BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi 2.1.1 Pengertian koperasi Menurut Sumarni dan Soeprihanto (1995) koperasi adalah suatu perkumpulan yang beranggotakan orang atau badan-badan yang memberikan kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota dengan bekerjasama secara kekeluargaan, menjalankan usaha untuk mempertinggi kesejahteraan jasmaniah para anggotanya. Berdasarkan definisi tersebut maka di dapat adanya unsur-unsur yang terkandung dalam koperasi, antara lain: 1.
Berazaskan kekeluargaan atau bersifat gotong royong.
2.
Bertujuan mengembangkan kesejahteraan anggotanya, kesejahteraan masyarakat dan daerah.
3.
Keangotaan koperasi bersifat sukarela atas dasar kekeluargaan
4.
Pembagian sisa hasil usaha didasarkan atas keseimbangan jasa.
5.
Kekuasaan tertinggi dalam koperasi terdapat pada rapat anggota. Koperasi berusaha mendidik anggotanya kearah kesadaran berkoperasi,
menyelenggarakan salah satu atau beberapa usaha dalam lapangan perekonomian dan mewajibkan serta menggiatkan anggotanya untuk menyimpan secara teratur.
8
9
2.1.2 Landasan, azas, tujuan, dan prinsip koperasi Koperasi Indonesia berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, serta berdasarkan atas azas kekeluargaan. Tujuan koperasi adalah untuk memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 (Pasal 3 UU No. 25 Tahun 1992). Fungsi koperasi sendiri adalah sebagai berikut; a) Sebagai urat nadi kegiatan perekonomian Indonesia; b) Sebagai upaya mendemokrasikan sosial ekonomi Indonesia; c) Untuk meningkatkan kesejahteraan warga negara indonesia; dan d) Memperkokoh perekonomian rakyat indonesia dengan jalan pembinaan koperasi. Menurut Undang-Undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa fungsi dan peran koperasi: 1.
Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
2.
Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan masyarakat
3.
Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional dengan koperasi sebagai soko-gurunya
4.
Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional, yang merupakan usaha bersama berdasarkan atas asas kekeluargaan dan demokrasi ekonomi
10
Prinsip`koperasi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan berkoperasi. Dengan melaksanakan keseluruhan prinsip tersebut, koperasi mewujudkan dirinya sebagai badan usaha sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berwatakan sosial. Adapun prinsip koperasi tersebut adalah keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka, pengelolaan dilakukan secara demokratis, pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-masing anggota, pemberian balas jasa yang terbatas terhadap modal, dan kemandirian. Dalam mengembangkan koperasi, maka koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi, seperti pendidikan perkoperasian dan kerjasama antar koperasi (Depkop dan PPK, 1996).
2.2
Penilaian Kinerja Kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang dicapai dari
pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Definisi tersebut menunjukan bahwa kinerja merupakan kemampuan yang ditunjukkan melalui proses atau cara bekerja untuk mencapai hasil yang ingin dicapai (Setiyaningsih, 2012). Yuwono (2004) menyatakan bahwa penilaian kinerja merupakan sarana bagi manajemen untuk mengetahui sejauh mana tujuan perusahaan telah tercapai, menilai prestasi bisnis, manajer, divisi, dan individu dalam perusahaan, serta memprediksi harapan-harapan perusahaan pada masa yang akan datang. Mulyadi (2005) juga mengemukakan bahwa penilaian kinerja adalah penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian organisasi, dan karyawannya berdasarkan sasaran, standar, dan kriteria yang ditetapkan
11
