BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1
Sistem Informasi dan Teknologi Informasi 2.1.1 Pengertian Sistem Informasi Sebelum kita membahas pengertian sistem informasi terlebih dahulu kita membahas tentang pengertian sistem dan pengertian informasi. Sistem adalah satu kesatuan yang terdiri dari bagian bagian atau subsistem-subsistem yang saling berinteraksi dan bekerja sama untuk mencapai satu tujuan atau sasaran. Sedangkan informasi adalah Data yang sudah diolah, dibentuk, atau hasil dari pengolahan data yang memiliki nilai atau value yang lebih dibandingkan data mentah. Informasi dapat juga dianggap suatu data yang diolah lagi dan menjadikan informasi sesuai dengan keperluan unit kerja pada tingkatnya masing-masing. Menurut Alter (1999, p42) sistem informasi adalah bentuk tertentu dari sistem kerja yang menggunakan teknologi informasi untuk menangkap (capture), transmisi, menyimpan, mencari kembali (revive), manipulasi dan menampilkan informasi, serta mendukung satu atau lebih sistem kerja yang lain. Adapun menurut O’Brien (2003, p7) sistem informasi adalah kombinasi terorganisasi dari orang, perangkat keras, perangkat lunak, jaringan komunikasi, sumber data yang mengumpulkan, mentransformasikan, dan menyebarkan informasi di dalam suatu
7
8
organisasi. Sedangkan menurut Wikipedia pengertian sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Komponen Sistem Informasi Ada lima komponen sistem informasi yaitu hardware, programs, data, procedures, dan people. Hubungan kelima komponen sistem informasi tersebut dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut :
Machine
Bridge
Human
Hardware
Programs
Data
Procedures
People
Instructions
Actors
Gambar 2.1. Lima komponen sistem informasi Sumber :http:// onno.vlsm.org/v11/ref-ind.../pengantar-teknologi-informasi-1999.rtf
Adapun menurut O’ Brien (2003, p8) Sistem memiliki tiga komponen dasar yang saling berinteraksi yang dapat dijabarkan sebagai berikut :
9
1.
Input Mencakup mendapatkan dan mengatur komponen atau elemen yang masuk ke sistem untuk diproses. Contohnya mencakup bahan mentah, dan data.
2.
Proses Mencakup proses transformasi yang mengubah input menjadi output. Contohnya mencakup proses manufaktur, perhitungan matematis, dan lain sebagainya.
3.
Output Mencakup elemen yang telah melalui proses transformasi. Contohnya mencakup jasa, produk dan informasi. Selain ketiga komponen dasar tersebut, terdapat dua lagi komponen tambahan yaitu : -
Feedback
: data mengenai kemampuan sistem.
-
Control
: mencakup pengawasan dan evaluasi dari feedback untuk mengetahui bila sistem bergerak menuju tujuan yang telah ditetapkan.
Kerangka Kerja Sistem Informasi Pada gambar 2.2 akan diperlihatkan kerangka kerja konseptual yang berguna untuk mengatur pengetahuan yang disajikan dalam bacaan ini dan memberi garis besar tentang hal-hal yang perlu Anda ketahui mengenai sistem informasi.
10
Gambar 2.2 Kerangka kerja sistem informasi Sumber : http://www.scribd.com/doc/17106384/Makalah-Sistem-InformasiManajemen Dari gambar kerangka kerja di atas ditekankan bahwa Anda harus memusatkan usaha Anda dalam lima area pengetahuan Sistem Informasi berikut ini. -
Konsep-konsep Dasar. Konsep dasar keperilakuan, teknis, bisnis dan manajerial termasuk mengenai berbagai komponen dan peran sistem informasi. Contohnya meliputi konsep sistem informasi dasar yang berasal adari teori sistem umum, atau konsep keunggulan kompetitif yang digunakan untuk mengembangkan aplikasi bisnis teknologi informasi dalam keunggulan kompetitif.
11
-
Teknologi Informasi. Konsep-konsep utama, pengembangan, dan berbagai isu manajemen teknologi informasi yaitu meliputi hardware, software, jaringan, manajemen data, dan banyak teknologi berbasis Internet.
-
Aplikasi Bisnis. Penggunaan utama dari sistem informasi untuk operasi, manajemen, dan keunggulan kompetitif bisnis
-
Proses Pengembangan. Bagaimana para praktisi bisnis dan pakar informasi merencanakan, mengembangkan, dan mengimplementasikan sistem informasi untuk memenuhi peluang bisnis.
-
Tantangan Manajemen. Tantangan untuk secara efektif dan etis mengelola teknologi informasi pada tingkat pemakai akhir, perusahaan, dan globaldalam bisnis.
Kategori Sistem Informasi Menurut O’ Brien (2003, p10) sistem informasi terbagi atas tiga kategori yang dapat dijabarkan sebagai berikut : 1.
Operations Support Systems Merupakan sistem operasi yang memproses data yang digunakan dalam operasi bisnis menjadi informasi yang dapat digunakan baik untuk keperluan internal maupun eksternal tanpa penekanan mengenai kegunaannya bagi manajemen (atau manager). Fungsinya adalah untuk
12
mengefisiensikan transaksi bisnis, mengontrol proses bisnis, mendukung komunikasi dan kolaborasi serta update database. Yang termasuk dalam Operations Support Systems adalah : -
Transaction Processing Systems Mengolah data yang didapat dari transaksi bisnis, mengupdate database operasional, dan mengahasilkan dokumen bisnis.
-
Process Control Systems Memonitor dan mengontrol proses industri.
-
Enterprise Collaboration Systems Mendukung kolaborasi dan kerja sama serta komunikasi dalam kegiatan perusahaan, tim dan kelompok kerja.
2.
Management Support Systems Merupakan sistem informasi yang berfokus pada penyediaan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan yang efektif bagi para manager. Yang termasuk dalam Management Support Systems adalah : -
Management Information Systems Menyediakan informasi dalam bentuk laporan dan tampilan yang mendukung proses pembuatan keputusan bisnis.
-
Decision Support Systems Menyediakan dukungan untuk proses pengambilan keputusan bagi manager dan profesional bisnis lainnya.
-
Executive Information Systems
13
Menyediakan informasi yang kritis dari berbagai sumber untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi kaum eksekutif perusahaan. 3.
Sistem informasi yang dapat mendukung operasi maupun kegiatan manajemen seperti : -
Expert Systems Sistem berbasis knowledge (pengetahuan) yang memberikan masukan atau nasihat dari sudut pandang ahli di bidang tersebut.
