BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Procurement. 2.1.1 Pengertian. Procurement merupakan pembelian barang dan jasa oleh perusahaan (Turban, 2004, p231). Procurement Management adalah koordinasi dari semua aktivitas yang berhubungan
dengan
pembelian
produk
dan
kebutuhan
pelayanan
untuk
menyempurnakan misi dari sebuah organisasi. Dalam procurement management ini, bagian penjualan personal akan menghabiskan banyak waktu dan usaha dalam aktivitas procurement. Aktivitas–aktivitas yang termasuk adalah pemilihan supplier yang berkualitas, negosiasi harga, membangun hubungan strategi dengan supplier, evaluasi supplier dan sertifikat.
2.1.2 Metode Procurement. Perusahaan - perusahaan menggunakan metode yang berbeda dalam memperoleh produk dan jasa yang tergantung apa dan dimana mereka membeli, kuantitas yang diperlukan, berapa jumlah uang yang terpakai dan lainnya. Metode-metode utama dari procurement ini terdiri dari : 1. Membeli dari manufaktur, penjual grosir, atau pengecer dari katalog – katalog mereka dan adanya negosiasi. 2. Membeli melalui katalog yang terhubung dengan memeriksa katalog penjual atau membeli melalui mal-mal industri.
8
9 3. Membeli melalui katalog pembeli internal dimana perusahaan menyetujui katalog-katalog vendor termasuk kesepakatan harga. Pendekatan ini digunakan untuk implementasi desktop purchasing, yang memungkinkan requisition untuk memesan secara lansung dari vendor. 4. Mengadakan penawaran tender dari sistem dimana pemasok bersaing dengan yang lainnya. Metode ini digunakan untuk pembelian dalam jumlah besar. 5. Membeli dari situs pelelangan umum atau privasi dimana organisasi berpartisipasi sebagai salah satu pembeli. 6. Bergabung dengan suatu kelompok sistem pembeli dimana memeriksa permintaan partisipan, menciptakan jumlah besar. Kemudian kelompok ini dapat menegosiasikan harga atau menginisiasi proses tender. 7. Berkolaborasi dengan para pemasok untuk berbagi informasi tentang penjualan dan persediaan, sehingga dapat mengurangi persediaan dan stock-out dan mempertinggi ketepatan waktu pengiriman.
2.2 E-procurement. 2.2.1 Pengertian. E-procurement merupakan pengadaan barang dan jasa secara elektronik oleh perusahaan (Turban, 2004, p.232). E-Procurement merupakan integrasi dan manajemen elektronik terhadap semua aktivitas pengadaan termasuk permintaan pembeliaan, pemberian hak pemesanan, pengiriman dan pembayaran antara pembeli dan pemasok (Chaffey, 2004, p.309). E-procurement adalah bentuk e-commerce untuk perantaraan produk dan jasa atau digunakan untuk tendering produk dan jasa antara perusahaan dengan pemasok. E-
10 procurement kebanyakan diakses dari web oleh perusahaan-perusahaan besar dan badanbadan usaha umum. E-procurement merupakan aplikasi e-commerce untuk proses negosiasi dan perjanjian (contracting).
2.2.2 Konsep E-procurement. Berikut ini adalah diagram e-procurement management, sebagai berikut:
Gambar 2.1 e-procurement management Sumber : Kalakota (2000, p.339)
2.2.3 Proses E-procurement. Berikut ini adalah alur proses procurement yang digambarkan sebagai berikut:
11
Search for Vendors and Product E-Catalogs, brosur,conventions, exhibit, telephone calls, visits
Initiate a purchase order Electronic form or trigger ready order
Quality Vendors Which vendor we can do business with? Research firm, financial, stability, credit history
Select a market mechanism Privat, public, auctions, exchange
Arrange a pick-up or receive shipment
Tendering system has a special process
Check shipping document, billing, quality
Compare and Negotiate Price, financing, delivery, quality, etc
Make a purchase Make payment Approve payment. Arrange money transfer
(individual or committee) Have a contact Arrange payment
Pre-purchase activities
After purchase activities
Gambar 2.2 The Procurement Process Sumber : Turban (2004)
12 Semua proses manual dari membuat requisition, permintaan kuota, undangan tender, pengeluaran Purchase Order dan implementasi permintaan dapat didukung secara atomatis. (Turban, 2004, p.233)
2.2.4 Tujuan dan Keuntungan dari E-procurement. Dengan mengotomatisasi dan mengefisiensikan aktivitas yang sulit dari fungsi pembelian, para profesional pembelian dapat berfokus pada beberapa strategi pembelian dan mencapai tujuan dan keuntungan dari e-procurement (Turban, 2004) : 1. Meningkatkan produktivitas dari agen-agen pembelian seperti penyediaan waktu yang lebih banyak dan mengurangi tekanan kerja. 2. Menurunkan harga pembelian melalui standarisasi produk dan konsolidasi dari pembelian. 3. Meningkatkan aliran informasi dan manajemen seperti informasi pemasok dan informasi harga. 4. Meningkatkan proses pembayaran. 5. Meminimalkan pembelian dari supplier yang bukan kontrak. 6. Membangun efesiensi, hubungan kolaborasi supplier. 7. Memastikan pengiriman tepat waktu, setiap waktu. 8. Mengurangi kebutuhan keahlian dan kebutuhan pelatihan-pelatihan agen pembelian. 9. Merampingkan proses pembelian, membuatnya menjadi lebih sederhana dan cepat. 10. Menemukan supplier baru yang dapat menyediakan barang dan jasa yang lebih cepat atau lebih murah.
