BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Teori-teori Dasar / Umum Aktivitas Public Relations (PR) sehari-hari adalah menyelenggarakan komunikasi timbal balik (two way communications) antara perusahaan atau suatu lembaga dengan pihak publik yang bertujuan untuk menciptakan saling pengertian dan dukungan bagi tercapainya suatu tujuan tertentu, kebijakan, kegiatan produksi barang atau pelayanan jasa, dan sebagainya, demi kemajuan perusahaan atau citra positif bagi lembaga bersangkutan. Jadi, kegiatan PR tersebut sangat erat hubungannya dengan pembentukan opini publik dan perubahan sikap dari masyarakat. (Ruslan, 2008:1) Dalam berbagai situasi dan kondisi yang penuh tantangan, pihak public relations officer (PRO) akan menghadapi beban tugas yang cukup berat. Dalam iklim kompetitif tersebut yang bersangkutan mempunyai fungsi pokok utama, yaitu bertindak sebagai komunikator, mediator, kemudian bertindak sebagai pendukung manajemen (back up management), dan tujuan akhirnya adalah bagaimana memperoleh atau mempertahankan citra bagi lembaga yang diwakilinya. Mampukah public relations officer
tersebut bertanggung jawab langsung dan diberikan
kesempatan yang lebih luas (otonomisasi) untuk secara langsung menghadapi, membendung, menanggulangi atau mengatasinya dalam upaya memulihkan (recovery image) dan mempertahankan citra tersebut (maintanance of image) dengan mengembalikan kepercayaan masyarakat serta memulihkan krisis yang terjadi. (Ruslan, 2008:4) 11
12
PR menyangkut kepentingan setiap organisasi, baik itu organisasi yang bersifat komersial maupunyang non-komersial. Kehadirannya tidak bisa dicegah, terlepas dari kita menyukainya atau tidak. Sebenarnya apa yang biasa disebut sebagai PR atau humas terdiri dari semua bentuk komunikasi yang terselenggara antara organisasi yang bersangkutan dengan siapa saja yang menjalin kontak dengannya. (Jefkins, 1998:9) 2.1.1 Definisi Public Relations Menurut kamus IPR terbitan bulan November 1987: “Praktek humas atau PR adalah keseluruhan upaya yang dilangsungkan secara rencana dan berkesinambungan dalam rangka menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara suatu organisasi dengan segenap khalayaknya.” (Jefkins, 1992:8-9) Analisis : a. “Upaya yang terencana dan berkesinambungan” – ini berarti PR adalah suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan sebagai suatu rangkaian kampanye atau program terpadu, dan semuanya itu berlangsung secara berkesinambungan dan teratur. Jadi, PR sama sekali bukanlah kegiatan yang sifatnya sembarangan atau dadakan. b. Tujuan utamanya adalah “menciptakan dan memelihara saling pengertian” – maksudnya adalah untuk memastikan bahwa organisasi tersebut senantiasa dimengerti oleh pihak-pihak lain yang turut berkepentingan. Dengan adanya satu penggal kata “saling”, maka organisasi juga harus memahami setipa kelompok
13
atau individu yang terlibat dengannya (istilah yang umum adalah “khalayak” atau publik). Scott M. Cutlip dan Allen H. Center dalam buku Efektif Public Relations, (New Jersey: Prentice Inc. Englewood Cliffs, 1982), mengatakan, “Public Relation merupakan fungsi manajemen yang menilai sikap publik, mengidentifikasikan kebijaksanaan dan tata cara seseorang
atau
organisasi
demi
kepentingan
publik,
serta
merencanakan dan melakukan suatu program kegiatan untuk meraih pengertian, pemahaman, dan dukungan dari publiknya.”(Ruslan, 2008:6-7) Dalam definisi kerja (working definition) oleh International Public Relations Association (IPRA) terbitan Gold Paper Nomor 4 dengan judul A model for Public Relations Education for Professional Practice, dinyatakan bahwa berbagai definisi yang dikemukakan oleh para ahli atau pakar public relations, walaupun ada perbedaan, tetapi terdapat kesamaan arti.(Ruslan, 2008:8) a. Public relations merupakan suatu kegiatan yang bertujuan memperoleh good will, kepercayaan, saling pengertian, dan citra baik dari masyarakat. b. Sasaran public relations adalah berupaya menciptakan opini publik yang favourable dan menguntungkan semua pihak. c. Public Relations merupakan unsur yang cukup penting dalam mendukung manajemen untuk mencapai tujuan yang spesifik dari organisasi atau lembaga.
