatomis terdiri dari : ES-I dan ESII. ES-I terdiri dari: •
Kerangka dengan persendiannya
•
Otot
•
Saraf
a. ES-II terdiri dari: •
Darah dan cairan tubuh
•
Perangkat pernafasan
•
Perangkat kardiovaskular
b. Komponen Kebugaran Jasmani secara fisiologis adalah fungsi dasar dari komponen-komponen anatomis tersebut di atas yaitu: 1. ES-I yang wujud fungsionalnya adalah: •
flexibilitas
•
kekuatan dan daya tahan otot
•
fungsi koordinasi saraf
Universitas Sumatera Utara
2. ES-II yang wujud fungsionalnya adalah: •
daya tahan umum.
3. Secara fungsional, ES-I mewujudkan: •
kapasitas anaerobik yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal primer.
4.
ES-II mewujudkan: •
kapasitas aerobik (VO2 max) yang merupakan faktor pembatas kemampuan maximal sekunder (Giriwijoyo, 2000).
2.1.4. Indikator Untuk Menilai Intensitas Akitvitas Fisik Denyut nadi merupakan indikator untuk melihat intensitas olahraga yang sedang dilakukan. Pada satu orang, terdapat hubungan yang linier antara intensitas aktivitas fisik dengan denyut nadi, artinya: peningkatan intensitas olahraga akan diikuti dengan peningkatan denyut nadi yang sesuai. Sedang pada 2 orang yang berbeda, tinggi frekuensi denyut nadi yang dicapai untuk beban kerja yang sama ditentukan oleh tingkat kebugaran jasmaninya masing-masing. Artinya beban kerja objektif yang sama akan memberikan intensitas relatif yang berbeda, tergantung pada tingkat kebugaran jasmaninya dan karena itu memberikan frekuensi denyut nadi yang berbeda. Bermacam-macam cara dipergunakan orang untuk menentukan denyut nadi maksimal dan denyut nadi olahraga. Denyut nadi maksimal (DNM) rumus: DNM = 220 – umur. (Cooper 1994) Pemantauan denyut nadi setiap kali dilakukan segera setelah selesai melakukan olahraga kesehatan - dalam batas waktu 10 detik dan selalu harus dilakukan untuk mengetahui berapa nilai denyut nadi yang dicapainya. Menghitung denyut nadi latihan selama melakukan aktivitas olahraga sulit dilakukan, oleh karena itu denyut nadi latihan dihitung segera setelah orang berhenti/ menghentikan olahraganya. Namun waktu yang tersedia hanya 10 detik, lebih dari waktu itu nadi latihan sudah menurun, sehingga bila terlambat menghitung denyut nadi maka nadi yang diperoleh tidak mencerminkan nadi latihan yang sebenarnya, tetapi lebih rendah.
Universitas Sumatera Utara
Kegiatan olahraga kesehatan aerobik mengambil waktu minimal 10 menit yang disebut sebagai waktu minimal yang efektif untuk meningkatkan kapasitas aerobik seseorang, sedangkan waktu maksimalnya ialah 20 menit yang disebut sebagai waktu maksimal yang efisien (Giriwijoyo, 2000).
2.2.