-
Knowledge Management Systems System
berbasis
knowledge
yang
mendukung
penciptaan,
pengorganisasian, dan penyebaran business knowledge dalam perusahaan -
Strategic Information Systems Mendukung proses manajemen dan operasi yang memberikan perusahaan kemampuan strategis dalam mendapatkan keuntungan bersaing
-
Functional Business Systems Mendukung berbagai aplikasi operasional dan manajemen untuk fungsi bisnis mendasar dalam suatu perusahaan.
2.1.2
Pengertian Teknologi Informasi Menurut Alter (1999, p42) teknologi informasi adalah perangkat keras
dan perangkat lunak yang digunakan oleh sistem informasi. Hardware
14
merupakan sekumpulan peralatan fisik yang terlibat dalam pemrosesan informasi,
seperti
komputer,
workstation,
peralatan
jaringan,
tempat
penyimpanan data (data storage), dan peralatan transmisi (transmission devices). Software merupakan program komputer yang menginterpretasikan masukan (input) oleh user dan memberitahukan kepada komputer tentang apa yang harus dilakukan. Sedangkan
menurut Wikipedia, teknologi informasi adalah hasil
rekayasa manusia terhadap proses penyampaian informasi dari bagian pengirim ke penerima sehingga pengiriman informasi akan lebih cepat, lebih luas sebarannya, dan lebih lama penyimpanannya. Teknologi informasi merupakan sebuah domain dari produk-produk hasil perkembangan ilmu komputer dan telekomunikasi. Pada kenyataannya, saat ini terdapat beragam tipe produk-produk yang berkaitan dengan teknologi informasi yang secara garis besar dapat dibagi dua: perangkat keras dan perangkat lunak. Pada jajaran perangkat keras dikenal produk-produk seperti komputer, printer, monitor, modem, router, scanner, hard disk, disk drive, CD-ROM device, dan lain sebagainya; sementara pada jajaran perangkat lunak dikenal istilah-istilah seperti sistem operasi, database, spreadsheet, aplikasi, word processor, protocol, dan lain sebagainya. Sesuai dengan tipe dan fungsinya, masing-masing kelas produk tersebut masih dibagi lagi menjadi berbagai jenis variasi yang selalu berkembang dari waktu ke waktu sesuai dengan kemajuan teknologi yang ada. 1.
Komponen Teknologi Informasi
15
Komponen teknologi informasi merupakan sub sistem yang terbentuk sehubungan dengan penggunaan teknologi informasi. Untuk memanfaatkan TI, umumnya dibutuhkan setidaknya empat komponen utama TI sebagai berikut ; a.
Perangkat keras (hardware) Merupakan perangkat keras yang membangun sebuah teknologi informasi. Hardware dalam sistem komputer merupakan komponen yang secara fisik dapat dilihat dan diraba yang membentuk suatu kesatuan sehingga dapat difungsikan. Contoh hardware disini misalnya, monitor, keyboard, mouse, printer, harddisk, memori, mikroprosesor, CD-ROM, kabel jaringan, antenna telekomunikasi, dan lain-lain.
b.
Perangkat lunak (software) merupakan perangkat lunak yang dibuat khusus untuk dapat mengontrol semua perangkat keras, sehingga semua perangkat keras teknologi informasi dapat bekerja dengan kompak sebagai sebuah sistem yang utuh. Dengan adanya software, semua perangkat komputer yang terdiri dari jutaan komponen elektronik dapat dijalankan. Software dapat dibagi menjadi tiga; -
Sistem Software lebih dikenal dengan sebutan sistem operasi. Misalnya: Sistem Operasi Windows, Linux, Unix, OS/2, dan FreeBSD.
16
-
Software untuk bahasa pemrograman, merupakan perangkat lunak yang
dapat digunakan untuk membuat program aplikasi maupun
perangkat lunak sistem. Misalnya: Visual Basic, Delphi, Turbo C,
Fortran,
Cobol,
Turbo Assembler, Java. -
Software aplikasi merupakan program jadi siap pakai yang dibuat untuk keperluan khusus. Misalnya untuk keperluan aplikasi
perkantoran ada Microsoft
Office dan Open Office yang terdiri atas beberapa program untuk berbagai keperluan seperti
pengolahan kata, angka, data, dan
presentasi. c.
Jaringan (netware) merupakan jaringan antar komputer yang menghubungkan satu komputer dengan jaringan lainnya. Untuk menyusun jaringan ini, diperlukan perencanaan dari jaringan yang dibangun yang disebut dengan topology, scope jaringan itu sendiri dibagi menjadi tiga, yaitu LAN, WAN, dan MAN.
Perangkat
yang
dibutuhkan
untuk
mendukung
jaringan
diantaranya card jaringan. d.
Infrastruktur (infrastructure) terdiri atas sekumpulan perangkat dan aplikasi peranti lunak yang dibutuhkan untuk menjalankan suatu perusahaan besar secara keseluruhan. Termasuk juga sekumpulan layanan, yaitu kapabilitas manusia dan kapabilitas teknis. Yang termasuk
17
dalam
layanan
tersebut
adalah:
Platform
komputasi,
layanan
telekomunikasi, layanan pengaturan data, layanan peranti lunak aplikasi, layanan manajemen fasilitas fisik, layanan manajemen TI, layanan standar TI, layanan pendidikan TI, layanan penelitian dan pengembangan TI. (http://yujayuni.blogspot.com)
2.2
Investasi TI dan evaluasi 2.2.1
Konsep Investasi TI Investasi teknologi informasi adalah investasi di bidang perangkat keras
dan piranti lunak yang digunakan oleh sebuah organisasi untuk menyelesaikan fungsi bisnis terlepas dari teknologi yang dilibatkan baik itu komputer, telekomunikasi, ataupun lain-lainnya. Investasi teknologi informasi merupakan pengeluaran yang dilakukan organisasi yang berupa pengeluaran untuk telekomunikasi dan jaringan, sistem informasi dan software baru, dukungan lanjut dan operasi terhadap infrastruktur dan pusat data (data centers) yang tersedia, yang secara langsung mempengaruhi kemampuan organisasi untuk mencapai peningkatan performa misi, pengambilan keputusan manajemen, dan efisiensi operasional. Secara umum investasi TI bermanfaat untuk menekan biaya – biaya operasi perusahaan, meningkatkan produktifitas dan menyelesaikan masalah bisnis yang spesifik. Untuk menjustifikasi TI yang akan dibuat, salah satu pendekatan yang umum adalah mengadopsi langkah logis dalam kerangka
18
yang berulang (repeatable framework), yang sering dikatakan sebagai metode evaluasi. (http://www.rms.net) Investasi TI juga merupakan keputusan yang diambil oleh organisasi untuk meningkatkan sumber daya dari pengeluaran biaya yang nyata dari TI dengan harapan manfaat dari pengeluaran tersebut bertemu atau mencapai nilai dari apa yang diharapkan. Investasi TI meliputi : a.