14
d. Public relations adalah usaha untuk menciptakan hubungan yang harmonis antara suatu lembaga atau organisasi dengan pihak masyarakat melalui suatu proses komunikasi timbal balik, hubungan yang harmonis, saling mempercayai, dan menciptakan citra positif. Untuk melengkapi pengertian atau pemahaman tentang apa dan bagaimana public relations, berikut ini ditarik kesimpulan beberapa pendapat para ahli dan pakar. (Ruslan, 2008:8-9) a. Public relations merupakan suatu seni untuk menciptakan pengertian publik yang lebih baik yang dapat memperdalam kepercayaan publik secara lebih baik atau pemberdayaan lebih tinggi terhadap suatu lembaga atau organisasi. b. Public relations
adalah suatu proses yang kontinu dari usaha
manajemen untuk memperoleh good will dan pengertian dari pelanggan, konsumen, publik pada umumnya, termasuk para staf pegawainya. Ke dalam, mengadakan perbaikan dan pembenahan melalui
corporate
perusahaan)
culture
berbentuk
building
disiplin,
(membangun
memotivasi
budaya
meningkatkan
pelayanan, dan produktivitas kerja yang diharapkan terciptanya sense of belonging terhadap perusahaannya. Sedangkan keluar, berupaya (corporate
menciptakan image)
kepercayaan yang
dan
sekaligus
citra
perusahaan
memayungi
mempertahankan citra produknya (product and brand image).
serta
15
2.1.2 Peran Public Relations Pada buku Rosady Ruslan yang berjudul Kampanye Public Relations peran utama public relations (Ruslan, 2008:10) adalah sebagai berikut: a. sebagai communicator atau penghubung antara organisasi atau lembaga yang diwakili dengan publiknya. b. Membina Relationship, yaitu berupaya membina hubungan yang positif dan saling menguntungkan dengan pihak publiknya. c. Peranan back up management, yakni sebagai pendukung dalam fungsi management organisasi atau perusahaan. d. Membentuk corporate image, artinya peranan public relations berupaya menciptakan citra bagi organisasi atau lembaganya. 2.1.3 Proses Kerja PR Seandainya setelah melakukan berbagai upaya dalam program kampanye PR (PR campaign programmer), baik melalui publikasi atau promosi yang dilancarkan tersebut ternyata opini publik dalam posisi
yang
tidak
menguntungkan
perusahaan
atau
produk
bersangkutan, artinya memperoleh tanggapan negatif atau citra negatif, maka utnuk menciptakan citra positif atas lembaga atau organisasi yang diwakilinya melalui prosedur teknik public relations, menurut Scott M. Cutlip dan Allen H. Center, solusinya dimulai dari: a. Penemuan fakta di lapangan (fact finding); b. Perencanaan (planning) program kerja kampanye yang disusun; c. Teknik komunikasi (communication) yang dipergunakan;
16
d. Pengevaluasian (evaluation) semua program kerja PR campaign dari awal hingga mengkomunikasikan pesan tersebut. Jika ternyata hasil dari program kampanye PR tersebut tidak memuaskan berbagai pihak dan tidak memperoleh citra yang diharapkan, mungkin disebabkan oleh salah satu komponen atau korelasi dari bauran komunikasi (communication mix) tidak berfungsi sebagaimana mestinya, sebagai berikut : a. Komunikatornya lemah atau tidak menguasai communication skill (kemampuan berkomunikasi) sehingga pesan yang disampaikan tidak mampu mempengaruhi opini publik. b. Pesan (message) yang akan disampaikan tidak sesuai dengan keinginan atau minst audiensinya, atau menggunakan bahas yang tidak dimengerti oleh komunikannya. c. Media yang dipakai untuk menyampaikan pesan kepada komunikan kurang pas sehingga tidak mampu menjangkau audiensinya secara optimal. d. Komunikan yang menjadi obyek sasaran kampanye PR tidak diketahui dengan jelas dan rinci siapa yang dijadikan khalayak (target audience), akibatnya komunikasn tidak terfokus dan tentunya tidak menghasilkan prestasi yang baik. e. Efek atau dampak yang dihasilkan dari keempat komponen saling berkolerasi atau terkait erat, satu sama lain terjadi banyak hambatan dan kekurangan. (Ruslan, 2008:43-44) Tujuan ysng hendak dicapai dalam proses transfer adalah mengubah sikap negatif menjadi positif. Melalui pengubahan tersebut
17
diharapkan pada akhirnya akan dicapai suatu pengetahuan yang akan menumbuhkan pemahaman timbal balik antara organisasi dengan khalayaknya, karena kegiatan dasar dari kegiatan humas adalah penciptaan
pemahaman.