sebelumnya. Pengukuran kinerja memberikan suatu alat untuk menetapkan ”angka sebutan” untuk pembanding sepanjang waktu. Pengukuran kinerja merupakan suatu cara mengukur arah dan kecepatan perubahan, yang dapat diibaratkan seperti alat ukur pengukur kecepatan dari sebuah mobil (Prijambodo, 2012). Banyak metode yang telah dikembangkan untuk melakukan pengukuran kinerja suatu perusahaan. Dalam manajemen tradisional, ukuran kinerja yang biasa digunakan adalah ukuran keuangan. Hal ini disebabkan karena ukuran keuangan inilah yang paling mudah dideteksi, sehingga pengukuran kinerja personel juga diukur dengan dasar keuangan. Kinerja lain seperti peningkatan komitmen personel, peningkatan kompetensi dan lain sebagainya seringkali diabaikan. Dalam pendekatan balanced scorecard, pengukuran kinerja didasarkan pada aspek keuangan maupun non keuangan. Aspek non keuangan mendapat perhatian yang cukup serius karena pada dasarnya peningkatan kinerja keuangan bersumber dari aspek non keuangan yaitu peningkatan cost-effectiveness proses bisnis, peningkatan komitmen organisasi dan peningkatan kepercayaan customer terhadap produk yang dihasilkan, sehingga apabila perusahaan akan melakukan pelipatgandaan kinerja maka fokus perhatian perusahaan haruslah ditujukan kepada peningkatan kinerja di bidang non-keuangan karena dari situlah kinerja keuangan berasal (Ciptani, 2000) Pada dasarnya terdapat tiga langkah dalam mendefinisikan pengukuran untuk suatu program balanced scorecard, yaitu: langkah I: Mendefinisikan pengukuran untuk setiap tujuan strategis. Setiap tujuan strategis dari setiap perspektif dalam program balanced scorecard harus paling sedikit memilki satu
12
pengukuran
kinerja;
langkah
II:
Mendefinisikan
sumber-sumber
untuk
pengukuran (identifikasi menggunakan tanda periksa V); dan langkah III: mendefinisikan bagaimana pengukuran itu diturunkan (dihasilkan) dan dilaporkan (Prijambodo, 2012)
2.3 Balanced Scorecard Untuk menunjang kebutuhan suatu organisasi dalam mencapai suatu keberhasilan di masa mendatang dengan suatu strategi bersaing, maka perlu dikembangkan suatu analisis dalam melakukan pengukuran terhadap kinerjanya. Dalam hal ini akuntansi manajemen mengembangkan suatu metode yaitu balanced scorecard. Balanced scorecard menurut Mulyadi (2005) terdiri atas dua kata yaitu: balance (seimbang) dan scorecard (kartu skor). Kata balance menunjukkan bahwa kinerja diukur secara berimbang dari aspek keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek, serta interen dan eksteren sedangkan kata scorecard adalah kartu yang digunakan untuk mencatat nilai hasil kinerja. Pendekatan balanced scorecard melibatkan identifikasi komponenkomponen kunci dari operasi, menetapkan tujuan bagi mereka, dan kemudian menggali cara-cara untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan tersebut. Secara bersamaan, tindakan-tindakan yang memberikan pandangan holistik tentang apa yang terjadi baik di dalam maupun di luar perusahaan atau tingkat operasional, sehingga memungkinkan setiap konstituen dari perusahaan untuk melihat bagaimana kegiatan mereka berkontribusi terhadap pencapaian misi keseluruhan perusahaan (Kaplan dan Norton, 2000)
13
Menurut Zulkarnaini (2012) tujuan ukuran balanced scorecard diturunkan dari visi dan strategi perusahaan. Tujuan dan ukuran tersebut memandang bahwa kinerja perusahaan berdasarkan pada empat perspektif yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis inernal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Keempat kerangka inilah yang memberi kerangka kinerja bagi balanced scorecard. Perspektif finansial atau keuangan menggambarkan keberhasilan finansial yang dicapai oleh organisasi atas aktivitas yang dilakukan dalam 3 perspektif lainnya. Perspektif pelanggan menggambarkan pelanggan dan segmen pasar di mana
organisasi
berkompetisi.
Perspektif
proses
bisnis
internal
mengidentifikasikan proses-proses yang penting untuk melayani pelanggan dan pemilik organisasi. Perspektif pembelajaran dan pertumbuhan menggambarkan kemampuan organisasi untuk menciptakan pertumbuhan jangka panjang (Imelda, 2004). Menurut Ika Susanti (2012) karakteristik dari balanced scorecard yaitu komprehensif, koheren, berimbang dan terukur. Komprehensif yaitu memperluas perspektif dalam perencanaan strategik, dari yang semula hanya terbatas pada aspek keuangan menjadi empat perspektif. Koheren yaitu membangun hubungan sebab akibat di antara berbagai sasaran strategik yang dihasilkan dalam perencanaan strategik. Berimbang yaitu antara aspek keuangan dan non keuangan menghasilkan pelayanan publik yang berkesinambungan. Terukur yaitu memberi kemudahan bagi organisasi untuk dapat menentukan ukuran dari sasaran strategi yang akan dicapai.
