BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Motivasi 2.1.1 Definisi motivasi Motivasi berasal dari kata motif yang memiliki makna daya penggerak yang akan menjadi aktif jika disertai dengan kebutuhan yang akan terpenuhi (Setiawati, 2008). Motivasi menurut Mc.Donald (Nursalam, 2008) adalah perubahan energi dalam diri seseorang berupa tindakan dalam pencapaian tujuan. Motivasi juga dapat diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu, sehingga individu mau melakukan tindakan dalam pencapaian tujuan. Stoner dan Freeman (Nursalam, 2008) mengatakan motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yang memberi kontribusi pada tingkat komitmen seseorang. Hal ini termasuk faktor-faktor yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku manusia dalam arah tekad tertentu. Sedangkan Michel J. Jucius (Achmad, 2007) menyebutkan motivasi sebagai kegiatan memberikan dorongan kepada seseorang atau diri sendiri untuk mengambil suatu tindakan yang dikehendaki. Namun menurut Dadi Permadi (Achmad, 2007) motivasi adalah dorongan dari dalam untuk berbuat sesuatu, baik yang positif maupun yang negatif. Sedangkan menurut Ngalim Purwanto (Nursalam, 2008), motivasi merupakan
segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan
pekerjaan atau menjalankan kekuasaan. Motivasi juga merupakan apa saja yang
Universitas Sumatera Utara
diperbuat manusia, baik yang penting maupun kurang penting, yang berbahaya maupun yang tidak mengandung resiko, selalu ada motivasinya. Ini berarti, apa pun tindakan yang dilakukan seseorang selalu ada motif tertentu sebagai dorongan ia melakukan tindakannya itu. Jadi, setiap kegiatan yang dilakukan individu selalu ada motivasinya. Berdasarkan deskripsi di atas, motivasi dapat dirumuskan sebagai sesuatu kekuatan atau energi yang menggerakkan tingkah laku seseorang untuk beraktivitas. Lebih
lanjut
memotivasi adalah proses manajemen untuk
mempengaruhi tingkah laku manusia berdasarkan pengetahuan berdasarkan pengetahuan mengenai apa yang membuat orang tergerak (Nursalam, 2008). Stans ford (Nursalam 2008), menyatakan bahwa ada tiga point penting dalam pengertian motivasi yaitu hubungan antara kebutuhan, dorongan dan tujuan. Kebutuhan muncul karena adanya sesuatu yang kurang dirasakan oleh seseorang baik
foisiologis maupun psikologis. Dorongan merupakan arahan
untuk memenuhi kebutuhan tadi, sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus motivasi (Luthans, 1998). Dalam konteks studi psikologi, Abin Syamsudin
Makmur (Sudrajat,
2008), mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi individu dapat dilihat dari beberapa indikator diantaranya: durasi kegiatan, frekuensi kegiatan, persistensi pada kegiatan, ketabahan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan, pengorbanan untuk mencapai tujuan, tingkat aspirasi yang hendak dicapai, tingkat kualifikasi prestasi dan arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
2.2 Teori-teori motivasi Landy dan Becker (Nursalam, 2008), mengelompokan teori motivasi dalam teori dan praktik menjadi lima katagori, yaitu: teori kebutuhan, teori penguatan, teori keadilan, teori harapan dan teori penetapan sasaran. Sedangkan sudrajat (2008), mengemukakan beberapa teori motivasi, antara lain: teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan), teori Mc Clelland (teori kebutuhan berprestasi), teori Clyton Alderfer (teori ERG), teori Herzberg (Teori dua faktor), teori keadilan, teori penetapan tujuan, teori Victor H. Room (teori harapan), teori penguatan dan modifikasi prilaku, serta teori kaitan imbalan dengan prestasi. Berikut ini akan dijelaskan lebih lanjut tentang beberapa teori motivasi.
