BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Komunikasi Komunikasi atau dalam Bahasa Inggris disebut “communication “ berasal dari kata Latin “ communicatio” dan bersumber dari kata communis yang berarti sama . Defenisi sama disini maknanya yaitu sama makna. Jadi jika terdapat dua orang yang terlibat komunikasi seperti dalam percakapan, maka komunikasi akann terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. Kesamaan bahasa yang terjadi dalam percakapan tersebut belum tentu akan menimbulkan kesamaan makna ( Efendy, 1984). Menurut Lasswell maka komunikasi adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yang menimbulkan efek tertentu ( Efendy, 1984). Defenisi lainnya diungkapkan Fosdale (1981) dalam Muhammad (1995) bahwa komunikasi merupakan proses memberikan signal menurut aturan tertentu sehingga dengan cara ini maka suatu system dapat didirikan, dipelihara dan dirubah. Brent ruben (1988) mengungkapkan komunikasi sebagai proses melalui individu dalam hubungannya dengan kelompok, organisasi dan masyarakat dalam menciptakan, mengirimkan dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain.
12 Universitas Sumatera Utara
a.
Jenis-jenis Komunikasi Menurut Tatik, dkk (2003), ada dua jenis komunikasi, yaitu komunikasi
verbal dan nonverbal. 1. Komunikasi verbal adalah komunikasi yang menggunakan bahasa sebagai alat sehingga komunikasi verbal ini sama artinya dengan komunikasi kebahasaan. 2. Komunikasi nonverbal adalah komunikasi yang tidak meggunakan bahasa lisan maupun tulisan, tetapi menggunakan bahasa kial, bahasa gambar, dan bahasa sikap. b. Bentuk Komunikasi p Adapun bentuk-bentuk komunikasi menurut Effendy, (1984) yaitu : 1. Komunikasi Personal ( Personal Communication) a. Komunikasi Interpersonal b. Komunikasi Antarpersonal 2. Komunikasi Kelompok ( Group Communication) a. Ceramah b. Diskusi Panel c. Simposium d. Forum e. Seminar f. Sumbang Saran ( Brainstorming)
13 Universitas Sumatera Utara
3. Komunikasi Massa ( Mass Communication) a. Pers b. Radio c. Televisi d. Film e. Internet 2.2 Komunikasi Persuasif Secara harafiah persuasif berasal dari kata latin”persuaseo”yang secara harfiah berarti merayu ,membujuk,mengajak,atau meyakinkan . Jadi komunikasi persuasi adalah upaya mengajak atau membujuk dan meyakinkan seseorang akan pentingnya memahami pesan yang akan disampaikan. Kounikasi persuasi mengharapkan melalui pesan yang disampaikan akan menumbuhkan kesadaran khalayak untuk mengubah perilaku yang dilakukan atas dasar kesadaran yang tinggi dengan iktikatd yang baik agar mampu mengubah perilaku dari yang destruktif menjadi perilaku yang asertif ( Natsir, 2011). Menurut MC Gire (1964) dalam Fitriani (2011) bahwa model komunikasi persuasif adalah komunikasi yang digunakan untuk dapat mengungubah sikap dan perilaku kesehatan yang secara langsung terkait dengan rantau kausal yang sama. Kita terkadang menemukan pendengar yang baik ketika mendengarkan ceramah,akan tetapi kita tidak pernah menjumpai adanya suatu perubahan pada diri khalayak yang ditandai dengan tidak adanya perubahan diri seseorang sehingga ajakan kita hanya berlalu tanpa ada perubahan yang nyata. Hasil dari komunikasi
14 Universitas Sumatera Utara
persuasi sebenarnya tidak bisa dilihat setelah khalayak mendengarkan pesan yang telah disampaikan karena butuh waktu untuk mengevaluasi. Akan tetapi, ada yang berpendapat bahwa hasil ajakan dari komunikasi persuasi minimal bisa didapatkan dari tanggapan khalayak setelah mendapatkan pesan melalui post test. Hal ini mengidentifikasi seberapa jauh minat yang akan dilakukan oleh khalayak dari suatu pesan yang telah disampaikan,khalayak masih perlu menguji tingkat kebenarannya dan tingkat pentingnya dala kehidupan. Karena sering juga dijumpai ketika pada fase apersepsi atau fase pendahuluan ,pesan yang akan disampaikan sangat menarik,akan tetapi pada saat pesan itu didengarkan terasa sangat membosankan dan tidak menarik. Untuk itu seorang komunikator harus memperhatikan isi pesan yang akan disampaikan dulu agar pesan tersebut dapat memengaruhi kognisi dari khalayak (Natsir, 2011). Menurut MC Guire (1964) dalam Fitriani (2011) bahwa tujuan komunikasi persuasive untuk memberikan perubahan pengetahuan dan sikap yang merupakan prakondisi bagi prubahan perilaku kesehatan atau perilaku-perilaku lain. Menurut Kenneth E. Andersen mendefinisikan persuasi sebagai berikut : proses komunikasi antarpribadi yang diusahakan oleh komunikator melalui penggunaan simbol untuk memengaruhi kognisi dari penerima sehingga efek sukarela terjadi pada perubahan sikap atau tindakan sesuai yang dikehendaki oleh komunikator Jadi, persuasi merupakan suatu proses komunikasi antarpersonal dimana komunikator berupaya menggunakan lambang untuk memengaruhi kognisi penerima. Jadi secara sengaja mengubah sikap atau kegiatan seperti yang diinginkan komunikator. Sedangkan Edmin P.Bettinghouse dalam Efendi (1984)memberikan batasan persuasi
15 Universitas Sumatera Utara
adalah suatu situasi komunikasi yang harus mengandung upaya yang dilakukan dengan sadar untuk mengubah perilaku melalui pesan yang disampaikan. Hal ini membuat persuasi mengandung usur-unsur berikut ini ( Nasir, 2011). 1. Situasi upaya memengaruhi 2. Kognisi seseorang 3. Untuk mengubah sikap khalayak 4. Melalui pesan lisan dan tertulis 5. Dilakukan secara sadar Akan tetapi,perubahan sikap dan perilaku tidak akan berlangsung lancar atau konsisten sebelum terbentuk sebuah opini,persepsi,maupun perasaan,karena disinilah letak dari penguatan sebuah perilaku atau tindakan. Apabila sebuah perilaku tidak dikuatkan oleh opini,persepsi,maupun tindakan,orang kadang melupakan tindakan yang telah dilakukan. Oleh karena itu,tindakan harus dilakukan secara kontinu ,stabil,dan konsisten (Natsir, 2011).. Perilaku hidup sehat yang telah dipesankan kepada khalayak seperti menghentikan perilaku merokok terkadang kita jumpai, khalayak menghentikan merokok sesaat atau minimal saat pesan itu disampaikan, namun saat di rumah mungkin khalayak berhenti beberapa hari atau mungkin beberapa minggu dan setelah itu khalayak merokok lagi.Hal ini karena tidak ditanamkan sebuah opini,presepsi,dan perasaan. Hal ini karena perubahan akan terjadi pada individu apabila timbulnya suatu tanda dan gejala Walaupun kita sudah maksimal untuk mengajak orang untuk tidak merokok,menjelaskan resiko bahwa merokok akan terjadi serangan jantung
16 Universitas Sumatera Utara
yang mendadak,impotensi,penyakit paru-paru,dan lain-lain ,terkadang khalayak masih juga merokok walaupun dia tahu resikonya. Baru setelah merokok dan muncul tanda misalnya dada terasa sakit setelah merokok dan dokter menjelaskan bahwa nyeri dada orang tersebut merupakan tanda dari serangan jantung yang mendadak dan diakibatkan oleh rokok, maka dengan sendirinya orang tersebut aka n menghentikan perilaku merokok walaupun tanpa melibatkan pasien dalam pembuatan keputusan dan memberikan kebebasan merupakan elemen kunci (Natsir, 2011). Untuk mengikutsertakan klien dalam peningkatan kesehatan berarti perawat mendorong klien untuk menerima dan jika mungkin untuk menyerap keyakinankeyakinan. Sejauh ini perawat mampu melibatkan diri dalam komunikasi persuasi yang bertujuan untuk mendidik klien serta meningkatkan sikap dan perilaku yang lebih sehat. Diharapkan melalui komunikasi terbuka klien terdorong untuk tidak akan kehilangan kebebasannya dan sebaliknya mereka mendapatkan kebebasan untuk menghargai pandangan dan cara hidupnya dengan cara-cara yang baru. Perawat harus mampu
meyakinkan
bahwa pilihan
pasie
untuk
mengubah
perilaku
dan
pandangannya merupakan pilihan berdasarkan keyakinan-keyakinan yang telah diyakini dan terbentuk melalui diskusi-diskusi terbuka tentang kesehatannya (Natsir, 2011).
