BAB 2 PROSES PENELITIAN, MASALAH, VARIABEL DAN PARADIGMA PENELITIAN A. Proses Penelitian Kuantitatif Proses penelitian kuantitatif pada gambar 2.1 berikut dikembangkan dari proses penelitian kuatitatif seperti yang tertera pada gambar 1.4
Pengujian instrumen
Populasi & Sampel
Rumusan masalah
Landasan teori
Perumusan hipotesis
Pengumpu lan data
Pengembangan instrumen
Analisis data
Kesimpulan dan Saran
Gambar 2.1. Komponen dan proses penelitian kuantitatif
Berdasarkan gambar 2.1 diberikan penjelasan sebagai berikut. Setiap penelitian selalu berangkat dri masalah, naun masalah yang dibawa peneliti harus sudah jelas,sedangkan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan. Setelah masalah diidentifikasikan dan dibatasi, maka selanjutnya masalah tersebut dirumuskan. Rumusan masalah pada umumnya dinyatakan dengan kalimat pertanyaan. Jadi teori dalam penelitian kuantitatif ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah penelitian tersebut. Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru menggunakan teori tersebut dinamakan hipotesis, maka hipotesis dapat diartikan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
M. R. D.
Page 1
Hipotesis yang masih merupakan jawaban sementara tersebut selanjutnya akan dibuktikan kebenarannya secara empiris/nyata. Untuk itu peneliti melakukan pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan pada populasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti. Bila populasi terlalu luas, sedangkan peneliti memiliki keterbatasan waktu, dana dan tenaga maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi tersebut. Bila peneliti bermaksud membuat generalisasi, maka sampel yang diambil harus representatif, dengan teknik random sampling. Meneliti adalah mencari data yang teliti/akurat. Untuk itu peneliti menggunakan instrumen penelitian, agar instrumen penelitian dapat dipercaya maka harus diuji validitas dan reabilitasnya. Setelah instrumen teruji validitas dan reabilitasnya, maka dapat digunakan untuk mengukur variabel yang telah ditetapkan untuk diteliti. Instrumen untuk pengumpulan data dapat berbentuk test dan non test. Untuk instrumen yang berbentuk non test, dapat digunakan sebagai kuesioner, pedoman observasi dan wawancara. Data yang telah terkumpul selanjutnya dianalisis. Analisis diarahkan untuk menjawab rumusan masalah dan hipotesis yang diajukan. Dalam penelitian kuantitatif analisis data menggunakan statistik. Statistik yang digunakan dapat berupa statistik deskriptif dan inferensial/induktif. Statistik inferensial dapat berupa statistik parametris dan statistik nonparametris. Peneliti menggunakan statistik inferensial bila penelitian dilakukan pada sampel yang diambil secara random. Data dari hasi; analisis selanjutnya disajikan dan diberikan pembahasan. Penyajian data dapat menggunakan tabel, tabel distribusi frekuensi, grafik garis, grafik batang, piechart (diagram lingkaran) dan pictogram. Pembatasan terhadap hasil penelitian merupakan penjelasan yang mendalam dan interprestasi terhadap data-data yang telah disajikan. Setelah hasil penelitian diberikan pembahasan, maka selanjunya dapat disimpulkan. Kesimpulan berisi jawaban singkat terhadap setiap rumusan masalah berdasarkan data yang telah terkumpul. Jadi kalau rumusa masalahnya ada lima, maka kesimpulannya juga ada lima. Karena peneliti melakukan penelitian bertujuan untuk memecahkan masalah, maka peneliti berkewajiban untuk memberikan saran-saran. Melalui saran-saran tersebut diharapkan masalah dapat dipecahkan. Saran yang diberikan harus berdasarkan kesimpulan hasil penelitian. Jadi jangan membuat saran yang tidak berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.
M. R. D.
Page 2
Apabila hipotesis penelirian yang diajukan tidak terbukti, maka perlu di cek apakah ada yang salah dalam penggunaan teori, instrumen, pengumpulan, analisis data atau rumusan masalah yang diajukan.