1. Teori Abraham H. Maslow (teori kebutuhan) Teori kebutuhan menurut Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat kebutuhan, yaitu: kebutuhan fisiologikal, seperti rasa lapar, haus, istirahat dan seks; kebutuhan rasa aman, tidak hanya dalam arti fisik semata tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; kebutuhan akan kasih sayang; kebutuhan akan harga diri, yang umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan aktuailsasi diri, dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kenyataan yang nyata (Sudrajat, 2008). Sedangkan Nursalam (2008),
mengatakan bahwa teori kebutuhan
memfokuskan pada kebutuhan orang untuk hidup berkecukupan.
Dalam
praktiknya, teori kebutuhan berhubungan dengan bagian pengkaryaan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan. Menurut teori kebutuhan, seseorang
Universitas Sumatera Utara
mempunyai motivasi kalau dia belum mencapai tingkat kepuasan tertentu dengan kehidupannya. Kebutuhan yang telah terpuaskan bukan lagi menjadi motivator.
2. Teori Mc Clelland (Teori kebutuhan berprestasi) Menurut Sudrajat (2008), meyatakan bahwa dalam teori ini motivasi seseorang berbeda-beda sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang untuk berprestasi.
Kebutuhan untuk
berprestasi tersebut
merupakan keinginan
melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Individu mengharapkan konsekuensi tertentu dari tingkah laku mereka. Harapan ini nantinya akan mempengaruhi keputusan tentang bagaimana cara mereka bertingkah laku. Harapan orang mengenai tingkat keberhasilan mereka dalam melaksanakan tugas yang sulit akan berpengaruh pada tingkah laku. Tingkah laku seseorang sampai tingkat tertentu akan tergantung pada tipe hasil yang diharapkan (Nursalam, 2008).
3. Teori Clyton Alderfer (Teori ERG) Teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Teori Alderfer menyatakan bahwa makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya,
kuatnya keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang
lebih tinngi semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah duipuaskan. Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuaskan kebutuhan yang lebih mendasar (Sudrajat, 2008).
Universitas Sumatera Utara
4.
Teori Herzberg (Teori dua faktor) Teori ini dikenal dengan teori dua faktor dari motivasi, yaitu faktor
motivasional dan
faktor hygiene atau pemeliharaan. Yang dimaksud faktor
motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dari dalam diri seseorang. Sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan prilaku seseorang dalam kehidupannya (Sudrajat, 2008).
5.
Teori keadilan; Menurut Nursalam (2008), teori keadilan didasarkan pada asumsi bahwa
faktor utama dalam motivasi pekaryaan adalah evaluasi individu atau keadilan dari penghargaan yang diterima. Individu akan termotivasi jika hal mereka dapatkan seimbang dengan usaha yang mereka kerjakan diharapkan.
6. Teori penetapan tujuan Edwin Locke (Sudrajat, 2008), mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat mengarahkan
perhatian,
macam mekanisme motivasional yaitu tujuan-tujuan tujuan-tujuan
mengatur
upaya,
tujuan-tujuan
meningjatkan persistensi, tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencanarencana kegiatan.
Universitas Sumatera Utara
7. Teori Victor H. Room (teori harapan) Teori ini menyatakan cara memilih dan bertindak dari berbagai alternatif tingkah laku, berdasarkan harapannya apakah ada keuntungan yang diperoleh dari tiap tingkah laku (Nursalam, 2008).
8. Teori penguatan Ahli psikologi Skinner (Nursalam: 2008), menjelaskan bagaimana konsekuensi tingkah laku dimasa lampau akan mempengaruhi tindakan dimasa depan dalam proses belajar silkis. Dalam pandangan ini, tingkah laku sekarela seseorang terhadap suatu situasi atau peristiwa merupakan penyebab dari konsekuensi tertentu. Teori penguatan menyangkut ingatan orang mengenai pengalaman rangsangan atau respon konsekuensi. Menurut teori penguatan, seseorang akan termotivasi jika dia memberikan respon pada rangsangan pada pola tingkah laku yang konsisten sepanjang waktu.
2.3 Fungsi motivasi Setiawati (2008), menyebutkan beberapa fungsi motivasi, yaitu: 1.
Motivasi sebagai pendorong individu untuk berbuat. Fungsi motivasi dipandang sebagai pendorong seseorang untuk berbuat sesuatu. Motivasi akan menuntut individu untuk melepaskan energi dalam kegiatannya.