17 Universitas Sumatera Utara
2.2.1 Mengorganisasikan Pesan Dalam Perencanaan Komunikasi Persuasi Perkembangan zaman ,manajeman perencanaan pesan menjadi faktor penting untuk meyakinkan khalayak. Empat poin pokok dalam perencanaan pesan adalah sebagai berikut. 1. Bagaimana mengganakan hasil analisis khalayak /calon penerima gagasan untuk perencanaan komunikasi 2. Mengembangkan gagasan dan pokok utaa dari gagasan yang akan disampaikan 3. Menyusun sketsa pesan 4. Mempesiapkan umpan balik kegiatan komunikasi Analisis khalayak merupakan proses pemeriksaan seluruh faktor objektif empiris yang berkaitan dengan khalayak untuk memperoleh pemahaman secara menyuluruh tentang mereka sebagai penerima pesan. Metode yang dapat digunakan untuk
analisis
khalayak
adalah
pengamatan
/observasi
,menagajukan
pertanyaan,survei khalayak ,dan mempertimbangkan karateristik khalayak. Syarat gagasan utama yang dibuat untuk perencanaan komunikasi harus ringkas,langsung pada pokok persoalan ,dan memperlihatkan hasil yang akan diperoleh bila kegiatan dilakukan. Selanjutnya, pokok utama merupakan tulang punggung pwsan yang merencanakan garis besar subdivisi utama. Syarat pokok dari sebuah pesan adalah harus menyongkong, menggambarkan, atau mendeskripsikan gagasan utama dengan bahasa yang ringkas dan jelas agar khalayak mampu mencerna isi pesan yang disajikan. Sketsa pesan merupakan
18 Universitas Sumatera Utara
kerangka kerja yang di dalamnya mengandung topik-topik dasar yang mendukung tujuan komunikasi ,dan informasi faktual yang menjabarkan masing-masing topik. Dalam proses komunikasi secara tatap muka ,umpan balik muncul dalam dua jenis yaitu tanggapan verbal dan nonverbal. Kedua jenis umpan balik tersebut dapat digunakan oleh komunikator sebagai sumber informasi yang menunjukkan sikap sebenarnya dari khalayak terhadap gagasan yang disampaikan. Pengorganisasian pesan komunikasi merupakan faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan kegiatan komunikasi yang berusaha memengaruhi atau meyakinkan khalayak sasaran. Ada empat format umum organisasi pesan yang dapat membantu menyusun gagasan komunikator, yaitu format kronologis ,format kausal,format pengembangan motivasional, dan format satu pihak lawan dua pihak. Kesimpulan dalam presentasi harus mampu melakukan hal-hal berikut. 1. Meringkas pokok-pokok kunci 2. Memusatkan tema dan tujuan 3. Mengingatkan pentingnya isi 4. Memberikan jalan tindakan yang jelas 5. Meminta petanyaan Fungsi pendahuluan dalam mempersentasikan gagasan atau ide adalah memperoleh perhatian yang menyenangkan ,meningkatkan keramahtamahan dan kebaikan, memberiakan alasan penting menyimak ,serta mengarahkan khalayak terhadap isi. Ada beberapa hal yang dapat digunakan untuk menarik perhatian orang lain dalam pendahuluan, yaitu sebagai berikut.
19 Universitas Sumatera Utara
1. Intensitas 2. Humor,kebaruan ide yang disajikan 3. Menciptakan ketegangan khalayak a.
Struktur Pesan Struktur pesan yaitu susunan pokok-pokok gagasan yang menyatu menjadi
satu kesatuan pesan yang utuh. Untuk merancang struktur pesan harus memperhatikan sikap khalayak sasaran terhadap pesan dan tujuan komunikator. Ada dua kelompok struktur pesan yang dapat dibuat , yaitu pro-kontra dengan kontra-pro dan satu sisi dengan dua sisi. Dalam struktur pro-kontra ,komunikator mendahulukan argumen atau gagasan yang selaras dengan pendapat atau sikap khalayak,selanjutnya gagasan yang bertentangan dengan sikap khalayak disajikan pada bagian akhir pembicaraan .Sebaliknya ,dalam struktur kontra-pro ,komunikator mengawali presentasinya dengan mengemukakan gagasan yang berlawanan ,selanjutnya presentasi ditutup dengan argumentasi pro-khalayak. Kemudian ,struktur satu sisi artinya komunikator hanya menyajikan gagasan pada satu dimensi saja, misalnya aspek baik atau keuntungan saja yang dibicarakan dari pesan tersebut tanpa memperhatikan kerugian yang akan diterima. Sedangkan ,pada struktur dua sisi ,komunikator menyajikan program yang akan dilaksanakan dengan melihat sisi keuntungan dari kerugian secara proposional.
20 Universitas Sumatera Utara
b. Gaya Pesan dan Imbauan Pesan Menggayakan pesan artinya mengolah bahasa demi terciptanya gaya dalam upaya menjelaskan isi pesan demi tercapainya efektivitas komunikasi. Menggayakan pesan bermanfaat untuk memperoleh perhatian yang lebih besar, mempertinggi pengertian atau pemahaman, membantu pengingatan, dan meningkatkan daya tarik persuasi. Ada perbedaan prinsip gaya antara komunikasi lisan dan komunikasi tulisan. Bila dibandingkan gaya komunikasi tulisan lebih formal dalam struktur dan isi ,sedangkan gaya komunikasi lisan lebih berulang-ulang dan lebih personal. Ada dua belas prinsip yang dapat digunakan untuk memaksimalkan bahasa. 1. Memilih kata yang tepat untuk menyatakan sesuatu 2. Menggunkan kata-kata pendek dan menghindari kata-kata yang panjang 3. Menggunakan kata-kata yang konkret 4. Menggunakan kata-kata secara ekonomis 5. Menggunakan kata-kata positif 6. Menghindari jargon yang sudah usang 7. Menggunakan gaya percakapan 8. Menyusun kalimat secara ringkas 9. Mengutamakan kalimat aktif 10. Mampu mengembangkan paragraf secara efektif 11. Mengembangkan koherensi 12. .Berusaha untuk mengedit dan menulis ulang hasil penulisan
21 Universitas Sumatera Utara
Dalam menggayakan pesan,seorang penulis dapat mengatur pola-pola kalimat atau frase dan menggunakan kiasan yang menarik. Untuk pengaturan pola kalimat dapat digunakan teknik-teknik omisi ,inversi, suspensi ,antitesis, paralelisme ,repetisi, dan alitersi. Sedangkan, untuk menggunakan kiasan dapat dapat dilakukan dengan cara metafora,tamsil,dan personifikasi. Imbauan pesan adalah aspek yang digunakan untuk menyentuh (stimulasi) khalayak oleh komunikator dalam menyampaikan pesan agar khalayak berubah. Ada beberapa jenis imbauan yang digunakan dalam Psikologi Komunikasi yakni imbauan rasional dan emosional, takut dan ganjaran, serta imbauan motivasional. Imbauan rasional adalah imbauan yang didasarkan pada asumsi pokok tentang manusia sebagai makhluk berpikir. Manusia sebagai pribadi rasional selalu mendasarakan setiap tindakannya pada pertimbangan logika. Sedangkan, imbauan emosional artinya pendekatan komunikasi yang lebih diarahkan pada sentuhan-sentuhan afeksi, seperti marah, suka ,benci, dan lain-lain. Imbauan takut digunakan bila komunikator menghendaki timbulnya kecemasan khalayak dalam menyampaikan pesan. Imbauan ini efektif dalam kadar yang moderat , sedangkan kadar takut yang rendah dan tinggi cenderung tidak berhasil. Imbauan ganjaran diberikan dengan pendekatan keuntungan yang diperoleh bila khalayak mengikuti perilaku tertentu. Jenis imbauan ini menggunakan asumsi bahwa makhluk hidup akan mempertahankan perilaku tertentu bila perilaku itu memberikan keuntungan. Imbauan motivasional didasarkan pada jenis-jenis kebutuhan yang harus dipenuhi manusia. Kebutuhan tersebut menjadi potensi yang dapat digunakan untuk meningkatkan efektivitas persuasi.