13 11. Meminimalkan kesalahan manusia dalam proses pembelian dan pengiriman. 12. Memonitor dan mengatur kebiasaan membeli. 13. Merampingkan proses procurement, membuat secara sederhana dan cepat 14. Memiliki pilihan supplier yang lebih luas sehingga perusahaan dapat membandingkan tawaran pemasok-pemasok tersebut seperti membandingkan harga, kualitas, kecepatan pengiriman pesanan 15. Dari sisi supplier adalah dapat memperoleh kesempatan tender yang lebih luas karena dapat memperoleh informasi melalui web di internet dan mengurangi biaya untuk pengajuan tender
14 2.3 Sistem Informasi. 2.3.1 Pengertian Sistem. Sistem adalah kumpulan objek – objek seperti orang, sumber daya, konsep dan prosedur yang diharapkan dapat menampilkan fungsi yang dikenal atau untuk mencapai sasaran. (Turban dan Aronson, 2001, p.34). Menurut Mcleod (2002, p.11) seperti yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Hendra Teguh, SE, Ak., sistem adalah sekelompok elemen-elemen yang terintegrasi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu tujuan.
2.3.2 Pengertian Sistem Informasi. Sistem Informasi adalah kombinasi dari dua orang , perangkat keras, perangkat lunak dan jaringan komputer serta sumber data yang mengumpulkan, merubah dan menyebarkan informasi dalam organisasi (O’brien, 2005, p.7). Menurut Bentley et al (2002, p.8), Sistem informasi adalah sekumpulan komponen yang saling berhubungan untuk mengumpulkan, memproses, menyimpan, dan mendistribusikan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan, koordinasi, dan pengendalian dalam suatu organisasi. Sistem informasi juga membantu para manajer dan karyawan untuk menganalisis masalah, memvisualisasikan hal-hal kompleks, dan menciptakan produk baru. Menurut Wikipedia.com, Sistem informasi adalah aplikasi komputer untuk mendukung operasi dari suatu organisasi: operasi, instalasi, dan perawatan komputer, perangkat lunak, dan data. Sistem Informasi Manajemen adalah kunci dari bidang yang menekankan finansial dan personal manajemen. Sistem Informasi Penjualan adalah suatu sistem informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang
15 dirancang untuk menghasilkan, menganalisa, menyebarkan dan memperoleh informasi guna mendukung pengambilan keputusan mengenai penjualan.
2.3.3 Pengertian Internet, intranet, dan ekstranet. Internet merupakan sebuah koleksi global dari ribuan jaringan yang dikelola secara bebas. Menurut Zeid (2000, p.19), internet (interconnected network) adalah sebuah sistem komunikasi global yang menghubungkan komputer-komputer dan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia. Pada internet dapat terjadi berbagai macam transaksi bisnis yang terjadi secara online. Pengertian internet menurut Greentein et al (2002, p.6) adalah infrastruktur yang sangat unik dimana tidak dimiliki oleh setiap orang. Internet adalah jaringan dari jaringan yang dimana selalu berkembang dengan seiring berjalannya waktu. Internet terdiri dari jutaan jaringan yang bersama-sama membawa informasiinformasi dan layanan yang bervariasi seperti e-mail, yang saling terhubung [http 1]. Intranet dilindungi oleh ukuran keamanan seperti password, enkripsi, dan firewall, sehingga hanya dapat di akses melalui internet oleh pemakai yang memiliki otorisasi (O`Brien, 2005). Sedangkan menurut Whiteley (2004, p.168), beberapa organisasi memiliki situs web yang tersedia pada internet dengan akses yang terbatas kepada pemegang password, seperti fasilitas yang dinamakan ekstranet. Pengertian ekstranet adalah hubungan jaringan yang menggunakan teknologi internet untuk saling menghubungkan intranet suatu bisnis dengan intranet pelanggannya, pemasok, dan mitra bisnis lainnya (O`Brien, 2005). Menurut Mcleod (2004, p.222) organisasi dapat membatasi akses jaringan mereka hanya bagi anggota organisasinya dengan menggunakan intranet. Intranet
16 menggunakan protokol jaringan yang sama dalam internet tetapi membatasi akses ke sumber daya komputer hanya bagi sekelompok orang pilihan di dalam organisasi. Berdasarkan teori-teori diatas, bahwa internet merupakan sumber informasi yang dibutuhkan bagi perusahaan. Internet memberikan jaringan yang dapat dihubungkan antar divisi diperusahaan. Sedangkan ekstranet merupakan jaringan antar perusahaan yang mempunyai perlindungan agar hanya dapat di akses oleh pemakai yang memiliki otoritas. Sedangkan ekstranet merupakan perluasan dari jaringan internet dengan jaringan intranet yang terbuka bagi perusahaan, supplier dan pebisnis lain untuk menjalin hubungan bisnis.
2.4 E-Business. Pengertian e-business adalah melakukan berbagai macam aktivitas bisnis yang secara elektronik dengan mudah menggunakan teknologi yang berbasis internet (Kalakota, 2001). Proses e-business mencakup tidak hanya pemasaran dan penjualan online, tetapi manajemen supply chain dan saluran, manufacturing dan kontrol persediaan, operasi keuangan dan prosedur arus kerja pegawai yang melintasi keseluruhan organisasi.
17 2.5 Business to Business (B2B). 2.5.1 Pengertian. Business to business (B2B) merupakan model e-commerce dimana semua yang berpartisipasi adalah para pebisnis dan organisasi lainnya. B2B adalah transaksi yang diadakan secara elektronik antar bisnis melalui internet, intranet, ekstranet , atau jaringan pribadi.
2.5.2 Model Business to Business (B2B). Model Business to Business (B2B) terdiri dari : 1. Model berpusat pada perusahaan (one-to-many, many-to-one). Dalam model ini, satu perusahaan melakukan penjualan yang disebut tempat pemasaran sisi penjualan (one-to-many), dan satu perusahaan yang lain melakukan semua pembelian yang disebut tempat pemasaran sisi pembelian (many-to-one). 2. Tempat Pemasaran Banyak ke Banyak – Pertukaran (Many-to-Many: Exchange). Area ini merupakan tempat pemasaran secara elektronik dimana banyak pembeli dan banyak penjual bertemu secara elektronik dengan tujuan perdagangan antar yang lain. 3 Tempat Pemasaran Sisi Penjual Satu ke Banyak (One-to-Many: Sell-side Marketplaces). Tempat pemasaran berbasis web dimana satu perusahaan menjual ke banyak pembeli melalui catalog elektronik atau pelelangan, frekuensi pada ekstranet.