2. Motivasi sebagai penentu arah perbuatan Motivasi akan menuntun seseorang untuk melakukan kegiatan yang benar-benar sesuai dengan arah dan tujuan yang ingin dicapai.
Universitas Sumatera Utara
3. Motivasi sebagai proses seleksi perbuatan Motivasi akan memberikan dasar pemikiran bagi individu untuk memprioritaskan kegiatan mana yang harus dilakukan. 4.
Motivasi sebagai pendorong pencapaian prestasi Prestasi dijadikan motivasi utama bagi seseorang dalam melakukan kegiatan.
2.4 Jenis motivasi Motivasi terdiri atas motivasi instrinsik, motivasi ekstrinsik dan motivasi terdesak. Yang dimaksud dengan motivasi instrinsik adalah motivasi yang datangnya dari dalam diri individu. Motivasi ekstrinsik merupakan motivasi yang datangnya dari luar
diri individu. Sedangkan motivasi terdesak merupakan
motivasi yang muncul dalam kondisi terjepit dan muncul serentak dan cepat sekali (Nursalam, 2008). Sedangkan Achmad (2006), mengklasifikasikan motivasi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik yaitu motivasi internal yang timbul dari dalam diri pribadi seseorang itu sendiri, seperti sistem nilai yang dianut, harapan, minat, cita-cita, dan aspek lain yang secara internal melekat pada seseorang. Sedangkan motivasi ekstrinsik yaitu motivasi eksternal yang muncul dari luar diri pribadi seseorang, seperti kondisi lingkungan kelassekolah, adanya ganjaran berupa hadiah (reward) bahkan karena merasa takut oleh hukuman (punishment) merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi)
Universitas Sumatera Utara
Muba (2009), menjelaskan bahwa motivasi dapat diartikan sebagai kekuatan (energi) penggerak seseorang yang dapat menimbulkan tingkat persistensi dan entusiasmenya dalam melaksanakan suatu kegiatan, baik yang bersumber dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi intrinsik) maupun dari luar individu (motivasi ekstrinsik). Seseorang yang mempunyai motivasi berarti ia telah memperoleh kekuatan untuk mencapai kesuksesan dan keberhasilan dalam kehidupan..
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya.. Motivasi yang berasal dari dalam diri yaitu yang didorong oleh faktor kepuasan dan ingin tahu .Jenis motivasi ini timbul dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri.yang kemudian disebut juga dengan motivasi intrinsik. Sedangkan motivasi yang berasal dari luar yaitu perangsang ataupun stimulus dari luar (sebagai contohnya ialah nilai, hadiah serta bentuk-bentuk penghargaan lainnya) adalah motivasi ekstrinsik. Jenis motivasi ini timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, suruhan, atau paksaan dari orang lain sehingga dengan keadaan demikian siswa mau melakukan sesuatu atau belajar (Muba, 2009).
Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan dari luar yang bertujuan menggerakkan individu untuk melakukan suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu itu sendiri. Motivasi ekstrinsik ini dapat
Universitas Sumatera Utara
dirangsang dalam bentuk-bentuk seperti pujian, insentif, hadiah, dan nilai. Selain itu membentuk suasana dan lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam bentuk motivasi ekstrinsik (Muba, 2009).
Setiawati (2008), menyebutkan jenis motivasi atas dasar pembentukannya terdiri atas: 1.
Motivasi bawaan Motivasi jenis ini ada sebagai insting manusia sebagai makhluk hidup, motivasi untuk berumah tangga, motivasi untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan serta motivasi untuk terhindar dari penyakit. Motivasi ini terus berkembang sebagai konsekuensi logis manusia.
2.
Motivasi yang dipelajari Motivasi jenis ini akan ada dan berkembang karena adanya keingintahuan seseorang dalam proses pembelajarannya.
3.
Motivasi kognitif Motivasi kognitif bermakna bahwa motivasi akan muncul karena adanya desakan proses pikir, sehingga motivasi ini sangat individualistik.
4.
Motivasi ekpresi diri Motivasi individu dalam melakukan aktiftas/kegiatan bukan hanya untuk memuaskan kebutuhan saja tetapi ada kaitannya dengan bagaimana individu tersebut berhasil menampilkan diri dengan kegiatan tersebut.