22 Universitas Sumatera Utara
Menurut piramida kebutuhan dari Maslow, kebutuhan manusia dapat disusun berdasarkan urutan prioritas pemenuhan. Prioritas kebutuhan tersebut adaalah; (1)kebutuhan dasar, seperti kebutuhan makanan,minuman, dan udara, (2)kebutuhan keamana, (3)kebutuhan untuk beroganisasi/berkelompok, (4)kebutuhan akan cinta dan penghargaan, serta(5)kebutuhan untuk aktualisasi diri. c. Kode, Isi, dan Perilaku Pesan Pengembangan strategi penyusunan pesan dalam perencanaan pesan dan media komunikasi (perencanaan komunikasi) perlu mempertimbangkan kode pesan,isi pesan,dan perlakuan pesan. Perencanaan pesan dalam ketiga aspek tersebut menyangkut unsur-unsur dan strukturnya . Pengodean pesan. Menyangkut pengodean pesan verbal maupun nonverbal. Pengodean pesan berarti menuangkan gagasan oleh sumber kedalam lambang-lambang yang berarti agar dapat ditafsirkan dengan sama oleh penerima sehingga menghasilkan efek perilaku yang sesuai dengan yang diharapkan. Pengodean pesan harus didasarkan pada kondisi khalayak sasaran yang hendak ditujui. Isi pesan. Adalah materi atau bahan yang dipilih oleh sumber (komunikator) untuk menyatakan maksudnya. Isi pesan yang disampaikan meliputi informasiinformasi
yang
disampaikan,
kesimpulan-kesimpulan
yang
diambil,
dan
pertimbangan-pertimbangan yang diusulkan. Dalam merencanakan isi pesan, kita harus mempertimbangkan jenis komunikasi yang akan dilakukan. Untuk jenis komunikasi informatif, isi pesan harus singkat dan jelas,menggunakan istilah-istilah yang sederhana, menggunakan data konkret, dan memasukkan bahan-bahan yang
23 Universitas Sumatera Utara
menarik perhatian. Untuk jenis komunikasi persuasi, isi pesan harus mengandung unsur-unsur: menarik perhatian, meyakinkan ,dan menyentuh atau menggerakkan. Perlakuan atau pengolahan pesan. Adalah keputusan-keputusan yang dibuat oleh sumber dalam memilih dan menyusun kode-kode dan isi pesan. Pengolahan pesan merujuk pada keputusan-keputusan mengenai cara-cara yang akan ditempuh datang menyampaikan pesan. d. Sistematika Penyusunan Pesan Hasil-hasil temuan penelitian menunjukkan bahwa penyajian pesan yang tersusun lebih efektif daripada penyajian pesan yang tidak tersusun . Cara-cara penyusunan pesan dalam suatu kegiatan komunikasi pertama-tama dibahas dalam retorika dengan mengikuti pola-pola yang disarankan oleh Aristoteles, yakni pengorganisasian pesan: deduktif ,induktif,kronologis,spasial,dan topikal. Selain itu,penyusunan pesan juga dapat dilakukan secara psikologis mengikuti sistem berpikir manusia,yang dikemukakan oleh Alan H.Monroe sebagai motivated sequence (urutan bermotif). Hollingsworth menyarankan tugas-tugas dalam penyusunan pesan meliputi: perhatian, minat, kesan, keyakinan, dan pengarahan. Raymond S. Ross menyarankan: perhatian, kebutuhan, rencana,keberatan, penegasan kembali,dan tindakan. Holvand, Jenis, dan Kelly menyarankan: perhatian, pengertian, dan penerimaan. Miller dan Dollard menyarankan : dorongan,responsif,dan ganjaran. Alan H. Monroe menyarankan urutan penyusunan pesan terdiri atas: tahap membangkitkan perhatian, tahap membangkitkan kebutuhan, tahap pemuasan, tahap visualisasi, dan tahap tindakan.
24 Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Tahap Komunikasi Persuasif Menurut Mc Guire (1969)yang telah dikutip oleh Abraham C.&Shanly F(1997)ada beberapa penahapan dalam komunikasi persuasi. Lima tahap dalam komunikasi persuasi tersebut adalah sebagai berikut. a. Tahap pertama. Penerima pesan harus mengikuti pesan yang disampaikan, dalam arti pesan yang disampaikan mampu diterima dan diterjemahkan pendengar dengan baik. Hal ini berarti pendengar mampu mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk didalamnya adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik terhadap suatu bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kemampuan mengetahui objek yang telah disampaikan merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukurnya antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, dan menyatakan. b. Tahap kedua. Penerima pesan harus memahami melalui pengertian yang baik. Penerimaan pesan mampu menginterpretasikan isi pesan dengan baik. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang diketahui dan dapat mengintepretasikan materi tersebut secara benar. c. Tahap ketiga. Dia harus mengalah pada pengertian/arti pesan dengan cara mengubah keyakinan-keyakinannya. Dalam arti mindset yang ada dalam pikirannya mampu
25 Universitas Sumatera Utara
diahlikan kedalam isi pesan yang telah disampaikan ,terutama mindset yang salah dan keliru dalam rangka menuju perubahan yang lebih baik. d. Tahap keempat. Dia harus ingat pesan tersebut setelah pembicaraan selesai dan mampu mengingat isi pesan tersebut dalam kehidupan kesehariannya. Kesan yang ditangkap saat mendengarkan mampu menambah retensi dari isi pesan yang disimpan kedalam ruang penyimpan otak. e. Tahap kelima. Melibatkan perubahan keyakinan yang secara krusial dapat tergantung pada presepsi penerima terhadap kredibilitas suatu sumber. Harapan dari proses komunikasi yang dilakukan adalah terjadinya perubahan perilaku dari yang destruktif menjadi perilaku yang konstruktif. 2.2.3. Prinsip Dasar Penyampaian Pesan Komunikasi Persuasif Istilah persuasi itu sendiri merupakan pesan yang bersifat mengajak bagaimana khalayak mau berbuat untuk melaksanakan seperti pesan yang disampaikan tersebut. Tidak mudah untuk mengubah perilaku khalayak terutama dalam waktu yang singkat. Membutuhkan waktu yag lama hingga pesan tersebut bisa diaplikasikan oleh khalayak. Namun demikian, komunikator harus mempunyai prinsip-prinsip dasar dalam menyampaikan pesan tersebut . Prinsip dasar dalam menyampaikan pesan menurut Cangara, H(2004) adalah sebagai berikut: 1. Apabila pesan yang disampaikan itu sering kali diulang, panjang dan cukup keras, maka pesan tersebut akan berlalu dari khalayak.
26 Universitas Sumatera Utara
2. Apabila pesan(ide)itu dikemas dengan cantik ,ditawarkan dengan daya persuasi,maka khalayak aka tetarik untuk memiliki ide tersebut. 3. Apabila pesan(ide)tidak disampaikan kepada orag lain, maka mereka tidak akan memegangnya dan menanyakannya . Oleh karea itu , mereka tidak akan membuat pendapat tentang ide tersebut. Seharusnya, jika isi pesan tersebut tidak disampaikan maka tidak akan ada tanggapan apalagi memengaruhi perilaku masyarakat. Selai itu, jika cara penyampaian isi pesan tersebut . Isi pesan yang disampaikan tersebut semestinya dibawakan dan dikemas dengan cantik sehingga ada nilai tambah untuk bekal dalam mengubah perilaku yang salah sehingga ada nilai daya persuasinya. Akan tetapi, tidaklah efektif pesan-pesan tersebut diterima tanpa memperhatiakan hal-hal tersebut dibawah ini. Cangara, H(2004) memberikan argumentasinya untuk mendapatkan agar pesan yang disampaikan dengan memperhatikan hal-hal tersebut dibawah ini. 1. Pesan yang disampaikan harus dikuasai terlebih dahulu , termasuk struktur penyusunannya yang sistematis. 2. Mampu mengemukakan argumentasi yang logis 3. Memiliki kemampuan untuk membuat intonasi bahasa serta gerakan-gerakan nonverbal yang dapat menarik perhatian khalayak 4. Memiliki kemampuan untuk membumbui pesan yang disampaikan dengan anekdot-anekdot untuk menarik perhatian dan mengurangi rasa bosan khalayak.
27 Universitas Sumatera Utara
2.2.4 Menyusun Pesan Bersifat Persuasif Model penyusunan pesan yang bersifat persuasi memiliki tujuan untuk mengubah persepsi,sikap,dan pendapat khalayak sehingga perlu adanya model penyusunan pesan yang akan disampaikan. Harapannya adalah pesan yang disampaikan sesuai dengan proporsi, yaitu diharapkan pesan yang disampaikan akan bisa mengubah perilaku atau perubahan yang sesuai denga n yang diinginkan oleh pembawa pesan. Menurut Cangara,H (2004)ada beberapa cara penyusunan pesan yang memakai teknik persuasi. a.
Teknik Asosiasi Teknik Asosiasi merupakan penyampaian pesan dengan menggunakan objek
yang saat itu menjadi pusat perhatian ,agar komunikasi terdorong mau menjalankan isi pesan karena yang menyampaikan adalah orang yang saat ini dikagumi dan menjadi pusat perhatian, dengan tujuan komunikator mengharapkan respons khusus dan komunikan . Isi pesan yang disampaikan memberikan spirit atau harapan yang besar bagi khalayak untuk dimengerti. Dengan work shop dimungkinkan pesan yang disampaikan mudah diingat dan dipraktikan pada tataran yang nyata sehingga untuk mau mengerti suatu penjelasan terkadang seseorang ingin tahu dan ingin mendengar dari orang yang saat ini menjadi pusat perhatian ,karena dialah yang tahi dan merasakan apayang terjadi pada dirinya. Untuk memberikan penyuluhan tentang penyakit AIDS mungkin akan lebih baik seseorang komunikator mengajak langsung penderita AIDS untuk menceritakan
28 Universitas Sumatera Utara
pengalamannya. Menurut Effendi, O.U(2002), Teknik Asosiasi merupakan penyajian pesan komunikasi dengan cara menumpangkannya pada suatu objek atau pada peristiwa yang sedang menarik perhatian khalayak. Teknik ini sanagat tepat pada orang dengan tingkat ketidakpercayaan yang sangat tinggi sehingga dia hanya mau percaya jika orang yang menyampaikan pesan adalah orang yang sedang mengalaminya sendiri. Teknik asosiasi ini menumbuhkan motivasi atau dorongan (motivational appeal)yang kuat untuk melakukan apa yang disampaikan dengan harapan ada niat yang kuat untuk berubah sesuai dengan isi pesan tersebut sehingga motivational appeal menumbuhkan internal psikologis khalayak dengan tujuan khalayak mengikuti pesan tersebut. b.
