BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab dua ini penulis akan membagi menjadi beberapa sub bab sesuai dengan teori yang penulis gunakan untuk menganalisis bab berikutnya. 2.1 Teori Semantik Semantik dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Yunani “sema” (kata benda) yang berarti tanda atau lambang. Kata kerjanya adalah “semaino” yang berarti menandai atau melambangkan. Jadi ilmu semantik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda linguistik dengan hal-hal yang ditandainya. Yang dimaksud tanda atau lambang disini adalah tanda-tanda linguistik. M.Breal dalam Parera J.D semantik adalah pelafalan lain dari istilah “la semantique” yang merupakan satu cabang studi linguistik general. Oleh karena itu, semantik disini adalah salah satu studi dan analisis tentang makna linguistik. Untuk dapat menemukan sebuah makna pada sebuah kalimat, maka kita harus memahami pengertian dari makna itu sendiri sebagai dasar dari analisis. Oleh karena itu, teori dasar untuk memahami makna adalah teori semantik (Parera , 2004, hal 14). Semantik memiliki ruang lingkup pokok bahasan yang cukup luas, namun ada beberapa topik yang harus yang harus diperhatikan dan menjadi pokok bahasan dalam setiap pembicaraan mengenai semantik. Oleh karena itu, penulis akan menjelaskan beberapa topik bahasan mengenai ruang lingkup atau poko bahasan semantik.
2.1.1 Makna Definisi makna menurut KBBI (1999:624) adalah arti atau maksud suatu kata, misalnya mengetahui lafal dan maknanya. (Rochayah Machali, 2000, hal 23) mengatakan apabila membicarakan konsep dasar bahasa yang akan dikaitkan dengan penerjemahan, tak dapat tidak kita harus membicarakan tentang makna. 2.1.2 Jenis makna Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu pun menjadi bermacam-macam dilihat dari segi pandangan yang berbeda. Berbagai jenis makna telah dikemukakan dalam berbagai buku
linguistik dan semantik. Kiranya jenis-jenis makna yang
dibicarakan pada bab berikut ini sudah cukup mewakilii jenis-jenis makna yang pernah dibicarakan oleh para ahli. Karena bahasa itu digunakan untuk berbagai kegiatan dan keperluan dalam kehidupan bermasyarakat, maka makna bahasa itu dibagi menjadi bermacam-macam bila dilihat dari segi atau pandangan yang berbeda (Chaer, 2007, hal 289). Pada bab ini penulis akan menjelaskan dua jenis makna yaitu : 1.Makna denotatif Makna denotatif menurut (Chaer, 2007, hal 292) makna denotatif adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem. Jadi, makna denotatif ini sebenarnya sama dengan makna leksikal.
Contohnya, kata babi bermakna denotatif ‘ sejenis binatang yang biasa diternakan untuk dimanfaatkan dagingnya’. Kata kurus bermakna denotatif ‘ keadan tubuh seseorang yang lebih kecil dan ukuran yang normal. Kata rombongan bermakna denotatif ‘sekumpulan orang yang mengelompok menjadi satu kesatuan’. 2. Makna konotatif Menurut (Chaer, 2007, hal 292) makna konotatif adalah makna yang ditambahkan pada makna denotatif tadi yang berhubungan dengan nilai rasa dari orang atau kelompok orang yang menggunakan kata tersebut. Contohnya babi pada contoh di atas, pada orang yang beragama Islam atau di dalam masyarakat Islam mempunyai konotasi negatif, ada rasa atau perasan yang tidak enak bila mendengar kata itu. Kata kurus juga pada contoh di atas, berkonotasi netral, artinya, Tidak memiliki nilai rasa yang mengenakan (unfavorable). Tetapi tetap ramping, yang sebenarnya bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif positif, nilai rasa yang mengenakan; orang akan senang kalau dikatakan ramping. Sebaliknya, kata kerempeng,yang sebenarnya juga bersinonim dengan kata kurus
dan ramping itu,
mempunyai konotasi yang negatif, nilai rasa yang tidak mengenakan; orang akan merasa tidak enak kalau dikatakan tubuhnya kerempeng. 2.1.3
Teori Medan Makna
Salah satu patokan utama linguistik abad ini ialah asumsi bahwa bahasa terdiri dari sistem atau satu rangkaian subsistem yang berhubungan. Oleh karena itu, analisis bahasa dipecah-pecah atas subsistem fonologi, morfologi, sintaksis, dan semantik. Hubungan antarunsur dalam subsistem-subsistem itu menentukan nilai dan fungsi masing-masing