5. Motivasi aktualisasi diri Rowling dengan Harry Potternya telah berhasil membuktikan bahwa dengan menulis dirinya bisa memberikan banyak makna buat pembaca.
Universitas Sumatera Utara
Tulisannya menjadi sumber inspirasi bahkan jutaan orang, bahwa motivasi menulis bukan semata memuaskan hobi saja melainkan bisa dijadikan sebagai bentuk aktualisasi diri.
2.2 Pendidikan keperawatan 2.2.1 Kebijaksanaan Keperawatan sebagai profesi telah disepakati berdasarkan lokakarya nasional pada tahun 1983 (Nurhidayah, 2009). Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 23 tahun 1992 dan peraturan pemertintah no. 32 tahun 1996 yang telah menyatakan bahwa keperawatan adalah suatu profesi. Keperawatan sebagai profesi tidak lepas dari pendidikan keperawatan. Pendidikan keperawatan diselenggarakan berdasarkan kebutuhan pelayanan keperawatan seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Kesehatan no. 23 tahun 1992 khususnya pasal 32 ayat 3 dan 4 yang menyebutkan bahwa pengobatan atau perawatan serta pelaksanaannya dapat dilakukan berdasarkan ilmu kedokteran dan ilmu keperawatan dan hanya dapat dilakukan oleh tenanga yang mempunyai keahlian dan kewengangan untuk itu (Nursalam, 2008). Menurut Peraturan Pemerintah no.30 tahun 1990 tentang pendidikan tinggi manyatakan bahwa tuntutan pendidikan adalah menyiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademi dan profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan serta menciptakan ilmu pengetahuan dan teknologi (Kusnanto, 2004).
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan keperawatan merupakan suatu proses yang sangat komplek dengan tujuan akhir terjadi perubahan prilaku pada diri seseorang, intinya didalam pendidikan keperawatan membutuhkanproses belajar yang dapat merubah prilaku dalam dunia pendidikan keperawatan. Hakekat pendidikan keperawatan sebagai pendidikan akademis dan pendidikan profesi, maka prosehingga diharapkan mencerminkan pada tatanan dan nilai-nilai kesehariannya dan terjadi perubahan prilaku profesional dalam kehidupannya (Hidayat, 2002).
2.2. Tujuan dan fungsi pendidikan Pendidikan
tinggi keperawatan
diharapkan
menghasilkan
tenanga
kepetrawatan profesional yang mampu mengadakan pembaruan dan perbaikan mutu pelayanan keperawatan serta penataan kehidupan profesi (Gartiah, 2008). Menurut Nursalam (2008), menyatakan bahwa adapun tujuan pendidikan tinggi keperawatan adalah : 1. Mampu membina sikap dan tingkah laku profesional sesuai dengan tuntutan oleh profesi keperawatan. 2. Mampu memberi landasan ilmu pengetahuan yang kokoh bagi ilmu keperawatan maupun ilmu penunjang keperawatan ainnya. 3. Mampu membina ketrampilan profesional yang mencakup kemampuan intelektrual, ketrampilan teknikal dan ketrampilan interpersonal dalam melaksanakan pelayanana keperawatan. 4. Mampu membina landasan etik keperawatan dalam melaksanakan pelayanan keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
Selanjutnya Nursalam (2008) juga mengatakan bahwa dalam pengembangan dan pembinaan pendidikan tinggi keperawatan harus diarahkan kepada pembinaan kemampuan institusi pendidikan untuk melaksanakan tiga fungsi pokok perguruan tinggi, yaitu: fungsi pendidikan, fungsi penelitian, dan fungsi pengabdian masyarakat itu. Adapun fungsi-fungsi tersebut akan dijelaskan sebagai berikut: 1. Fungsi pendidikan Fungsi pendidikan institusi pendidikan keperawatan menyelenggarakan proses pembelajaran keperawatan melalui sistem belajar aktif dan mandiri itu (Nursalam, 2008). Sedangkan Kusnanto (2004) mengatakan pendidikan dikembangkan untuk menumbuhkan dan membina sikap dan ketrampilan profesional para peserta didik. 