Teknik Integrasi Teknik rntegrasi merupakan teknik penyampaian pesan yang mengandung
kepentingan bersama antara komunikator dan komunikan. Teknik ini bagaimana seorang komunikator masuk pada dunianya seorang komunikan sehingga seolah-olah kepentingan komunikator juga merupakan bagian dari kepentingan komunikan. Dengan demikian tindakan persuasi dengan teknik integrasi merupakan tindakan psikologis yang dilakukan secara sadar agar perubahan perilaku bisa bergeser menjadi perubahan opini, perubahan persepsi, dan perubahan tindakan . Dengan kata lain, teknik integrasi adalah kemampuan komunikator untuk menyatukan diri secara komunikatif dengan komunikan. Iniberarti bahwa melalui kata-kata verbal,komunikatif menggambarkan bahwa ia”senasib dan selaras “, dan karena itulah menjadi satu dengan komunikan. Contoh:penggunaan kata kita bukan
29 Universitas Sumatera Utara
saya atau kami. Kita berarti saya dan Anda, komunikator bersama komunikan ,yang mengandung makna bahwa yang diperjuangkan komunikator bukan hanya kepentingan diri sendiri melainkan juga kepentingan komunikan. Contoh:”kita berupaya agar penyakit Saudara cepat sembuh”. Artinya bahwa percepatan kesembuhan penyakit klien merupakan tanggung jawab perawat, dokter, klien,dan keluarga serta petugas kesehatan lainnya. Klien tidak boleh hanya tergantung dari perawat dan dokter saja, tetapi merupakan kegiatan yang dilakukan bersama-sama antara klien, keluarga,perawat,dokter,dan tenaga kesehatan yang lainnya .Hal demikian disimpulkan bahwa untuk mempercepat kesembuhan dibutuhkan kegiatan yang terintegrasi dengan yang lainnya. c.
Teknik Ganjaran Teknik Ganjaran (Pay of Technique) adalah kegiatan untuk memengaruhi
orang lain dengan cara mengiming-ngiming, baik yang menguntungkan atau yang menjajikan harapan ataupun yang membangkitkan rasa takut. Sebenarnya teknik ini merupakan teknik paksaan hanya kesannya saja yang berbeda. Inti dari teknik ganjaran ini adalah bersifat imperative yaitu mengandung keharusan an kewajiban untuk ditaati dan dilaksanakan. Ada dua jenis Teknik Ganjaran yaitu teknik membangkitkan rasa takut(fear arousing technique) yakni cara yang bersifat menakutnakuti atau menggambarkan konsekuensi buruk yang memnunjukkan hukuman (punishment)dan teknik yang menjanjikan ganjaran (rewarding technique). Diantara kedua teknik tersebut, teknik ganjaran lebih baik karena berdaya upaya menubuhkan kegairahan emosional, sedangkan teknik pembangkitan rasa takut menimbulkan
30 Universitas Sumatera Utara
ketegangan emosional. Fear arousing technique diperlukan agar klien mau berubah karena dengan penjelasan yang standar klien sulit untuk berubah. Pada kasu-kasus yang wajib ditaati, terkadang klien menyepelekan sehingga berdampak buruk pada dirinya. Oleh karena itu, perawat berkewajiban untuk menjelaskan dampak yang terjadi bila hal itu dilanggar. Contoh: Rewarding technique “Saya senang sekali melihat Bapak sudah latihan jalan-jalan setelah operasi ini, kelihatannya Bapak akan cepat pulang bila Bapak aktif latihan jalan-jalan.” Sebenarnya dalam komunikasi tersebut perawat mengharapkan klien untuk segera latihan mobilisasi agar cepat pulang. Fear arousing technique “Bapak saat ini tidak boleh turun dari tempat tidur, baru kalau sudah hari ketuju Bapak boleh turun sebab kalau Bapak turun sebelum hari ketujuh detak jantung Bapak menjadi tidak normal dan Bapak menjadi sesak lagi” Hal ini menggambarkan bahwa Bapak ini boleh turun dari tempat tidur setelah hari ketujuh dan ini wajib dilakukan oleh klien tersebut. d.
Teknik Tataan Teknik Tataan merupakan terjemahan dari incing yaitu menyusun pesan
komunikasi sedemikian rupa sehingga enak didengar atau dibaca serta termotivasi untuk melakukan sebagaimana disarankan oleh pesan tersebut. Istilah icing (dibaca: aising)berasal dari perkataan to ice yang berarti menata kue yang baru dikeluarkan dari pembakaran dengan lapisan gula warna-warni. Kue yang tadinya tidak menarik menjadi indah sehingga memikat perhatian siapa saja yang melihatnya.
31 Universitas Sumatera Utara
Teknik tataan atau icing technique dalam kegiatan persuasi ialah seni menata pesan dengan himbauan emosional (emotional appeal) sedemikian rupa sehingga komunikan menjadi tertarik perhatiannya. Upaya untuk menampilkan imbauan emosional dimaksudkan hanya agar komunikan lebih tertarik hatinya. Selain itu, agar suasana tidak menjadi tegang dan khalayak tidak cepat jenuh, pesan yang disampaikan disertai dengan humor yang mudah diterima(humorious appeal), enak, dan menyegarkan. Komunikator sama sekali tidak membuat fakta peesan tadi menjadi cacat. Faktanya sendiri tetap utuh , tidak diubah, tidak ditambah, dan tidak dikurangi. Dalam hubungan ini komunikator mempertaruhkan kehormatannya sebagai pusat kepercayaan
(source
of
credibility).
Apabila
dalam
menghias
imbauan
emosionalmembuat fakta pesannya menjadi cacat , makan ia bisa kehilangan kepercayaannya yang suka dibinanya kembali. Teknik icing ini berupaya membakar emosi khalayak sehingga pesan-pesan yang disampaikan merupakan pesan-pesan yang aktual dan saat ini menadi perhatian publik. e.
Teknik Red-Herring Dalam hubungannya dengan komunikasi persuasi, Teknik Red-herring adalah
seni seorang komunikator untuk meaih kemenangan dalam pedebatan dengan mengelakkan argumentasi yang lemah dan kemudian mengalihkannya sedikit demi sedikit aspek yang dikuasinya untuk dijadikan senjata ampuh dalam menyerang lawan. Jadi teknik ini dijadikan pada saat komunikator dalam posisi terdesak. Untuk dapat melakukan gerak tipu dalam diskusi atau perdebatan, komunikator harus menguasai topik yang didiskusikan atau diperdebatkan. Dalam
32 Universitas Sumatera Utara
hubungan ini sebelum terjun kearena komunikasi seperti ini, ia harus mengadakan persiapan dengan matang. Teknik Red-Herring dalam komunikasi persuasi dikeperawatan dilakukan apabila pemikiran klien selalu tetuju pada suatu aspek saat atau sulit untuk dikendalikan. Contohnya:pulang paksa dan menolak tindakan keperawatan maupun medis. Klien dengan pulang paksa tidak memikirkan lagi kelangsungan dari proses penyakitnya yang ada ,hanya ingin pulang saja. Klien maupun keluarga tidak memikirkan dampak yang teradi setelah dirumah . Demikian juga dengan klien yang menolak untuk tindakan keperawatan maupun tindakan medis. Teknik Red-Herring menurut Cangara, H(2004)dibagi menadi dua. 1) One-sides issue yaitu teknik yang memaparkan isi pesan dimana dijelaskan dari salah satu sisi saja, bisa dari sisi buruknya saja,sisi yang baiknya saja,atau bisa dijelaskan nsebabnya saja tanpa akibatnya. Teknik ini diberikan karena khalayak sudah mengetahui sejak awal sehingga dalam menyampaikan pesan tersebut berfungsi untuk mengulang dan memperjelas atau mempekokoh informasi (reinforcement)yang telah ada. Teknik ini juga diberikan pada khalayak dengan tingkatan pendidikan yang rendah sehingga kesannya adalah pesan yang ringkas dan elas serta tidak bertele-tele. 2)
Two-sidde issue yfaitu teknik dengan two-sided issue menekankan pemaparan dengan kedua sisi, baik sisi buruk maupun sisi baiknya atau dijelaskan dari sisi sebabnya apa dan akibatnya apa. Hal ini dilakukan karena adanya sikap yang pesimis dari khalayak sehingga menjadi oposisi. Selain itu ,pesan yang disampaikan masih menjadi kontroversial sehingga masih menjadi bahan
33 Universitas Sumatera Utara
perdebatan karena adanya pro dan kontra. Teknik ini diperuntukan pada khalayak dengan pendidikan tinggi karena biasnya seseorang dengan pendidikan yang sudah tinggi melihat dari sebab akibat atau dari sisi baik dan buruknya. 2.2.5. Variabel dan Prinsip Komunikasi Persuasif a. Variabel Komunikasi Persuasif Menurut MC Guire (1964) dalam Fitriani (2011) bahwa model komunikasi persuasive memiliki variabel yaitu : 1)
Variabel input
a) Sumber Pesan b) Pesan c) Saluran penyampai d) Karakteristik penerima 2)
Variabel output
a) Pengetahuan b) Sikap c) Pembuat keputusan d) Faktor kognitif yang dapat diobservasi c. Prinsip-prinsip Komunikasi Persuasif Dalam prinsip komunikasi persuasif ada 5 (lima) prinsip, diantaranya : 1. Membujuk demi konsistensi Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang dianjurkan sejalan dengan kepercayaan, sikap, dan nilai sat ini. Sikap
34 Universitas Sumatera Utara
didefenisikan sebagai predisposisi mengenai suka atau tidak suka. Nilai sebagai pernyataan terakhir yang lebih abadi dari eksistensi atau mode yang luas dari perilaku. Kepercayaan adalah tingkat keyakinan. 2.
