BAB 2
LANDAS AN TEORI
2.1
Pengenalan Dasar Komunikasi 2.1.1
Teori Komunikasi Sebuah telepon analo g standar memiliki antarmuka sederhan a y ang
hampir semua orang dap at men ggunakanny a. Semua yan g harus dilakukan adalah men gambil handset, menekan nomor tujuan orang yang in gin dituju. Dan untuk jelasny a memulai suatu telep on adalah dengan mendengar suara atau sinyal dial tone. (Anony mous, 2011, Wikip edia)
2.1.2
Sistem Telepon Sistem Telep on
merup akan
sitem komunikasi yang mampu
menyediakan komunik asi dua arah ( full-duplex ) antara dua ataupun lebih unit telep on. Sistem telep on terdiri atas unit telep on, y ang mana terdiri d ari unit p enerima suara ( Receiver ) dan unit p engirim suara ( transceiver ). Unit telepon tersebut, bersama den gan unit telep on lainnya yang berdekatan, tersambung ke suatu stasiun lokal selanjutny a stasiun – stasiun lokal tersebut tersambung ke stasiun utama. Pada stasiun – stasiun tersebut terjadi mekanisme switch ing yang memungk inkan seseoran g untuk meman ggil ( d ial ) p ihak yang d ituju, di mana ak an tejadi p emilihan ( switching ) jalur y ang akan dilalui sampai den gan tujuan. ( Anonymous, 2011, Wikip edia )
7
8
2.1.3
Operasi Telepon ( Call Flow ) Op erasi telep on dimulai ketika seseoran g men gan gk at gagang
telepon, kemudian central office mend eteksi status on-hook (telep on tertutup ) berubah ke status off-hook ( telep on terangkat ). Kemudian central office megirimkan nada p anggil ( dial tone ) k e telepon tersebut dan sirkuit pada jarin gan digunak an untuk m en genali adany a nomor y ang ditekan ( b aik pulse maupun DTMF ), segera setelah central office mend apatkan nomor pertama, nada p anggil diberhentikan. Setelah semua nomor ditekan, komp onen dalam jaringan telep on membuat koneksi ke p ihak y ang dituju dan ringing voltage g enerator dihubun gk an untuk m embuat telepon y ang dituju berderin g ( dengan asumsi tidak sibuk ). Ketika p ihak y ang dituju mengan gkat telep on, central o ffice untuk telepon tersebut mendeteksinya dan memutuskan ringing voltage generator. Lalu sirkuit audio untuk kedua telepon y ang berp artisip asi dihubungkan dan percakapan dapat dimulai. ( Schweber, William.L 2009, Telecommunication. New York : Prentice Hall)
2.2
Evolusi Sistem Komunikasi 2.2.1
Telepon analog Pada awal dibuatnya pesawat telep on dan jaringan telepon memakai
sinyal/encoding analo g. Pad a en coding analog, var iasi suar a (y ang dideteksi pesawat telep on dari p erubahan gelombang d i udara) d iterjemahkan ke sinyal listrik sebagai var iasi amplitudo dan var iasi frekuensi. Pesawat telep on analog disebut juga analog telephon e atau analog handset. Kebany akan CO masih men erim a siny al analo g seb agai inp ut.
9
Istilah local loop (tanpa kualifikasi) akan kita tafsirkan sebagai analog local loop. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .13)
2.2.2
Analog interface : FXS FXS adalah singkatan dari Foreign eXchan ge Station (ada ju ga y ang
menyebut Foreign eXchange Subscriber). Foreign exchan ge berkonotasi ke CO telecom carrier. Sebuah perangkat FXS meny ediakan day a listrik, ring voltage, dan dial tone untuk endpoint. Port FXS adalah port dari switch ke endpoint. Interface FXS dap at langsun g diterap kan dalam hubun gan antara CO ke endpoint. Penerap an y ang lebih umu m untuk interface FXS digambarkan pada gambar 2.1. Port FXS ad alah port yan g m emakai interfa ce (sinyal analog/digital) untuk FXS.
Pada kasus seperti gamb ar 2.1, p ort ini
disediakan oleh telecom carrier. ( Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .13)
Gambar 2.1 FXS : port dan interface
10
2.2.3
Analog interface : FXO FXO adalah sin gkatan dari Foreign eXchan ge Office.