B. Masalah Emory (1985) menyatakan bahwa baik penelitian murni maupun terapan, semuanya berangkat dari masalah, hanya untuk penelitian terapan, hasilnya langsung dapat digunakan untuk membuat keputusan. Jadi setiap penelitian yang akan dilakukan harus selalu berangkat dari masalah, walaupun dialui bahwa memilih naslah penelitian sering merupakan hal yang paling sulit dalam proses penelitian (Tuckman,1998). Baila dalam penelitian telah dapat menemukan masalah yang betulbetul masalah, maka sebenarnya pekerjaan penelitian itu 50% telah selesai. Oleh kerna itu menemukan masalah dalam penelitian merupakan pekerjaan yang tidak mudah, tetapi setelah masalah dapat ditemukan, maka pekerjan penelitian akan segera dapat dilakukan. 1. Sumber Masalah Masalah dapat diartikan sebagai penyimpangan antara yang seharusnya dengan apa yang benarbenar terjadi,antara teoridengan praktek,antara peraturan dengan pelaksanaan, antara rencana dengan pelaksanaan. Stoner (1982) mengemukakn bahwa masalah-masalah dapat diketahui atau dicari apabila terdapat penyimpangan pengalaman dengan kenyataan, antara apa yang direncanakan denga kenyataan, adanya pengaduan, dan kompetisi. a. Terdapat penyimpanga antara pengalaman dengan kenyataan Di dunia ini yang tetapa hanya peruabahan, namun sering perubahan itu tidak diharapakan oleh orang-orang tertentu, kerna akan dapat menimbulkan masalah. Orang yang biasanya menjadi pimpinan pada bidang pemerintah harus berubah kebidang bisnis. Hal ini pada awalnya tentu akan muncul masalah. Orang atau kelompok yang biasanya mengelola pemerintahan dengan sisten sentralisasi lalu berubah menjadi disentralisasi, maka akan muncul masalah. Oarang yang biasanya menulis menggunakan mesin ketik manual harus ganti dengan komputer, maka akan muncul masalah. Apakah maslahnya sehingga perlu ada perubaha. Apakah maslahnya dengan sisten sentralisasi, sehingg perlu perubahan menjadi sistem disentralisasi dalam penyelengaraan pemerintahan, apaka maslahnya sehingga kebijakan pendidikan selalu berubah, ganti menteri ganti kebijakan ? apakah maslahnya detelah terjadi perubahan / M. R. D.
Page 3
b. Terdapat penyimpangan antara apa yang telah direncanakan denga kenyataan Suatu rencana yang telah ditetapkan, tetapi hasilnya tidak sesuai denga tujuan dari rencana tersebut, maka tentu ada masalah. Mungkin masih inga t pada era orde baru direncanaka pada tahun 2000 Bang sa Indonesia akan tinggal landas tetapi trnyat tidak, sehingga muncul masalh. Denga adanya reformasi diharapakan harga-harga akan turun, ternya tidak, sehingga timbul maslah. Direncanakan dengan adanya penataran pengawasn melekat, maka akan terjadi penurunan dalam jumlah KKn,tetapi ternya tidak sehingga timbul masalah. Apakah maslahnya sehingga apa yang direncanakan tidak menghasilkan kenyataan. Jadi untuk menemukan masalah dapat diperoleh dengan cara melihat dari adanya penyimpangan antara yang direncanakan dengan kenyataan. c. Adanya pengaduan Dalam suatu organisasi yang tadinya tenang tidak ada maslah, ternyata setelah ada pihak tertentu yang mengdukan produk maupun pelayanan yang diberikan, maka timbul maslah dalam organisasi itu. Pikiran pembaca yang dimuat dalam koran atau maslah mengaduka kualitas produk atau pelayanan suatu lembaga, dapat dipandang sebagai masalah, karna diadukan lewat media sehingga banyak banyak orang yang menjadi tahu akan kualitas produk dan kulitas pelayanan. Dengan demikian orang tidak akan membeli lagi atau tidak menggunakan jasa lembaga itu lagi. Demonstrasi yang dilakukan oleh sekelompok orang terhadap suatu organisasi juga dapat menimbulkan masalah. Dengan demikian masalah penelitian dapat digali dengan cara menganalisis isi pengaduan d. Ada kompetisi Adanya saingan atau kompetisi sering dapat menimbulkan masalah besar, bila tidak dapat memanfaatkan untuk kerja sama. Perusahaan Pos dan Giro merasa mempunyai masalah setelah ada biro jasa izin yang menerima titipan surat, titipan barang, ada hand [hone yang dapat digunakan untuk SMS, internet, e-mail. Perusahaan Keteta Api memandang angkatan umum jalan raya dengan Bus sebagai pesaing, sehingga menimbulkan masalah. Tetapi mungkin PT.Telkom kurang mempunyai masalah karena tidak ada perusahaan lain yang memberikan jasa yang sama lewat telepo kabl, tetapi menjadi masalah setelah ada saingan telepon genggam (hand phone). Dalam proposal penelitian, setiap masalah harus ditunjukkan dengan data. Misalnya penelitian tentang SDM harus ditunjukkan dengan data, berapa jumlah SDM yang terbatas, M. R. D.