Hardware adalah semua mesin dan peralatan dalam sistem komputer. Contoh: PC, mouse, keyboard, dan sebagainya.
b.
Software adalah instruksi elektronik step-by-step yang memberitahukan perangkat keras komputer apa bagaimana melakukan sebuah tugas. Contoh : operating system, utility software, dan application software.
c.
Network/jaringan adalah sebuah sistem komunikasi yang menghubungkan dua atau lebih computer, internet adalah jaringan terbesar. Contoh : LAN, WAN, dan MAN.
d.
Brainware adalah pemakai komputer atau orang yang mengoperasikan komputer (user), karena secanggih apapun komputer jika tidak ada orang mengoperasikannya (user) maka
komputer tersebut tidak dapat
digunakan. Contoh : operator, programmer, sistem analis, database administrator, Fasilitas Contoh : ruangan, AC dan lain sebagainya. 2.2.2
Pengertian Efektifitas Investasi TI dan Alasan Perlunya Investasi TI Pengertian efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu tujuan yang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut
19
sesuai dengan pengertian efektifitas menurut Hidayat (1986) yang menjelaskan bahwa efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas,kualitas dan waktu) telah tercapai. Dimana makin besar presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya. (http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/).
Jadi
efektivitas investasi teknologi informasi adalah mengukur sejauh mana pencapaian tujuan investasi di bidang perangkat keras dan piranti lunak dalam suatu perusahaan telah tercapai
sesuai dengan yang telah
direncanakan. Terdapat empat alasan mengapa perlunya investasi di bidang TI : 1. Fondasi untuk melakukan Bisnis (e-business, e-commerce) 2. Produktivitas meningkat karena penggunaan TI sebagai alat untuk inovasi. 3. Kesempatan dan keuntungan strategik, dalam hal ini mengambil peluang pasar, membangun produk baru dan menciptakan jasa baru yang sangat memerlukan investasi di TI. 4. Memberikan peluang bisnis baru dan akan mendapat keuntungan strategik dari pesaing apabila dapat memberikan perbedaan atau keunikan dibanding pesaingnya. (jimmichaelw.files.wordpress.com) 2.2.3
Metode Dalam Evaluasi Investasi TI Pada dasarnya, metode evaluasi dan analisa cost-benefit investasi TI
didasarkan pada cara serta perspektif manajemen dalam menilai kinerja teknologi
20
informasi yang diimplementasikan. Terkait dengan paradigma ini, setiap metode yang dipilih dan dipergunakan oleh manajemen memiliki karakteristik khusus yang membedakannya dengan metode lain. Metode-metode evaluasi investasi TI meliputi : -
Strategic Analysis and Evaluation merupakan suatu teknik pengukuran dengan menggunakan scoring technique yang didasarkan pada prinsip bahwa semua perangkat teknologi informasi yang diimplementasikan dalam perusahaan harus secara jelas dan tegas mendukung strategi generik perusahaan, sehingga keberadaannya harus dikaji secara sungguh-sungguh. Michael Porter dalam teori competitive advantage-nya yang terkemuka mengatakan bahwa hanya ada dua strategi yang dapat membuat perusahaan unggul dibandingkan dengan kompetitornya, yaitu melalui: cost reduction dan differentiation. Jika implementasi sebuah aplikasi teknologi informasi terbukti dapat mengurangi sejumlah atau sekelompok biaya organisasi misalnya biaya transaksi atau komunikasi maka teknologi tersebut dianggap tepat untuk diterapkan oleh perusahaan. Demikian juga jika aplikasi sebuah teknologi informasi dapat membuat perusahaan memiliki sesuatu yang membedakannya dengan perusahaan lain atau mempunyai sesuatu yang “lain dari pada yang lain”, maka keberadaannya dianggap tepat dalam kerangka strategis perusahaan. Contoh
aplikasi
teknologi
informasi
yang
menunjang
performa
differentiation adalah: implementasi customer relationship management
21
sehingga pelanggan merasa memiliki hubungan yang khusus dengan perusahaan, aplikasi call center yang berfungsi sebagai help desk khusus bagi seorang nasabah bank, penerapan supply chain management yang mendukung perusahaan dalam menjalin kemitraan bisnis strategis dengan mitra pemasoknya, dan lain sebagainya. Jika seluruh investasi teknologi informasi perusahaan diarahkan bagi dikembangkannya perangkat teknologi terkait dengan dua strategi generik ini, maka dinilai bahwa investasi tersebut tepat (manfaatnya telah embedded di dalam kedua strategi tersebut). Semakin terkait langsung aplikasi teknologi informasi terhadap pencapaian strategi cost reduction maupun differentiation, semakin tinggi score atau nilainya bagi perusahaan. -
Value Chain Assessment adalah sebuah pendekatan scoring technique lain dimana didasarkan pada teori value chain yang diperkenalkan pula oleh Michael Porter. Value chain merupakan suatu rangkaian proses di dalam perusahaan yang terkait langsung dengan penciptaan nilai bagi kebutuhan pelanggan, dimana nilai yang dimaksud biasanya direpresentasikan langsung dalam bentuk produk atau jasa yang dihasilkan perusahaan tersebut. Contoh sebuah value chain adalah rantai aktivitas perusahaan semenjak yang bersangkutan membeli bahan mentah, menyimpan di dalam gudang bahan mentah, mengolahnya menjadi bahan baku, menyimpan hasilnya di gudang bahan baku, mengolahnya menjadi produk jadi, menyimpan produk jadi di gudang
22
khusus,
mendistribusikan
dan
menyebarkannya
ke
tempat-tempat
penyimpanan, menjualnya secara retail di sejumlah tempat, sampai dengan melayani pelanggan pasca penjualan. Dalam kerangka ini dikatakan bahwa setiap investasi teknologi informasi yang dialokasikan harus dipergunakan untuk mengembangkan teknologi yang secara langsung dipergunakan di dalam rangkaian core process atau proses utama dalam rangkaian value chain tersebut. Semakin terlihat hubungan keterkaitannya, semakin tinggi score perangkat aplikasi teknologi informasinya bagi sebuah perusahaan. -
Relative Competitive Performance merupakan cara menilai kelayakan investasi teknologi informasi dengan mengkomparasikan atau membandingkannya dengan perusahaan serupa (kompetitor) dalam industri sejenis. Butir-butir kinerja yang dikomparasikan menyangkut sejumlah aspek baik kualitatif maupun kuantitatif
terkait