Foreign
exchan ge berkonotasi ke CO telecom carrier. Port FXO adalah port y ang dip akai p ada sisi subscriber/user. Pada gambar di atas, port FXS dari PBX subscriber terhubung dengan p ort FXO dari endpoint subscriber . Di sisi lain, port FXO dari PBX subscriber terhubung dengan port FXS dari CO (switch p ada telecom carrier). ( Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .14 )
Gambar 2.2 FXO : port dan interface
2.2.4
Telepon digital Kemajuan teknolo gi memun culkan telep on digital. Pesawat telep on
digital mendeteksi p erubahan gelombang di udar a, dan men gkonv ersinya sebagai sinyal digital. Digitalisasi tidak hanya dap at diberlakukan ke endpoint (p esawat telepon). Digitalisasi ju ga d ap at diberlakukan ke connection lin e, switch, call processing, dan trunk. Rin cian digitalisasi pada switch berb eda d en gan digitalisasi p ada endpoint. Gambar 2.3 menggambarkan jaringan telep on digital. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p. 15)
11
Gambar 2.3 Digitalisasi : jaringan telep on digital
2.2.5
Digital Interface : T1 Digital Interfa ce T1 adalah standar y ang dip erkenalkan Amerika
Serikat. Interface jenis ini dipakai di Amerika Utara (AS dan Kanada) serta Jep ang. Pada CO T1, ada 24 voice channels. Hirarki kap asitas dari T1 sampai T3 tercantum p ada tabel 2.1. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .15) Tabel 2.1 Hirarki kapasitas switch dengan awalan T
2.2.6
Nama
Kap asitas (Bit rate)
Voice channels
T1
1,544 Mbps
24
T2
6,312 Mbps
96
T3
4,4736 Mbps
672
Digital Interface : E1 Pada awalnya Digital Interface T1 adalah satu-satuny a jenis digital
interface y ang dipakai di seluruh dunia. Sejalan dengan berkemb angnya kemampuan negar a-negar a erop a dalam teknolo gi, dan kemau an politik untuk tidak selalu men gikuti kemauan AS; negara-negara erop a sep akat
12
membuat standar sendir i untuk telekomun ikasi. M ereka b erhasil membuat standar baru untuk CO, dan membuat p rodukny a. Standar baru tersebut disebut E1. Pada digital interface E1 ada 32 voice channels. Indonesia m emakai Digital Interfaces ber jenis E1. Hir arki kap asitas dari E1 sampai E3 tercantum p ada tabel 2.2. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evo lusi Sistem Komunikasi. p .15)
Tabel 2.2 Hirarki kapasitas switch dengan awalan E
2.3
Nama
Kap asitas (Bit rate)
Voice channels
E1
2,048 Mbps
30
E2
8,448 Mbps
120
E3
3,4368 Mbps
480
Model Jaringan Telepon Sebuah jaringan telep on didefin isikan seb agai sistem y ang terdiri atas 4
bagian konsep tual sep erti pada gamb ar 2.4. •
Endpoint
•
Connection line
•
Trunk
•
Switch
13
Gambar 2.4 Jaringan telepon Gambar 2.4 menunjukkan sebuah dua jar ingan telep on y ang sangat disederhanakan dan terhubun g. Satu-per-satu bagian akan d ibahas.
2.3.1
Endpoint Endpoint adalah p esawat telepon; y ang dap at berupa telep on analog
maupun telep on digital. Istilah endpoint memudahkan kita men gaitkannya dengan berbagai standard proto col-suite yang mendasar i IP Telephony . (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p.16)
2.3.2
Connecti on line atau local loop Ada dua varian local loop , y aitu :
•
Analog Local Loop
•
Digital Local Loop Local loop merup akan merup akan p enghubun g endpoint ke telecom
carrier atau penghubung endpoint ke PBX.
(Hutabarat, Bernaridho, I.
(2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p.10). PBX adalah switch khusus y ang akan dibah as p ada subbab 2.9.