Page 4
jenjang pendidikan yang rendah, kompetensi dan produktivitas yang masih rendah. Data masalah dapat diperoleh dari hasil pengamatan pendahuluan terhadap hasil penelitian orang lain, atau dari dokumentasi. Data yang diberikan harus up to date, lengkap dan akurat. Jumlah data masalah yang dikemukakan tergantung pada jumlah variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti. Kalau penelitian berkenaan denga 5 variabel, maka data masalah yang dikemukakan minimal 5. tanpa menunjukkan data,maka masalah yang dikemukakan dalam penelitian tidak akan dipercaya.
C. Rumusan Masalah Rumusan maslah berbeda dengan masalah. Kalau masalah itu merupakan kesenjangan antara yang diharapakan denga yang terjadi, maka rumusan masalah itu merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Namun demikian terdapat kaitan erat antara masalah dan rumusan masalah, karena setiap rumusan masalah penelitian harus didasarkan pada masalah. Bentuk-bentuk Rumusan Masalah penelitian Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicarikan jawabannya melalui pengumpulan data. Bentuk-bentuk rumusan masalah penelitian ini dikembangkan berdasarkan penelitian menurut tingkat eksplanasi. Bentuk masalah dapat dikelompokkan ke dalam bentuk masalah deskriptif, komparatif dan asosiatif. a. Rumusan masalah deskriptif Adalah suatu rumusan masalah yang berkenaan dengan pertanyaan terhadap keberadaan variabel mandiri, baik hanya pada satu variabel atau lebih. Jadi dalam penelitian ini peneliti tidak membuat perbandingan variabel itu pada sampel yang lain, dan mencari hubugan variabel itu dengan variabel yang lain. Penelitian semacam ini untuk selanjutnya dinamakan penelitian deskriptif. Contoh rumusan masalah desktiptif. 1) Seberapa baik kinerja kabinet bersatu ? 2) Bagaimanakah sikap masyarakat terhadap perguruan tinggi negeri berbadan hukum ? 3) Seberapa tinggi tingkat efektifitas kebijakan mobil penumpang tiga di Jakarta ? 4) Seberapa tinggi tingkat kepuasan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan pemerintah daerah di bidang kesehatan ? M. R. D.
Page 5
b. Rumusan masalah Komparatif Rumusan komparatif adalah rumusan masalah penelitian yang membandingkan keberadaan satu variabel atau lebih pada dua atau lebih smpel yang berbeda, atau pada waktu yang berbeda. Contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut. 1) Adakah perbedaan produktivitas kerja antara Pegawai Negeri, BUMN dan Swasta ? (satu variabel pada 3 sampel) 2) Adakah kesamaan cara promosi antara perusahaan A dan B ? 3) Adakah perbedaan kemampuan disiplin kerja antara pegawai swasta nasional dan perusahan asing ? (dua variabel pada dua sampel) 4) Adakah perbedaan kenyamanan naik Kereta api dan Bus menurut berbagai kelompok masyarakat. 5) Adakah perbedaan daya tahan berdiri pelayan toko yang berasal dari kota dan desa, gunung (satu variabel pada 3 sampel). 6) Adakah perbedaan tingkat kepuasan masyarakat di Kabupaten A dan B dalam hal pelayanan kesehatan ? 7) Adakah perbedaan kualitas manajemen antara Bank Swasta dan Bank Pemerintah. c. Rumusan masalah Asosiatif Adalah suatu rumusan masalah penelitian yang bersifat menanyakan hubungan antara dua variabel atau lebih. Terdapat tiga bentuk hubungan yaitu hubungan simetris, kausal dan interaktif/timbal balik 1) Hubungan Simetris Hubungan simetris adalah suatu hubungan antara dua variabel atau lebih yang kebetulan munculnya bersama, jadi bukan hubungan kausal atau interaktif, contoh rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : a) Adakah hubungan antara banyaknya semut di pohon dengan tingkat manisnya buah ? b) Adakah hubungan antara warna rambut dengan kemampuan memimpin ? c) Adakah hubungan antara jumlah payung yang terjual dengan jumlah kejahatan ? d) Adakah hubungan antara banyaknya radio di pedesaan dengan sepatu yang dibeli Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut : (1) Hubungan antara banyaknya radio dipedesaan dengan jumlah sepatu yang terjual. M. R. D.