Denyut Nadi
2.2.1. Definisi Denyut nadi merupakan rambatan dari denyut jantung yang dihitung tiap menitnya dengan hitungan repetisi (kali/menit), dengan denyut nadi normal 60100 kali/menit (Majid, 2005). Jantung merupakan organ berongga empat dan berotot yang berfungsi memompa darah lewat sistem pembuluh darah. letak jantung di dalam rongga dada sebelah depan (cavum mediastinum anterior) sebelah kiri bawah dari pertengahan rongga dada, di atas diafragma dan pangkalnya terdapat di belakang kiri, pada tempat ini terjadi pukulan jantung yang disebut iktus kordis.jantung menggerakkan darah dengan konstraksi yang kuat dan teratur dari serabut otot yang membentuk dinding pada rongga-rongganya. Pola konstraksi sedemikian rupa, sehingga kedua bilik berkontraksi serempak dan hampir 1/10 detik kemudian dan kedua serambi berkontraksi bersama-sama (Kasiyo Dwijowinoto, 1993). Untuk mengetahui kecepatan denyut jantung seseorang dapat dilakukan dengan menggunkaan pulse rate, yaitu dengan cara menghitung perubahan tibatiba dari tekanan yang dirambatkan sebagai gelombang pada dinding darah, sedangkan pengukuran dapat dilakukan pada : 1) Arteri Karotis (daerah leher), 2) Arteri Radialis (peregelangan tangan), 3) Arteri Femoralis (lipat paha), 4) Arteri Poplitea, 5) Arteri Dorsalis Pedis (daerah dorsum pedis), 6) Arteri Temporalis (ventral daun telinga).
Universitas Sumatera Utara
Sedangkan untuk mengetahui sirkulasi darah tersebut yang paling sederhana dengan pemeriksaan denyut nadi. Jadi secara tidak langsung denyut nadi sebagai indeks kerja jantung memiliki peranan yang penting bahkan dapat mengukur tingkatan seseorang saat latihan. Denyut nadi merupakan sebagaian besar indeks pekerjaan jantung tetapi elastilitas pembuluh darah yang lebih besar, viskositas darah, resistensi arteriol dan kapiler memegang peranan dalam menetapkan sifat-sifat tertentu dari denyut nadi (Hairy, 1993). Usia sangat berperan penting dalam menentukan denyut nadi seseorang saat latihan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 2.1. Tabel 2.1. Prediksi Rata-rata Maksimum Denyut Jantung Pada Tes Latihan Usia 20 Denyut Nadi
25
30
35
40
45
50
55
60
65
70
75
80
197 195 193 191 189 187 184 182 180 178 176 174 172
*Ameican Heart Association Subcommittee on rehabilitation target group: standards for cardiovascular exercise treatment programs. Circulation 59:1084A-1090A, 1979 by permission of The American Heart Association, Inc.
2.3.
Paru
2.3.1. Definisi Paru-paru adalah salah satu organ pada sistem pernapasan yang berfungsi sebagai
tempat
bertukarnya
oksigen
dari
udara
yang
menggantikan
karbondioksida di dalam darah. Proses ini dinamakan sebagai respirasi dengan menggunakan bantuan haemoglobin sebagai pengikat oksigen. Setelah oksigen didalam darah diikat oleh haemoglobin, selanjutnya dialirkan ke seluruh tubuh. Dalam tubuh manusia oksigen digunakan sel-sel tubuh dalam proses pelepasan energi. Proses tersebut selain menghasilkan energi juga menghasilkan karbon oksida yang harus dikeluarkan dari tubuh. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paruparu disebut pleura dalam dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan tulang rusuk disebut pleura luar. Paru-paru tersusun oleh
Universitas Sumatera Utara
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai tulang rawan, tetapi rongga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus alveolaris mangandung gelembunggelembung yang disebut alveolus (Soejono, 1999)
2.3.2. Proses Pernapasan Proses pernapasan meliputi dua proses, yaitu menarik napas (inspirasi) serta mengeluarkan napas (ekspirasi). Sewaktu menarik napas, otot diafragma berkontraksi, dari posisi melengkung ke atas menjadi lurus. Bersamaan dengan itu, otot-otot tulang rusuk pun berkontraksi. Akibat dari berkontraksinya kedua jenis otot tersebut adalah mengembangnya rongga dada sehingga tekanan dalam rongga dada berkurang dan udara masuk. Pada saat mengeluarkan napas, otot diafragma dan otot-otot tulang rusuk melemas. Akibatnya, rongga dada mengecil dan tekanan udara di dalam paru-paru naik sehingga udara keluar. Pernapasan berdasarkan organ yang terlibat dalam peristiwa inspirasi dan ekspirasin terjadi secara bersamaan.
