4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perkiraan Tinggi Badan Secara sederhana Topmaid dan Rollet membuat formula perkiraan tinggi badan yang kemudian dipopulerkan oleh Hewing pada tahun 1923. Formula tersebut hanya memperkirakan apakah seseorang tersebut tinggi, sedang atau pendek dan tidak memberi ukuran ketinggian yang begitu tepat. Dalam formula ini disebutkan bahwa panjang tulang humerus, femur, tibia dan tulang belakang masing-masing adalah 20%, 22%, 27% dan 35% daripada ketinggian individu si empunya tulang tersebut. 1Bertillon menyebutkan bahwa teori perhitungan tentang pengukuran tubuh manusia sebaiknya dilakukan pada usia 21 tahun15. Tinggi badan merupakan ukuran bagi seseorang pada saat masih hidup, sedangkan panjang badan merupakan ukuran seseorang pada saat setelah meninggal dunia. Panjang badan atau tinggi badan sangatlah penting untuk penentuan identifikasi seseorang. Sehingga dalam proses identifikasi tersebut, memperkirakan tinggi badan atau panjang badan seseorang merupakan suatu keharusan sebagai syarat mutlak dalam suatu identifikasi. Mengukur tinggi badan pada korban hidup adalah lebih mudah dilakukan jika dibandingkan mengukur panjang badan pada korban (jenazah), dan semakin sulit bila korban (jenazah) dalam keadaan sudah tidak utuh lagi atau mengalami kerusakan yang sangat hebat. 4 Pengukuran tinggi badan manusia umumnya diukur dalam satuan centimeter (cm), ini juga didasari atas formula tentang perkiraan tinggi badan yang sudah
Universitas Sumatera Utara
5
ada.9 Pada sikap anatomi bahwa orang berdiri secara tegak lurus dengan ekstremitas atas disamping tubuh, telapak tangan dan wajah menghadap kedepan.5 Tinggi badan diukur pada saat berdiri secara tegak lurus dalam sikap anatomi. Kepala berada dalam posisi sejajar dengan dataran Frankfurt. Tinggi badan adalah hasil pengukuran maksimum panjang tulang-tulang secara paralel yang membentuk poros tubuh (The Body Axix), yaitu diukur dari titik tertinggi di kepala (cranium) yang disebut Vertex, ke titik terendah dari tulang kalkaneus (the calcanear tuberosity) yang disebut heel (Gambar 2.1). 6
Gambar 2.1. Pengukuran Tinggi Badan berdasarkan Bentuk Poros Tubuh (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T) 2.2. Titik Anatomis Panjang Lengan Atas Secara teori disebutkan bahwa umumnya pria dewasa cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita dewasa dan juga mempunyai tungkai yang lebih panjang, tulangnya yang lebih besar dan lebih berat serta massa otot yang lebih besar dan padat. Pria mempunyai lemak subkutan yang lebih sedikit, sehingga membuat bentuknya lebih angular. Sedangkan wanita dewasa cenderung lebih pendek dibandingkan pria dewasa dan mempunyai tulang yang lebih kecil dan lebih sedikit massa otot. Wanita lebih banyak mempunyai lemak subkutan. Wanita
Universitas Sumatera Utara
6
mempunyai sudut siku yang lebih luas, dengan akibat deviasi lateral lengan bawah terhadap lengan atas yang lebih besar.6 tidak adanya standardisasi, terutama pada bidang osteometri (pengukuran tulang-tulang). tidak adanya standardisasi ini membuat para ahli tidak bisa membandingkan hasil penelitiannya karena standar pengukuran, titik pengukuran serta indeks yang berbeda-beda. Misalnya simbol v ialah vertex,sty ialah stylion yang merupakan titik paling distal pada ujung processus styloideus.9 Hal inilah yang menjadi dasar peneliti menetapkan Titik Anatomis lengan atas yaitu d ari Puncak Bahu sampai Lipat Siku.
Gambar 2.2.
(A) Pengukuran beberapa Ukuran Panjang Lengan (B) Beberapa Titik Anatomis Tubuh (dikutip dari Buku Glinka J,Artaria M.D, Koesbardiati T.)
2.3. Antropometri Dalam pengamatan sehari-hari akan membawa kita kepada pengalaman bahwa manusia, walaupun satu species, bervariasi juga. Kenyataan ini mendorong orang untuk melihat perbedaan-perbedaan ini makin teliti dan metode yang paling tepat adalah ukuran, dimana disamping ketepatan memungkinkan juga
Universitas Sumatera Utara
7
objektivitas. Dengan demikian lahirlah bidang ilmu yang disebut antropometri. Antropometri berasal dari kata Anthropos yang berarti man (orang) dan Metron yang berarti measure (ukuran). Jadi antropometri merupakan pengukuran terhadap manusia (mengukur manusia).8 Johan Sigismund Elsholtz adalah orang pertama yang menggunakan istilah antropometri dalam pengertian sesungguhnya pada tahun 1654. Ia adalah seorang ahli anatomi berkebangsaan Jerman. Pada saat itu ia menciptakan alat ukur yang disebut “anthropometron”, namun pada akhirnya Elsholtz menyempurnakan alat ukurnya dan inilah cikal bakal instrumen atau alat ukur yang sekarang kita kenal sebagai antropometer (Gambar 2.3).9
Gambar 2.3.