dengan biaya yang dikeluarkan untuk investasi maupun manfaat strategis atau operasional yang didapat perusahaan. Melalui cara pembandingan ini diyakini bahwa perusahaan tidak akan melakukan under investment atau over investment terhadap pengembangan teknologi informasi yang dimilikinya. -
Proportion of Management Vision Achieved merupakan sebuah pendekatan yang cukup unik dimana masing-masing individu yang memegang jabatan manajer ke atas (seperti senior manager, general manager, vice president, director, dan lain sebagainya) diminta
23
untuk melakukan penilaian atau kajian yang didasarkan pada apakah implementasi teknologi informasi terkait sesuai dengan “keinginan” atau “kehendak” atau rencana mereka semula sebagai seorang pengambil keputusan. Pendekatan ini dipergunakan dengan berasumsi bahwa seluruh manajer di dalam perusahaan bekerja dan bergerak untuk menuju kepada satu visi dan misi yang telah dicanangkan; sehingga mereka tahu persis bagaimana teknologi informasi dapat berperan membantu mereka dalam setiap aktivitas pencapaian visi dan misi tersebut. Dengan kata lain, sebuah keputusan investasi dinilai layak dan “benar” apabila sesuai dengan rencana atau pandangan dari manajer terkait, sementara jika tidak maka dinilai investasi tersebut tidak pada tempatnya. -
Work Study Assessment adalah suatu pendekatan evaluasi dimana dilakukan pengkajian terhadap bagaimana implementasi teknologi informasi memberikan dampak pengaruh terhadap pola dan cara kerja para individu dalam satu divisi atau departemen tertentu di perusahaan. Dalam metode ini analisa dilakukan terhadap bagaimana kontribusi teknologi informasi berpengaruh terhadap perbaikan kinerja sebuah proses tertentu yang sangat ditentukan dengan besarnya volume pekerjaan dan tingginya frekuensi aktivitas yang terjadi. Sebuah investasi teknologi informasi dinilai layak dan tepat apabila dapat benarbenar memperbaiki kinerja proses atau aktivitas yang dilakukan sejumlah individu sehingga terlihat pengaruhnya dalam bentuk peningkatan kinerja
24
atau performa divisi atau departemen dimana perangkat teknologi tersebut diimplementasikan. -
Economic Assessment dipandang sebagai salah satu pendekatan analisa yang menggunakan sejumlah teori ekonomi yang dibangun berdasarkan sebuah model matematika tertentu. Metode analisa yang biasanya dinyatakan dalam fungsi output terhadap sejumlah variabel input ini diperkenalkan oleh sejumlah pakar ekonomi yang bekerja sama dengan ahli matematika dan praktisi manajemen. Dengan memasukkan sejumlah data sesuai dengan kondisi perusahaan yang ada ke dalam beragam variabel input pada formula terkait, maka akan didapatkan nilai output yang akan dikomparasikan dengan sejumlah parameter untuk menilai layak tidaknya biaya yang diinvestasikan terhadap manfaat yang diperoleh perusahaan.
-
Financial Accounting Based Analysis adalah metode analisa yang mempergunakan sejumlah formula dan ukuran yang baku dipergunakan dalam manajemen financial accounting. Contohnya adalah dengan mempergunakan formula ROI, IRR, NPV, dan lain-lain sebagai alat bantuk untuk menilai apakah sebuah investasi dianggap layak, wajar, dan worth bagi sebuah perusahaan ditinjau terlebih-lebih dari aspek sumber daya finansial.
-
User Attitudes
25
adalah cara pengukuran manfaat dengan cara melibatkan mayoritas user atau pengguna teknologi informasi di dalam perusahaan. Melalui survei, jajak pendapat, observasi, dan diskusi, masing-masing pengguna diminta untuk menyatakan penilaiannya terhadap setiap aplikasi yang mereka pergunakan, terutama berkaitan dengan seberapa besar manfaat diterapkannya aplikasi tersebut untuk membantu aktivitas mereka sehari-hari. Semakin positif tanggapan mereka, semakin dinilai layaklah investasi teknologi informasi yang telah dilakukan oleh perusahaan. -
User Utility Assessment dipandang sebagai sebuah metode yang kontroversial karena didasarkan pada asumsi yang sangat spekulatif. Prinsip yang dipegang dalam konsep ini adalah bahwa semakin banyak dan semakin lama individu di perusahaan menggunakan aplikasi teknologi informasi tertentu, semakin dianggap berhasillah penerapan teknologi tersebut. Sementara semakin sedikit atau semakin banyak individu yang menolaknya, semakin dipandang tidak layak investasi yang telah dikeluarkan untuk membangun sistem tersebut. Paradigma ini dipergunakan karena anggapan bahwa semakin sering sebuah sistem dipergunakan, berarti frekuensi transaksi bisnis yang “dibantu” dengan adanya sistem tersebut semakin tinggi demikian juga dengan volume per transaksinya yang berarti akan semakin banyak manfaat yang telah diperoleh perusahaan dengan utilisasi tersebut. Sebaliknya, utilisasi yang rendah karena tidak terpakainya sistem berarti adanya “pemborosan” sumber
26
daya yang selayaknya tidak terjadi, yang berarti pula bahwa investasi yang telah dikeluarkan sia-sia adanya. -
Value Added Analysis adalah pendekatan dimana analisa dimulai dengan cara mengkaji nilai atau value yang diberikan oleh sistem atau aplikasi teknologi informasi sebelum menyentuh unsur pembiayaannya. Dengan kata lain, yang pertama-tama perlu dilakukan adalah menyetujui akan nilai atau manfaat yang diberikan oleh aplikasi teknologi informasi terlebih dahulu, baru kemudian mereka yang bersepakat duduk bersama untuk mengkalkulasi biaya yang layak dikeluarkan untuk pencapaian value tersebut. Jika hasil kalkulasi tersebut “berkenan” di hati para pengambil keputusan, maka investasi yang dikeluarkan dinilai layak; sementara jika tidak, maka rencana membangun atau mengembangkan sistem terkait terpaksa tidak dilakukan.
-
Return on Management diperkenalkan pertama kalinya oleh Paul Strassman dalam bukunya “Information Payoff” (Strassman, 1985) dan ditekankan kembali pada karyanya “The Business Value of Computers” (Strassman, 1990), dimana yang bersangkutan berusaha memisahkan apa yang dinamakan sebagai management added value dengan management cost dan kemudian membandingkan keduanya untuk diperoleh Return On Management atau ROM. Konsepnya cukup jelas, yaitu sebagai berikut:
27
•
Semenjak sebuah sistem aplikasi teknologi informasi diterapkan, dihitunglah seberapa besar pendapatan atau revenue yang diperoleh perusahaan.