14
2.3.3
Trunk Pada
sistem/jarin gan
telep on
y ang
berkabel,
sebuah
trunk
didefinisik an sebagai media penghubun g dari suatu switch y ang terhubung ke switch lain. Kabel pada trunk umumny a memiliki kap asitas (bandwidth) lebih besar darip ada kap asitas/bandwidth y ang dipakai local loop ke end point. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evo lusi Sistem Komunikasi. p .16) Ada beberapa tip e trunk y ang biasany a digun akan y aitu : •
CO Trunk : koneksi langsung antara lokal CO dan sebuah PBX
•
Interoffice Trunk : sebuah sirkuit y ang men ghubun gkan CO antara 2 buah perusahaan jaringan telep on.
2.3.4
Private atau CO Switch Switch melakukan terminasi local loop dan m enangani proses
pensiny alan (signaling), pengu mp ulan digit (digit collection).
Sebelum
pembicaraan d ap at berlangsung, ada siny al y ang lebih dulu dikirim d ari endpoint sumber ke endpoint tujuan (den gan m elewati satu atau lebih switch). Signaling ju ga dapat berarti pensinyalan : suara dikonversi ke sinyal analog atau sinyal digital. Switch-switch pada public voice network diop erasikan oleh telecom carrier. Switch-switch tersebut disebut Central Office yang biasa disingkat CO. Switch-switch pada private voice network
diop erasikan
oleh
user/subscriber. Switch-switch tersebut biasa disebut PBX (Private Branch Exchange).
Gamb ar 2.5 men ggambark an CO, PBX, CO trunk, dan
15
Interoffice trunk.
Public voice network sering d isebut Public Switch
Telephone Network, disingkat PSTN. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .17)
Gambar 2.5 CO, PBX, CO trunk, Interofficetrunk
2.4
Topologi Jaringan Telepon Switch-switch pada PSTN mem erlukan penataan. Hasil penataan tersebut
disebut top ologi. Gambar 2.6 menunjukk an tiga top ologi jarin gan telep on.
Gambar 2.6 Topologi (a) mesh (b) star (c) tree Sep erti halny a skala ekonomi berpen garuh terhadap munculny a multiplexing, skala ekonomi ju ga berp engaruh kep ada top ologi. Jelas tidak mun gkin m ewujudkan
16
top ologi mesh untuk men ghubun gkan semua CO di dunia ini. Top ologi star ju ga tidak fleksibel dip akai untuk menata CO dalam skala global. CO-CO seluruh dunia ditata berdasarkan top ologi tree. Top ologi mesh dap at diterap kan untuk CO-CO dengan kap asitas y ang tinggi, dan kapasitas yang sama. Top ologi star diterap kan dalam hubungan antara CO kap asitas tinggi den gan CO kapasitas yang lebih rendah.
Topologi tree p ada
jaringan telep on sebenarnya gabungan antara topologi mesh dan topologi star. Bila kita memandan g kotak p ada gambar 2.6 (c) sebagai switch berkap asitas tinggi, dan lin gkaran sebagai switch berkap asitas lebih rendah; m aka kita bisa melihat bahwa gambar tersebut konsisten dengan penjelasan top ologi. Ada hal lain y ang terkait dengan topologi dan hirarki switch, yakni pembagian network atas core network, distribution n etwork, dan access network. Pembagian ini sering juga disebut sebagai core lay er, distribution lay er, dan access lay er. Switch pada core network adalah switch p ada hirark i tertinggi. Topologi pada core network ini biasany a adalah mesh. Switch p ada distribution network adalah switch pada hirark i y ang level menen gah (b ila diterapkan p ada hirark i di AS, mungk in berlaku p ada switch di kantor caban g samp ai kantor p usat). Top ologi untuk switch pada distribution network/layer ini adalah tree. Terakhir, switch p ada access network adalah switch p ada hirarki level bawah. Topologi untuk switch p ada access network/layer ini adalah star. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evo lusi Sistem Komunikasi. p .18)
17
2.5
Konsep Switching 2.5.1
Circuit-switching Circuit switching adalah cara switch ing yang dipakai sejak CO
pertama dibuat, dan tetap dipakai oleh banyak CO samp ai sekaran g. Satu sifat p enting dari circuit switch ing adalah kebutuhan untuk meny iap kan lintasan end-to-end sebelum data d apat dikirim. Ada selang waktu antara pemutaran nomor dengan mulai berder in gny a telep on di ujung lain. Selang waktu ini dip akai oleh sistem telep on untuk mencari dan memban gun path. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p .19). Lihat gambar 2.7.
