BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini akan diuraikan tentang pembahasan yang terkait, dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu: 2.1. Defenisi Pengalaman 2.2. Konsep Persalinan 2.2.1. Defenisi Persalinan 2.2.2. Tanda – Tanda Persalinan. 2.2.3. Asuhan Persalinan Normal 2.3. Konsep Nyeri 2.3.1. Defenisi nyeri 2.3.2. Manajemen Nyeri Persalinan Metode Non Farmakologis 2.4. Pelayanan Kebidanan 2.5. Pengalaman Ibu Melahirkan
Universitas Sumatera Utara
2.1. Defenisi Pengalaman Pengalaman kata dasarnya “alami” yang berati mengalami, melakoni, menempuh, menemui, mengarungi, menghadapi, menyebrangi, menyelami, menanggung, mendapat, mengenyam, menikmati, dan merasakan (Endarmoko, 2006). Pengalaman merupakan sumber pengetahuan. Akan tetapi pengalaman pribadi seorang wanita dapat berdampak bagi wanita lain. Dengan membagikan pengalaman mereka saat-saat awal menjadi ibu dengan wanita lain, pemahaman merekatentang pengalaman tersebut semakin mendalam. (Kirkham, 1997).
2.2. Persalinan 2.2.1. Defenisi Persalinan Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri) (Manuaba, 1998). Persalinan merupakan kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Sastrawinata,1983).
Universitas Sumatera Utara
2.2.2. Tanda-Tanda Persalinan Tanda persalinan sebagai berikut : 1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang semakin pendek 2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu: •
Pengeluaran lendir
•
Lendir bercampur darah
3. Dapat disertai pecah ketuban 4. Pada pemeriksaan dalam, dijumpai perubahan serviks: •
Perlunakan serviks
•
Pendataran serviks
•
Terjadi pembukaan serviks ( Manuaba, 1998).
2.2.3. Asuhan Persalinan Normal Penuntun Persalinan Normal. Dalam penuntun persalinan normal ada terdapat enam puluh langkah (60 langkah) dengan ringkasan sebagai berikut: I. Melihat tanda dan gejala Kala II terdapat 1 langkah II. Menyiapkan pertolongan persalinan terdapat 5 langkah III. Memastikan pembukaan lengkap dan keadaan janin baik terdapat 4 langkah IV. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses pimpinan meneran terdapat 3 langkah. V. Persiapan Pertolongan kelahiran bayi terdapat 4 langkah VI. Menolong kelahiran bayi terdapat 7 langkah
Universitas Sumatera Utara
VII. Penanganan bayi baru lahir terdapat 6 langkah VIII.Penatalaksanaan aktif persalinan kala III terdapat 9 langkah IX. Menilai perdarahan terdapat 2 langkah X.
Melakukan prosedur pascapersalinan terdapat 19 langkah. Penuntun persalinan normal tersebut diatas akan dijabarkan sebagai berikut:
I. Melihat Tanda dan Gejala Kala Dua 1. Mengamati tanda dan gejala persalinan normal •
Ibu mempunyai keinginan untuk meneran
•
Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rektum/ vaginanya.
•
Perineum menonjol
•
Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.
II. Menyiapkan Pertolongan Persalinan 1. Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai dalam partus set. 2. Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih. 3. Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih. 4. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi. Memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk semua pemeriksaan dalam. 5. Menghisap oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan didinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkannya kembalidi
Universitas Sumatera Utara
partus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi tabung suntik. III. Memastikan Pembukaan Lengkap dan Keadaan Janin Baik 1. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menmggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan dekontaminasi). 2. Dengan menggunakan teknik antiseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. •
Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.
3. Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedlam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti diatas). 4..Memeriksa denyut jantung
janin (DJJ) setelah kontraksi berakhir dengan
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (100-180 kali/menit) •
Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal
•
Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasilhasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.
Universitas Sumatera Utara
IV. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Pimpinan Meneran 1. Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya. •
Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.
•
Menjelaskan
kepada
anggota
keluarga
bagaimana
meraka
dapat
mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 2. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk meneran. (pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa aman). 3. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: •
Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinginan untuk meneran
•
Mendukung dan membri semangat atas usaha ibu untuk meneran.
•
Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang).
•
Menganjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
•
Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu.
•
Menganjurkan asupan cairan peroral
Universitas Sumatera Utara
•
Menilai DJJ setiap 5 menit.
•
Jika bayi belum lahir atau kelahiran belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60 menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera.