Membujuk demi perubahan-perubahan kecil Khalayak lebih memungkinkan untuk mengubah perilaku mereka apabila
perubahan yang dianjurkan khalayak merupakan perubahan kecildan bukan perubahan besar perilaku mereka. 3. Membujuk demi keuntungan Khalayak lebih mungkin mengubah perilakunya apabila perubahan yang disarankan akan menguntungkan mereka lebih dari biaya yang akan mereka keluarkan. 4. Membujuk demi pemenuhan kebutuhan Khalayak lebih mungkin untuk mengubah perilaku mereka apabila perubahan yang disarankan berhubungan dengan kebutuhan-kebutuhan mereka. 5. Membujuk berdasarkan pendekatan-pendekatan gradual Bergantung pada penerimaan khalayak terhadap perubahan yang disarankan pembicara dalam kehidupan mereka. Pendekatan gradual menganjurkan yang lebih memungkinkan untuk bekerja dibandingkan pendekatan yang meminta khalayak untuk segera berubah perilakunya.
35 Universitas Sumatera Utara
2.3 2.3.1
Tuberkulosis Paru Pengertian TB Paru Menurut Depkes (2008)Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun(Depkes, 2008) . Tanpa pengobatan, setelah lima tahun, 50% dari penderita TBC akan meninggal, 25% akan sembuh sendiri dengan daya tahan tubuh tinggi, dan 25% sebagai “kasus kronik” yang tetap menular. Penderita TBC paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA Negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini seringkali dikelirukan dengan kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tapi cukup diberikan pengobatan simtomatis. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialis (Depkes, 2008). 2.3.2. Penularan Dan Penyebaran Tuberkulosis Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif. Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar
36 Universitas Sumatera Utara
selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet tersebut terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman TBC masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman TBC tersebut dapat menyebar dari paru kebagian tubuh lainnya, melalui system peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafas, atau penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya ( Depkes, 2008). Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatip (tidak terlihat kuman), maka penderita tersebut dianggap tidak menular. Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut ( Depkes, 2008). Risiko penularan setiap tahun (Annual Risk of Tuberculosis Infection = ARTI) di Indonesia dianggap cukup tinggi dan bervariasi antara 1-3 %. Pada daerah dengan ARTI sebesar 1%, berarti setiap tahun diantara 1000 penduduk, 10 (sepuluh) orang akan terinfeksi. Sebagian besar dari orang yang terinfeksi tidak akan menjadi penderita TBC, hanya sekitar 10% dari yang terinfeksi yang akan menjadi penderita TBC ( Depkes, 2008). Dari keterangan tersebut diatas, dapat diperkirakan bahwa pada daerah dengan ARTI 1%, maka diantara 100.000 penduduk rata-rata terjadi 100 (seratus) penderita tuberkulosis setiap tahun, dimana 100 penderita adalah BTA positif. Faktor yang mempengaruhi kemungkinan seseorang menjadi penderita TBC adalah daya tahan tubuh yang rendah; diantaranya karena gizi buruk atau HIV/AIDS ( Depkes, 2008).
37 Universitas Sumatera Utara
2.3.3. Riwayat terjadinya Tuberkulosis a. Infeksi primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan kuman TBC. Droplet yang terhirup sangat kecil ukurannya, sehingga dapat melewati system pertahanan mukosilier bronkus, dan terus berjalan sehingga sampai di alveolus dan menetap disana. Infeksi dimulai saat kuman TBC berhasil berkembang biak dengan cara pembelahan diri di paru, yang mengakibatkan peradangan di dalam paru. Saluran limfe akan membawa kuman TBC ke kelenjar limfe di sekitar hilus paru, dan ini disebut sebagai kompleks primer. Waktu antara terjadinya infeksi sampai pembentukan kompleks primer adalah sekitar 4-6 minggu. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan besarnya respon daya tahan tubuh (imunitas seluler). Pada umumnya reaksi daya tahan tubuh tersebut dapat menghentikan perkembangan kuman TBC. Meskipun demikian, ada beberapa kuman akan menetap sebagai kuman persister atau dormant (tidur). Kadang kadang daya tahan tubuh tidak mampu menghentikan perkembangan kuman, akibatnya dalam beberapa bulan, yang bersangkutan akan menjadi penderita TBC. Masa inkubasi, yaitu waktu yang diperlukan mulai terinfeksi sampai menjadi sakit, diperkirakan sekitar 6 bulan ( Depkes, 2008).
38 Universitas Sumatera Utara
b. Tuberkulosis Pasca Primer (Post Primary TBC) Tuberkulosis pasca primer biasanya terjadi setelah beberapa bulan atau tahun sesudah infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi yang buruk. Ciri khas dari tuberkulosis pasca primer adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas atau efusi pleura ( Depkes, 2008). 2.3.4. Diagnosis Penderita Tuberkulosis Menurut Depkes (2008) bahwa gejala utama tuberculosis adalah batuk terus menerus dan berdahak selama 3 (tiga) minggu atau lebih. Gejala tambahan, yang sering dijumpai: 1. Dahak bercampur darah. 2. Batuk darah 3. Sesak nafas dan rasa nyeri dada. 4. Badan lemah, nafsu makan menurun, berat badan turun, rasa kurang enak badan (malaise), berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan, demam meriang lebih dari sebulan. Gejala-gejala tersebut diatas dijumpai pula pada penyakit paru selain tuberkulosis. Oleh sebab itu setiap orang yang datang ke UPK dengan gejala tersebut diatas, harus dianggap sebagai seorang “suspek tuberkulosis” atau tersangka penderita TBC, dan perlu dilakukan pemeriksaan dahak secara mikroskopis langsung ( Depkes, 2008). Diagnosis TBC Paru pada orang dewasa dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan
39 Universitas Sumatera Utara
dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS BTA hasilnya positif. Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto röntgen dada atau pemeriksaan dahak SPS diulang. − Kalau hasil röntgen mendukung TBC, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif. − Kalau hasil röntgen tidak mendukung TBC, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi. Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain, misalnya biakan. Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya Kotrimoksasol atau Amoksisilin) selama 1 – 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TBC, ulangi pemeriksaan dahak SPS. -
Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA positif
-
Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto röntgen dada, untuk mendukung diagnosis TBC.
-
Bila hasil röntgen mendukung TBC, didiagnosis sebagai penderita TBC BTA negative Rontgen positif.
-
Bila hasil röntgen tidak mendukung TBC, penderita tersebut bukan TBC. UPK yang tidak memiliki fasilitas röntgen, penderita dapat dirujuk untuk foto röntgen dada.
40 Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, pada saat ini, uji tuberkulin tidak mempunyai arti dalam menentukan diagnosis TBC pada orang dewasa, sebab sebagian besar masyarakat sudah terinfeksi dengan Mycobacterium tuberculosis karena tingginya prevalensi TBC. Suatu uji tuberkulin positif hanya menunjukkan bahwa yang bersangkutan pernah terpapar dengan Mycobacterium tuberculosis. Dilain pihak, hasil uji tuberkulin dapat negatif meskipun orang tersebut menderita tuberkulosis, misalnya pada penderita HIV / AIDS, malnutrisi berat, TBC milier dan morbili (Depkes, 2008). 2.3.5. Klasifikasi Penyakit dan Tipe Penderita Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru). Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TBC Paru dibagi dalam (Depkes, 2008).: 1) Tuberkulosis Paru BTA Positif. a) Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif. b) 1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. 2) Tuberkulosis Paru BTA Negatif Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif. TBC Paru BTA Negatif Rontgen Positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu bentuk berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto röntgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced” atau millier), dan/atau keadaan umum penderita buruk.
41 Universitas Sumatera Utara
Tuberkulosis Ekstra Paru adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (pericardium), kelenjar lymfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lainlain. TBC ekstra-paru dibagi berdasarkan pada tingkat keparahan penyakitnya, yaitu 1) TBC Ekstra Paru Ringan Misalnya: TBC kelenjar limphe, pleuritis eksudativa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang), sendi, dan kelenjar adrenal. 2) TBC Ekstra-Paru Berat Misalnya: meningitis, millier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TBC tulang belakang, TBC usus, TBC saluran kencing dan alat kelamin. Tipe penderita ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe penderita yaitu: a) Kasus Baru adalah penderita yang belum pernah diobati dengan OAT atau sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (30 dosis harian). b) Kambuh (Relaps) adalah penderita tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh, kemudian kembali lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. c) Pindahan (Transfer In) adalah penderita yang sedang mendapat pengobatan di suatu kabupaten lain dan kemudian pindah berobat ke kabupaten ini. Penderita pindahan tersebut harus membawa surat rujukan/pindah. d) Setelah Lalai (Pengobatan setelah default/drop-out ) adalah penderita yang sudah berobat paling kurang 1 bulan, dan berhenti 2 bulan atau lebih, kemudian datang
42 Universitas Sumatera Utara
kembali berobat. Umumnya penderita tersebut kembali dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif. e) Gagal adalah penderita BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi positif pada akhir bulan ke 5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau lebih.Gagal adalah penderita dengan hasil BTA negatif Röntgen positif menjadi BTA positif pada akhir bulan ke 2 pengobatan.