18 4 Model B2B lain dan jasa. Persetujuan bisnis dengan bisnis-bisnis untuk tujuan lain selain hanya penjualan dan pembelian. Salah satu contohnya adalah perdagangan kolaboratif, beberapa tipe jasa dan hubungan seperti penggabungan value chain, penyedia jasa value chain dan perantara informasi.
2.6 Konsep Permintaan dan Penawaran. 2.6.1 Konsep dasar permintaan. Menurut Gaspersz (2005, p.13), pada dasarnya permintaan dapat didefenisikan sebagai kuantitas barang atau jasa yang rela dan mampu dibeli oleh konsumen selama periode waktu tertentu berdasarkan kondisi-kondisi tertentu.
2.6.2 Konsep dasar penawaran. Menurut Gasperz (2005, p.35), pada dasarnya penawaran dapat didefinisikan sebagai kuantitas produk (barang dan/ atau jasa) yang ditawarkan untuk dijual dipasar, yang secara umum sangat tergantung pada sejumlah besar variabel.
2.7 Metodologi Penelitian. 2.7.1 Jenis dan Metode Penelitian. Jenis Penelitian yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah jenis penelitian studi khusus yang dilakukan dengan mengamati dan mempelajari penerapan
19 kasus suatu aktivitas dilapangan serta melakukan wawancara terhadap pihak – pihak yang terkait. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dengan cara melakukan penelitian studi kasus pada objek penelitian, kemudian melaporkannya dalam bentuk laporan deskriptif yang menggambarkan hasil penelitian
2.7.2 Teknik Pengumpulan Data Data-data penelitian diperoleh dengan melakukan penelitian lapangan yang dimaksudkan untuk memperoleh data primer di tempat penelitian secara langsung dengan menggunakan metode observasi dan wawancara baik secara tatap muka langsung maupun melalui telepon atau e-mail. Untuk pendukungnya dilakukan penelitian kepustakaan yang dimaksudkan untuk memperoleh data sekunder dan landasan teoritis serta berpikir dengan mempelajari beberapa sumber literature yang berkaitan dengan topik penelitian yang sedang dilakukan.
20 2.8 Analisis Lima kekuatan Porter. Menurut David (2005, p.130), Model lima kekuatan Porter tentang analisis kompetitif adalah pendekatan yang digunakan secara luas untuk mengembangkan strategi perusahaan berdasarkan analisis industri perusahaan. Analisis ini dilakukan untuk melihat kondisi pasar/industri perusahaan, apakah terjadi perubahan yang dapat mempengaruhi bisnis perusahaan. Dari analisis tersebut didapatkan hasil untuk perusahaan untuk mengambil langkah antisipasi terhadap perubahan lingkungan pasar/industri yang terjadi
Potensi pengembangan produk substitusi.
r menawar supplier.
Persaingan antar perusahaan sejenis.
Kekuatan tawar menawar konsumen.
Kemungkinan masuknya pesaing baru.
Gambar 2.3 Model lima kekuatan Porter. Sumber : David (2005, p.131)
Menurut Porter, hakikat persaingan suatu industri dapat dilihat sebagai kombinasi atas lima kekuatan, yaitu : 1
Persaingan antar perusahaan sejenis.
21 2
Kemungkinan masuknya pesaing baru.
3
Potensi pengembangan produk substitusi.
4
Kekuatan tawar menawar supplier.
5
Kekuatan tawar menawar konsumen.
2.8.1 Persaingan antar perusahaan sejenis. Persaingan antar perusahaan sejenis biasanya merupakan kekuatan terbesar dalam lima kekuatan kompetitif. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui pesaing perusahaan yang bergerak dibidang yang sama. Sehingga bagi perusahaan yang baru akan masuk kedalam industri tersebut dapat mengetahui siapa pesaing-pesaingnya. Intensitas persaingan di antara perusahaan sejenis yang bersaing cenderung meningkat karena jumlah pesaing semakin bertambah, ketika pesaing semakin beragam dalam hal kemampuan, ketika konsumen dapat dengan mudah perpindah ke perusahaan lain, ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi, ketika biaya tetap tinggi, ketika produk mudah rusak, dan ketika merger dan akuisisi menjadi umum dalam suatu industri.
2.8.2 Kemungkinan masuknya pesaing baru. Ancaman masuknya pendatang baru ke dalam industri akan tergantung dari besar atau kecilnya hambatan masuk yang ada. Jika hambatan ini besar maka ancaman masuknya pendatang baru akan rendah. Hambatan-hambatan itu merupakan situasi dan kondisi yang membatasi perusahaan dalam memperoleh jalan masuk ke dalam suatu industri. Ada tujuh sumber utama rintangan masuk bagi pendatang baru yaitu :
22 1
Skala ekonomi.
2
Diferensiasi produk.
3
Kebutuhan modal.
4
Biaya beralih pemasok (switching cost).
5
Akses ke saluran distribusi.
6
Biaya yang tidak menguntungkan terlepas dari skala ekonomi (cost advantages independent scale).
7
Kebijakan pemerintah.
2.8.3 Potensi pengembangan produk substitusi. Potensi adanya produk substitusi dapat berpengaruh bagi perusahaan jika konsumen tetap perusahaan telah berpindah ke perusahaan lain dikarenakan produk substitusi yang ada lebih baik daripada produk suatu perusahaan. Cara terbaik untuk mengukur kekuatan kompetitif produk substitusi adalah dengan memantau pangsa pasar yang didapat oleh produk tersebut dan memantau rencana perusahaan untuk meningkatkan kapasitas dan penetrasi pasar.