Jika ibu tidak mempunyai keinginan untuk meneran •
Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit, menganjurkan ibu untuk mulai meneran pada puncak kontraksi-kontraksi tersebut dan beristirahat diantara kontraksi.
•
Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera setelah 60 menit meneran, merujuk ibu dengan segera.
V. Persiapan Pertolongan Kelahiran Bayi 1. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan handuk bersih diatas perut ibu untuk mengeringkan bayi. •
Sediakan tempat untuk antisipasi untuk terjadinya komplikasi persalinan (asfiksia), sebelah bawah kaki ibu temapat tidur yang datar alas keras. Beralaskan 2 kain dan 1 handuk. Dengan lampu sorot 60 watt (jarak 60 cm dari tubuh bayi).
2. Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu. 3. Membuka partus set.
Universitas Sumatera Utara
4. Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. VI. Menolong Kelahiran Bayi Lahirnya kepala 1. Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain dikepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. •
Jika ada mekonium dalam cairan ketuban, segera hisap mulut dan hidung bayi setelah kepala lahir menggunakan penghisap lendir DeLee disinfeksi tingkat tinggi atau steril atau bola karet penghisap yang baru dan bersih.
2. Dengan lembut menyeka muka, hidung, mulut bayi dengan kain atau kasa yang bersih. 3. Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi: •
Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
•
Jika tali pusat melilit lahir bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat, dan memotongnya.
4. Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. Lahirnya Bahu
Universitas Sumatera Utara
5. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan masingmasing di sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan ke arah luar hingga bahu anterior muncul dibawah arkus pubis dan kemudian dengan lembut menarik ke arah atas dan arah luar untuk melahirkan bahu posterior. Lahirnya Badan dan Tungkai 6. setelah kedua bahu dilahirkan, menerusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah kearah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagaian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 7. Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada diatas (anterior) dari punggung kearah kaki bayi untuk menyangganya saat punggung dan kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dan dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. VII. Penanganan Bayi Baru Lahir. 1. Menilai bayi dengan cepat (jika dalam penilaian terdapat jawaban tidak dari 5 pertanyaan, maka lakukan langkah awal), kemudian meletakkan bayi diatas perut ibu enan posisi kepala bayi lebih rendah dari tubuhnya (bila tali pusat terlalu pendek, meletakkan bayi di tempat yang memungkinkan). 2. Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali bagian tali pusat.
Universitas Sumatera Utara
3. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira- kira 3 cm dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem kearah ibu dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (kearah ibu). 4. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting, dan memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut. 5. mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala, membiarkan tali pusat terbuka. Jika bayi mengalami kesulitan untuk bernafas, mengambil tindakan yang sesuai. 6.Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu menghendakinya.
VIII. Penatalaksanaan Aktif Persalinan Kala Tiga Oksitosin 1. Meletakkan kain yang bersih dan kering. Melakukan palpasi abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua. 2. Memberitahu kepada ibu bahwa ia akan disuntik. 3. Dalam waktu 2 menit setelah kelahiran bayi, memberikan suntikan oksitosin 10 unit IM di 1/3 paha kanan atas ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dulu. Penegangan Tali Pusat Terkendali 4. Memindahkan klem pada tali pusat sekitar 5-10 cm dari vulva.
Universitas Sumatera Utara
5. Meletakkan satu tangan di atas kain yang ada di perut ibu, tepat di atas tulang pubis, dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem dengan tangan yang lain. 6. Menunggu uterus berkontrkasi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Lakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso-kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. •
Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan rangsangan putting susu.
Mengeluarkan Plasentas 7. Setelah plaenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. •
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva.
•
Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit: -
Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM
Universitas Sumatera Utara
-
Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu.
-
Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan
-
Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya
-
Merujuk ibu jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
8. Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut dan perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. •
Jika selaput ketuban robek, memakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forceps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal.
Rangsangan Taktil (pemijatan) Uterus 9. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). IX. Menilai Perdarahan 1 . Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.
Universitas Sumatera Utara
•
Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai.
2. Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. X. Melakukan Prosedur Pascapersalinan 1. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. Mengevaluasi perdarahan pervaginam 2. Mencelupkan kedua tangan yang memakai serung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut dengan air disinfektan tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering. 3. Menempatkan klem tali pusat disenfeksi tingkat tinggi atau steril atau mengikatkan tali disenfeksi tingkat tinggi dengan simpul mati disekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat. 4. Mengikat satu lagi simpul mati di bagian tali pusat yang berseberangan dengan simpul mati yang pertama. 5. Melepaskan klem bedah dan meletakkannya di dalam larutan klorin 0,5%. 6. Menyelimuti kembali bayi dan menutupi bagian keplanya. Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering. 7. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI. Evaluasi 8. Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam: •
2-3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan
Universitas Sumatera Utara
•
Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan
•
Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan
•
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melaksanakan perawatan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 9. Mengajarkan pada ibu/keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 10. Mengevaluasi perdarahan. 11 .Memeriksa tekanan darah, nadi dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pascapersalinan dan setipa 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. •
Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan.