Gambar 2.7 Circuit switching Sebagai akibat lintasan tembaga antara dua p ihak, sekali penyiap an telah selesai, satu-satunya delay untuk data adalah transp or sinyal elektromagnetik, sek itar 5 detik per 1000 km. Efek lain adalah : tidak ada kemacetan. Sekali p anggilan telah terbentuk, anda tidak m endap at nada sibuk.
18
2.5.2
Packet switching Jaringan data memakai teknik packet switching.
Pada packet
switching n etwork, tidak ada kebutuhan untuk menyiapkan end-to-end path sebelum data dap at dikirim.
Hal ini berbed a den gan circuit switching
network y ang membutuhkan penyiapan end-to-end path. Messages (voice message) pada circuit-switched network tidak dip ilah atas p aket-paket. Messages p ada packet-switched network dip ilah atas p aket-paket. Pemilahan message atas paket-p aket p ada packet-switched network dilakukan karena tidak ada end-to-end path y ang dialokasik an leb ih dulu.
Sebagai
konsekuensi, setiap p aket harus membawa alamat tujuan agar dapat tiba di alamat y ang diin ginkan. Gambar 2.8 men ggamb arkan p rinsip packet switching.( Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Evolusi Sistem Komunikasi. p.21).
Gambar 2.8 Packet switching
2.6
Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu informasi
melalui satu saluran. Tujuan utam any a adalah untuk mengh emat jumlah salur an fisik
19
misalny a kabel, p emancar dan p enerima, atau k abel optik. Teknik multiplexing ini pada umumnya digunakan p ada jaringan transmisi jar ak jauh, baik y ang menggunakan kabel maupun y ang men ggunakan media udar a. Salah satu contoh perkembangan dari teknolo gi multiplexing adalah Time Division Multiplexing (TDM). Time Division Multiplexing (TDM ) adalah multiplexing den gan cara tiap pelanggan menggun akan saluran secara bergantian. Tiap p elanggan diberi jatah waktu (time slot) tertentu sedemikian rup a sehin gga semua informasi p ercakap an bisa dikirim m elalui satu saluran secara b ersama-sama tanp a disadari oleh pelanggan bahwa merek a sebernarnya ber gantian men ggunak an saluran. (Anonymous, 2011, Wikip edia)
2.7
Public Switched Telephone Network (PSTN) Sistem komuniaksi konvensional atau y ang dikenal den gan Public Switched
Telephone Network ( PSTN ) telah berkemban g sejak ditemukanny a transmisi suara melalui kawat pada tahun 1878 oleh Alexander Graham Bell, yang dikenal d en gan ring - down circuit. Ring - down circuit berarti tidak ada pemanggilan ( dialing ) nomor, namun menggunakan sebuah kawat fisik untuk men ghubun gkan du a devices. Secara mendasar, seseorang mengangkat telep on dan or ang lain berad a di ujung lainny a ( tidak ada ringing ). Sistem ini kemudian berkemban g dari transmisi suara satu arah, dimana h any a satu user dap at berbicara, menjadi transmisi suara bidirectional ( du a ar ah ), y ang memun gkinkan kedua user dapat berbicara. Untuk memindahkan suara sep anjang kawat dip erlukan kabel f isik diantara tiap lokasi dimana user in gin melakukan p anggilan. Proses pemasangan kab el diantara perangkat yang memerluk an akses telep on sangat tidak efisien, memerlukan biaya yang besar d an sulit untuk diimplementasikan. Karena itu, dip erkenalkan lah
20
penggunaan switch, d imana tiap pengguna telep on hanya membutuhkan satu kabel yang terhubung secar a terp usat ke kantor switch. Pada awalnya, seorang op erator telepon berperan sebagai switch. Op erator ini bertanya kep ada pemanggil mengenai lokasi panggilan y an g dituju kemudian secara manual men ghubun gkan k edua jalur suara. Sistem telep on terus berkembang dan hin gga saat ini, switch dengan operator manusia telah diganti dengan switch elektronik maupun softswitch. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Public Switched Telep hone Network. p.22)
2.8
Integrated Services Digital Network (IS DN) Telecom carrier sudah lama dap at meny ediakan lay anan telep on digital. Di