2. Fungsi penelitian Pendidikan tinggi keperawatan dapat melakukan penelitian, pengumpulan dan pengolahan informasi yang sesuai dengan keahlian dibidang keperawatan itu (Nursalam, 2008). 3. Fungsi pengabdian masyarakat Nursalam (2008), menyatakan bahwa fungsi pendidikan tinggi keperawatan sebagai pengabdian masyarakat dapat dilakukan melalui penerapan berbagai ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan kepada tatanan nyata dalam masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Jenjang pendidikan keperawatan Pendidikan keperawatan merupakan pendidikan dengan sistem terbuka dan terus berkembang secara terarah dan menyeluruh. Pendidikan keperawatan selalu terintegrasi dan berorientasi pada aspek keilmuan dan aspek keprofesian serta peraturan perundang-undangan yang berlaku (Kusnanto, 2004). Selanjutnya akan dijelaskan jenjang pendidikan keperawatan menurut Nursalam (2008) dan Kusnanto (2004) sebagai berikut: 1. Program pendidikan D III keperawatan Program D III keperawatan akan menghasilkan perawat profesional pemula. Sedangkan Wuryanto (2007), mengatakan bahwa perawat dengan lulusan D III keperawatan atau akademi keperawatan sebagai perawat vokasional. Perawat dengan tamatan akademi keperawatan diharapkan mempunyai tingkah laku dan kemampuan dalam mengelola praktek keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien serta mampu meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Program D III keperawatan dapat diikuti oleh: a. Lulusan SLTA dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun). b. Lulusan SPK akan menempuh pendidikan khusus, yaitu: 1) D III keperawatan khusus rumah sakit, dengan lama pendidikan 4 semester (2 tahun). 2) D III khusus puskesmas, dengan lama pendidikan 5 semester (2,5 tahun). 3) D III khusus masa kerja 0 tahun, dengan lama pendidikan 6 semester (3 tahun).
Universitas Sumatera Utara
2. Program pendidikan D IV keperawatan Pendidikan program ini lebih bersifat spesialisasi dalam keperawatan yang disesuaikan dengan kebutuhan dalan bidang keperawatan. Jenis spesialisasi tersebut antara lain: keperawatan maternitas, keperawatan komunitas, keperawatan keluarga, keperawatan jiwa, keperawatan gerontik dan keperawatan gawat darurat. Perawat spesialisasi ini diharapkan memiliki kemampuan untuk membina sikap dan tingkah laku dan ketrampilan mengajar kepada peserta didik dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan keperawatan. Lama pendidikan D IV keperawatan adalah selama 2 semester (1 tahun) setelah menyelesaikan program D III keperawatan.
3. Program pendidikan sarjana keperawatan Pendidikan sarjana keperawatan akan menghasilkan perawat yang profesional. Pendidikan ini terdiri atas pendidikan akademi dan pendidikan profesi. Sebagai perawat profesional diharapkan mempunyai sikap, tingkah laku dan kemampuan yang profesional dalam melaksanakan pelananan keperawatan serta mampu melakukan riset keperawatan dasar dan terapan sederhana. Lama program pendidikan ini adalah selama 10 semester (5 tahun) bagi lulusan SLTA dan 4 semester (2 tahun) bagi lulusan D III keperawatan.
Universitas Sumatera Utara
4. Program pendidikan Magister keperawatan Program ini akan menghasilkan perawat ilmuan dengan sikap dan tingkah laku dan kemampuan sebagai ilmuan keperawatan sehingga mempunyai kemampuan untuk meningkatkan pelayanan profesi dan berpartisipasi dalam pengembangan ilmu keperawatan. Lama pendidikan ini adalah selama 4 semester (2 tahun).
5. Program pendidikan Spesialis keperawatan Program pendidikan spesialis keperawatan ini akan menghasilkan perawat ilmuan dan profesional dalam satu spesialisasi.
6. Program pendidikan Doktoral keperawatan Program pendidikan magister ilmu keperawatan dibuka secara resmi pada tahun 1998.
Universitas Sumatera Utara