•
Jika revenue tersebut dikurangi dengan Cost Of Goods Sold atau COGS dan pajak, akan diperoleh profit margin atau business value added.
•
Dari business value added ini kemudian dikurangi dengan shareholders value added (misalnya dalam bentuk pembagian deviden saham) dan operation costs sehingga akhirnya diperoleh sebuah nilai yang merupakan gabungan dari management costs dan management value added.
•
Jika nilai tersebut dikurangi dengan management costs, maka akan didapatlah management value added.
•
Dengan berpegang pada formula: ROM = Management Value Added : Management Cost Maka akan diperoleh harga ROM yang akan menentukan tingkat kelayakan investasi yang telah dan/atau akan dilakukan. Konsep ini dibangun dengan filosofi bahwa dalam perusahaan moderen, yang terpenting bukanlah modal, material, maupun teknologi, namun adalah sumber daya manusia yang direpresentasikan dalam manajemen.
-
Multi-Objective Multi-Criteria Method atau MOMCM diperkenalkan sebagai sebuah metode yang bernuansa subyektif karena didasarkan pada
kenyataan bahwa setiap sistem aplikasi yang diterapkan
28
memiliki obyektif yang berbeda karena beragamnya stakeholders yang berkepentingan dengan adanya sistem tersebut. Adanya sejumlah obyektif yang berbeda dan beragamnya perspektif stakeholders memaksa perlu dikembangkannya sebuah sistem yang dapat mengadopsi situasi ini. Dalam MOMCM tersebut masing-masing stakeholder diberi kesempatan untuk menentukan sendiri bobot atau weight dan penilaian dari sejumlah obyektif atau manfaat yang didapat dari adanya sistem aplikasi terkait. Dengan cara demikian, maka perusahaan dapat melihat dan menentukan layak tidaknya suatu investasi dari hasil total penilaian para stakeholder tersebut. (http://www.blogster.com/artikelekoindrajit/klasifikasi-metodologi)
2.3 Metode Evaluasi Efektivitas Investasi TI dengan Information Economics 2.3.1 Pengertian Information Economics IE (Information Economics) adalah cabang dari teori mikroekonomi yang mempelajari bagaimana informasi mempengaruhi suatu perekonomian dan keputusan ekonomi. Informasi memiliki karakteristik khusus. Sangat mudah untuk menciptakan tetapi sulit untuk percaya. Hal ini mudah menyebar tetapi sulit untuk dikendalikan. Ini mempengaruhi banyak keputusan. Karakteristik khusus ini (dibandingkan dengan jenis barang lainnya)
menyulitkan
banyak
teori
(http://en.wikipedia.org/wiki/Information_economics)
ekonomi
standar.
29
Menurut Parker (1988, p15), alasan digunakannya IE dalam penilaian investasi adalah : 1. Jenis dan tingkat nilai-nilai yang diperoleh melalui implementasi TI pada suatu perusahaan bervariasi. 2. Adanya keterbatasan sumber daya dalam melakukan investasi TI yang dikaitkan aspek-aspek bisnis lainnya atau diantara investasi proyekproyek TI itu sendiri. 3. perusahaan perlu melakukan alokasi keputusan dengan efektif dengan mempertimbangkan hasilnya (baik langsung maupun tidak langsung) dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkannya. 4. Analisis Biaya dan Manfaat Tradisional (TCBA) tidak cukup untuk memperhitungkan semua aspek dan dampak dari TI sehingga dibutuhkan perangkat lain yang memadai. IE dapat digunakan sebagai kerangka dasar untuk membantu manjemen dalam membuat keputusan investasi TI sesuai dengan kelayakannya. Dalam pengukuran IE terdapat 4 tahapan, yaitu (Parker, 1988,p11) 1.
Identifikasi nilai dan total biaya dari setiap proyek.
2.
Menerapkan kriteria ekonomi sementara dalam proses pembuatan keputusan.
3.
Memperkirakan alternatif-alternatif yang mungkin terjadi.
4.
Alokasi sumber daya yang berharga untuk proyek yang penting.
30
Menurut Parker (1988, P102), terdapat tiga komponen utama untuk menghitung skor suatu proyek investasi,yaitu : 1. Perhitungan ROI (Return On Investment) 2. Penilaian pada business domain 3.
Penilaian pada technology domain
Weighted Weigthed Weighted SimpleROI + Bussines Domain + Teknologi Domain (Quantification) (Assessment) (Assessment)
PROJECT = SCORE
Gambar 2.3 Faktor untuk menghitung score suatu proyek (Parker, 1988, p102)
2.3.2
Analisis Biaya Manfaat Tradisional (Traditional Cost Benefit Analysis) TCBA biasanya digunakan oleh pemerintah untuk mengevaluasi perlunya
intervensi tertentu. Ini adalah analisis efektivitas biaya alternatif yang berbeda untuk melihat apakah manfaat lebih besar daripada biaya. Tujuannya adalah untuk mengukur efisiensi dari intervensi relatif. Manfaat dan biaya seringkali dinyatakan dalam bentuk uang dan waktu sehingga semua manfaat dan biaya proyek dari waktu ke waktu (yang cenderung terjadi pada titik waktu yang berbeda)
dinyatakan
pada
segi
"nilai
sekarang."
(http://en.wikipedia.org/wiki/Cost-benefit_analysis) Untuk mengevaluasi keuntungan ekonomis dari beberapa proyek dalam TCBA terdiri dari 2 langkah :
31
-
Mengidentifikasi dan mengestimasikan seluruh biaya dan manfaat dari alokasi proyek dan operasi. Hal ini meliputi biaya pengembangan, biaya operasi dan manfaat tambahan yang diharapkan dari sistem yang baru.
-
Menyatakan biaya dan manfaat tersebut dalam unit umum. Perlu evaluasi jumlah manfaat, dengan perbedaan antara total keuntungan dan total biaya dari pembuatan dan operasi sistem.
Gambar 2.4 Justifikasi Biaya Tradisional berdasarkan Analisa Keuntungan dan Biaya (Parker, 1988, p76) -
Biaya (Cost) Untuk melakukan investasi diperlukan biaya. Biaya merupakan
pengukuran atas jumlah sumber daya yang dibutuhkan untuk memperoleh sebuah produk. Biaya dinyatakan dalam ukuran mata uang (misalnya, rupiah). Dalam Information Economics terdapat dua jenis biaya, yaitu biaya pengembangan (development cost) dan beban berjalan (ongoing expense). Beban pemeliharaan (maintenance) termasuk dalam biaya berjalan Parker ( 1988, p90).