Setiap
praktisi
humas
berkewajiban
menjadikan khalayak organisasinya memahami produk atau kehadiran organisasi secara keseluruhan. Terciptanya pengertian timbal balik melalui proses transfer dalam humas dapat digambarkan secara sederhana sebagai berikut :
Permusuhan
Simpati
Prasangka
Penerimaan
Apati
Minat
Acuh tak acuh
Pengetahuan
Situasi negatif
Situasi
Positif Gambar 2.1 Proses Transfer Public Relations Sumber : Frank Jefkins, Public Relations, hal. 52 a. Permusuhan
(hostility)
:
Mengetahui
ada-tidaknya
sikap
permusuhan yang tertuju kepada organisasi atau perusahaan kita. b. Prasangka (prejudice) : Prasangka itu bisa muncul dari sebabsebab yang bersifat pribadi, edukasional, faktor keagamaan, konflik sosial atau benturan kelas, pengaruh lingkungan, atau semata-mata hanya karena salah paham. c. Apati (apathy) : Sikap apatis ini merupakan musuh utama karena merupakan ganjalan pokok bagi terciptanya pemahaman.
18
d. Sikap acuh tak acuh (ignorance) : Sikap ini merupakan penyakit umum yang sampai batas tertentu masih wajar. Kita harus menerima kenyataan bahwa kita senantiasa dituntut untuk bersaing agar memperoleh perhatian, atau demi memperebutkan tempat pada pikiran masyarakat.(Jefkins, 1992:52) Jadi dapat ditarik kesimpulan dari proses transfer
public
relations tersebut, yaitu sebagai berikut : a. Bagaimana mereka yang tidak tahu menjadi tahu b. Yang sudah tahu diupayakan menjadi suka c. Mereka yang suka dipertahankan semakin sukan dan senang untuk menerimanya. (Ruslan, 2008:45) 2.1.4 Corporate Reputation Landasan dari sebuah reputasi yang solid ada ketika identitas perusahaan dan citranya selaras. Charles Fombrun, seorang Profesor Emeritus dari New York University yang juga penulis buku Reputation mengatakan bahwa “ didalam perusahaan dimana reputasi dihargai, manajer-manajer berjuang keras untuk membangun, mempertahankan dan membela reputasi itu dengan menjalankan praktik-praktik
yang
membentuk
sebuah
identitas
unik
dan
memproyeksikan satu set citra yang koheren dan konsisten kepada publik.(Fombrun, 1996:5-6)
1 19
Identitas C Corporate Nama, M Merek, Simb bol, Presentaasi‐Diri Diperseppsikan oleh ... Citra Konssumen
Citra In nvestor
Citra Komunitas
Citra Kaaryawan
Jumlah persepsi p merreka
Reputasi Ko orporat
Sama deengan .... Gambar 2..2 Kerangkaa Kerja Repuutasi Argenti, Kom munikasi Korrporat, hal 96 6 Sumberr : Paul A. A 2.1.4.1 Definisi Reputtasi berbedaa dari citra karena dibbangun dalaam wakktu yang lam ma dan bukaan hanya sebbuah persepssi pada wakktu tertentu. Repuutasi berbed da dari iddentitas karrena reputaasi merrupakan prooduk dari konstituen k internal (peerusahaan iitu sendiri). Sebuaah reputasi yang kuuat memilikki implikassiimp plikasi strateegis bagi sebbuah perusahhaan, karenaa seperti yanng ditu ulis oleh Fom mbrum, “Haal itu meminnta perhatian n kepada fituurfitu ur atraktif sebbuah perusahhaan dan meemperlebar pilihan-piliha p an yanng
tersedia
untuk
para
manajeernya,
missalnya
untuuk
20
memberikan yang lebih tinggi atau lebih rendah bagi produkproduk dan layanan atau untuk mengimplementasikan programprogram yang inovatif.”(Aaker, 1996:51) Perusahaan dengan reputasi yang kuat dan positif dapat menarik dan mempertahankan bakat-bakat terbaik dan juga konsumen dan mitra bisnis yang loyal, yang semuanya memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan dan kesuksesan komersial. (Argenti, 2009:96) Dengan
latar belakang ini,
organisasi-organisasi
semakin menghargai pentingnya sebuah reputasi yang kuat. Sebuah organisasi dapat mengetahui dimana mereka berdiri, karena reputasi dibentuk oleh persepsi-persepsi konstituen, organisasi-organisasi harus pertama-tama membuka apa saja persepsi-persepsi itu dan kemudian mengkaji apakah mereka sesuai dengan identitas dan nilai-nilai perusahaan. hanya jika persepsi dan identitas selaras sebuah reputasi yang kuat akan muncul. (Argenti, 2009:97) 2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 Fungsi Public Relations Dalam buku Rosady Ruslan (Ruslan, 2008:9-10) fungsi public relations officer ketika menjalankan tugas dan operasionalnya, baik sebagai komunikator dan mediator, maupun organisator, menurut Prof. Drs. Onong Uchjana Effendy, M.A. dalam bukunya, Hubungan
21
Masyarakat
Suatu
Komunikologis
(Bandung:
PT.