Page 6
(2) Hubungan antara tinggi badan dengan prestasi kerja di bidang pemasaran (3) Hubungan antara payung yang terjual dengan tingkat kejahatan. 2) Hubungan Kausal Hubungan kausal adalah hubungan yang bersifat sebab akibat. Jadi disini ada variabel independen (yang mempengaruhi) dan dependen (dipengaruhi), contoh : a) Adakah pengaruh sistem penggajian terhadap prestasi kerja ? b) Seberapa besar pengaruh kepemimpinan nasional terhadap efisiensi kerja karyawan ? c) Seberapa besar pengaruh tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja karyawan ? d) Seberapa besar pengaruh kurikullum, media pendidikan dan kualitas guru terhadap kualitas SDM yang dihasilkan dari suatu sekolah ? Contoh judul penelitiannya adalah sebagai berikut : (1) Pengaruh insentif terhadap disiplin kerja karyawan di departemen X. (satu variabel independen) (2) Pengaruh gaya kepemimpinan dan tata ruang kantor terhadap efisiensi kerja di Departemen X. (dua variabel independen). 3) Hubungan Interaktif/resiprocal.timbal balik Hubungan interaktif adalah hubungan yang saling mempengaruhi. Disini tidak diketahui mana variabel independen dan dependen. Contoh : (a) Hubungan antara motivasi dan prestasi. Motivasi dapat mempengaruhi prestasi begitu juga sebaliknya. (b) Hubungan antara kecerdasan dengan kekayaan. Kecerdasan dapat menyebabkan kaya, juga orang kaya dapat meningkatkan kecerdasan karena gizi terpenuhi.
D. Variabel Penelitian Variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Menurut hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain, maka macam-macam variabel penelitian dapat dibedakan menjadi :
M. R. D.
Page 7
a. Variabel Independen, sering disebut variabel bebas. Variabel bebas merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel independen (terikat). b. Variabel Dependen, sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Komitmen kerja (Variabel independen)
Produktivitas kerja (Variabel Dependen)
Gambar 2.2 Contoh hubungan variabel independen-dependen c. Variabel
Moderator,
adalah
variabel
yang
mempengaruhi
(memperkuat
dan
memperlemah) hubungan antara variabel independen dengan dependen. hubungan suami istri akan semakin baik kalau mempunyai anak (pihak moderator yang memperkuat hubungan), dan akan semakin renggang kalau ada pihak ketiga (pihak moderator yang memperlemah hubungan. Hubungan motivasi dan produktivitas kerja akan semakin kuat bila peranan pemimpin dalam menciptakan iklim kerja sangat baik, dan hubungan semakin rendah bila pemimpin kurang baik dalam menciptakan iklim kerja. . Perilaku suami (Variabel independen)
Perilaku Istri (Variabel Dependen)
Jumlah anak (Variabel moderator)
Gambar 2.3a Contoh hubungan variabel idependen-moderator, dependen
Motivasi kerja (Variabel independen)
Produktivitas kerja (Variabel Dependen)
Kepemimpinan (Variabel moderator)
Gambar 2.3b. Contoh hubungan variabel idependen-moderator, dependen
M. R. D.
Page 8
d. Variabel Intervening. Tuckman (1988) menyatakan variabel intervening adalah variabel yang seara teoritis mempengaruhi hubungan andata variabel independen dengan dependen menjadi hubungan yang tidak langsung dan tidak dapat diamati dan diukur. Variabel ini merupakan penyela/antara yang terletak di antara variabel independen dan dependen, sehingga variabel independen tidak langung mempengaruhi berubahnya atau timbulnya variabel dependen. Pendidikan SMA & SMK (Variabel independen)
Ketrampilan mengetik (Variabel Dependen)
Naskah, tempat, mesin tik sama (Variabel Kontrol)
Gambar 2.3 Contoh hubungan variabel independen – moderator – interviening – dependen.
e. Variabel kontrol : adalah variebel yang dikendalikan atau dibuat konstan sehingga pengaruh variabel independen terhadap dependen tidak dipengaruhi oleh faktor luar yang tidak diteliti. Variabel kontrol digunakan peneliti bila akan melakukan penelitian yang bersifat membandingkan. Pendidikan SMA & SMK (Variabel independen)
Ketrampilan mengetik (Variabel Dependen)
Naskah, tempat, mesin tik sama (Variabel Kontrol)
Gambar 2.4 Contoh hubungan variabel independen – kontrol – dependen.