32
Segi Bisnis
+ nilai Pendapatan - Biaya SI untuk penggunaan - Biaya Segi Bisnis
Segi Teknologi Jasa Dalam menimbulkan nilai bisnis
-
Biaya
Jasa
+ dari Biaya SI jasaPembalik dari jasa & fasilitas
= kelayakan bisnis dan justifikasi Proyek
Investasi pada + Infrastruktur TI Kelangsungan teknis dan kelayakan ekonomis proyek
dari
Gambar 2.5 Model Information Economics berdasarkan Biaya (Parker1988, p75) -
Nilai (Value) IE juga mempertimbangkan nilai dari TI. Nilai adalah keuntungan yang
diperoleh atas persaingan yang direfleksikan dari kinerja bisnis sekarang dan di masa mendatang. Dimana nilai akan menambah keuntungan lebih dari para perusahaan pesaingnya dimana nilai tersebut akan membuat manajemen akan menginvestasikan dananya. Nilai akan dibedakan menjadi dua, yaitu nilai berdasarkan bisnis dan nilai berdasarkan teknologi Parker (1988, p64). -
Keuntungan (Benefit) Secara ekonomi, manfaat dapat diartikan sebagai laba atau sesuatu yang
didapatkan oleh individu maupun organisasi. Pada dasarnya
manfaat yang
didapatkan setelah melakukan investasi TI harus lebih besar dari biaya yang dikeluarkan. Biaya-biaya akan dihitung dengan menggunakan lembar kerja biaya pengembangan dan lembar kerja biaya berjalan. Sedangkan manfaat akan
33
dihitung dengan menggunakan teknik-teknik value linking, value acceleration, value restructuring dan value innovation.
2.3.3
Domain Bisnis Penilaian terhadap domain bisnis adalah evaluasi terhadap faktor-faktor
di bidang kegiatan bisnis meliputi sekumpulan nilai dan resiko yang dibagi ke dalam lima kategori yaitu Strategic Match, Competitive Advantage, Competitive Response, Management Information System dan Project or Organization Risk. 2.3.3.1 Strategic Match Strategic Match merupakan evaluasi atau penilaian terhadap keterkaitan antara investasi TI dalam hubungannya dengan pencapaian tujuan strategis organisasi. Fokus dari evaluasi ini adalah apakah investasi di bidang TI dan implementasinya sudah sejalan atau selaras dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Penilaian kesesuaian investasi TI dengan tujuan jangka panjang perusahaan dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya tujuan perusahaan. Hasil score dalam Strategic
Match
mempunyai
rentang
dari
0
hingga
5
pada
kuesioner/checklist. 2.3.3.2 Competitive Advantage Competitive Advantage merupakan evaluasi atau penilaian terhadap keterkaitan antara investasi TI dalam hubungannya dengan
34
kemampuan meningkatkan bersaing perusahaan. Fokus dari evaluasi ini adalah mengevaluasi adanya pertukaran data antara perusahaan dengan para pemsok yang diperoleh dengan adanya kesediaan dari perusahaan untuk merubah struktur industri atau sistem, meningkatkan posisi organisasi dalam bisnis yang ada, dan menciptakan kesempatan bisnis yang baru. Penilaian kesesuaian investasi TI
dengan kemampuan
bersaing perusahaan dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya peningkatan kompetitor perusahaan. Hasil score dalam Competitive Advantage mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist. 2.3.3.3 Competitive Response Competitive Response merupakan tingkat dimana kegagalan sistem dapat mengurangi keunggulan bersaing perusahaan Fokus dari evaluasi ini adalah mengukur derajat kegagalan dalam memenuhi keberhasilan yang diharapkan di awal dapat menyebabkan kegagalan persaingan terhadap usaha (Parker, 1996, p320). Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya mengukur tingkat kegagalan dan otoritas yang diberikan sebagai kondisi aktivitas bisnis yang berkelanjutan. Hasil score dalam Competitive Response mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
35
2.3.3.4 Management Information for Critical Success Factors Management Information for Critical Success Factors fokus pada aktivitas internal yang secara langsung mempengaruhi produk dan pelanggan eksternal. Management Information for Critical Success Factors memperkirakan kontribusi langkah-langkah yang diambil terhadap kebutuhan informasi manajemen untuk aktivitas yang kritis (Parker, 1996, p320). Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya manajemen system informasi dalam perusahaan. Hasil score dalam Management Information for Critical Success Factors mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist. 2.3.3.5 Project or Organization Risk Project or Organizational Risk berfokus pada tingkat dimana sebuah perusahaan mampu membawa perusahaan yang dibutuhkan oleh proyek sistem informasi manajemen. Evaluasi ini memperhatikan pengguna dari area bisnis perusahaan, bukan area teknis perusahaan. Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya kebutuhan proyek sistem informasi manajeman. Hasil score dalam Project or Organizational Risk mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
36
2.3.4
Domain Teknologi 2.3.4.1 Strategic IS Architecture Strategic IS Architecture berfokus pada evaluasi tingkat dimana proyek selaras dengan strategi sistem informasi untuk menjamin kelangsungan dari strategi TI. Penilaian kesesuaian investasi TI dengan kelangsungan dari strategi TI perusahaan dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya menjamin kelangsungan strategi TI. Hasil score dalam Strategic IS Architecture mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist. 2.3.4.2 Definitional Uncertainty Fokus pada Definitional Uncertainty adalah merumuskan apakah komputerisasi sudah tepat atau belum sehubungan dengan pelaksana proyek TI. Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai manfaat TI dalam kaitannya pelaksana proyek TI. Hasil score dalam Definitional Uncertainty
mempunyai
rentang
dari
0
hingga
5
pada
kuesioner/checklist. 2.3.4.3 Technical Uncertainty Technical uncertainty menilai kesiapan domain teknologi untuk menjalankan system dimana penilaian ini meliputi : keahlian yang dibutuhkan, ketergantungan hardware dan ketergantungan software, dan
37
aplikasi software. Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai domain teknologi. Hasil score dalam Technical uncertainty mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist. 2.3.4.4 IS Infrastructure Risk IS Infrasctructure Risk menilai seberapa banyak investasi non proyek yang perlu segera dilakukan agar sistem dapat berjalan dengan baik seperti administrasi data (seperti kebutuhan kamus data), komunikasi (seperti adanya bentuk komunikasi yang baru), dan sistem yang tersebar (seperti kebutuhan metode akses data yang baru). Penilaian ini dinyatakan dalam score yang dihitung dari hasil kuesioner pada responden yang mengerti mengenai penilaian banyaknya investasi non proyek. Hasil score dalam IS Infrasctructure Risk mempunyai rentang dari 0 hingga 5 pada kuesioner/checklist.