Indonesia, lay anan telepon digital untuk wired voice network y ang mudah didapat di kota-kota besar adalah lay anan y ang memakai teknologi ISDN. Lay anan telep on digital dari telecom carrier m ensyaratkan PBX pelanggan dap at menerima siny al digital sebagai input dari telecom carrier. Keb any akan PBX saat ini m amp u melakuk annya. Sinyal digital dari telecom carrier ke PBX tidak mensy aratkan bahwa endpoint juga bersifat digital. Sk enario terbaik tentu saja adalah
memakai telep on digital sebagai endpoint. Dengan car a ini kita
memin imalkan modu lasi dan demodulasi. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Integrated Services Digital Network. P.23)
2.9
Private Branch Exchange (PBX) Biasa disebut phone switch, adalah p erangk at y ang menghubungkan telep on
dalam suatu jarin gan lokal dengan jarin gan telepon umum. Fungsi utama dari PBX adalah untuk mengatur p anggilan y ang datang ke exten tion atau caban g tertentu
21
sesuai den gan
y ang dituju dalam jar ingan lokal tersebut, dan untuk memb agi
saluran telepon diantara semua exten tion. Extention adalah sebuah nama atau nomor yang merepresentasikan user dari p bx ini. Saat ini, telah banyak fitur – fitur lain yang dimiliki p bx, antara lain sep erti automated greetings untuk p emanggil, koneksi ke voice mail, automatic ca ll d istribution ( ACD ) dan telekonfrensi. Salah satu keuntungan utama dar i PBX adalah menguran gi local loops yang diperlukan dari central office switch PSTN. Keuntungan lain dari m emiliki PBX sendiri adalah control sep erti setup. Misalny a jika ingin menambah user baru, mengubah fitur, atau memindahkan user ke lokasi baru, maka tidak perlu men ghubun gi carrier PSTN. Namun sistem PBX menambah lev el kompleksitas y ang lain karena harus melakukan konfigurasi dan maintain call routing p ada PBX. (Hutabarat, Bernaridho, I. (2008). Private Branch Exchan ge. p .24)
2.10
Voice Over Internet Proto col (VOIP) Voice over Internet Protocol
adalah teknolo gi y ang memungkinkan
percakapan suara jarak jauh melalui media internet. Data suara diubah menjad i kode digital dan dialirk an melalui jarin gan yang men gir imkan p aket-p aket data, dan bukan lewat sirkuit analo g telep on biasa Teknik dasar Voice over Internet Protocol atau y ang biasa d ikenal dengan sebutan VOIP adalah teknologi yang memungkinkan kemampuan melakukan p ercakap an telepon dengan menggunakan jalur komunikasi data p ada suatu jaringan (networking). Sehin gga teknologi ini memungkinkan komunikasi suara menggun akan jarin gan berbasis IP (internet protocol) untuk dijalankan diatas infr astruktur jaringan pa cket network. Jarin gan y ang digunakan bisa berup a internet atau intranet. Teknologi in i bek erja den gan jalan merubah suara
22
menjad i format digital tertentu y ang dap at dikirimkan melalu i jarin gan IP. ( Anony mous, 2011, Wikip edia).
2.11 IP Telephony IP Telephony adalah suatu teknologi yang m en ggunakan IP packet switched connection untuk saling bertukar vo ice, fax d an bentuk lain dari informasi y ang secara tradisional dibawa oleh dedicated circuit switched conn ection dari P STN. VOIP dan IP Telephon y serin g d ian ggap sama, p adahal VOIP dan IP Telephony adalah dua hal y ang berbed a. VOIP secara sudut p andang lebih p ada teknologi untuk berkomunikasi dengan suar a lewat internet, sementara IP Telephony lebih p ada infr astruktur dan lay anan (service) jaringan komputer (IP) untuk komunikasi digital yang antara lain memun gkinkan aplikasi suara (VOIP). (Froehlich, Andrew. (2010). CCNA Voice Study Guide) 2.11.1 Komponen Dasar Ip Telephony Tabel 2.3 di bawah ini memp erlihatkan komponen dari IP Telephony yang dibandin gkan dengan ko mp onen dari telep on analo g (subbab 2.2.1). Tabel 2.3 Komp onen IP Telephony dan Telp on analog IP Telephony
Telepon analog
•
Endpoint (IP Phone)
•
Endpoint
•
Connection line
•
Local loop
•
Trunk
•
Trunk
•
Call processor dan VOIP Gateway
•
Switch
23
Tabel 2.3 menunjukkan bahwa secara konseptual bagian-bagian IP Telephony mirip dengan telepon analog.