2.8.4 Kekuatan tawar menawar supplier. Kekuatan tawar menawar supplier dapat dikatakan kuat sehingga mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri ketika : 1
Terdapat banyak supplier namun tidak dapat di handalkan kerena produk yang di tawarkan terlalu mahal atau tidak mampu untuk memenuhi pesanan suatu perusahaan.
23 2
Produk substitusi yang baik tidak tersedia bagi pembeli.
3
Pembeli bukan konsumen penting bagi supplier.
4
Produk supplier penting bagi konsumen.
5
Efektivitas produk pemasok menciptakan biaya peralihan (switching cost) yang tinggi bila beralih ke supplier lain.
2.8.5 Kekuatan tawar menawar konsumen. Kekuatan tawar menawar konsumen dapat dikatakan kuat ketika konsumen terkonsentrasi atas besar jumlahnya, atau membeli dalam jumlah besar, kekuatan tawar menawar perusahaan menjadi kekuatan utama yang mempengaruhi intensitas persaingan dalam suatu industri. Kekuatan tawar menawar konsumen juga lebih tinggi ketika produk yang di beli konsumen adalah produk standar atau tidak terdiferensiasi. Persaingannya adalah untuk mendapatkan pembeli dan untuk melakukan perdagangan pada harga yang menghasilkan laba yang dapat diterima.
24 2.9 Kerangka Perumusan Strategi. Teknik-teknik perumusan strategi yang penting dapat diintegrasikan ke dalam kerangka pembuatan keputusan dalam 3 tahap :
TAHAP 1 : TAHAP INPUT Matriks Evaluasi Faktor
Matriks Profil / Persaingan
Matriks Evaluasi Faktor Internal
Eksternal (EFE)
(CPM)
(EFI)
TAHAP 2 : TAHAP PENCOCOKAN Matriks Strategic Matriks InternalEksternal (IE)
Position and
Matriks
Matriks
Action Evaluation
TOWS
BCG
Matriks Grand Strategy
(SPACE)
TAHAP 3 : TAHAP KEPUTUSAN Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) Gambar 2.4 Kerangka Kerja Analisis Strategi. Sumber : David (2005, p.283)
2.9.1 Tahap Input. Informasi yang diperoleh dari Matriks EFE, matriks CPM dan matriks EFI menjadi informasi masukan untuk matriks tahap pencocokan. Alat input membutuhkan penyusun strategi untuk menguantifikasi secara subjektif selama tahap awal dari proses perumusan strategi. Membuat keputusan kecil dalam matriks input berhubungan dengan tingkat penting relatif dari faktor internal dan eksternal memungkinkan penyusun strategi untuk menghasilkan dan mengevaluasi alternatif strategi dengan lebih efektif. Penilaian intuitif yang baik selalu dibutuhkan untuk menentukan bobot dan peringkat yang sesuai.
25 2.9.1.1 Matriks Evaluasi Faktor Internal (EFI) Menurut David (2005, p.206-208), menjelaskan bahwa tahapan ekstraksi dalam menjalankan audit manajemen strategis adalah membuat matrik EFI. Matrik EFI merupakan suatu alat formulasi strategi yang meringkas dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama suatu perusahaan dalam area fungsional bisnis, dan juga memberikan dasar untuk mengindentifikasi dan mengevaluasi hubungan antara area-area tersebut. Matriks ini juga menjadi landasan untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan di antara bidang-bidang ini. Penilaian intuitif diperlukan dalam membuat matriks EFI. Matriks EFI dapat dikembangkan dalam lima langkah sebagai berikut : 1. Tulislah faktor-faktor internal utama sebagaimana teridentifikasi dalam proses audit internal. Gunakan 10 sampai 20 faktor internal terpenting, termasuk kekuatan maupun kelemahannya. Tuliskan kekuatan lebih dahulu dan kemudian kelemahan. 2. Berikan bobot dengan kisaran 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (terpenting) pada setiap faktor. Bobot yang diberikan pada suatu faktor menunjukkan seberapa penting faktor itu menunjang keberhasilan perusahaan dalam industri yang di gelutinya. Tanpa memperdulikan apakah faktor kunci adalah kekuatan atau kelemahan internal, faktor-faktor yang dianggap mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja organisasi di beri bobot tertinggi. Jumlah dari semua bobot harus sama dengan 1.0. 3. Berikan peringkat 1 sampai dengan 4 pada setiap faktor untuk menunjukkan apakah faktor itu merupakan kelemahan besar (peringkat = 1), kelemahan kecil (peringkat = 2), kekuatan kecil (peringkat = 3), atau kekuatan besar (peringkat =
26 4). Ingatlah bahwa peringkat 4 atau 3 hanya untuk kekuatan, sedangkan 1 atau 2 hanya untuk kelemahan. Peringkat diberikan berdasarkan keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 berdasarkan keadaan industri. 4. Kalikan setiap bobot faktor dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot untuk setiap variabel. 5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai yang dibobot untuk organisasi. Berapapun banyaknya faktor yang dimasukkan dalam matriks EFI, jumlah nilai yang dibobot dapat berkisar 1.0 yang rendah sampai 4.0 yang tinggi, dengan rata-rata 2.5. Total nilai yang dibobot jauh di bawah 2.5 merupakan ciri organisasi yang lemah secara internal. Sedangkan jumlah yang jauh di atas 2.5 menunjukkan posisi internal yang kuat. Seperti matriks EFE, matriks EFI harus memuat antara 10 sampai 20 faktor. Jumlah faktor tidak berpengaruh terhadap rentang jumlah nilai yang dibobot karena bobot selalu berjumlah 1.0.