(A) Papan Osteometri. (B) Antropometer menurut Martin (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T.)
Pada abad 19, penelitian di bidang antropometri mulai berkembang dari perhitungan sederhana menjadi lebih rumit, yaitu dengan menghitung indeks. Indeks adalah cara perhitungan yang dikembangkan untuk mendeskripsikan bentuk (shape) melalui keterkaitan antar titik pengukuran. Perhitungan indeks, titik pengukuran dan cara pengukuran berkembang pesat yang berdampak pada banyaknya variasi cara klasifikasi.9
Universitas Sumatera Utara
8
Alat ukur yang digunakan umumnya adalah antropometer ataupun alat ukur lainnya, seperti kaliper geser/ sorong (Gambar 2.4). 9
Gambar 2.4.
Antropometer Kaliper Geser/Sorong (dikutip dari buku Glinka J, Artaria M.D, Koesbardiati T.)
Dengan demikian, akhirnya kita mengenal beberapa kategori manusia berdasarkan tingginya, ada yang sangat tinggi, tetapi ada juga yang sangat pendek (Tabel 2.1).8 Tabel 2.1.
Klasifikasi Tinggi Badan menurut MARTIN Knussmann (dikutip dari buku Glinka J,Artaria M.D,Koesbardiati T.)
Kerdil Sangat pendek Pendek Di bawah sedang Sedang Di atas sedang Tinggi Sangat tinggi Raksasa
Laki-laki (dalam cm) x-129,9 130,0-149,9 150,0-159,9 160,0-163,9 164,0-166,9 167,0-169,9 170,0-179,9 180,0-199,9 200,0-x
Wanita (dalam cm) x-120,9. 121,0-139,9 140,0-148,9 149,0-152,9 153,0-155,9 156,0-158,9 159,0-167,9 168,0-186,9 187,0-x
Universitas Sumatera Utara
9
2.4. Menentukan Tinggi Badan yang Tidak Utuh Pada keadaan tubuh yang tidak lagi utuh, dapat diperkirakan tinggi badan seseorang secara kasar, yaitu dengan : 4 a)
Mengukur jarak kedua ujung jari tengah kiri dan kanan pada saat direntangkan secara maksimum, akan sama dengan ukuran tinggi badan.
b)
Mengukur panjang dari puncak kepala (Vertex) sampai symphisis pubis dikali 2.
c)
Mengukur panjang dari lekuk di atas sternum (sternal notch) sampai symphisis pubis lalu dikali 3,3.
d)
Mengukur panjang ujung jari tengah sampai ujung olecranon pada satu sisi yang sama, lalu dikali 3,7.
e)
Panjang femur dikali 4.
f)
Panjang humerus dikali 6. Bila pengukuran dilakukan pada tulang-tulang saja, maka dilakukan
penambahan 2,5 sampai 4 cm untuk mengganti jarak sambungan dari sendi-sendi. Ketika sendi-sendi tidak lagi didapat, maka perhitungan tinggi badan dapat dilakukan dengan mengukur tulang-tulang panjang dengan menggunakan beberapa formula yang ada. 10
2.5. Beberapa Ahli yang Menggunakan Formula Tulang-tulang Panjang A. Formula Karl Pearson Formula ini telah dipakai luas diseluruh dunia sejak lama (tahun 1899). Formula ini membedakan formula untuk laki-laki dan perempuan untuk subjek
Universitas Sumatera Utara
10
penelitian kelompok orang-orang eropah (European) dengan melakukan pengukuran pada tulang-tulang panjang yang kering (Tabel 2.2).7 Tabel 2.2. Formula Karl Pearson Untuk Laki-laki dan Perempuan Laki– laki: 1. Tinggi Badan = 81.306 + 1.88 x F1 2. 3. 4. 5. 6.
Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan
= = = = =
70.641 + 2.894 x HI 78.664 + 2.376 x TI 85.925 + 3.271 x RI 71.272 + 1.159 x (F1 + T1) 71.443 + 1.22 x (F1 + 1.08 x TI)
7. 8. 9. 10.
Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan
= = = =
66.855 + 1.73 x (H1 + R1) 69.788 + 2.769 x (H1 + 0.195 x R1) 68.397 + 1.03 x F1 + 1.557 x HI 67.049 + 0.913 x F1 + 0.6 x T1 + 1.225 x HI – 0.187 x RI
Perempuan: 1. Tinggi Badan = 72.844 + 1.945 x F1 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10.
Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan Tinggi Badan
= = = = = = = = =
71.475 + 2.754 x H1 74.774 + 2.352 x TI 81.224 + 3.343 x R1 69.154 + 1.126 x (F1+T1) 69.154 + 1.126 x (F1 + 1.125 x T1) 69.911 + 1.628 x (H1+R1) 70.542 + 2.582 x (H1 + 0.281 x RI) 67.435 + 1.339 x F1 + 1.027 x H1 67.469 + 0.782 x F1 + 1.12 x T1 + 1.059 x H1 – 0.711 x R1
Catatan : F1: Panjang maksimal tulang paha (femur) H1: Panjang maksimal tulang lengan atas (humerus) R1: Panjang maksimal tulang pengumpil (radius) T1: Panjang maksimal tulang kering (tibia)
Universitas Sumatera Utara
11
B. Formula Trotter-Glesser (1958) Formula yang dipopulerkan dalam buku Martin-Knussmann (1988) ini memakai subjek penelitian kelompok laki-laki ras mongoloid (Tabel 1.3). 11 Tabel 2.3. Formula Trotter-Glesser (1958) Tinggi Badan = 2.68 x (HI) + 83.2 ± 4.3 Tinggi Badan = 3.54 x (RI) + 83.0 ± 4.6 Tinggi Badan = 3.48 x (U1) + 77.5 ± 4.8 Tinggi Badan = 2.15 x (F1) + 72.6 ± 3.9 Tinggi Badan = 2.39 x (T1) + 81.5 ± 3.3 Tinggi Badan = 2.40 x (Fi1) + 80.6 ± 3.2 Tinggi Badan = 1.67 x (H1 + R1) + 74.8 ± 4.2 Tinggi Badan = 1.68 x (H1 + U1) + 71.2 ± 4.1 Tinggi Badan = 1.22 x (F1 + T1) + 70.4 ± 3.2 Tinggi badan = 1.22 x (F1 + Fi1) + 70.2 ± 3.2
Catatan : Angka dengan tanda ± adalah nilai Standard Error, yang dapat dikurangi atau ditambah pada nilai yang diterima dari kalkulasi. Makin kecil SE, makin tepat taksiran menurut rumus regresi. C. Formula Parikh Formula ini didasarkan atas pemeriksaan terhadap tulang-tulang kering. 1 Tabel 2.4. Formula Parikh Laki-laki TB (Cm) = Humerus x 5.31
Perempuan TB (Cm) = Humerus x 5.31
TB (Cm) = Radius x 6.78 TB (Cm) = Ulna x 6.00 TB (Cm) = Femur x 3.82
TB (Cm) = Radius x 6.70 TB (Cm) = Ulna x 6.00 TB (Cm) = Femur x 3.80
TB (Cm) = Tibia x 4.49
TB (Cm) = Tibia x 4.46
TB (Cm) = Fibula x 4.46
TB (Cm) = Fibula x 4.43
Universitas Sumatera Utara
12
D. Formula Amri Amir Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada laki-laki dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang : tahun 1989 ini dibuat berdasarkan pemeriksaan terhadap orang hidup pada laki-laki dan perempuan dewasa muda. 12 Tabel 2.5. Formula Amri Amir No 1 2 3 4 5 6
Tulang Humerus Radius Ulna Femur Tibia Fibula
1.34 3.13 2.88 1.42 1.12 1.35
Rumus Regresi x H x Ra x U x Fe x T x Fi
+ + + + + +
123.43 87.91 91.27 109.28 124.88 117.20
r2 0.22 0.45 0.43 0.30 0.23 9.29
Rumus regresi hubungan tinggi badan dengan tulang panjang pada wanita dengan nilai R2 untuk masing-masing tulang. Tabel 2.6. Formula Amri Amir No 1 2 3 4 5 6
Tulang Humerus Radius Ulna Femur Tibia Fibula
1.46 1.50 2.85 0.79 1.33 1.71
Rumus Regresi x H + x Ra + x U + x Fe + x T + x Fi +
111.33 119.58 86.75 124.67 110.70 99.20
r2 0.32 0.30 0.46 0.17 0.26 0.36
E. Formula Mistar Ritonga (1992) Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan: 13 Laki – laki: TB = 144,98 + 4,09 x Th
Universitas Sumatera Utara
13
Rumus Tinggi Hidung untuk mengetahui tinggi badan: 13 Wanita: TB = 130,82 + 4,86 x Th
Keterangan: TB = Tinggi Badan TH = Tinggi Hidung
Universitas Sumatera Utara