Untuk dapat menentukan kedudukan variabel independen, dan dependen, moderator, intervening atau variabel yang lain harus dilihat konteksnya dengan dilandasi konsep teoritis yang mendasari maupun hasil dari pengamatan yang empiris. Sebelum peneliti memilih variabel apa yang akan diteliti perlu melakukan kajian teoritis, dan melakukan studi pendahuluan terlebih M. R. D.
Page 9
dahulu pada obyek yang akan diteliti. Jangan membuat rancangan penelitian di belakang meja, dan tanpa mengetahui dahulu permaslahan yang ada di obyek penelitian. Sering terjadi, rumusan masalah penelitian dibuat tanpa melalui studi pendahuluan ke obyek penelitian, sehingga setelah dirumuskan ternyata masalah itu tidak menjadi masalah pada obyek penelitian. Setelah masalah dapat difahami secara jelas dan dikaji secara teoritis, maka peneliti dapat menentukan variabelvariabel penelitiannya. Pada kenyataannya gejala-gejala sosial itu meliputi berbagai macam variabel saling terkait secara simultan baik variabel independen, dependen, moderator dan intervening, sehingga penelitian yang baik akan mengamati semua variabel tersebut. Tetapi karena keterbatasan berbagai hal, peneliti hanya memfokuskan pada variabel independen dan dependen. Dalam penelitian kualitatif hubungan antara semua variabel tersebut akan diamati, karena penelitian kualitatif berasumsi bahwa gejala itu tidak dapat diklasifikasikan tetapi merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
E. Paradigma Penelitian Paradigma penelitian dapat diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti sekaligus mencerminkan jenis dan jumlah rumusan masalah yang perlu dijawab melalui penelitian, teori uang digunakan untuk merumuskan hipotesis, jenis dan jumlah hipotesism dan teknik analisis statisitk yang akan digunakan. 1. Paradigma Sederhana Paradigma penelitian ini terdiri atas satu variabel independen dan dependen. X
r
Y
Gambar 2.5 Paradigma Sederhana X = Kualitas alat
Y = Kualitas barang yang dihasilkan
Berdasarkan paradigma tersebut kita dapat menentukan : a. Jumlah rumusan masakah deskriftif ada dua dan asosiatif ada satu, yaitu : 1) Rumusan masalah deskriptif (dua) a) Bagaimana X ? (kualitas alat) b) Bagaimana Y ? (kualitas barang yang dihasilkan) M. R. D.
Page 10
2) Rumusan masalah assosiatif/hubungan (satu) a) Bagaimana hubungan atau pengaruh kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan b. Teori yang digunakan ada dua yaitu teori tentang alat-alat kerja dan tentang kualitas barang c. Hipotesis ada dua macam hipotesis deskriptif dan hipotesis asosiatif 1) Dua Hipotesis Deskriptif a) Kualitas alat yang digunakan oleh lembaga tersebut telam mencapai 70% baik b) Kualitas barang yang dihasilkan oleh lembaga tersebut telam mencapai 99% dari yang diharapkan. 2) Hipotesis Asosiatif Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kualitas alat dengan kualitas barang yang dihasilkan. Berarti bila kualitas alat ditingkatkan maka kualitas barang yang dihasilkan akan semakin tinggi. (kata signifikan hanya digunakan apabila hasil uji hipotesis akan digeneralisasikan ke populasi dimana sampel tersebut diambil). d. Teknik Analisa Data Berdasarkan rumusan masalah dan hipotesis tersebut, maka dapat dengan mudah ditentukan teknik statistik yang digunakan untuk analisis data dan menguji hipotesus. 1) Untuk dua hipotesis deskriptif, bila datanya berbentuk interval dan ratio maka pengujian hipotesis menggunakan t-test one sampel. 2) Untuk hipotesis asosiatif, bila data kedua variabel berbentuk interval atau ratio, maka menggunakan teknik Statistik korelasi product moment.