•
Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
Kebersihan dan Keamanan 12. Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah didekontaminasi. 13. Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 14. Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.
Universitas Sumatera Utara
Membersihkan cairan ketuban lendir dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. 15. Memastikan bahwa ibu
nyaman.
Membantu
ibu
memberikan ASI.
Menganjurkan keluarga untuk memberik ibu minuman dan makanan yang diiginkannya. 16. Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilasnya dengan air bersih. 17. Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 18. Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. Dokumentasi 19. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang).
2.3. Konsep Nyeri 2.3.1. Defenisi Nyeri Menurut Berger (1992), nyeri adalah suatu fenomena alamiah yang mengindikasikan bahwa terdapat sesuatu yang tidak baik didalam tubuh. Pinda (2000), menyatakan nyeri selalu bersifat subjektif, setiap insane mempelajari penerapan dari kata tersebut melalui pengalaman sebelumnya dalam kehidupan. Tidak dapat dipungkiri bahwa nyeri adalah perasaan tubuh atau bagian dari tubuh manusia. Ia senantiasa tidak menyenangkan dan keberadaannya merupakan sebuah pengalaman. Sedangkan menurut Reeder & Martin (1984),
Universitas Sumatera Utara
nyeri merupakan pengalaman seseorang, berbeda antara satu orang dengan orang lain serta bervariasi yang dirasakan oleh orang yang sama dari waktu dengan waktu yang lain. 2.3.2. Mekanisme Nyeri Persalinan Non Farmakologis Metode non farmakologis yaitu upaya menghilangkan rasa nyeri melalui cara-cara
alamiah
(Danuatmaja
&
Meiliasari,2004). Keberhasilan
non
farmakologis ini bersifat individual, artinya terapi yang berhasil bagi seorang ibu lain, dimana mereka potensial memiliki strategi tersendiri dalam mengatasai rasa nyeri persalinan (Danuatmaja & Meiliasari,2004). Ada beberapa metode untuk menhilangkan rasa nyeri secara non farmakologis: 1. Relaksasi Relaksasi merupakan pengendalian nyeri yang memberikan wanita masukan terbesar, masukan bukan hanya dari ibu tetapi terdiri dari pengajaran untuknya selama kehamilan dan penguatan pendamping persalinannya (Schrock,1998 dikutip Mender,2003). 2. Pijatan dalam Persalinan Pijatan merupakan metode yang memberikan rasa lega pada banyak wanita selama tahap pertama persalinan (Mander,2003). Pijat secara lembut membuat ibu merasa lebih segar, rileks, dan nyaman selama persalinan (Danuatmaja & Meiliasari,2004).
Universitas Sumatera Utara
3. Posisi Melahirkan Posisi melahirkan yang banyak digunakan adalah berbaring terlentang sepanjang persalinan pertama. Selanjutnya jika tiba waktunya mengedan, ibu dipindahkan ke posisi berbaring, kedua kaki dibuka lebar dan disangga atau lithotomi, namun posisi melahirka tidak hanya sebatas sepert itu (Danuatmaja & Meiliasari, 2004). Ada beberapa posisi persalinan menurut Jaman (1998) yang umum digunakan sebagai berikut: a. Berbaring Berbaring merupakan posisi yang umum digunakan dan sering disebut dengan lithotomi. Pada posisi ini ibu
dibiarkan terlentang seraya
menggantung kedua pahanya pada penopang kursi khusus untuk bersalin. b. Miring Posisi ini mengharuskan ibu berbaring miring kekiri kekanan. Salah satu kaki diangkat, sedangkan kaki yang lainnya dalam keadaan lurus. c. Setengah duduk Pada posisi ini, ibu duduk dengan punggung bersandar bantal, kaki ditekuk dan paha dibuka kearah samping. d. Jongkok Posisi persalinan sudah dikenal dengan posisi alami.