Remaja
Rosdakarya, 1992) adalah sebagai berikut: a. Menunjang
kegiatan
manajemen
dalam
mencapai
tujuan
organisasi. b. Membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publik internal dan pulik eksternal. c. Menciptakan komunikasi dua arah dengan menyebarkan informasi dan organisasi kepada publiknya dan menyalurkan opini publik kepada organisasi. d. Melayani publik dan menasihati pimpinan organisasi demi kepentingan umum. e. Operasionalisasi dan organisasi public relations adalah bagaimana membina hubungan harmonis antara organisasi dengan publiknya, untuk mencegah terjadinya rintangan psikologis, baik yang ditimbulkan dari pihak organisasi maupun dari pihak publiknya. Edwin
Emery
dalam
bukunya
Introduction
to
Mass
Communications menyatakan “The planned and organized effort of a company or institution to establish mutually beneficial through acceptable communications reationship with its various public”. (Upaya yang terencana dan terorganisasi dari sebuah perusahaan atau lemaga
untuk
menciptakan
hubungan-hubungan
yag
saling
bermanfaat dengan berbagai publiknya). (Rrumanti, 2002:32). Fungsi Public Relations yang dijalankan dengan baik benarbenar
merupakan
alat
yang
ampuh
untuk
memperbaiki,
mengembangkan peraturan, budaya organisasi atau perusahaan,
22
suasana kerja yang kondusif, peka terhadap karyawan yang perlu pendekatan khusus, perlu dimotivasi dalam meningkatkan kinerjanya dan lain-lain. (Rrumanti, 2002:34) 2.2.2 Corporate Social Responsibility Aktivitas bisnis merupakan masalah kompleks yang sedang hangat dibicarakan di tengah-tengah usaha pemerintah untuk mengembalikan gairah dunia perekonomian Indonesia yang lesu sebagai akibat dari krisi ekonomi yang melanda Indonesia beberapa waktuyang lalu. Berbagai usaha untuk mengarahkan kembali dunia perekonomian indonesia dilakukan oleh pemerintah dan kalangan bisnis, salah satu diantaranya dengan penerapan good corporate governance di perusahaan publik, bank maupun BUMN. Salah satu hal penting yang tidak boleh dilupakan dalam penerapan good corporate governance adalah tanggung jawab sosial perusahaan. Suatu bisnis tidak hanya dijalankan dengan modal yang berupa uang saja, tetapi juga dibutuhkan suatu sistem pengelolaan yang baik disertai dengan tanggung jawab dan moralitas perusahaan terhadap stakeholders dan masyarakat. (Nyoman, I Tjager et al, 2003:142) Ruang lingkup CSR adalah tanggung jawab sosial perusahaan kepada pembangunan masyarakat lokal, yaitu masyarakat yang ada disekitar korporasi beroperasi dan masyarakat umum, maksudnya masyarakat yang tidak mempunyai hubungan secara kontraktual dengan korporasi. (Fajar, 2010:225-226)
23
2.2.2.1 Definisi Yang dimaksud dengan tanggung jawab sosial disini, merupakan tanggung jawab moral perusahaan baik terhadap karyawan di perushaan itu sendiri (internal) maupun di luar lingkungan perusahaan, yaitu masyarakat di sekitar perusahaan (eksternal). Perusahaan sebagai suatu aktivitas yang bertujuan untuk mendapatkan suatu keuntungan yang besar, tetapi selayaknya juga memikirkan kepentingan masyarakat di sekitarnya, karena perusahaan sebenarnya juga merupakan bagian dari masyarakat (Nyoman, I Tjager et al, 2003:144) Menciptakan tanggung jawab sosial perushaan ini dapat dimulai dari dalam lingkungan perusahaan dengan membina hubungan kerja yang baik di berbagai tingkatan kedudukan
yang
ada
di
perusahaan
seperti
misalnya
memperhatikan kesejahteraan karyawan dan para buruh. (Nyoman, I Tjager et al, 2003:145) Selain hubungan di dalam perusahaan (internal), perusahaan
dalam
mengendalikan
roda
bisnisnya
juga