2. Paradigma Sederhana Berurutan Dalam paradigma ini terdapat lebih dari dua variabel, tetapi hubungannya masih sederhana. X
X
X
1
2
3
X1 = kualitas input X2 = kualitas proses
Y X3 = kualitas output Y = kualitas outcome
Gambar 2.6 Paradigma sederhana, menunjukkan hubungan antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen secara berurutan. Untuk mencari hubungan antar variabel ( X1 dengan X2 ; X2 dengan X3 ; dan X3 dengan Y) digunakan M. R. D.
Page 11
teknik korelasi sederhana. Naik turun harga Y dapat diprediksi melalui persamaan regresi Y atas X3, dengan persamaan Y = a + bX3 3. Paradigma Ganda dengan dua variabel Independen Dalam paradigma ini terdapat dua variabel independen dan satu dependen. Dalam paradigma ini terdapat 3 rumusan masalah deskriptif dan 4 rumusan masalah asosisatif. (3 korelasi sederhana dan 1 korelasi ganda). r1 X
R
1
r6
Y
X
r2
2
X1 = lingkungan keluarga X2 = demografi
Y = keberhasilan keluarga
Gambar 2.7 Paradigma ganda dengan dua variabel independen X1 dan X2 dan satu variabel dependen Y. untuk mencari hubungan X1 dengan Y dan X1 dengan Y menggunakan teknik korelasi sederhana. Untuk mencari hubungan X1 dengan X2 bersama-sama terhadap Y menggunakan korelasi ganda. 4. Paradigma Ganda dengan tiga variabel Independen Dalam paradigma ini terdapat tiga variabel independen (X1, X2, X3) dan satu dependen Y. rumusan masalah deskriptif ada 4 dan rumusan masalah asosiatif (hubungan) untuk yang sederhana ada 6 dan yang ganda minimal 1.
r1
X
r4 r6
r1
1
X
R
2
r5 X
Y
r2 r3
r2 berhimpit dengan R
3
Gambar 2.8 Paradigma ganda dangan tiga variabel independen X1 = Kualitas mesin X2 = Gaya kepemimpinan manajer
M. R. D.
X3 = Sistem karir Y = Produktivitas kerja
Page 12
Gambar 2.8 Paradigma Ganda dengan tiga variabel Independen yaitu X1, X2, X3. untuk mencari besarnya hubungan antara X1 dengan Y; X2 dengan Y; X3 dengan Y; (X1 dengan X2; X2 dengan X3; dan X1 dengan X3 dapat menggunakan korelaso sederhana. Untuk mencari besarnya hubungan antar X1 secara bersama-sama dengan X2 dan X3) terhadap Y digunakan korelasi ganda. Regresi sederhana, dan ganda serta korelasi parsial dapat diterapkan dalam paradigma ini. 5. Paradigma Ganda dengan dua variabel Dependen r1
Y 1
X
r2
1
Y 2
Y2 = Gaya kepemimpinan
X = tingkat pendidikan Y1 = Produktivitas kerja
Gambar 2.9 Paradigma Ganda dengan satu variabel independen dan dua variabel Dependen. untuk mencari besarnya hubungan antara X dengan Y1 dan X dengan Y2 digunakan reknik korelasi sederhana. Demikian juga untuk Y1 dan Y2. analisis regresi juga dapat digunakan disini. 6. Paradigma Ganda dengan dua variabel Independen dan dua variabel Dependen Dalam paradigma ini terdapat dua variabel Independen (X1,X2,) dan dua variabel Dependen (Y1,Y2). Terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dam 6 rumusan masalah hubungan sederhana. Korelasi dan regresi ganda juga dapat digunakan untuk menganalisis hubungan antar variabel secara simultan. r1 X
Y
1
r5 X
1
r2 r3 r4
2
X1 = kebersihan Kereta X2 = pelayanan KA
r6 Y 2
Y1 = jumlah tiket yang terjual Y2 = kepuasan penumpang KA
Gambar 2.10 Paradigma Ganda dengan dua variabel Independen dan dua variabel Dependen. Hubungan antar variabel r1, r2, r3, r4, r5, r6 dapat dianalisis dengan korelasi sederhana. Hubungan antara X1 bersama-sama dengan X2, terhadap Y1 dan X1, M. R. D.