14
Kelemahan yang terdapat pada balanced scorecard menurut Tunggal (2000), antara lain: 1)
Tolak ukur kinerja harus konsisten dengan strategi perusahaan, karena bila tolak ukur kinerja tidak konsisten dengan strategi perusahaan, maka karyawan akan bekerja saling tumpang tindih.
2)
Balanced scorecard seharusnya tidak mempunyai terlalu banyak tolak ukur kinerja, karena mengakibatkan terjadinya kurang fokus dan kebingungan. Kaplan dan Norton (2000) mengemukakan, bahwa balanced scorecard
terdiri atas 4 (empat) perspektif, yakni 1) perspektif pelanggan, 2) perspektif keuangan, 3) perspektif proses bisnis internal, 4) perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Penjabaran lebih rinci dari empat perspektif di atas adalah sebagai berikut. Perspektif keuangan tetap menjadi hal yang sangat diperhatikan karena keuangan suatu ikthisar dari konsekuensi ekonomi yang terjadi yang disebabkan oleh keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil. Ukuran kinerja keuangan menunjukan apakah strategik, sasaran strategik, inisiatif strategik, dan implementasinya mampu memberikan kontribusi dalam menghasilkan laba rugi perusahaan. Kaplan dan Norton (2000) mengidentifikasikan tiga tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu sebagai berikut. 1.
Bertumbuh (Growth). Tahapan awal siklus kehidupan perusahaan, dalam hal ini perusahaan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu
15
produk/jasa dan fasilitas produksi, menambah kemampuan operasi, mengembangkan sistem, infrastruktur dan jaringan distribusi yang akan mendukung jaringan global, serta membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. 2.
Bertahan (Sustain). Setelah melalui tahap pertumbuhan perusahaan akan berada dalam tahap bertahan. Situasi ini di mana unit bisnis masih memiliki daya tarik bagi penanam investasi dan investasi ulang, tetapi diharapkan mampu menghasilkan pengembalian modal yang cukup tinggi. Pada tahap ini, perusahaan mencoba untuk mempertahankan pangsa pasar yang ada, bahkan mengembangkannya jika memungkinkan.
3.
Menuai (Harvest). Pada tahap ini perusahaan benar-benar menuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Perusahaan tidak lagi melakukan lebih jauh kecuali hanya untuk pemeliharaan peralatan dan perbaikan fasilitas, tidak untuk melakukan ekspansi/membangun suatu kemampuan baru. Tujuan utama dalam tahap ini adalah memaksimumkan arus kas yang masuk ke perusahaan. Pada perspektif pelanggan, para manajer mengidentifikasikan pelanggan
dan segmen pasar di mana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit bisnis didalam segmen pasar. Ukuran utama tersebut terdiri atas kepuasan pelanggan, retensi pelanggan, akuisisi pelanggan baru, profitibilitas pelanggan, dan pangsa pasar di segmen sasaran (Kaplan dan Norton, 2000). Kepuasan pelanggan sebagai salah satu alat ukur penilaian kinerja perspektif pelanggan, sangat bergantung pada persepsi pelanggan. Jika apa yang
16
diharapkan pelanggan sesuai dengan kinerja yang diberikan, maka pelanggan akan terpuaskan. Menurut Tjiptono (2000) ada lima dimensi pokok yang menentukan kualitas jasa, yaitu: a.
Bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan, pegawai, dan sarana komunikasi.
b.
Keandalan (reliability), adalah kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.
c.
Daya tanggap (responsiveness), adalah keinginan para staf dan karyawan untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap.
d.
Jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
e.