2.3.3. Kapasitas Paru Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan dibagi menjadi empat bagian, yaitu: 1. Kapasitas Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi. Besarnya ± 3500 ml, dan merupakan jumlah udara yang dapat dihirup seseorang mulai pada tingkat ekspirasi normal dan mengembangkan paru sampai jumlah maksimum. 2. Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume residu. Besarnya ± 2300 ml, dan merupakan besarnya udara yang tersisa dalam paru pada akhir eskpirasi normal. 3. Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume tidal + volume cadangan ekspirasi. Besarnya ± 4600 ml, dan
Universitas Sumatera Utara
merupakan jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan dari paru, setelah terlebih dahulu mengisi paru secara maksimal dan kemudian mengeluarkannya sebanyak-banyaknya. 4. Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu. Besarnya ±5800 ml, adalah volume maksimal dimana paru dikembangkan sebesar mungkin dengan inspirasi paksa (Guyton & Hall, 1996; Astrand, 1970).
2.4.
Masa pemulihan
2.4.1. Definisi Denyut jantung pemulihan adalah pengukuran diambil untuk membantu menentukan seberapa baik jantung berfungsi setelah melakukan latihan (Lori Newell, 2011). Hal ini mengacu pada kemampuan jantung untuk kembali sendiri ke irama normal setelah meningkat selama latihan. 2.4.2. Cara Mengukur Masa Pemulihan Untuk menemukan tingkat pemulihan denyut jantung, pertama-tama membawa dan mencatat tingkat pra-latihan jantung. Kemudian melakukan treadmill test. Dalam tes sederhana, latihan dilakukan selama sekitar 10 menit. Dalam latihan, seseorang akan berjalan diatas treadmill sampai orang tersebut terlalu lelah untuk melanjutkannya. Denyut jantung kemudian akan dipantau selama sesi latihan. Setelah berhenti berolahraga, kemudian orang tersebut duduk dan diambil denyut jantungnya untuk melihat seberapa meningkatnya denyut jantungnya. Kemudian mengambil tingkat pemulihan jantungnya setiap 15 detik untuk menit pertama, kemudian setelah setiap menit sampai kembali ke tingkat pra-latihannya. Ini adalah pemulihan detak jantungnya dimana jumlah waktu yang dibutuhkan bagi jantungnya untuk pulih dari latihan. Jika seseorang dalam keadaan fit dan kondisi baik melakukan olah raga tersebut, denyut jantungnya harus cepat kembali normal dalam waktu 10 sampai 15 menit setelah latihan. Pemulihan jantung normal didefinisikan sebagai penurunan denyut nadi 15 sampai 25 denyut per menit (Lori Newel, 2011).
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan tingkat pemulihan seseorang, digunakan rumus berikut: Pemulihan detak jantung = (latihan detak jantung - denyut jantung pemulihan setelah 1 menit) / 10 Monitor denyut nadi latihan segera di akhir latihan. Tepat satu menit setelah latihan, ambil denyut jantungnya lagi. Kurangi satu-menit pemulihan tukar dari detak jantung latihan dan membagi angka ini dengan 10. Semakin tinggi nomor tingkat pemulihan, dengan cepat denyut jantung telah pulih dari latihan. Untuk menilai pernapasan, pertama dilihat berapa konsumsi oksigen dan ventilasi paru dalam latihan. Konsumsi oksigen normal pada pria dewasa sewaktu istirahat adalah sekitar 250 ml/menit. Dimana konsumsi oksigen dan ventilasi paru total meningkat sekitar 20 kali antara keadaan istirahat dan latihan (Guyton, 2007). Perhitungan dilakukan dari pernapasan sebelum latihan dan setelah selesai latihan.
2.5.