unsur. Dengan demikian, para linguis pun ingin mencari hubungan antar unsur-unsur dalam sistem semantik sebuah bahasa. Buah pikiran F.de Saussure dan muridnya C. Bally, juga buah pikiran dari W. van Humboldt, weisgerber dan R. M. Meyer telah menjadi inspirasi utama bagi J. Trier dalam pngembangan Teori Medan Makna. J. Trier dalam Parera mengatakan bahwa medan makan itu tersusun sebagai satu mosaik. Dan setiap medan makna itu akan selalu tercocokkan antarsesama medan sehingga membentuk satu keutuhan bahasa yang tidak mengenal tumpang tindih (2004, hal 139). Sebagai contoh ada dua medan makna yang di tampilkan oleh J. Trier . Pandai Cerdik Terpelajat Terdidik
Bijak Berpengalaman Cendikiawan
(Parera 2004, hal 139) juga berpendapat bahwa pendakatan medan makna memandang bahasa sebagai satu keseluruhan yang tertata yang dapat dipenggal atas bagian-bagian yang saling berhubungan secara teratur pula. Bagaimanapun juga, setiap kata dapat dikelompokan sesuai dengan medan maknanya. Akan tetapi, perlu diketahui pula bahwa pembedaan medan makna tidak sama untuk setiap bahasa . misalnya bahasa Indonesia membedakan medan makna melihat atas : melirik, mengintip, memandang, meninjau, menatap, melotot, dan sebagainya.
2.2 Teori Idiom Dalam bahasa Jepang idiom dapat ditemukan dalam percakapan sehari-hari. Idiom merupakan bentuk ungkapan yang tidak mengikuti aturan bahasa yang berlaku pada bahasa yang bersangkutan. (Mochizuki, 2006, hal 159) menyatakan bahwa : によると慣用句とは二語以上が結合し、その全体が特別の意味を表す句であり、 読み手との共通理解 簡潔
の成り立つ道具として用いられる。慣用句表現は、短く
に書き手の意図を伝えることが可能になるので、適切に用いれば便利で
効果的である。また、特別な言い同じを行こうことで文章に知的な印象を付加
する効果もある。 Terjemahan :
Idiom adalah frase yang terdiri dari dua kata atau lebih yang mewakili arti keseluruhan secara khusus. Idiom digunakan sebagai alat menggabungkan suatu pencitraan pembaca dengan koujien. karena ungkapan idiom itu mempunyai kemampuan menyampaikan pemikiran penulis lebih sederhana sehingga pengaruh yang bersifat praktis dan tepat mengenai sasaran. Selain itu idiom mempunyai fungsi kalimat yang diucapkan dengan menggunakan kata-kata special yang tidak langsung kepada tujuannya
(Chaer,2007, hal 296 ) mengatakan idiom adalah ujaran yang maknanya tidak dapat “diramalkan”dari unsur-unsurnya, baik secara leksikal maupun secara gramatikal. Biasanya idiom dibedakan menjadi dua jenis, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Menurut (Chaer, 2007, hal 296) yang dimaksud dengan idiom penuh adalah idiom yang semua unsur-unsurnya sudah melebur menjadi satu kesatuan, sehingga makna yang dimiliki berasal dari seluruh kesatuan itu. Kemudian yang dimaksud dengan idiom sebagian adalah idiom yang salah satu unsurnya masih memiliki makna leksikalnya sendiri.
Makna idiomatik atau ungkapan yang lain- proverb, maxim dan collocation-juga perlu diperhatikan dalam proses penerjemahan. Yang dimaksud dengan makna idiomatik adalah makna yang berkaitan dengan ungkapan-ungkapan khusus yang memiliki arti khusus pula. Bentuk idiom itu tidak bisa diubah susunannya, dihilangkan salah satu unsur katanya, ditambah ataupun diganti unsur katanya maupun diubah strukturnya. Idiom
merupakan bentuk bahasa yang sudah membeku dan tidak memungkinkan
menambah variasi pada bentuk serta maknanya tidak dapat disimpulkan dari komponen secara terpisah (Pelawi, 2009). 2.3 Teori marah Selain dipengaruhi oleh pengindraan (persepsi) dan pikiran, salah satu aspek kepribadian yang selalu mewarnai suasana hati manusia yaitu emosi. Suasana hati yang ditandai dengan perasaan positif (senang) dan perasaan negatif (tidak senang) dengan variasi perasaan yang beraneka macam ini, mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap prilaku manusia. Dalam setiap tingkah laku manusia, selalu diikuti oleh suasana hati tersebut. Menurut William James dalam (Sobur Alex, 2009, hal 399), emosi adalah “ kecenderungan untuk memiliki perasaan yang khas bila berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya”. Crow & Crow (1961) dalam (Sobur Alex, 2009, hal 399). juga mengartikan emosisebagai “ suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi sebagai inner adjustmenti (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu”.