2.9.1.2 Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Menurut David (2005, p.143-p.145), Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) membuat perencana strategi dapat meringkas dan mengevaluasi informasi ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi dan persaingan. Terdapat lima langkah dalam pengembangan matriks EFE : 1. Buat daftar faktor-faktor eksternal yang di identifikasi dalam proses audit eksternal. Cari nama 10 dan 20 faktor, termasuk peluang-peluang dan ancaman
27 yang mempengaruhi perusahaan dan industrinya. Daftar peluang dahulu kemudian ancaman. Usahakan se-spesifik mungkin. 2. Beri bobot pada setiap faktor dari 0.0 (tidak penting) sampai 1.0 (amat penting). Bobot menunjukkan kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam industri tersebut. Peluang sering mendapat bobot lebih besar daripada ancaman. Tetapi ancaman juga menerima bobot tinggi, jika berat atau sangat mengancam. Bobot yang wajar dapat ditentukan dengan membandingkan pesaing yang sukses dan yang gagal atau dengan mendiskusikan faktor tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan pada faktor di atas harus sama dengan 1.0. 3. Berikan peringkat 1 sampai 4 kepada masing-masing faktor eksternal kunci untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat itu merespon faktor tersebut, dengan catatan 4 = respon luar biasa, 3 = respon di atas rata-rata, 2 = respon rata-rata, 1 = respon jelek. Peringkat didasarkan atas keadaan perusahaan, sedangkan bobot dalam langkah 2 didasarkan pada industri. Penting untuk diperhatikan bahwa baik peluang maupun ancaman dapat memperoleh peringkat 1,2,3, atau 4. 4. kalikan setiap bobot dengan peringkat untuk menentukan nilai yang dibobot. 5. Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan nilai bobot total bagi organisasi. Berapapun jumlah peluang dan ancaman utama yang dimasukkan dalam matriks EFE, total nilai yang dibobot tertinggi untuk suatu organisasi adalah 4.0 dan yang terendah adalah 1.0. Rata-rata nilai yang dibobot adalah 2.5. jumlah nilai yang dibobot
28 sama dengan 4.0 menunjukkan bahwa suatu organisasi memberi respon yang sangat bagus terhadap peluang-peluang dan ancaman yang ada dalam industrinya. Dengan kata lain, strategi perusahaan secara efektif memanfaatkan peluang yang ada dan meminimalkan potensi pengaruh negatif dari ancaman eksternal. Jumlah nilai yang dibobot sama dengan 1.0 menunjukkan bahwa strategi perusahaan tidak memanfaatkan peluang atau menghindari ancaman eksternal.
2.9.2 Tahap Pencocokan Strategi terkadang didefinisikan sebagai upaya memadukan sumber daya dan ketrampilan internal dengan peluang dan resiko yang diciptakan oleh faktor-faktor ekternal. Tahap pencocokan dari kerangka perumusan strategi terdiri teknik-teknik yang dapat dipakai tanpa harus berurutan. Seluruh perangkat ini tergantung pada informasi yang diperoleh dari tahap masukan untuk mencocokkan peluang dan ancaman eksternal dengan kekuatan dan kelemahan internal. Mencocokkan faktor-faktor keberhasilan eksternal dan internal merupakan kunci untuk membuat strategi alternatif yang dapat dijalankan. Dalam kenyataannya, hubungan eksternal dan internal lebih kompleks sehingga diperlukan lebih banyak perbandingan dalam proses pencocokan untuk setiap strategi yang dibuat. Pengembangan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang disebut ofensif atau serangan. Sedangkan strategi yang di desain untuk memperbaiki kelemahan sambil menghindari ancaman dapat disebut defensif atau bertahan. Setiap organisasi mempunyai peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat dibandingkan untuk merumuskan strategi alternatif.
29 2.9.2.1 Matriks Internal – Eksternal (IE) Menurut David (2005, p.300) Matriks Internal Eksternal (IE) menempatkan berbagai divisi dari suatu organisasi dalam sembilan sel. Matriks IE menempatkan berbagai divisi dari organisasi di dalam diagram skematis, sehingga disebut sebagai matriks portofolio. Di samping itu, ukuran dari setiap lingkaran menggambarkan presentase kontribusi penjualan dari setiap divisi, dan potongan kue mengungkapkan presentase kontribusi laba dari setiap divisi. Matriks IE didasarkan pada dua dimensi kunci : total nilai IFE yang diberi bobot pada sumbu–x dan total nilai EFE yang diberi bobot pada sumbu–y. Dari total nilai yang dibobot dari setiap divisi, dapat disusun matriks IE pada tingkat korporasi. 1. Pada sumbu–x Matriks IE, total nilai IFE yang dibobot dari 1.0 sampai 1.99 menunjukkan posisi internal yang lemah; nilai 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3.0 sampai 4.0 dianggap kuat. 2. Demikian pula pada sumbu-y, total nilai EFE yang diberi bobot dari 1.0 sampai 1.99 dianggap rendah, nilai 2.0 sampai 2.99 dianggap sedang, sedangkan nilai 3.0 sampai 4.0 dianggap tinggi.
30
Gambar 2.5 Matriks IE (Internal-Eksternal) Sumber : David (2005, p.301)
Menurut David (2005, p.303), Matriks IE dapat dibagi menjadi tiga daerah utama yang memiliki implikasi strategi berbeda. Pertama, pada sel I, II, dan IV dapat digambarkan sebagai tumbuh dan berkembang. Strategi intensif seperti penetrasi pasar, pengembangan pasar, dan pengembangan produk atau strategi integratif seperti integrasi ke belakang, integrasi ke depan, dan integrasi horizontal dapat menjadi strategi yang sesuai untuk divisi ini. Kedua, pada sel III, V, dan VII dapat dikelola dengan cara terbaik dengan strategi jaga dan pertahankan. Strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk merupakan strategi umum yang sering digunakan pada divisi ini. Ketiga, pada sel VI, VIII, dan IX adalah strategi tuai atau divestasi. Suatu perusahaan yang berhasil mencapai portfolio bisnis yang diposisikan dalam atau sekitar sel I dalam matrik IE.