Universitas Sumatera Utara
2.4. Pelayanan Kebidanan Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk mewujudkan kesehatan keluarga dalam rangka tercapainya keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan diberikan secara holistik, yaitu: memprihatinkan aspek bio,psiko sosial dan kultural sesuai dengan kebutuhan pasien. Palayanan tersebut diberikan dengan tujuan kehidupan dan kelangsungan pelayanan. Pasien memerlukan pelayanan dari provider yang memiliki karakteristik sebagai berikut: a. semangat untuk melayani b. simpati c. empati d. tulus ikhlas e. memberikan kepuasan Setelah itu bidan sebagai pemberi pelayanan harus memperhatikan hal-hal seperti di bawah ini: a. aman b. nyaman c. privacy d. alami e. tepat. Bidan adalah tenaga pelayanan profesional yang memberikan pelayanan sesuai dengan ilmu dan kiat kebidanan (50 tahun IBI.2005).
Universitas Sumatera Utara
2.5. Pengalaman Ibu Melahirkan Sebenarnya apa saja yang terkait dengan proses persalinan itu sehingga begitu banyak membuat orang repot? Ada segunung hal-hal negatif mengenai proses persalinan. Proses persalinan merupakan hal hebat. Merupakan suatu keistimewaan jika berada dalam situasi akan melahirkan. Hari kelahiran bayi anda sebaiknya merupakan saat terbaik dalam kehidupan anda. Melahirkan adalah peristiwa terpenting dalam hidup anda.Tidak semua wanita bisa melahirkan. Wanita yang dapat melahirkan adalah wanita yang istimewa (Susan, 2006). Melahirkan memberikan banyak pengalaman berbeda. Ini adalah contohcontoh bagaimana para wanita mengganbarkan proses persalinan: -“Persalinan itu luar biasa menantang-mental dan fisik” -“Persalinan adalah pekerjaan menemui makhluk mungil yang anda besarkan dengan indah selama 40 minggu.” -“Persalinan adalah pengalaman yang mendewasakan” -“Persalinan adalah kerja keras” Semua pendapat tersebut benar. Melahirkan adalah perayaan kehidupan baru. Terimalah bahwa di akhir kehamilan akan ada proses persalinan. Calon ibu/para ibu perlu melakukan beberapa jam pekerjaan yang luar biasa untuk berjumpa dengan bayinya. Betapa menariknya! Pada jaman sekarang ini semua wanita yang melahirkan menghadapi sejumlah tantangan menjelang kehamilan dan melahirkan. Mungkin saja tantangan tersebut dalam pekerjaan, pribadi, keluarga, keuangan emosional dan spiritual. Strategi yang dilakukan untuk menghadapi tantangan-tantangan tersebut, bahwa kita harus ingat:
Universitas Sumatera Utara
•
Anda bisa melakukannya
•
Anda bisa melakukan proses persalinan
•
Anda bisa melahirkan
•
Anda benar-benar bisa mengontrol
•
Percaya pada diri sendiri
•
Percaya pada bayi anda
•
Percaya pada kemampuan anda
•
Percaya pada kekuatan anda sebagai seorang wanita Jangan pernah kehilangan pandangan ini selama kehamilan anda.
Kehamilan anda seharusnya menjadi petunjuk yang terbaik di hari terbaik dalam kehidupan anda. Ingat hamil dan melahirkan bukanlah suatu sakit dan penyakit (Susan.2006). Ketika mengetahui dirinya hamil, banyak wanita bertanya-tanya apa yang seharusnya dilakukan pertama kali. Tempat yang baik untuk memulai adalah memeriksa fasilitas yang tersedia di daerah anda. Bila anda tinggal di kota besar, mungkin anda mempunyai sejumlah pilihan berbeda, sebaliknya bila anda tingga tidak di kota besar, seringkali anda hanya memiliki satu pilihan saja. Jadi lihatlah rumah sakit lokal tersebut dan temukan model perawatan yang ditawarkan. Jika hal tersebut tidak cocok dengan kriteria anda, atau anda ingin memeriksa pilihan lainnya, maka mungkin anda harus bersiap-siap melakukan perjalanan untuk mendapatkan model perawatan yang anda pikir terbaik dan cocok untuk anda. Hal ini benar-benar sangat berharga untuk dilakukan. Tidak ada peraturan yang menyatakan anda harus melahirkan di rumah sakit lokal. Jangan terpengaruh oleh
Universitas Sumatera Utara
teman-teman anda yang mengatakan untuk pergi ke fasilitas khusus, apa yang cocok bagi mereka, belum tentu cocok bagi anda. Setiap kehamilan, proses persalinan dan kelahiran adalah berbeda, dan sangat berharga. (Susan.2006).
Universitas Sumatera Utara