Protokol latihan Daya guna uji latihan fisik tergantung pada jenis latihan fisik. Beberapa
latihan atau protokol yang digunakan meliputi peningkatan secara progresif terhadap rata-rata kerja tanpa adanya waktu istirahat diantara perubahan dari peningkatan rata-rata kerja tersebut (Washington dkk, 1994). Beberapa protokol latihan yang digunakan dalam uji latihan fisik , antara lain: 1) Protokol Balke 2) Protokol Bruce 3) Protokol James 4) Protokol Siklus 5) Protokol Strong Protokol Balke yaitu protokol yang memiliki kecepatan 3,7 kg/jam latihan dengan penunjukkan kemiringan yang konstan. Bagi seseorang yang bugar dan aktif, protokol ini terlalu lama dan tingkat kemiringannya terlalu rendah (Washington dkk, 1994). Protokol Bruce ini menggunakan stadium.kecepatan dan derajat stadium meningkat setiap 3 menit, mulai dari 1,7 sampai 6 mph dan dari 10% - 22%
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan protokol Bruce ini ialah dapat digunakan untuk semua umur dan respon fisiologi untuk kerja submaksimal dapat diukur, oleh karena protokol ini menggunakan waktu yang lebih lama dari protokol lainnya yaitu 12 menit dapat membuat seseorang menjadi bosan. Protokol James merupakan protokol yang spesifik yang berdasarkan luas permukaan tubuh. Protokol ini bertujuan untuk mencapai keadaaan yang melelahkan sehingga dapat mempengaruhi tenaga maksimal yang dikeluarkan serta untuk mengukur perubahan fisiologis yang terjadi selama uji latihan fisik (Washington dkk, 1994). . Protokol siklus adalah protokol yang memiliki irama bervariasi antara 50 dan 60 rpm dengan lama stadium berbeda bertujuan untuk meningkatkan beban kerja (Washington dkk, 1994). Protokol Strong adalah protokol yang bertujan untuk menentukan kapasitas kerja fisik pada frekuensi denyut jantung 170 kali permenit dan untuk membandingkan tingginya kerja sampai menunjukkan kelelahan atau kapan latihan fisik dihentikan (Washington dkk, 1994).
2.6.
VO2max
2.6.1. Definisi Volume oksigen maksimal (VO2 max) merupakan ukuran yang sering digunakan pada kebugaran aerobik dan menunjukkan rata-rata energi maksimal yang ditimbulkan oleh sistem energi aerobik. VO2max ditentukan oleh kemampuan sistem pernapasan dan kardiovaskuler terhadap pengiriman oksigen ke otot skeletal yang mengalami kontraksi serta kemampuan otot dalam mengkonsumsi oksigen (Hargeaves, 2003). Secara latihan fisik maksimum, denyut nadi jantung dan isi sekuncup meningkat sekitar 95% dari nilai maksimal. Oleh karena curah jantung adalah isi sekuncup jantung, maka curah jantung juga meningkat. VO2max lebih banyak dipengaruhi oleh sistem jantung dibandingkan sistem pernapasan. Hal ini disebabkan jumlah oksigen yang digunakan tubuh tidak pernah melebihi nilai rata-rata oksigen yang dikirim oleh sistem jantung ke
Universitas Sumatera Utara
jaringan (Guyton, 2007). Tingkat kesanggupan berolahraga berdasarkan VO2 max dapat dilihat pada tabel 2.2. Tabel 2.2. Kategori Tingkat Kesanggupan Berdasarkan Usia untuk Laki-laki Fitness Category*
<30 tahun
30 – 39 tahun
40 – 49 tahun
50-59 tahun
Very poor (ml/kg/min)
<14.59
<13.59
<12.29
<10.02
Poor (ml/kg/min)
15.00-18.06
14.00-16.59
12.30-15.29
10.03-12.59
Fair (ml/kg/min)
18.07-22.05
17.00-20.59
15.30-19.59
13.00-16.59
Good (ml/kg/min)
22.06-26.00
21.00-24.42
20.00-23.13
17.00-20.29
Excellent (ml/kg/min)
26.01-28.59
24.43-27.09
23.14-26.15
20.30-23.59
Superior (ml/kg/min)
29.00+
27.10+
26.16+
24.00+
*Based on the Cooper Clinic modified Balke treadmill protocol
2.7.