31 Analisis Matriks Stength-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT). Menurut David (2005, p.284), matriks Stength-Weakness-Opportunities-Threats (SWOT) adalah suatu alat yang digunakan untuk mencocokkan faktor eksternal dan internal yang penting yang membantu manager dalam mengembangkan empat sel strategi : 1
SO - Stength Opportunities.
2
WO – Weakness Opportunities.
3
ST – Stength Threats.
4
WT – Weakness Threats.
Mencocokan factor eksternal dan internal merupakan bagian yang paling sulit dalam mengembangkan matriks SWOT dan membutuhkan penilaian yang baik. Penyajian yang sistematis dari matrik SWOT terdiri dari sembilan sel. Terdapat empat sel faktor kunci, empat sel strategi, dan satu sel yang biasa dibiarkan kosong. Empat sel factor kunci terdiri dari Stength, Weakness, Opportunities dan Threats. Ada 8 langkah menurut David Fred (2005, p.286) yang terlibat dalam membuat matriks SWOT : 1. Tuliskan peluang eksternal kunci perusahaan. 2. Tuliskan ancaman eksternal kunci perusahaan. 3. Tuliskan kekuatan internal kunci perusahaan. 4. Tuliskan kelemahan internal kunci perusahaan. 5. Cocokan kekuatan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi SO dalam sel yang ditentukan. 6. Cocokan kelemahan internal dengan peluang eksternal dan catat hasil strategi WO dalam sel yang ditentukan.
32 7. Cocokan kekuatan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi ST dalam sel yang ditentukan. 8. Cocokan kelemahan internal dengan ancaman eksternal dan catat hasil strategi WT dalam sel yang ditentukan.
Biarkan selalu kosong.
Stength
Weakness
Tuliskan kekuatan
Tuliskan kelemahan
perusahaan.
perusahaan.
Opportunities
Strategi SO
Strategi WO
Tuliskan peluang
Gunakan kekuatan
Atasi kelemahan
perusahaan.
perusahaan untuk
perusahaan dengan
memanfaatkan peluang.
memanfaatkan peluang.
Threats
Strategi ST
Strategi WT
Tuliskan ancaman
Gunakan kekuatan
Mengurangi kelemahan
perusahaan.
perusahaan untuk
perusahaan dan
menghindari ancaman.
menghindari ancaman.
Gambar 2.6 Matriks SWOT. Sumber : David Fred (2005, p.287)
1. SO - Stength Opportunities Strategi SO menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal perusahaan. Suatu perusahaan apda umumnya akan menjalankan strategi WO, ST, atau WT untuk dapat mencapai situasi dimana perusahaan dapat menerapkan strategi SO. 2. WO – Weakness Opportunities. Strategi WO bertujuan untuk memperbaiki kelemahan internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang eksternal perusahaan. Terkadang terdapat peluang
33 eksternal kunci tetapi perusahaan memiliki kelemahan internal yang menghambatnya untuk mengeksploitasi peluang tersebut. 3. ST – Stength Threats Strategi ST menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk menghindari atau mengurangi pengaruh dari ancaman eksternal perusahaan. Ini tidak berarti perusahaan yang kuat harus selalu menghadapi ancaman pada lingkungan eksternalnya. 4. WT – Weakness Threats Strategi WT adalah strategi defensive yang diarahkan pada pengurangan kelemahan internal perusahaan dan menghindari ancaman eksternal perusahaan. Suatu perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal dan kelemahan internal akan berada posisi yang tidak aman. Kenyataannya, perusahaan dalam kondisi ini mungkin harus berusaha bertahan hidup dengan mengubah strategi perusahaannya, mengurangi ukuran, mendeklarasikan kebangkrutan atau memilih likuidasi.
34 2.10 Value Network Analysis. Menurut Ward dan Prepard (2002, p.267), Value network merupakan suatu bisnis yang menyediakan sebuah penukaran dan penengah suatu mediasi antara pembeli dan penjual dalam membangun suatu hubungan bisnis. Menurut Stabell dan Fjeldstad (1998, p.429), Aktivitas utama (Primary activities) dari beberapa perusahaan sebagai berikut : 1. Network promotion & Contract Management merupakan aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan sesuatu yang potensial untuk bergabung kedalam jaringan 2. Service Provisioning merupakan aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan mendirikan, memelihara dan menghubungkan antara pelanggan dan rekening untuk nilai yang dicapai 3. Network Infrastructure Operation merupakan aktivitas – aktivitas yang berhubungan memelihara dan menjalankan fisik dan informasi infrastruktur. Menurut Chan (2004, p.21), empat aktivitas pendukung yang menyokong aktivitas utama sebagai berikut : 1. Procurement : fungsi dari penggunaan input pembelian pada value chain organisasi. Contoh : Bahan baku, persediaan, item yang dikonsumsi, asset seperti mesin, peralatan kantor, dan bangunan. 2. Technology Development : aktivitas – aktivitas nilai yang mencakup teknologi atau sub-teknologi termasuk ilmu atau kemampuan melakukan sesuatu atau
35 prosedur. Contoh : penelitian dasar dan desain produk, persiapan dokumen, pelayanan prosedur, dan penambahan teknologi kedalam produk. 3. Human Resource Management : aktivitas – aktivitas yang berhubungan dengan perekrutan, penyewaan, pelatihan, perkembangan dan kompensasi untuk semua media yang melibatkan seseorang. 4. Firm Infrastructure : Anggaran dari manajemen umum, perencanaan, keuangan, akuntansi, Undang – Undang, dan urusan pemerintah yang dapat diterima oleh aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Firm Infrastructure Human Resources Management Procurement TechnologyDevelopment Network Promotion & Contract Management Service Provisioning Network Infrastructure Operation
Gambar 2.7 Value Network Diagram. Sumber : Stabell and Fjeldstad,1998
36 2.10.1 Tangible dan Intangible Exchange. Pola dasar organisasi dalam bisnis adalah jaringan pertukaran aset tangible dan intangible. Menurut Allee (2002, p.3), tangible exchange adalah transaksi yang melibatkan barang, jasa atau pendapatan tetapi tidak terbatas pada barang fisik, jasa, kontrak, invoice, nota pengembalian pembelian, request for proposal, konfirmasi atau pembayaran. Sedangkan intangible exchange adalah pertukaran informasi yang berputar dan mendukung produk serta proses utama perusahaan, tetapi bukan yang bersifat kontrak. Intangibles adalah “little extras” dari para pelaku bisnis dalam menjalankan proses bisnis sehingga berjalan lancar serta pemeliharaan relasi.