Dari definisi tersebut, jelas bahwa emosi tidak selalu buruk. Emosi, meminjam ungkapan jalaludin rakhmat (1994) dalam (Sobur Alex, 2009, hal 40) “ memberikan bumbu kepada kehidupan; tana emosi, hidup ini kering dan gersang”. Tanpa emosi, kita tidak sadar atau mati. Hidup berarti merasai, mengalami bereaksi dan bertindak. Emosi membangkitkan dan memobilisasi energi kita; marah menggerakan kita untuk menyerang; takut menggerakan kita untuk lari; cinta mendorong kita untuk mendekat dan bermesraan . Atas dasar arah aktivitasnya, tingkah laku emosional dibagi menjadi empat macam, yaitu : (1) marah,orang bergerak menentang sumber frustasi; (2)takut, orang bergerak meninggalkan sumber frustasi; (3) cinta,orang bergerak menuju sumber kesenangan; (4) depresi, orang menghentikan respon-respons terbukanya dan mengalihkan emosi ke dalam dirinya sendiri. Mahmud dalam Sobur Alex (2009, hal 400) Pada bab ini penulis akan membahas mengenai salah satu jenis emosi yaitu marah. Pada umumnya, kemaraha selalu kita lihat berhubungan dengan keadaan tertentu. Menurut (Sobur Alex, 2009, hal 412) kemarahan bisa pula timbul sehubungan dengan keadaan yang sebetulnya tidak lazim menimbulkan kemarahan. Sementara menurut ahli yang lain dalam bahasa Jepang, menurut Ishihara (2006, hal 4) marah atau “ikari” adalah: 怒り(Anger)は日常的にいつでも起こりうる乱暴で激しい感情であり,認
知.情緒。生理的反応から構成される内的状態であると定義される。情緒的
には,怒りは軽度のイライラから憤りを経由して癇癪,墳怒に至るまでの 連続性の中で捉えることができる。
Terjemahan : Kemarahan adalah suatu emosi yang bersifat ekstrim dan mengandung kekerasan yang dapat terjadi kapan saja dalam kehidupan sehari-hari. Pengenalan emosi didefinisikan sebagai suatu keadaan dalam diri seseorang yang dibentuk dari reaksi alami manusia. Secara garis besar dapat disimpulkan menurut ukuran emosinya kemarahan dapat berupa rasa jengkel yang meningkat jadi rasa benci karena adanya perasaan merendahkan hingga perasaan murka yang berkelanjutan.
Marah adalah sebuah emosi yang bersifat normal dan salah satu wujud ekspresi emosi manusia. Marah sebagai bentuk emosi, juga sama dengan jenis emosi lainnya karena memang pada dasarnya melibatkan perubahan psikologi dan biologis pada diri manusia. Sebagai seorang manusia, tentu kita tidak akan pernah terlepas dari emosi yang timbul secara alami dari dalam diri. Kemarahan atau amarah timbul di dalam diri setiap manusia, dan tidak dapat dihindari tanpa adanya pengendalian diri oleh orang yang bersangkutan. Ada manusia yang jika sedang marah mampu mengekspresikan perasaan marah dengan tenang melalui kata-kata yang disebut dengan pendekatan destruktif. Akan tetapi ada juga manusia yang jika sedang marah mampu merusak barang-barang yang ada di sekitarnya, bahkan hingga melukai diri mereka sendiri. Pendekatan seperti itu disebut dengan konstruktif Mark dalam Dio ( 2006, hal 27) Dari uraian di atas, pendekatan destruktif menjadi salah satu cara yang dapat dilakukan oleh banyak orang melalui kata-kata ketika marah. Pada titik inilah bahasa berperan penting dalam terciptanya pendekatan destruktif yang sesuai. Melalui bahasa yang tepat dan sesuai, seseorang yang sedang marah mampu mengontrol dirinya lebih baik Mark dalam Dio (2006, hal 27). Masyarakat Jepang cenderung menggunakan pendekatan destruktif ini dalam keadaan marah kepada lawan bicaranya.