Empati (empathy), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan, komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami pelanggan. Disamping itu terciptanya customer satisfaction merupakan salah satu
indikator pengukuran kinerja organisasi sektor publik dewasa ini. Pendekatan dalam pengukuran kinerja bisa dimodifikasi agar layak digunakan untuk menilai kinerja akuntabilitas publik yang sebenarnya. Balanced scorecard bisa digunakan dalam berbagai macam cara agar mampu mendeteksi ketercapaian organisasi publik dalam melayani masyarakat (Fontanella, 2009) Menurut Kaplan dan Norton (2000) dalam perspektif proses bisnis internal, para eksekutif mengidentifikasikan berbagai proses bisnis internal penting yang harus dikuasai dengan baik oleh perusahaan. Proses ini memungkinkan unit bisnis untuk memberikan proposisi nilai yang akan menarik perhatian dan mempertahankan pelanggan dalam segmen pasar dan memenuhi
17
harapan keuntungan finansial yang tinggi para pemegang saham. Rantai nilai proses bisnis internal terdiri dari tiga proses bisnis utama, yaitu. a.
Proses inovasi, merupakan pengidentifikasian kebutuhan pelanggan masa kini, masa datang serta mengembangkan solusi baru untuk kebutuhan pelanggan
meliputi:
peluncuran
produk
baru,
dan
mempercepat
penyerahan produk ke pasar. b.
Proses operasi, merupakan gelombang pendek penciptaan nilai dalam perusahaan. Proses operasi menitikberatkan kepada penyampaian produk dan jasa kepada pelanggan secara efisien, konsisten, dan tepat waktu.
c.
Proses pelayanan purna jual, tahap ini adalah nilai rantai internal. Proses ini merupakan jasa pelayanan pada pelanggan setelah penjualan produk/jasa tersebut dijual. Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelayanan purna jual ini telah memenuhi harapan pelanggan dengan menggunakan pengukuran yang bersifat waktu, mutu, dan biaya. Perspektif
pembelajaran
dan
pertumbuhan
mengidentifikasikan
infrastruktur yang harus dibangun perusahaan dalam menciptakan kinerja jangka panjang. Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, ukuran yang berorientasi kepada pekerja terdiri atas gabungan ukuran hasil generik/kepuasan, tingkat retensi, pelatihan dan keahlian pekerja ditambah dengan faktor pendorong ukuran generik ini (Kaplan dan Norton, 2000). Tujuan yang ditetapkan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan adalah menyediakan infrastruktur yang memungkinkan agar tiga perspektif lainnya dapat tercapai. Tujuan dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
18
merupakan faktor pendorong dihasilkannya kinerja yang istimewa dalam tiga perspektif yaitu keuangan, pelanggan, dan proses bisnis internal. Kelompok pengukuran
utama untuk
menilai kinerja
perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan yaitu. a.
Kepuasan karyawan, di mana tujuan kepuasan karyawan menyatakan bahwa moral karyawan dan kepuasan kerja secara keseluruhan saat ini dipandang sangat penting oleh sebagian besar perusahaan. Oleh karena itu perusahaan ingin mencapai tingkat kepuasan pelanggan yang tinggi, perlu memiliki pelanggan yang dilayani oleh pekerja yang terpusatkan oleh perusahaan.
b.
Retensi karyawan, di mana tujuannya adalah memperhatikan selama mungkin para karyawan yang diminati oleh perusahaan karena mereka merupakan modal intelektual khusus organisasi dan aktiva non keuangan yang bernilai bagi perusahaan. Tingkat perputaran karyawan merupakan tolok ukur umum untuk menentukan tingkat loyalitas karyawan yang diukur dengan persentase orang yang keluar setiap tahun di lingkungan perusahaan. Menurut Singgih (2001) dalam metode pengukuran kinerja balanced
scorecard ada 3 prinsip yang memungkinkan strategi dapat diterjemahkan kedalam berbagai tujuan dalam setiap perspective, dalam perencanaan strategis, yaitu sebagai berikut ini: a.
Hubungan sebab dan akibat. Rantai sebab dan akibat harus mencakup keempat faktor balanced scorecard jadi setiap pengukuran yang dipilih dalam
19
balanced scorecard harus menjadi elemen dari rantai hubungan sebab dan akibat yang mengkomunikasikan arti dari strategi pada sebuah perusahaan b.
Ukuran hasil dan ukuran pemicu kinerja. Tolok ukur inilah yang berfungsi sebagai alat untuk mengetahui perubahan kinerja perusahaan (lebih baik, lebih buruk, atau tetap).
c.
Keterkaitan dengan masalah financial. Hubungan sebab akibat semua ukuran dalam sebuah balanced scorecard harus terkait dengan setiap tujuan financial perusahaan.