2.10.2 Value Exchange Diagram Terdapat tiga elemen dasar dari metode pemetaan pertukaran; Nodes yang menggambarkan pelaku. Nodes-nodes dalam peta akan saling mengirim dan menerima tangible dan intangible aset. Hubungan ini digambarkan dengan tanda panah yang disertai dengan label berisi judul aset atau deliverables. Menurut Allee (2002, p.9), value exhange diagram digunakan untuk melihat sebuah organisasi sebagai suatu jaringan yang terbentuk dari pertukaran intangible dan tangible.
2.10.3 Impact Analysis Setiap input yang masuk akan merangsang respon. Allee mengemukakan (2002, p.14) bahwa value impact analysis menjawab pertanyaan “what are the tangible and intangible costs or risk and gains for each inputs for a particular participant?”
37
Cost/Risk Benefits:
What we
Comes
receive
from
Tabel 2.1 Tabel Impact Analysis High = H Medium= M Low=L What Does it Does it
What is
What is
activities
have
have
the oveall
the oveall
does the
positive or
positive or
cost/risk
benefits
input
negative
negative
for this
for this
generate?
impact on
impact on
input?
input?
cost and
intangible
tangibles?
asset
Tangible
Intangibles
Cost /
Benefits
Impact
Impact
Risk
Activities
Sumber: Alle 2002, p.15)
2.10.4 Value Creation Analysis Alle mengemukakan bahwa value creation analysis menyerupai impact analysis. Analisa ini berkonsentasi pada satu partisipan dalam satu waktu, menganalisa bagaimana mereka menciptakan value untuk pihak lain dalam sistem. Langkah in menganalisa bagaimana biaya tangible dan intangible yang muncul dari setiap output untuk masingmasing partisipan.
Cost/Risk Benefits:
Tabel 2.2 Tabel Value Creation Analysis High = H Medium= M Low=L What do we do add value to this output?
What we output?
Goes To
Value Enhancements or Value Added
Sumber: Alle (2002, h. 15)
Cost/Risk
Benefits
38 2.11 Analisis dan Perancangan Sistem Berorientasi Objek (OOAD). Untuk analisis dan perancangan sistem digunakan pendekatan OOAD (Object Oriented Analysis and design). Menurut Mathiassen et al, dalam suatu proyek pengembangan akan dimulai dengan menerjemahkan kebutuhan sistem dengan merumuskan suatu definisi sistem yang mendeskripsikan suatu sistem terkomputerisasi dalam bahasa alami, yang mencakup informasi tentang fungsi yang harus ada, di mana sistem akan dipakai dan kondisi pengembangan. Analisis yang dilakukan pada OOAD ini dengan melakukan analisis Problem Domain dan analisis Application Domain. Problem domain sebagai bagian dari konteks sistem yang dikelola, diawasi, atau dikendalikan oleh sistem, sedangkan model adalah suatu deskripsi dari class, object, struktur, dan perilaku dalam suatu problem domain. Tujuan dilakukannya analisis problem domain adalah untuk mengidentifikasikan dan membuat model dari suatu problem domain.
Tabel 2.3 Aktivitas dalam analisis Problem Domain. Aktivitas
Konten
Konsep
Kelas (Class)
Object dan event apa saja yang
Class, object, dan event
merupakan bagian dari problem domain? Struktur (structure)
Bagaimana seluruh class dan
Generalization, aggregation,
object dihubungkan bersama
association, dan cluster
secara konseptual? Perilaku (behavior)
Properti dinamis apa saja yang
Event trace, pola perilaku
dimiliki object?
(behavioral pattern), dan
39 atribut. Sumber : Mathiassen et al (2000, p.48)
1. Kelas (Class) Untuk memodelkan problem domain, pertama harus dimulai terlebih dahulu dengan melakukan suatu aktivitas yaitu membuat suatu class. Definisi object adalah suatu entitas yang memiliki identitas, kondisi (state), dan perilaku. Sedangkan event didefinisikan sebagai suatu kejadian langsung yang melibatkan satu atau lebih object, dan class didefinisikan sebagai suatu kumpulan object yang memiliki struktur, pola perilaku dan atribut yang serupa. Dalam tahap ini kan dihasilkan suatu event table yang menunjukkan hubungan class dengan event yang ada dalam sistem. Contoh class : class mahasiswa dengan atribut NIM, nama, alamat, no. telpon, jurusan, kelas, ipk. Operasi yang ada di class mahasiswa adalah insert, update, delete.
2. Struktur (Structure) Adapun tujuan dari tahap ini adalah untuk menggambarkan hubungan struktural antara class dan object dalam suatu problem domain. Dalam tahap ini akan dihasilkan suatu diagram class yang menunjukkan class dan strukturnya. Adapun struktur antar class antara lain : a. Generalization Merupakan suatu class umum atau super class menggambarkan property umum untuk suatu kelompok dari class khusus (subclass). b. Cluster Merupakan suatu kumpulan class yang saling berhubungan.
40 c. Aggregation Merupakan suatu object superior yang memiliki sejumlah object inferior. d. Association Merupakan suatu relasi berarti antar sejumlah object.
3. Perilaku (Behavior) Tujuan dari tahap ini adalah untuk membuat model dinamis dari suatu problem domain. Dari tahap ini akan diperoleh suatu pola perilaku dengan atribut-atribut untuk setiap class dalam suatu diagram class yang digambarkan dengan diagram state chart. a. Event Trace Merupakan urutan dari event yang terjadi pada suatu object. b. Behavioral Pattern Daftar kemungkinan event traces yang terjadi pada semua object di dalam class. c. Atribut Keterangan properti dari class atau event.