2.4. Multi Drug Resistance TB Paru ( TB –MDR) Resistance ganda adalah M. tuberculosis yang resistance minimal terhadap rifampisin dan INH dengan atau tanpa OAT lainnya. Rifampisin dan INH merupakan 2 obat yang sangat penting pada pengobatan TB yang diterapkan pada strategi DOTS ( Soepandi, 2010). Kasus MDR TB tersebut, yang pengobatannya jauh lebih sukar daripada kasus Tb biasa, tidak hanya membahayakan dirinya tetapi juga menular bagi masyarakat sekitarnya.Karena itu kasus tersebut harus diidenfikasi dengan benar dan cepat agar pengobatan dapat dilakukan dengan tepat dan secepatnya. Mengingat bahwa diagnose MDR TB adalah bukanlah diagnosis klinis, maka pemeriksaan uji kepekaan menjadi sangat penting dalam tatalaksana kasus MDR TB , apalagi pernyataan kesembuhan juga didasarkan atas hasil pemeriksaan biakan ( Sjahrurachman, 2010). Secara umum resistance terhadap obat anti tuberkulosis dibagi menjadi (Soepandi, 2010):
43 Universitas Sumatera Utara
a) Resistance primer ialah apabila pasien sebelumnya tidak pernah mendapat pengobatan OAT atau telah mendapat pengobatan OAT kurang dari 1 bulan. b) Resistance initial ialah apabila tidak diketahui pasti apakah pasien belum atau sudah pernah menjalani pengobatan OAT sebelumnya. c) Resistance sekunder ialah apabila pasien telah mempunyai riwayat pengobatan OAT minimal 1 bulan Suspek MDR TB Pasien yang dicurigai MDR TB adalah ( Soepandi, 2010) : 1. Kasus TB paru kronik: dibuktikan dengan rekam medis sebelumnya dan riwayat penyakit dahulu. 2. Pasien TB paru gagal pengobatan kategori 2. 3. Pasien TB yang pernah diobati TB termasuk OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin. 4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori 1. 5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori 1. 6. TB paru kasus kambuh. 7. Pasien TB yang kembali setelah lalai/pada pengobatan kategori 1 dan atau kategori2. 8. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien MDR TB konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal TB-MDR. Secara mikrobiologi resistance disebabkan oleh mutasi genetik dan hal ini membuat obat tidak efektif melawan basil mutan. Mutasi terjadi spontan dan berdiri
44 Universitas Sumatera Utara
sendiri menghasilkan resistance OAT. Sewaktu terapi OAT diberikan galur M. Tb wild type tidak terpajan. Diantara populasi M. Tb wild type ditemukan sebagian kecil mutasi resistance OAT. Resistance lebih 1 OAT jarang disebabkan genetik dan biasanya merupakan hasil penggunaan obat yang tidak adekuat. Sebelum penggunaan OAT sebaiknya dipastikan M. Tb sensitif terhadap OAT yang akan diberikan. Sewaktu penggunaan OAT sebelumnya individu telah terinfeksi dalam jumlah besar populasi M. Tb berisi organisms resistance obat ( Hanafi, 2010). Populasi galur M. Tb resistance mutan dalam jumlah kecil dapat dengan mudah diobati. Terapi Tb yang tidak adekuat menyebabkan proliferasi dan meningkatkan populasi galur resistance obat. Kemoterapi jangka pendek pasien resistance obat menyebabkan galur lebih resistance terhadap obat yang digunakan atau sebagai efek penguat resistance si. Penularan galur resistance obat pada populasi juga merupakan sumber kasus resistance obat baru. Meningkatnya koinfeksi Tb HIV menyebabkan progresi awal infeksi MDR TB menjadi penyakit dan peningkatan penularan MDR TB ( Hanafi, 2010).. Banyak faktor penyebab MDR TB . Beberapa analisis difokuskan pada ketidakpatuhan pasien. Ketidakpatuhan lebih berhubungan dengan hambatan pengobatan seperti kurangnya pelayanan diagnostik, obat, transportasi, logistik dan biaya pengendalian program Tb. Survei global resistance OAT mendapatkan hubungan antara terjadinya MDR TB dengan kegagalan program Tb nasional yang sesuai petunjuk program Tb WHO. Terdapatnya MDR TB dalam suatu komuniti akan menyebar. Kasus tidak diobati dapat menginfeksi lebih selusin penduduk setiap
45 Universitas Sumatera Utara
tahunnya dan akan terjadi epidemic khususnya di dalam suatu institusi tertutup padat seperti penjara, barak militer dan rumah sakit. Penting sekali ditekankan bahwa MDR TB merupakan ancaman baru dan hal ini merupakan manmade phenomenon ( Hanafi, 2010).. Pengendalian sistematik dan efektif pengobatan Tb yang sensitive melalui DOTS merupakan senjata terbaik untuk melawan berkembangnya resistance obat. Terdapat 5 sumber utama resistance obat Tb menurut kontribusi Spigots ( Hanafi, 2010), yaitu : 1. Pengobatan tidak lengkap dan adekuat menyebabkan mutasi M. Tb resistance s 2. Lamanya pasien menderita infeksi disebabkan oleh keterlambatan diagnosis MDR TB dan hilangnya efektiviti terapi sehingga terjadi penularan galur resistance obat terhadap kontak yang masih sensitif. 3. Pasien resistance obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek memiliki angka kesembuhan kecil dan hilangnya efek terapi epidemiologi penularan. 4. Pasien resistance obat Tb dengan kemoterapi jangka pendek akan mendapatkan resistance lanjut disebabkan ketidak hati—hatian pemberian monoterapi (efek penguat). 5. Koinfeksi HIV dapat memperpendek periode infeksi menjadi penyakit Tb dan penyebab pendeknya masa infeksi. 2.4.1. Diagnosis MDR TB Langkah awal mendiagnosis resistance obat Tb adalah mengenal pasien dalam risiko dan mempercepat dilakukannya diagnosis laboratorium. Deteksi awal MDR TB
46 Universitas Sumatera Utara
dan memulai sejak awal terapi merupakan faktor penting untuk mencapai keberhasilan terapi. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi sputum BTA, uji kultur M. Tb dan resistance obat. Kemungkinan resistance obat Tb secara simultan dipertimbangkan dengan pemeriksaan sputum BTA sewaktu menjalani paduan terapi awal. Kegagalan terapi dapat dipertimbangkan sebagai kemungkinan resistance obat Tb sampai ada hasil uji resistance obat beberapa minggu kemudian yang menunjukkan terdapatnya paduan terapi yang tidak adekuat. Identifikasi cepat pasien resistance obat Tb dilakukan terutama pasien memiliki risiko tinggi karena program pengendalian Tb lebih sering menggunakan paduan terapi empiris, minimalisasi penularan, efek samping OAT, memberikan terapi terbaik dan mencegah resistance obat lanjut ( Hanafi, 2010). Diagnosis MDR TB dipastikan berdasarkan uji kepekaan. Semua suspek MDR TB diperiksa dahaknya untuk selanjutnya dilakukan pemeriksaan biakan dan uji kepekaan. Jika hasil uji kepekaan terdapat yang resistance minimal terhadap rifampisin dan INH, maka dapat ditegakkan diagnosis TB-MDR. ( Soepandi, 2010). Diagnosis dan pengobatan yang cepat dan tepat untuk MDR TB didukung oleh (Soepandi, 2010) : a)
Pengenalan faktor risiko untuk TBMDR
b) Pengenalan kegagalan obat secara dini c)
Uji kepekaan obat
47 Universitas Sumatera Utara
Pengenalan kegagalan pengobatan secara dini : 1. Batuk tidak membaik yang seharusnya membaik dalam waktu 2 minggu pertama setelah pengobatan 2. Tanda kegagalan : sputum tidak konversi, batuk tidak berkurang, demam, berat badan menurun atau tetap Hasil uji kepekaan diperlukan : a) Untuk diagnosis resistance si b) Sebagai acuan pengobatan 2.4.2. Faktor yang Memengaruhi terjadinya TB - MDR Kegagalan pengobatan poliresistance TB atau MDR TB akan menyebabkan lebih banyak kuman yang resistance terhadap OAT. Kegagalan ini bukan hanya merugikan pasien tetapi juga meningkatkan penularan di masyarakat. TB resistance obat anti TB (OAT) pada dasarnya adalah suatu fenomena buatan manusia, sebagai akibat dari pengobatan pasien TB tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya penularan dari pasien MDR TB ke orang lain / masyarakat. Faktor penyebab resistance kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain: faktor mikrobiologik a. Resistance yang - jarang terjadi misalnya resistance terhadap rifampicin b. Resistance yang didapat c. Virulensi kuman d. Tertular galur kuman –MDR
48 Universitas Sumatera Utara
Faktor penyebab resistance kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain faktor klinik yaitu : A. Penyelenggara kesehatan 1) Keterlambatan diagnosis 2) Pengobatan tidak mengikuti 3) Penggunaan paduan OAT tidak adekuat yaitu karena jenis obatnya yang kurang, atau karena di lingkungan tersebut telah terdapat resistance yang tinggi terhadap OAT yang digunakan misal rifampisin atau INH 4) Tidak ada guideline 5) Tidak ada / kurangnya pelatihan TB 6) Tidak ada pemantauan pengobatan 7) Fenomena addition syndrome yaitu suatu obat ditambahkan pada satu paduan yang telah gagal. Bila kegagalan ini terjadi karena kuman tuberkulosis telah resistance pada paduan yang pertama maka penambahan 1 jenis obat tersebut akan menambah panjang daftar obat yang resistance . 8) Organisasi program nasional TB yang kurang baik. B. Obat 1) Pengobatan TB jangka waktunya lama lebih dari 6 bulan sehingga membosankan pasien. 2) Obat toksik menyebabkan efek samping sehingga pengobatan kompllit atau sampai selesai gagal.