2.3.5
Justifikasi Financial
Faktor pertama yang harus dipertimbangkan adalah justifikasi secara
financial dari sebuah proyek TI, dengan faktor utama pada kuantifikasi dari biaya (selama fase pembangunan dan fase pemeliharaan) dan manfaat dari proyek TI tersebut. Manfaat tersebut kemudian dihubungkan dengan biaya menggunakan perhitungan ROI (Parker, 1988, p102-104). Perhitungan ROI terbagi menjadi 2 yaitu ROI sederhana dan ROI. Perbedaan keduanya terdapat pada tingkat suku
38
bunga, yaitu dalam perhitungan ROI sederhana tidak menggunakan suku bunga sedangkan pada perhitungan ROI menggunakan tingkat suku bunga. a.
Teknik Information Economics Untuk Menghitung ROI Sederhana Terdapat 5 teknik justifikasi finansial yang digunakan dalam information economics untuk mengukur dan menilai aplikasi teknologi informasi yang potensial, yaitu: a.
traditional cost-benefit analysis,
b.
value linking,
c.
value acceleration,
d.
value restructuring, dan
e.
innovation valuation.
Teknik justifikasi finansial yang diterapkan dalam information economics untuk perhitungan ROI ditunjukkan dalam Gambar 2.7.
Traditional Value Value Value Innivation Cost + linking + Acceleration + Restructuring + Valuation = Benefit
Input Simple ROI Calculation
Gambar 2.7 Teknik information economics untuk Mengembangkan Perhitungan ROI Sederhana (Parker, 1988, p102) b.
Tiga Kertas Kerja ROI Untuk menghitung ROI sederhana menggunakan 3 jenis lembar kerja yaitu (Parker,1988, p96-97):
39
1.
Development Cost Worksheet (lembar biaya pengembangan), berupa daftar seluruh komponen atau biaya pada tahun pertama yang dibutuhkan untuk mengawali dan membangun sebuah proyek.
Gambar 2.8 Development Cost Worksheet (Parker, 1988, p96)
2.
Ongoing Expenses Worksheet (lembar biaya berjalan), berisi daftar seluruh komponen atau biaya yang dibutuhkan untuk memelihara proyek dari tahun pertama hingga tahun terakhir proyek tersebut.
40
Gambar 2.9 Ongoing Expense Worksheet (Parker, 1988, p96)
3.
Economic Impact Worksheet (lembar dampak ekonomis), merupakan lembar perhitungan biaya dan manfaat ekonomis yang telah dikuantifikasikan (Value Linking, Value Acceleration, Value Restructuring, dan Innovation Valuation) yang menunjukkan perhitungan arus kas tahunan untuk menghasilkan ROI (Gambar 2.9)
41
Gambar 2.10 Economic Impact Worksheet (Parker, 1988, p97) c.
Value Linking dan Value Acceleration Value linking dan value acceleration merupakan teknik yang digunakan untuk menghitung biaya dan manfaat ekonomis sehingga menghasilkan nilai ROI. Parker (1988, p111) menyatakan bahwa “ Value linking is used to evaluate financially the combain effects of improving perfomance of a function and any consequential results from a separate function”. Definisi di atas dapat diterjemahkan sebagai berikut Value linking digunakan untuk mengevaluasi secara finansial efek dari perubahan performa sebuah fungsi atau proses atau pengaruh terhadap peningkatan kinerja perusahaan. Nilai tersebut tidak tergantung oleh waktu. Menurut Ward (2002, p424) Value Acceleration sebagai “A value which consider time dependence of benefit and cost in other departments of
42
system improvements”. Definisi value acceleration di atas diterjemahkan sebagai nilai yang sangat bergantung pada satuan waktu untuk pengukuran biaya dan manfaat pada departemen-departemen lain karena adanya perubahan dan pengembangan sistem. d.
Value Restructuring Parker (1988, p111) menyatakan bahwa “Value restructuring ties the effects of information technology to result measured through increased productivity it assesses the movement of job activity from lower value function to higher value function”. Value restructuring
merupakan
suatu teknik yang digunakan untuk mengukur nilai suatu peningkatan produktivitas sebagai pengaruh akibat terjadinya restrukturisasi atau perubahan fungsi suatu pekerjaan atau fungsi suatu departemen sebagai dampak penerapan suatu TI. e.
Inovation Valuation Parker (1988, p134) menyatakan bahwa “Innovation creates new functions within the business domain, it changes the way the enterprise conducts its business”. Inovasi menghasilkan fungsi baru yang dapat mengubah cara suatu perusahaan dalam melakukan bisnis. Untuk menghitung keuntungan bersih dengan adanya inovasi melalui investasi TI digunakan sebuah lembar kerja baru. Sedangkan untuk menghitung
biaya digunakan lembar kerja biaya pengembangan dan
43
lembar kerja biaya berjalan. Nilai inovasi ini dikuantifikasikan dari area bisnis dan ditambahkan kepada lembar kerja economic impact.
2.3.6
Membangun Nilai Komponen Organisasi (Corporate Value) Corporate value adalah nilai-nilai dalam perusahaan yang dapat
memotivasi karyawan guna mencapai tujuan perusahan. Corporate value dirumuskan oleh manajement tingkat atas dan dirancang untuk mencapai tujuan perusahaan secara keseluruhan. Nilai-nilai yang saling berinteraksi dalam perusahaan akan mengakibatkan terbentuknya budaya organisasi.
Line Of Business Derajat dimana bisnis menguntungkan, bersaing Sehat, kuat
lemah
kuat Kuadran B Strategis
Kuadran A Investasi Kuadran C Infrastruktur
Kuadran D Breakhtrough Management
Computer
Derajat dimana usaha komputer
support
yang ada cukup kuat & efektif
Gambar 2.11 Nilai Korporat Organisasi (Parker, 1988, p187) -
Kuadran A ( Invesment ) Nilai bobot yang digunakan untuk masing-masing hasil kajian finansial dan non finansial mengacu pada kuadran A yaitu
44
investasi. Interpretasinya adalah line of business ini mempunyai dasar bisnis yang kuat, dan dukungan komputer yang lemah (Gambar 2.12). -
Kuadran B ( Strategic ) Kuadran strategic menggambarkan sebuah organisasi yang mempunyai dasar bisnis yang kuat dengan dukungan komputer yang kuat juga. Interpretasinya adalah bahwa perusahaan yang kuat mempunyai peluang untuk berinvestasi dalam competitive advantage dan rintangan dalam competitive application (Gambar 2.13).