2.11.1.1Endpoint (IP Phone) IP Phone adalah endp oint utama pada I P Telephony Network. IP Phone akan m elakuk an p aketisasi suara (ke IP Packet). Non-IP Phone tidak melakukan p aketisasi. Inilah perbedaan mendasar dari IP Phone den gan
Non-IP Phone. Perbedaan
mendasar ini
digambark an p ada gamb ar 2.9. IP Phone men girim dan menerima packetized voice.
Secara spesifik kita dap at definisikan bahwa
sebuah IP Phone adalah packetized-voice terminal.
Gambar 2.9 Paketisasi data pada endpoint : ciri utama IP Telep hony IP Phone software (Softphone) pada IP Telep hony berbeda dengan software-software Instant messagin g gener asi awal (sep erti Yahoo Messenger, Microsoft Messenger, dan ICQ). Generasi awal software-software tersebut memakai proprietary protoco l sehin gga antar p emakai software yang berbeda tidak d ap at berkomunikasi. Sekar ang
antar
p emakai
software-software
tersebut
dapat
berkomunikasi kar ena memakai protokol standar. Hal y ang sama
24
berlaku b agi pemakai softphone p ada IP Telephony.
Pemak ai-
pemakai dari softphone y ang berbeda dap at saling berko munikasi.
2.11.1.2 Connection line Connection line p ada IP Telephony memakai kab el jarin gan data (umumny a mem akai Eth ernet w ire). Disisi lain connection line pada Traditional Telephony System memakai local loop (den gan connector port RJ11). 2.11.1.3 VOIP Gateway VOIP Gateway disebut juga Voice Gatewa y, Media Gateway, maupun Media Converter.
Peran gkat ini m eny ediakan translasi
media antara jarin gan VOIP dan non-VOIP sep erti PSTN. Perangkat ini juga meny ediakan koneksi fisik untuk p erangkat suara tradisional baik itu analo g ataup un digital seperti mesin fax, PBX dan lain-lain. Sebuah p eran gkat VOIP Gateway memakai analog interfa ce dan/atau digital interface untuk men ghubun gkan IP Telephony Network p emakai (p ada suatu site) ke CO PSTN. VOIP Gateway memiliki port FXO, dan secara op sional memiliki port-port FXS untuk jumlah terbatas dar i telepon tradisional Non-IP (telep on analog dan telepon digital).
25
2.11.1.4 Data Trunk (IP Trunk) Disebut Data Trunk p ada IP Telephony System karena jaringan transp ortasi yang dipakai adalah jarin gan data. Istilah lain yang ju ga dip akai adalah I P Trunk, karena p emakaian IP. Gambar 2.10 menunjukkan pemak aian istilah IP.
Gambar 2.10 IP packet dan IP Trunk
2.11.1.5 Call Processor Call processor adalah bagian yang memp roses panggilan. Pada Traditional Telephony Network bagian ini menyatu dengan bagian untuk routing call dalam hardware y ang d isebut PBX. Pada IP Telephony Network bagian ini serin g terp isah dari b agian y ang routing call. Pada IP Telephony Network suara p emak ai d ip ilah atas paketpaket. Routing p aket-p aket ini memakai car a yang secara esensial sama den gan routing paket-paket data, tetapi berbeda jauh d en gan routing call p ada PBX. Routing call p ada data PBX mengharuskan
26
dibangunnya lintasan end-to-end sebelum routing suara dilakukan. Routing suar a pada data router tidak mengharuskan dib an gunnya lintasan end-to-end sebelum routing (paket) suara dilakukan. Pada IP Telephony car a routing data sep erti di atas y ang dilakukan untuk routing suara, bukan cara routin g data p ada PBX. Sebagai konsekuensi, call processor menjadi bagian yang terp isah dengan bagian untuk routing suara. Gambar 2.11 m erinci setup ca ll, yang melibatkan call processor.