berinteraksi dengan pihak-pihak di luar perusahaan (eksternal) seperti pemerintah, pemasok, dan masyarakat. Hubungan dengan pihak-pihak di luar perusahaan seperti dengan masyarakat dan stakeholders juga harus di bina dengan baik, karena hubungan dengan pihak-pihak di luar perusahaan ini juga mempengaruhi aktivitas perusahaan. Hal ini merupakan salah
24
satu benyuk perwujudan tanggung jawab perusahaan terhadap pihak luar (eksternal perusahaan).( Nyoman, I Tjager et al,2003:146) Tanggung
jawab
sosial
perusahaan
terhadap
masyarakat dapat diwujudkan dengan meningkatkan kepedulian perusahaan terhadap masalah-masalah sosial yang berkembang disekitar perusahaan. keterlibatan perusahaan terhadap masalahmasalah sosial, dapat meningkatkan citra perusahaan, baik bagi masyarakat disekitar perusahaan maupun masyarakat luas. Kegiatan nyata yang banyak dilakukan oleh perusahaan dalam mewujudkan tanggung jawab sosialnya, kegiatan-kegiatan amal seperti membantu pendidikan anak yang berasal dari keluarga yang tidak mampu. (Nyoman, I Tjager et al, 2003:146-147) 2.2.2.2
Dampak
Dari
Perwujudan
Tanggung
Jawab
Sosial
Perusahaan Adanya tanggung jawab sosial perusahaan baik terhadap karyawannya sendiri (internal) maupun terhadap lingkungan di luar perusahaan, kepada mitra bisnis maupun masyarakat (eksternal), akan memberikan manfaat yang positif bagi perusahaan itu sendiri maupun karyawannya. Selain itu juga dapat menumbuhkan kepercayaan masyarakat dan mitra bisnis, meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat maupunmitra bisnis adalah merupakan keuntungan lainnya yang dapat diperoleh perusahaan. melalui kegiatan-kegiatan sosial
25
yang dilakukan perusahaan akan dapat merebut simpati masyarakat, dan dapat pula meningkatkan citra (image) perusahaan.( Nyoman, I Tjager et al, 2003:151-152) 2.2.3 Citra Ada beberapa jenis citra (image). Pada bagian ini kita akan mempelajari lima jenis citra, yakni: citra bayangan (mirror image), citra yang berlaku (current image), citra yang diharapkan (wish image), citra perusahaan (corporate image), serta citra majemuk (multiple image). (Jefkins, 1998:20-23) •
Citra Bayangan Citra bayangan adalah citra yang dianut oleh orang dalam mengenai pandangan luar, terhadap organisasinya. Citra ini sringkali tidaklah tepat, bahkan hanya sekedar ilusi, sebagai akibat dari tidak memadainya informasi, pengetahuan ataupun pandangan dari pihak-pihak luar.
•
Citra yang Berlaku Citra yang berlaku (current image)vini adalah suatu citra atau pandangan yang dianut oleh pihak-pihak luar mengenai suatu organisasi. Citra yang berlaku tidak selamanya, bahkan jarang, sesuai dengan kenyataan karena semata-mata terbentuk dari pengalaman atau pengetahuan orang-orang luar yang biasanya serba terbatas.
26
•
Citra yang Diharapkan Citra harapan (wish image) adalah suatu citra yang diinginkan oleh pihak manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya. Biasanya citra yang diharapkan itu lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra yang ada, walaupun dalam keadaan tertentu, citra yang terlalu baik juga bisa merepotkan.
•
Citra Perusahaan Yang dimaksud dengan citra perusahaan adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan, jadi bukan sekedar citra atas produk dan pelayanannya. Citra perusahaan ini terbentuk dari banyak hal, seperti sejarah atau riwayat hidup perusahaan yang gemilang, keberhasilan dan stabilitas di bidang keuangan, kualitas produk, keberhasilan ekspor, hubungan industri yang baik, reputasi sebagai pencipta lapangan kerja, kesediaan turut memikul tanggung jawab sosial, dan komitmen mengadakan riset.