Tingkat Kesanggupan berolahraga
Tingkat kesanggupan berolahraga antara lain: 1. Kardiorespiratori atau Daya Tahan Aerobik Kemampuan untuk melakukan aktivitas yang beratnya sedang pada jangka waktu tertentu. Kemampuan merefleks bagaimana baik jantung dan paru-paru bekerjasama untuk memasukkan oksigen ke dalam tubuh selama penggunaan dan latihan. 2. Daya Tahan Otot Kemampuan untuk menahan posisi khusus untuk waktu yang terus-menerus atau mengulang gerakan berulangkali. 3. Kekuatan Otot Kemampuan untuk menggunakan kekuatan maksimum, seperti mengangkat beban terberat yang bisa dialihkan 1 kali. Ini memungkinkan mempunyai
Universitas Sumatera Utara
kekuatan otot pada satu tempat, seperti di tangan, sedangkan kekuatan berkurang di tempat lain seperti di kaki. 4. Kelenturan Kemampuan untuk menggerakkan sendi penuh dengan gerakan; elastisitas otot. Jaringan otot, yang mencapai 40 % sampai 50 % berat tubuh. Pada umumnya tersusun dari sel-sel kontraktil yang disebut serabut otot. Melalui kontraksi, sel-sel otot menghasilkan pergerakan dan melakukan pekerjaan. (Ethel Sloane, 2001) 5. Komposisi Tubuh Proporsi lemak dalam tubuh berbanding dengan tulang dan otot ketika suatu potensi tindakan telah melintas neuromuscular simpangan dan kemudian telah menyebar di (dalam) kedua-duanya arah sepanjang serabut otot yaitu 003 detik (Guyton , 2001)
2.8.
Merokok
2.8.1. Kebiasaan Merokok Merokok adalah membakar tembakau yang kemudian diisap asapnya, baik menggunakan rokok maupun menggunakan pipa. Asap rokok yang dihisap atau asap rokok yang dihirup melalui dua komponen: komponen yang lekas menguap berbentuk gas dan komponen yang bersama gas terkondensasi menjadi komponen partikulat. Dengan demikian, asap rokok yang diisap berupa gas sejumlah 85% dan sisanya berupa partikel (Harrisons, 1987). Merokok dapat mengganggu kesehatan, rokok secara luas telah menjadi salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. Rata- rata merokok yang dilakukan oleh kebanyakan laki-laki dipengaruhi oleh faktor psikologis meliputi rangsangan sosial melalui mulut, ritual masyarakat, menunjukkan kejantanan, mengalihkan diri dari kecemasan, kebanggaan diri. Selain faktor psikologis juga dipengaruhi oleh faktor fisiologis yaitu adiksi tubuh terhadap bahan yang dikandung rokok seperti nikotin atau juga disebut kecanduan nikotin (Sitepoe, 1997).
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Bahan-Bahan Kimia Asap Rokok dan Dampaknya bagi Tubuh a.
Nikotin Komponen ini terdapat di dalam asap rokok dan juga di dalam tembakau
yang tidak dibakar. Nikotin memegang peranan penting dalam ketagihan merokok. Nikotin bersifat toksis terhadap jaringan syaraf, juga menyebabkan tekanan darah sistolik dan diastolik mengalami peningkatan. Denyut jantung bertambah, kontraksi otot jantung seperti dipaksa, pemakaian oksigen bertambah, aliran darah pada pembuluh koroner bertambah, dan vasokonstriksi pembuluh darah perifer. Nikotin meningkatkan kadar gula darah, kadar asam lemak bebas, kolesterol LDL dan meningkatkan agregasi sel pembekuan darah. b.