Gambar 2.11 Call processing pada IP Telephony Network
2.11.2 Cisco System Com munication Manager Cisco
Sytem Communica tion Manager
adalah software atau
hardware (call processor) y ang mengatur call processing. Call processing adalah kemampuan untuk melay ani p roses-p roses IP Telephony. Cisco mem ilik i 3 jenis System Communication Manager y aitu : Cisco Unified Communication Manager (CUCM), Cisco Unified Communication
27
Manager Business Express (CUCM BE) dan Cisco Unified Communication Manager Express (CUCM Express).
2.11.2.1 Cisco Unified Communication Manager (CUCM) Cisco Unified Communication Manager ad alah device server yang men ggun akan Linu x sebagai sistem operasinya. Cisco Unif ied Communication Manager dapat menan gan i samp ai 7500 endpoints. Skalabilitas p ada Cisco Unified Communication M anager dapat diimp lementasikan d engan men ggabun gkan (clustering) beberapa server yang sama-sama men ggun akan Cisco Unified Commun ication Manager sehingga terjadi redud ansi. 1 server digun akan sebagai server publisher untuk menan gani p roses tulis (write) dan baca (read) di database. Sedangkan server y ang lain digunakan seb agai server subscribers untuk menangani ca ll processing dan juga sebagai stand by server jika server publisher down.
2.11.2.2 Cisco Unified Communication Manager Business Express (CUCMBE) Cisco Unified Communication Manager Business Express adalah device server y ang menggun akan Linu x sebagai sistem op erasiny a. Cisco Unified Communication Manager Busin ess Express dapat menangani samp ai 500 endpoin ts. Kekurangan dari Cisco Unified Communication Manager Business Express adalah tidak bisa menjalankan clustering dan redud ansi.
28
2.11.2.3 Cisco Unified Communication Manager Express (CUCM Ex press) Cisco Unified Communication Manager Express tidak sep erti communication man ager y ang menggunakan server dan Linux sebagai sistem op erasiny a. Cisco Unified Communica tion Manager Express berjalan p ada router Integrated Services Router (I SR) y aitu router y ang dap at mengintegrasik an fun gsi routing, switching, wireless, firewall dan voice p ada 1 unit. Kita harus membeli license untuk menggunakan Cisco Unified Communication Manager Express di router. Cisco Unified Communication Manager Express di install pada flash memory dari router.
2.11.3 Model-Model Penyebaran IP Telephony 2.11.3.1 Single Site With Centralized Call Processing Model penyebaran ini digunak an apabila suatu p erusahaan tidak memiliki kantor caban g. Model p eny ebaran ini membutuhkan biaya y ang paling kecil dibandin g model penyebaran y ang lainnya. Gambar 2.12 adalah contoh dari model p eny ebaran single site with centralized ca ll processing.
29
Gambar 2.12 Single site with centralized call
2.11.3.2 Multisite With Centralized Call Processing Model penyebaran ini digun akan ap abila kita akan melakukan komunikasi dengan WAN dengan letak server (CUCM ) berada p ada kantor p usat. Model ini merupakan solusi y ang tep at apabila perusahaan lebih banyak memiliki karyawan di kantor pusat dan sedikit karyawan di kantor caban g. Gambar 2.13 adalah contoh dari model penyebaran Multisite with centralized ca ll processing.
30
Gambar 2.13 Multisite w ith centralized
2.11.3.3 Clustering Over The Wide Area Netwo rk Model penyebaran ini hany a dapat menggunakan 6 server (CUCM) y ang tersebar di kantor pusat dan kantor cabang. 1 server di pusat digunakan sebagai server publisher y aitu server yang tugasnya melakukan proses write dan read database. Sedangk an server lainnya bertugas sebagai backup dari server pub lisher. Gambar 2.14 adalah contoh dari mod el p eny ebaran Clustering over the Wide Area Network.
Gambar 2.14 Clustering over the w ide area
2.11.3.4 Multisite With Distributed Call Processing Model penyebaran ini ialah model den gan struktur terbaik tetapi juga memer lukan biay a yang p alin g m ahal untuk pengadaanya. Model penyebaran ini memiliki p erbedaan d en gan model p eny ebaran
31
clustering over the W ide Area Network dalam hal kapasitas server (CUCM) y ang dap at digunak an. Jika p ada model penyeberan clustering over the Wid e Area Network memiliki jumlah maksimal 6 server, model p eny ebaran multisite with distributed call processing tidak memiliki jum lah maksimal server y ang dapat digunakan. Model penyebaran ini cocok untuk perusahaan y ang mem ilik i kary awan y ang sama bany aknya antara kantor p usat dan kantor cabang. Gambar 2.15 ad alah contoh dari model Multisite w ith distributed ca ll processing.