•
Citra Majemuk Banyaknya jumlah pegawai (individu), cabang, atau perwakilan dari sebuah perusahaan atau organisasi dapat memunculkan suatu citra yang belum tentu sama dengan citra organisasi atau perusahaan tersebut secara keseluruhan.
27
•
Citra yang Baik dan yang Buruk Citra PR yang ideal adalah kesan yang benar, yakni sepenuhnya berdasarkan pengalaman, pengetahuan, serta pemahaman atas kenyataan yang sesungguhnya. Dalam rangka menegakkan kredibilitas PR, maka segala macam usaha pemolesan citra harus dihindari. Kalaupun ada keuntungan jangka pendek, seringkali dalam jangka panjang hal itu merugikan. Hal ini perlu disadari mengingat media massa cenderung mencurigai PR.
2.2.4 Masyarakat Setempat (Community) Istilah Community dapat diterjemahkan sebagai “masyarakat setempat”, istilah nama menunjuk pada warga sebuah desa, kota, suku atau bangsa. Apabila anggota-anggota suatu kelompok, baik kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuihi kepentingan-kepentingan hidup yang utama, maka kelompok tadi disebut masyarakat setempat. Kriteria yang utama bagi adanya suatu masyarakat setempat adalah adanya social relationships antara anggota suatu kelompok. Dengan mengambi pokok-pokok uraian diatas (Selo Soemarjan,1962:XX), dapat dikatakan bahwa masyarakat stempat menunjuk pada bagian masyarakat yang bertempat tinggal di suatu wilayah (dalam arti geografis) dengan batas-batas tertentu di mana faktor utama yang menjadi dasar adalah interaksi yang lebih besar diantara para anggotanya, dibandingkan dengan penduduk diluar batas wilayahnya. (Soekanto, 2003:149)
28
Yang dimaksudkan dengan khalayak sekitar atau komunitas (Community), ialah orang-orang yang bertempat tinggal di sekitar kompleks organisasi (perusahaan, jawata, lain-lain). Komunikasi dengan mereka perlu senantiasa dilakukan oleh karena mereka pada suatu waktu mungkin diperlukan, PRO (Public Relations Officer) sebagai juru bicara manajer perlu selalu melakukan komunikasi dengan mereka, untuk menunjukkan bahwa organisasi beserta para karyawannya tidak mengasingkan diri dari masyarakat sekitarnya. (Uchjana, 1993:151) Suatu masyarakat setempat pasti mempunyai lokalitas atau tempat tinggi (wilayah) tertentu. walaupun sekelompok manusia merupakan masyarakat pengembara akan tetapi pada saat-saat tertentu anggota-anggotanya
pasti
berkumpul
pada
suatu
tempat
tertentu.(Soekanto, 2003:149) 2.2.4.1 Tipe-tipe Masyarakat Setempat Dalam mengadakan klasifikasi masyarakat setempat, dapat
digunakan
empat
kriteria
yang
saling
berpautan
(Soekanto,2003:151-152), yaitu: a. Jumlah penduduk, b. Luas kekayaan dan kepadatan penduduk daerah pedalaman, c. Fungsi-fungsi khusus masyarakat setempat terhadap seluruh masyarakat, dan d. Organisasi masyarakat setempat yang bersangkutan
29
Kriteria tersebut diatas, dapat digunakan untuk membedakan antara bermacam-macam jenis masyarakat setempat yang sederhanadan modern, serta antara masyarakat pedesaan dan perkotaan.
2.3 Kerangka Pikiran Gambar 2.3 Kerangka pikir yang menjadi acuan penulisan dalam penelitian Meningkatkan Citra Positif PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Terhadap Masyarakat Tanjung Enim
Goal
Pencitraan PT. Bukit Asam (Persero), Tbk
Output
Kegiatan Corporate Social Responsibility
Syarat
Public Relation
Corporate Reputation
Corporate Social Responsibility
Fungsi Public Relation
Citra
Mayarakat Setempat
Fungsi Public Relation Melalui Kegiatan Corporate Social Responsibilty (CSR) dalam Meningkatkan Citra Positif Perusahaan Tambang Batubara PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Terhadap Masyarakat Tanjung Enim
Input