Page 13
dan X2, bersama-sama terhadap Y2 dapat dianalisis dengan korelasi ganda. Analisis regresi sederhana maupun ganda dapat juga digunakan untuk memprediksi jumlah tiket yang terjual dan kepuasan penumpang Kereta api. 7. Paradigma Jalur 0,33 X 1
0,41
0,30
0,50
X
0,15
Y
3
X 2
X1 = Status sosial ekonomi X3 = Motivasi berprestasi
0,57 X2 = IQ Y = Prestasi belajar
Gambar 2.11 Paradigma jalur menggunakan teknik analisa statistik yaitu analisa jalur. Analisis dilakukan dengan menggunakan korelasi dan regresi sehingga dapat diketahui untuk sampai pada dependen terakhir, harus lewat jalur langsung atau melalui variabel intervening. Dalam paradigma itu terdapat 4 rumusan masalah deskriptif dan 6 rumusan masalah hubungan. Dinamakan paradigma jalur karena terdapat variabel yang berfungsi sebagai jalur (X3). Dengan adanya variabel antara ini akan dapat digunakan untuk mengetahui apakah mencapai sasaran akhir harus melewati variabel antara itu atau bisa langsung ke sasaran akhir. Dari gambar terlihat bahwa, murid yang berasal dari status sosial ekonomi tertentu X1, tidak bisa langsung mencapai prestasi belajar yang tinggi Y (korelasi 0,33) tetapi harus melalui peningkatan motif berprestasinya X2 (r = 0,41) dan baru dapat mencapai prestasi (r = 0,50). Tetapi bila murid mempunyai IQ yang tinggi (X2) maka mereka langsung dapat mencapai prestasi (Y) dengan r = 0,57. contoh tersebut diberikan oleh Kerlinger. Bentuk-bentuk paradigma penelitian yang lain masih cukup banyak dan contoh yang diberikan dikaitkan dengan teknik statistik yang digunakan. Teknik statistik yang bersifat menguji perbedaan akan tampak pada paradigma penelitian dengan metode eksperimen. Dalam eksperimen misalnya akan dapat diuji hipotesis yang menyatakan ada tidaknya perbedaan produktivitas kerja antara lembaga yang dipimpin pria dengan wanita.
M. R. D.
Page 14
Universitas Negeri Yogyakarta (1987) dalam pedoman penulisan tesisnya memberikan contoh paradigma penelitian (Gbr 2.12). Analisis statistik yang digunakan sudah lebih kompleks dari pada paradigma sebelumnya,
X
Y
1
1
X 2
Y
X
2
3
X
Y
4
3
Gambar 2.12. Paradigma antar ubahan Model Recursive Keterangan gambar 2.12 : X1 = tingkat sosial ekonomi keluarga X2 = tingkat kecerdasan IQ siswa X3 = kualitas guru X4 = fasilitas sekolah Y1 = motivasi berprestasi Y2 = aspirasi pendidikan dan jabatan Y3 = prestasi belajar secara keseluruhan Nurtain (1983) dalam desertasinya yang berjudul “Gaya dan Wibawa Kepemimpina Kepala Sekolah dalam Mengelola Kematangan Guru dan Hubungan Hasil Belajar Murid” memberikan paradigma penelitian seperti gambar 2.1.3 Gambar 2.13 Paradigma Gaya dan Wibawa Kepemimpina Kepala Sekolah dalam Mengelola Kematangan Guru dan Hubungan Hasil Belajar Murid Nurtain (1983).
F. Menemukan Masalah Menemukan masalah yang betul-betul masalah bukan pekerjaan mudah. Oleh karena itu pekerjaan menemukan masalah merupakan 50% dari kegiatan penelitian. Untuk menemukan masalah dilakukan dengan cara melakukan analisis masalah, yaitu debgan pohon masalah. Dengan analisis masalah melalui pohon masalah dapat diketahui mana masalah yang penting, kurang penting dan tidak penting serta dapat diketahui akar-akar permasalahannya.