Gambar 2.15 Multisite with distributed ca ll processing.
2.11.4 Protokol-Protokol Ip Telephony 2.11.4.1 H.323 Protokol y ang p alin g tua, stabil, dan andal adalah p rotokol H.323. H.323 merup akan koleksi d ari beb erap a p rotokol lain y ang mengatur session dan media transfer. Namun, H.323 memiliki
32
kekurangan y ang cukup fatal yaitu tidak dap at dengan mudah menembus NAT atau Network Address Translation. Dengan demikian dip erlukan gatekeeper y ang harus diop erasikan di setiap node jarin gan LAN y ang menggunakan fasilitas NAT. Gatekeeper tersebut berfungsi sebagai jembatan antara pen gguna di dalam jaringan dengan NAT tersebut dan den gan merek a y ang berad a di luar jar ingan LAN.
2.11.4.2 Session Initiation Protocol (S IP) Session Initiation Proto col atau disingkat SIP adalah suatu protokol yang dikeluark an oleh group yang ter gabung dalam Multiparty Multimedia S ession Control (MMUSIC) y ang berada dalam or ganisasi Internet Engineering Task Force (I ETF) y ang di dokumentasikan ke dalam dokumen request for command (RFC) 2543 p ada bulan Maret 1999. SIP merupakan protokol y ang berada pada layer ap likasi y ang mend efinisik an p roses awal, p engubahan, dan pengakhir an (pemutusan) suatu sesi komunikasi multimedia.
2.11.4.3 Skinny Client Control Protocol (S CCP) Protokol khusus yang dimilik i oleh Cisco Systems y ang berdasarkan p ada konsep client-server. Dalam model p rotokol ini, seluruh kecerdasan y ang ada terpusat p ada sebuah alat y ang d isebut Call Manager dalam Cisco I P Telephon y. Client, dalam hal in i adalah IP Phone, memiliki kecerdasan y ang minimal. Dalam kata lain, sebuah Cisco IP Phone pasti mengerjakan sedikit hal, karena itu
33
hanya membutuhkan sedikit memory dan processing pow er. Sebuah Call Manager, m erup akan server y ang memiliki kecerdasan, dapat memp elajari kem amp uan dari client- client-ny a, men gontrol setiap panggilan yang dating, m engirim siny al-sinyal. Call Manager melakukan komunik asi den gan IP Phone dengan men ggunakan SCCP dan jika p anggilan yang h arus p ergi melalui sebuah gateway, maka komunikasi y ang diban gun den gan ga teway men ggunakan H.232, SIP atau SCCP.
2.12 Codec Codec adalah kep endekan dari compression/decompression, mengubah signal audio dan dimap atkan ke bentuk data digital untuk ditransmisikan k emudian dikembalikan lagi k ebentuk signal audio sep erti data yang d ikirim. Codec berfun gsi untuk penghematan bandwidth di jarin gan. Codec melakukan p engub ahan dengan cara Sampling signal audio sebanyak 1000 k ali per detik. Sebagai contoh G.711 cod ec mengamb il sample signal audio 64.000 kali p er detik. Kemudian merubahnya ke bentuk data digital dan di mapatkan kemudian ditransmisikan. Codec d en gan bandwidth terboros adalah G.711, menghab iskan bandwidth sek itar 87 kbps. Sebalikny a, codec y ang p alin g hemat dan umum digunak an adalah G.723.1, menghabiskan bandwidth sekitar 22 kbp s. Codec lain y ang umum digunak an karena suarany a y ang lebih jernih dari p ada G.723.1, tetap i bandwidth-ny a jauh lebih kecil dibanding G.711 adalah G.729. Codec in i m en ghabiskan bandwidth sekitar 24 kbps. Adapun y ang codec lain y ang umum dan gr atis adalah GSM dan iLBC y ang menghabiskan bandwidth sekitar 29 – 31 kbps. (Froehlich, Andrew. (2010). CCNA Voice Study Guide)