Tar Dalam tar dijumpai kanserogenik yaitu polisiklik hidrokarbon aromatis
yang memicu kanker paru. Selain itu, juga dijumpai N nitrosoamine nikotin di rokok yang berpotensi besar sebagai kanserogenik terhadap jaringan paru-paru. c.
Gas karbonmonoksida Gas karbonmonoksida bersifat toksis yang bertentangan dengan gas
oksigen dalam transport hemoglobin. Dalam rokok terdapat 2-6 % gas karbon oksida yang diisap saat merokok, sedangkan gas karbon oksida yang diisap oleh perokok paling rendah 400 ppm (part per million) sudah dapat meningkatkan kadar karbosi-hemoglobin dalam darah sejumlah 2-6 %. Kadar normal karboksihemoglobin hanya 1% pada bukan perokok. Apabila keadaan terus berjalan maka terjadi polisitemia yang akan mempengaruhi syaraf pusat. d.
Timah Hitam Timah hitam merupakan partikel asap rokok. Setiap satu batang rokok
yang diisap di perhitungkan mengandung 0,5 mikrogram, sedangkan batas bahaya kadar PB dalam tubuh adalah 20 mikrogram/hari (Sitepoe, 2000). 2.8.3. Hubungan Merokok Terhadap Kapasitas Kesanggupan berolahraga Pada sistem kardiovaskular, nikotin berfungsi sebagai perangsang terhadap jantung, yaitu dengan melepaskan catecholamine yang dapat menaikkan tekanan darah, denyutan jantung dan jumlah oksigen yang diperlukan, juga dapat merangsang susunan saraf. Nikotin ini mengikat dan merangsang sel otak melalui
Universitas Sumatera Utara
central nicotinic cholinergic receptors sehingga diaktifkan
yang
mengakibatkan
keluarnya
neurohumoral pathways hormon
dan
berbagai
neurotransmitters. Efek ini segera dirasakan dalam waktu 7 detik setelah orang mengisap dan mengeluarkan asap rokok yang pertama (Liwidjaja, 2005). Bilamana penyempitan terjadi di pembuluh darah jantung, maka kekurangan oksigen pada jantung menimbulkan perasaan nyeri yang hebat yang disebut angina. Pada penyumbatan total, sebagian dari jantung tidak akan mendapat darah dan otot jantung tersebut akan mati sehingga penderita akan mendapat serangan jantung. Penyakit ini umumnya terdapat pada perokok. Hal demikian membuat seseorang mudah lelah saat berolahraga. Kesanggupan berolahraga juga ditentukan oleh sistem pernafasan. Pada sistem pernafasan efek rokok menyebabkan iritasi bronkial dengan sekresi lendir yang berlebihan, batuk, peningkatan resistensi terhadap aliran udara, kelumpuhan sementara silia, dan penurunan resistensi terhadap infeksi pernapasan. Karbon monoksida yang terkandung dalam rokok dapat memblokir transpor oksigen ke jantung dan otot saat berolahraga (Strauss,1984). Karena asap rokok mengandung sejumlah besar karbon monoksida (sampai 4 persen berdasarkan volume) menyebabkan kapasitas pengangkutan oksigen darah berkurang, bahkan setelah hanya menghisap satu batang rokok (Strauss,1984). Pada beban latihan ringan (ventilasi paru kurang dari 10 liter per menit), kenaikan resistensi saluran napas mungkin diabaikan. Namun, dengan tarif kerja yang lebih tinggi, ventilasi paru per menit dapat dikurangi, sehingga menghasilkan kinerja latihan yang optimal. Dengan semuanya itu, bahkan perokok ringan sekalipun sering merasakan adanya tahanan pernapasan selama latihan maksimum, dan tingkat kinerjanya dapat berkurang (Guyton, 2007). Karena efek ini dan asosiasi merokok dengan kanker paru-paru dan PPOK, Merokok harus dihindari oleh mereka yang ingin berolahraga.
Universitas Sumatera Utara