M. R. D.
Page 15
Contoh analisis terhadap faktor-faktor yang diduga menjadi masalah sehingga produktivitas pegawai rendah. Analisis masalah menggunakan paradigma dari Sutermeister (1976) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja (Gbr 2.14) Gambar 2.14 Faktor-faktor
yang mempengaruhi produktivitas seseorang (Modifikasi
Sutermeister, 1978) Misalnya dalam suatu organisasi produktivitasnya rendah atau kualitas pelayanannya rendah. Berdasarkan masalah tersebut dilakukan analisis apakah yang menyebabkan produktivitas kerja organisasi tersebut rendah. Pada gambar 2.14 rendahnya produktivitas organisasi disebabkan oleh rendahnya produktivitas kerja orang-orang yang ada di dalam organisasi tersebut. Menurut paradigma tersebut rendahnya produktivitas orang dalam organisasi bisa disebabkan oleh variabel job performance dan teknologi. Melalui dua variabel tersebut diamati apakah job performance orang yang rendah atau faktor teknologi sebagai alat kerja yang kurang baik. Melalui hasil pengamatan dan analisis ditemukan bahwa alat-alat kerja masih cukup baik, tetapi job performance orang-orang yang rendah. Maka masalahnya telah ditemukan yaitu yaitu job performance orang/pegawai yang menyebabkan produktivitas pegawai rendah. Selanjutnya dianalisis lagi masalah tersebut. Mengapa job performance (penampilan kerja) para pegawai rendah ? . Menurut paradigma tersebut terdapat dua variabel yang diduga menjadi penyebab rendahnya penampilan kerja yaitu variabel kemampuan kerja dan komunikasi kerja. Berdasarkan dua variabel tersebut dilakukan pengamatan dan analisis, apakah penyebab utama sehingga penampilan kerja pegawai rendah. Hasil pengamatan sementara dan analisis (misalnya) menemukan bahwa sebenarnya kemampuan kerja pegawai cukup tinggi, tetapi motivasi kerjanya yang rendah. Dengan demikian yang menjadi masalah adalah motivasi kerja pegawai yang rendah. Menurut paradigma tersebut rendahnya motivsi kerja, bisa disebabkan oleh variabel kondisi sosial tempat kerja, kebutuhan individu dan kondisi fisik di tempat kerja. Selanjutnya dilakukan pengamatan dan analisis, misalnya untuk sementara ditemukan bahwa ketiga variabel tersebut diduga bersama-sama menyebabkan motivasi kerja pegawai rendah. Pada variabel konsisi sosial yang menjadi permasalahan utama karena sistem promosi yang tidak baik dan keterikatan anggota kurang. Selanjutnya pada variabel individu ditemukan permasalahan utama
M. R. D.
Page 16
adalah pola hubungan sosial yang tidak baik, dan pada variabel kondisi fisik tempat kerja permasalahannya adalah tata ruang kerja yang tidak baik. Berdasarkan hal tersebut yang menjadi masalah yang diduga penyebab motivasi pegawai rendah adalah sistem promosi yang kurang baik, keterikatan anggota dalam organisasi informal kurang, hubungan sosial dalam organisasi formal kurang baik, dan tata ruang kerja juga tidak baik. Bila variabel produktivitasnya tidak ada, maka judul penelitiannya dapat dirumuskan sebagai berikut: “Pengaruh sistem promosi, keterikatan anggota dalam organisasi informal, hubungan sosial, tata ruang kerja terhadap motivasi kerja dan dampak selanjutnya terhadap produktivitas kerja”. Tetapi dalam paradigma tersebut masih terdapat produktivitas kerja maka judulnya dapat disingkat menjadi : “Faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas kerja pegawai”. Berdasarkan judul tersebut peneliti harus menjelaskan faktor-faktor tersebut berisi variabel yang terkait dengan motivasi kerja dan penampilan kerja dan selanjutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian. Dalam penelitian ini variabel independen dari variabel produktivitas kerja (Y) adalah penampilan kerja; (X3) variabel independen dan penampilan kerja adalah motivasi kerja (X2) selanjutnya variabel independen dari motivasi kerja terdapat empat macam, yaitu sistem promosi (X1), keterikatan anggota dalam organisasi informal (X2), hubungan sosial dalam pekerjaan (X3) dan tata ruang tempat kerja (X4). Sistem Promosi
Keterikatan anggota dalam organisasi informal
Hubungan sosial dalam pekerjaan
Motivasi kerja
Penampilan kerja
Produktivitas kerja
Tata ruang dalam pekerjaan
Gambar 2.15 Hasil analisis masalah terhadap rendahnya produktivitas lembaga, yang selanjutnya dirumuskan dalam paradigma penelitian
M. R. D.
Page 17