49 Universitas Sumatera Utara
3) Obat tidak dapat diserap dengan baik misal rifampisin diminum setelah makan, atau ada diare. 4) Kualitas obat kurang baik missal penggunaan obat kombinasi dosis tetap yang bioavaibilitas rifampisinnya berkurang. 5) Regimen / dosis obat tidak tepat. 6) Harga obat tidak terjangkau. 7) Pengadaan obat terputus. C. Pasien 1) PMO tidak ada / kurang baik. 2) Kurangnya informasi atau penyuluhan. 3) Kurang dana untuk obat, pemeriksaan penunjang dll. 4) Efek samping obat. 5) Sarana dan prasarana transportasi sulit / tidak ada. 6) Masalah sosial. 7) Gangguan penyerapan obat. Faktor penyebab resistance kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain faktor program yaitu: 1) Tidak ada fasilitas untuk biakan dan uji kepekaan 2) Amplifier effect 3) Tidak ada program DOTS-PLUS 4) Program DOTS belum berjalan dengan baik 5) Memerlukan biaya besar
50 Universitas Sumatera Utara
Faktor penyebab resistance kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain faktor AIDS–HIV yaitu: 1) Kemungkinan terjadi MDR TB lebih besar 2) Gangguan penyerapan 3) Kemungkinan terjadi efek samping lebih besar Faktor penyebab resistance kuman M. tuberculosis terhadap OAT antara lain faktor kuman yaitu: Kuman M. tuberculosis super strains : Sangat virulen, daya tahan hidup lebih tinggi, berhubungan dengan MDR TB Kategori Resistance M tb terhadap OAT: Terdapat empat jenis kategori resistance terhadap obat TB : 1) Mono-resistance : kebal terhadap salah satu OAT. 2) Poly-resistance : kebal terhadap lebih dari satu OAT, selain kombinasi isoniazid dan rifampisin. 3) Multidrug-resistance (MDR) : kebal terhadap sekurang-kurangnya isoniazid dan rifampisin. 4) Extensive drug-resistance (XDR): TB- MDR ditambah kebal terhadap salah salah satu obat golongan fluorokuinolon, dan sedikitnya salah satu dari OAT injeksi lini kedua (kapreomisin, kanamisin, amikasin) 2.4.3. Penatalaksanaan dan Strategi Pengobatan TB – MDR a. Penatalaksanaan Pada penatalaksanaan MDR TB yang diterapkan adalah strategi DOTS plus. “S” diartikan strategi bukan short-course therapy, “Plus” yang dimaksud adalah
51 Universitas Sumatera Utara
menggunakan OAT lini kedua dan kontrol infeksi. Pengobatan jangka pendek untuk MDR TB tidak tepat . Merupakan suatu kenyataan bahwa pengobatan TB apapun, tulang punggungnya adalah penerapan strategi DOTS. Strategi DOTS diperlukan untuk mencegah resistance dan pengobatan TB. b. Strategi pengobatan Strategi program pengobatan sebaiknya berdasarkan data uji resistance dan frekuensi penggunaan OAT di negara tersebut. Beberapa strategi pengobatan TBMDR : 1) Pengobatan Standar. Data (DRS) dari populasi pasien yang representative digunakan sebagai dasar regimen pengobatan karena tidak tersedianya hasil uji resistance individual. Seluruh pasien akan mendapatkan regimen pengobatan yang sama. Pasien yang dicurigai MDR TB sebaiknya dikonfirmasi dengan uji resistance si. 2) Pengobatan empiris. Tiap regimen pengobatan dibuat berdasarkan riwayat pengobatan tuerkulosis pasien sebelumnya dan data hasil uji resistance populasi representatif. Biasanya regimen empiris akan disesuaikan setelah hasil uji resistance induvidual. 3) Pengobatan individual. Regimen pengobatan berdasarkan riwayat pengobatan tuberkulosis sebelumnya dan hasil uji resistance si. Menyusun paduan pengobatan Prinsip dasar yang diperlukan untuk menyusun paduan pengobatan TBMDR adalah :
52 Universitas Sumatera Utara
a) Pemilihan regimen berdasarkan riwayat pemakaian obat oleh pasien sebelumnya b) Menggunakan obat-obatan yang biasa digunakan di negara tersebut; sebaiknya diketahui prevalensi resistance OAT lini pertama dan kedua sebelum menyusun regimen pengobatan. c) Regimen sebaiknya terdiri dari sedikitnya empat obat yang masih atau hampir efektif. Apabila harus memakai obat yang belum diketahui efektivitasnya maka obat tersebut dapat digunakan tetapi jangan dipakai sebagai obat utama. d) Jika mungkin, pirazinamid, etambutol dan fluorokuinolon diberikan satu kali sehari karena lebih efektif. Pemberian dosis OAT lini kedua lainnya satu kali perhari tergantung toleransi pasien. Etionamid/ protionamid, sikloserin dan PAS diberikan dalam dosis terbagi untuk menghindari efek samping. e) Dosis obat sebaiknya berdasarkan berat badan. f) Efek samping harus dikenali dan ditatalaksana dengan segera untuk mencegah putusnya obat dan mencegah morbiditas dan mortalitas akibat efek samping. g) Obat suntik (aminoglikosida atau kapreomisin) digunakan minimal selama enam bulan dan sekurangkurangnya empat bulan setelah konversi kultur. h) Minimum lama pengobatan adalah 18 bulan setelah konversi kultur. i) Pengobatan yang diberikan adalah pengawasan menelan obat langsung (DOT). • Hasil uji sensitivitas obat harus dapat dipercaya (dari laboratorium yang terpercaya) dan digunakan sebagai paduan pengobatan. j) Pirazinamid dapat digunakan selama pengobatan apabila dinilai efektif; seperti pada pasien MDR TB dengan inflamasi paru kronik yang secara teori memiliki
53 Universitas Sumatera Utara
suasana lingkungan asam dimana pirazinamid dapat bekerja aktif. Sebagai alternatif, pemberian pirazinamid dapat dihentikan bersamaan dengan fase injeksi jika pasien dapat melanjutkan fase berikutnya dengan sedikitnya tiga OAT yang dinilai efektif. k) Deteksi dini MDR TB dan memulai pengobatan segera adalah salah satu kunci keberhasilan pengobatan. l) Jangan mengunakan siprofloksasin sebagai OAT. Kelompok OAT yang digunakan dalam pengobatan TB-MDR harus digunakan secara hirarki; pilih dahulu kelompok satu, kemudian secara berurutan pilihan terakhir kelompok 5, perlu diketahui kelompok 4 tidak tersedia di Indonesia. 1) Kelompok 1 : OAT lini 1. Isoniazid (H), Rifampisin (R), Etambutol (E), Pirazinamid (Z), Rifabutin (Rfb). • 2) Kelompok 2 : Obat suntik. Kanamisin (Km), Amikasin (Am), Kapreomisin (Cm), Streptomisin (S) 3) Kelompok 3 : Fluorokuinolon. Moksifloksasin (Mfx), Levofloksasin (Lfx), Ofloksasin (Ofx). 4) Kelompok 4 : Bakteriostatik OAT lini kedua : Etionamid (Eto), Protionamid (Pto), Sikloserin (Cs), Terzidone (Trd), PAS. 5) Kelompok 5: Obat yang belum diketahui efektivitasnya : Klofazimin (Cfz), Linezolid (Lzd), Amoksiclav (Amx/clv), Tiosetazone (Thz), Imipenem/cilastin (Ipm/cln), H dosis tinggi, Klaritromisin (Clr).
54 Universitas Sumatera Utara
a. Lama fase intensif Pemberian obat suntik atau fase intensif yang direkomendasikan adalah berdasarkan konversi kultur. Obat suntik diteruskan sekurang-kurangnya 6 bulan dan minimal 4 bulan setelah hasil sputum atau kultur pertama yang menjadi negatif. Pendekatan individual termasuk hasil kultur, sputum, foto toraks dan keadaan klinis pasien juga dapat membantu memutuskan penghentian pemakaian obat suntik. b. Lama pengobatan Lamanya
pengobatan
berdasarkan
konversi
kultur.
Panduan
yang
direkomendasikan adalah meneruskan pengobatan minimal 18 bulan setelah konversi kultur. Sampai saat ini belum ada data yang mendukung pengurangan lama pengobatan. Pengobatan lebih dari 24 bulan dapat dilakukan pada kasus kronik dengan kerusakan paru luas. c. Pengobatan tambahan Pendukung nutrisi. Pasien TBDR sering mengalami malnutrisi selain itu OAT lini kedua dapat menyebabkan penurunan nafsu makan. Vitamin B6, vitamin A dan mineral sebaiknya ditambahkan dalam diet sehari-hari. Kortikosteroid. Diberikan pada gangguan pernapasan berat, keterlibatan SSP atau perikard. Prednison diberikan mulai 1 mg/kgbb., dinaikkan 10 mg/minggu apabila akan diberikan dalam jangka lama
55 Universitas Sumatera Utara
2.5.