-
Kuadran C ( Infrastructure )
Untuk organisasi pada kuadran C mempunyai lini bisnis yang lemah dengan dukungan komputer yang juga lemah. Nilai korporat positifnya 20 dan nilai korporat negatifnya –10 (Gambar 2.14).
-
Kuadran D ( Breakhtrough ; Management ) Organisasi pada Kuadran D mempunyai dasar bisnis yang lemah dengan dokungan komputer yang kuat (Gambar 2.15).
45
Gambar 2.12 Nilai Korporat pada kuadran Investasi (Parker, 1988, p188)
Gambar 2.13 Nilai Korporat pada kuadran Strategis (Parker, 1988, p188)
46
Gambar 2.14 Nilai Korporat pada kuadran Infrastruktur (Parker, 1988, p189)
Gambar 2.15 Nilai Korporat pada kuadran Breakthru Management (Parker, 1988, p190)
47
2.3.7
Information Economics Scorecard Proses terakhir dari Information Economics adalah memasukkan semua
nilai hasil pembobotan Simple ROI dan pembobotan variabel domain teknologi dan bisnis ke dalam sebuah scorecard untuk mendapatkan skor akhir dari proyek TI tersebut. Semua nilai positif dan negatif yang mewakili nilai dan resiko dijumlahkan Parker (1988, p145).
Gambar 2.16 Information Economics Scorecard (Parker, 1988, p145)
2.4
Model Kekuatan Bersaing Porter (Porter’s Five Forces Model) Pendekatan ini memberikan gambaran persaingan dalam industri. Dengan
analisis ini diharapkan perusahaan mampu mengetahui intensitas persaingan dan profitabilitas dalam industri ini, serta mengetahui kekuatan yang paling berpengaruh
48
dalam perumusan strategi suatu industri . Model ini diperkenalkan oleh Michael Porter pada tahun 1980 dan sejak itu model ini dimodifikasi dan diperluas oleh ahli lainnya. Model ini berpijak pada paparan Porter yang melihat kekuatan bersaing sebagai fungsi dari struktur industri yang terdiri dari lima aspek seperti gambar 18 .
Threat of Potential Entrants
Bargaining Power
Bargaining Power Competitor Rivalry
of Buyer
of Supplier
Threat of Substitution Product or Service
Gambar 2.17 Model lima kekuatan bersaing Porter (Porter, 1998, p5)
2.4.1 Masuknya Kompetitor (Competitor Rivalry) Competitor Rivalry menjelaskan bagaimana cara untuk kompetitor baru untuk mulai bersaing industri yang sudah ada. Ancaman Kompetitor baru tergantung pada: •
Skala ekonomis
49 •
Modal utk investasi
•
Akses utk distribusi
•
Akses ke teknologi
•
Brand loyalty, apakah pelanggan setia dengan brand tertentu
•
Peraturan Pemerintah
2.4.2
Daya Tawar dari Pemasok (Bargaining Power of Supplier) Bargaining power of supplier mengacu pada penyediaan produk dan jasa
yang memberikan kontribusi kepada kedudukan kompetitif perusahaan di dalam industri. Bargaining power of Supplier tergantung pada: •
Konsentrasi dari supplier, Apakah banyak pembeli dan sedikit supplier
•
Brand, apakah brand supplier tersebut sudah kuat
•
Profitabilitas Supplier
•
Pemasok masuk ke dalam industri
•
Pembeli tidak berpindah ke supplier yang lain
•
Kualitas dari Produk dan service
•
Perpindahan biaya, seberapa mudah pemasok untuk mencari pelanggan baru
2.4.3
Ancaman dari Persaingan Antara Pemain yang ada (Threat of Potential Entrants) Threat of potential entrants menggambarkan kemungkinan perusahaan
yang akan memulai strategi bisnisnya untuk memasuki dunia industri baru atau perusahaan yang ingin berkompetisi dalam area produk dan geografis yang sama.
50
Threat of potential entrants tergantung pada : •
Struktur dari kompetisi, persaingan akan semakin hebat apabila terdapat banyak industri kecil atau memiliki ukuran yang sama antar kompetitor. Sebaliknya apabila industri telah memiliki pemimpin pasar maka persaingan akan sedikit.
•
Struktur dari biaya di industri. Industri yang memiliki biaya yang tinggi akan mendorong kompetitor utk menghasilkan produk dan jasa yang lebih murah.
•
Tingkat diferensiasi produk. Industri yang produknya adalah komoditas biasanya akan memiliki persaingan yang besar.
•
Perpindahan biaya. Persaingan akan berkurang apabila pembeli telah beralih ke biaya tinggi.
•
Tujuan strategis, Jika kompetitor mengejar pertumbuhan dengan agresif maka persaingan akan semakin besar
•
Ketika hambatan utk meninggalkan industri semakin tinggi maka persaingan akan semakin besar.
2.4.4
Ancaman dari Produk atau Jasa Pengganti (Threat of Substitution Product or Service) Threat of Substitution Product or Service dapat menjadi alternatif bagi
produk atau jasa yang ditawarkan oleh perusahaan di dalam industri, pertimbangannya adalah mengapa produk atau jasa pengganti ini menarik bagi pembeli.
51 Threat of Substitution Product or Service tergantung pada:
•
Kualitas, Apakah kualitas pengganti tersebut lebih baik atau tidak?
•
Keinginan pembeli untuk beralih ke produk jasa pengganti
•
Harga dan performa dari produk jasa pengganti
•
Biaya untuk beralih ke produk jasa pengganti. Apakah mudah utk mengubah ke produk lain.
2.4.5
Daya Tawar dari Pembeli (Bargaining Power of Buyers) Bargaining Power of Buyers menggambarkan bagaimana kuatnya posisi
pembeli. Pembeli mempunyai kekuatan utk menentukan kemana Pembeli akan melakukan transaksi. Bargaining Power of Buyers tergantung pada: •
Konsentrasi dari pembeli, apakah ada pembeli yang dominan atau banyaknya penjual.
•
Diferensiasi dari produk, apakah produk tersebut standar atau tidak
•
Profitabilitas pembeli
•
Kualitas dari produk dan service
•
Perpindahan biaya, seberapa mudah pembeli untuk beralih ke pemasok lain.