Pengawas Menelan Obat ( PMO) Salah satu dari komponen DOTS adalah pengobatan paduan OAT jangka
pendek dengan pengawasan langsung. Sejak tahun 1995, manajemen operasional yang menyesuaikan strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) menekankan adanya pengawas menelan obat (PMO) untuk setiap penderita TB paru dengan harapan dapat menjamin keteraturan minum obat bagi setiap penderita selama masa pengobatan (Depkes, 2008). 1. Persyaratan/ kriteria PMO a. Seseorang yang dikenal, dipercaya dan disetujui, baik oleh petugas kesehatan maupun penderita, selain itu harus disegani dan dihormati oleh penderita. b. Seseorang yang tinggal dekat penderita. c. Bersedia membantu penderita dengan sukarela. d. Bersedia dilatih dan atau mendapat penyuluhan bersama-sama dengan penderita. 2. Siapa yang bisa jadi PMO Sebaiknya PMO adalah petugas kesehatan, misalnya Bidan di Desa, Perawat, Pekarya, Sanitarian, Juru Imunisasi, dan lain-lain. Bila tidak ada petugas kesehatan yang memungkinkan, PMO dapat berasal dari kader kesehatan, guru, anggota PPTI, PKK, atau tokoh masyarakat lainnya atau anggota keluarga (Depkes, 2008). 3. Tugas seorang PMO Menurut PDPI (2006), tugas PMO antara lain: a. Bersedia mendapat penjelasan di poliklinik. b. Melakukan pengawasan terhadap pasien dalam hal minum obat.
56 Universitas Sumatera Utara
c. Mengingatkan pasien untuk pemeriksaan ulang dahak sesuai jadwal yang telah ditentukan yaitu akhir bulan kedua, 1 bulan sebelum akhir pengobatan dan atau akhir bulan pengobatan. d. Memberikan dorongan terhadap pasien untuk berobat secara teratur hingga selesai. e. Mengenali efek samping ringan obat, dan menasehati pasien agar tetap mau menelan obat serta merujuk pasien bila efek samping memberat. f. Melakukan kunjungan rumah (jika PMO bukan anggota keluarga) g.
Memberikan penyuluhan pada anggota keluarga penderita TB yang mempunyai gejala-gejala tersangka TB untuk segera memeriksakan diri kepada petugas kesehatan.
2.6.
Perilaku Kesehatan Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup)
yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang, sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan: berpikir,berpendapat,bersikap)maupun aktif (melakukan tindakan). Sesuai dengan batasannya perilaku kesehatan dapat dirumuskan sebagai segala bentuk pengalaman
57 Universitas Sumatera Utara
dan interaksi individu dan lingkungannya, khususnya yang menyangkut pengetahuan, sikap tentang kesehatannya serta tindakannya yang berhubungan dengan kesehatan. 2.7 Teori Perubahan Perilaku 2.7.1 Pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan ini terjadi melalui panca indera manusia yakni penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi. Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal. Menurut Notoatmodjo (2010), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu: 1.
Tahu (know) Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
58 Universitas Sumatera Utara
sesuatu yang spesifik dari seluruh bagian yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan. 2.
Pemahaman (Comprehension) Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan. 4. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
59 Universitas Sumatera Utara
5. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sistesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. 6. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang ada. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas (Notoadmojo, 2010). 2.7.2. Sikap Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak langsung dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan seharihari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial ( Notoadmojo, 2010 ).
60 Universitas Sumatera Utara
Secara umum sikap dapat dirumuskan sebagai kecenderungan untuk merespon (secara positif atau negatif) terhadap orang, objek atau situasi tertentu. Sikap mengandung suatu penelitian emosional/afektif (senang, benci, sedih dan sebagainya). Selain bersifat positif dan negatif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dan sebagainya). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang. Sebab sering kali terjadi bahwa seseorang dapat berubah dengan memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya. Sikap sesorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak langsung dapat dilihat, tetapi dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Allport (1954) dalam Soekijo (1993), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai tiga komponen pokok yaitu : a.
Kepercayaan (kenyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek.
b. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek. c. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave) Sikap ini terdiri dari 4 (empat) tingkatan yaitu : 1. Menerima (receiving) Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperlihatkan stimulus yang diberikan (objek). Misalnya sikap orang terhadap gizi dapat dilihat dari
61 Universitas Sumatera Utara
kesediaan dan perhatian orang itu terhadap ceramah-ceramah tentang gizi. 2. Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya. Mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (Valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya: seorang ibu yang mengajak ibu yang lain untuk pergi menimbangkan anaknya ke posyandu, atau mendiskusikan tentang gizi, adalah suatu bukti bahwa si ibu tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Ciri-ciri sikap adalah : 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang
itu dalam hubungan
dengan objeknya.
Sifat ini
membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat. 2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah - ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat - syarat
62 Universitas Sumatera Utara
tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa. 4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni : 1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesuatu yang bersifat communicable artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya, perangsang itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsangperangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-
63 Universitas Sumatera Utara
pertimbangan atau penilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keinginan-keinginan pada orang itu dan sebagainya. 3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusia memilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu dilayani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih. 4. Sebagai pernyataan kepribadian. Sikap sering mencerminkan kepribadian seseorang. Ini sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut. 2.7.3. Tindakan Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan ( Notoadmojo, 2010 ).
64 Universitas Sumatera Utara
Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu : 1. Persepsi (Perception) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2. Respon Terpimpin (guided response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua. 3. Mekanisme (mechanism) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga. 4. Adopsi (adoption) Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. 2.7.4. Teori Perubahan Perilaku Menurut Skinner bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, perubahan perilaku seseorang akan bergantung kepada kualitas stimulus yang diberikan yang berupa komunikasi dengan organisme. Keberhasilan perubahan perilaku akan ditentukan kualitas sumbernya. ( Maulana, 2009)
65 Universitas Sumatera Utara
Perilaku dapat berubah jika stimulus yang diberikan melebihi stimulus semula atau dapat meyakinkan organisme. Peran faktor pendorong menjadi sangat penting untuk meyakinkan organisme ( Maulana, 2009). Stimulus Organisme Respons. Respon ini dibedakan menjadi dua ( Notoadmodjo, 2007), yaitu: 1. Respondent respons atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut elicting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 2. Operant respons atau Instrumental, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian di ikuti oleh stimulus atau perangsangan tertentu. Perangsangan ini di sebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu: 1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan bel0um dapat di amati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik
66 Universitas Sumatera Utara
yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior. STIMULUS
RESPONS TERTUTUP Pengetehuan Sikap
ORGANISME
RESPONS TERBUKA Praktik
Gambar 2.1. Teori Perubahan Perilaku SOR ( Skinner)
2.8. Landasan Teori Menurut Hewit dalam Fitriani (2011) bahwa proses komunikasi memiliki tujuan yaitu mempelajari atau mengajarkan seseorang, mempengaruhi perilaku seseorang, mengungkapkan perasaan dan menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain. Menurut Skinner bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar), dan kemudian organisme tersebut merespon, perubahan perilaku seseorang akan bergantung kepada kualitas stimulus yang diberikan yang berupa komunikasi dengan organisme. Keberhasilan perubahan perilaku akan ditentukan kualitas sumbernya. ( Maulana, 2009) Perilaku dapat berubah jika stimulus yang diberikan melebihi stimulus semula atau dapat meyakinkan organisme. Peran faktor pendorong menjadi sangat penting untuk meyakinkan organisme ( Maulana, 2009). Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat di bedakan menjadi dua, yaitu:
67 Universitas Sumatera Utara
a. Perilaku Tertutup (Covert Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert) respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat di amati secara jelas oleh orang lain. Oleh sebab itu, disebut covert behavior atau unobservable behavior. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior) Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat di amati atau di lihat. Oleh sebab itu disebut overt behavior. Menurut Mc Guire dalam Nasir (2011) bahwa komunikasi persuasif memiliki beberapa tahapan ( Nasir, 2011) yaitu 1. penerima harus mengikuti pesan yang disampaikan, dalam arti pesan yang disampaikan dapat diterima dan diterjemahkan dengan baik oleh pendengar 2. Penerima pesan harus memahami melalui pengertian yang baik 3. Penerima harus mengalah pada arti pesan dengan cara merubah keyakinankeyakinan 4. Penerima harus mengingat pesan tersebut setelah pembicaraan selesai dan mampu menginat isi pesan dalamkehidupan sehari-hari 5. Melibatkan perubahan keyakinan yang secara krusial dapat bergantung pada persepsi penerima terhadap kredibilitas suatu sumber
68 Universitas Sumatera Utara
Perhatian Pemahaman
Perubahan Perilaku
Penerimaan
Gambar 2.2. Pendekatan Komunikasi Persuasif ( Azwar S , 2012) 2.9. Kerangka Konsep Berdasarkan beberapa kajian teori dan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian yang disusun adalah sebagai berikut: Komunikasi Persuasif PMO − -Perhatian − Pemahaman − Penerimaan Perilaku PMO - Pengetahuan - Sikap
Tindakan Pencegahan MDR TB
Gambar 2.3. Kerangka Konsep Penelitian Konsep utama penelitian adalah untuk melihat hubungan komunikasi persuasif dalam bentuk perhatian, pemahaman dan penerimaan dan perilaku Pengawas Menelan Obat ( PMO) dengan tindakan pasien TB paru dalam pencegahan MDR TB Paru .
69 Universitas Sumatera Utara