Application domain sebagai suatu organisasi yang mengelola, mengawasi, atau mengendalikan suatu problem domain. Tujuan dilakukannya analisis application domain adalah untuk menentukan kebutuhan-kebutuhan penggunaan dari suatu sistem.
Tabel 2.4 Aktivitas dalam analisis Application Domain. Aktivitas
Konten
Kegunaan (usage)
Bagaimana bersangkutan
Konsep sistem Use case dan actor
41 berinteraksi
dengan
orang dan sistem lain? Fungsi (function)
Kemampuan informasi
proses Function apa
yang
dimiliki oleh sistem? Tampilan (interface)
Kebutuhan tampilan apa Interface, user interface, yang menjadi tujuan dari dan system interface sistem?
Sumber : Mathiassen et al (2000, p.117) 1. Kegunaan (usage) Tujuan dari tahap usage adalah untuk menentukan bagaimana actor berinteraksi dengan sistem, yang digambarkan dengan suatu diagram use case. Actor adalah suatu abstraksi dari pengguna
atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem sasaran,
sedangkan use case adalah suatu pola interaksi antara sistem dan actor dalam application domain.
2. Fungsi (Function) Tujuan dalam tahap function adalah untuk menentukan kemampuan pemrosesan informasi dari sistem yang bersangkutan yang ditunjukkan dengan suatu tabel fungsi dengan spesifikasi dari fungsi-fungsi yang kompleks. Function juga sebagai suatu fasilitas untuk membuat suatu model berguna bagi actor. Tipe-tipe dari fungsi adalah sebagai berikut: a. Update, diaktifkan oleh suatu event dari problem domain dan menghasilkan perubahan status dari model.
42 b. Signal, diaktifkan oleh suatu perubahan status model dan menghasilkan suatu reaksi dalam konteks bersangkutan. Reaksi ini dapat berupa tampilan untuk actor dalam application domain. c. Read, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas actor dan menghasilkan sistem menampilkan bagian-bagian relevan dari suatu model. d. Compute, diaktifkan oleh suatu kebutuhan akan informasi dalam tugas actor dan terdiri dari suatu komputasi yang melibatkan informasi yang disediakan oleh actor atau model yang menghasilkan suatu tampilan dari hasil komputasi tersebut.
3. Tampilan (Interface) Tujuan dari tahap interface ini adalah untuk menentukan tampilan dari suatu sistem. Interface didefinisikan sebagai fasilitas-fasilitas yang membuat suatu model dan fungsi dari sistem tersedia untuk actor. Ada dua tipe interface, yaitu: a. User interface, yang merupakan gaya dialog dan bentuk presentasi, diagram navigasi, atau interface untuk berhubungan dengan user. b. System interface, yang merupakan interface untuk mengintegrasikan dengan sistem lain atau yang merupakan diagram class bagi alat-alat eksternal dan protocol untuk berinteraksi dengan sistem lain
43 2.11.1 Use Case Modelling. Use-case modeling menurut Bentley (2004, p.270) disebutkan yaitu “the process of modeling a system’s function in terms of business events, who initiated the events, and how the system responds to those events”. Yang dapat diartikan yaitu bahwa pemodelan use case merupakan suatu proses dari pemodelan suatu fungsi sistem dalam hubungannya dengan kejadian-kejadian bisnis, yang menginisiasikan kejadian-kejadian, dan bagaimana sistem menjawab dari kejadian-kejadian itu. Ada dua komponen utama dalam menampilkan use-case modeling, yaitu use case diagram dan use-case narrative. Menurut Bentley (2004, p.271), use-case diagram disebutkan yaitu “a diagram that depicts the interaction between the system and external systems and users. In other words, it graphically describes who will use the system and in what ways the user expects to interact with the system”. Jadi use-case diagram merupakan sebuah diagram yang mengambarkan interaksi antara sistem dan sistem-sistem eksternal dan penggunapengguna. Dengan kata lain, ini secara jelas menerangkan siapa yang menggunakan sistem dan dengan cara bagaimana si pengguna mengharapkan untuk berinteraksi dengan sistem. Sedangkan menurut Bentley (2004, p.272), use-case narrative disebutkan yaitu “a textual description of the business event and how the user will interact with the system to accomplish the task”. Maka use-case narrative dapat diartikan sebagai sebuah penjelasan tekstual mengenai kejadian bisnis dan bagaimana pengguna akan berinteraksi dengan sistem untuk menyelesaikan tugas. Use-case modeling mengidentifikasikan dan menjelaskan fungsi-fungsi sistem dengan menggunakan peralatan yang dinamakan use-case. Menurut Whitten (2004,
44 p.272), use-case diartikan yaitu “a behaviorally related sequence of steps (a scenario), both automated and manual, for the purpose of completing a single business task”. Yang maksudnya sebuah rangkaian yang berifat saling berhubungan dari langkah-langkah (sebuah skenario), yang baik otomatis atau manual, untuk tujuan dari menyelesaikan sebuah tugas bisnis. Jadi use-case juga mendeskripsikan fungsi-fungsi sistem dari perspektif pengguna-pengguna eksternal dalam cara dan isteilah yang mereka pahami. Use-case adalah sebuah hasil dari dekomposisi sebuah jangkauan fungsionalitas sistem ke dalam banyak pernyataan-pernyataan yang lebih kecil dari fungsionalitas sistem. Diagram use-case memiliki komponen-komponen yaitu: use-case, actor, lingkup sistem, dan garis relasi. Berikut merupakan bentuk-bentuk dari komponen diagram usecase: Use case selalu dinotasikan dalam bentuk elips dengan nama mengandung kata kerja aktif. Misalnya :
Gambar 2.8 contoh use case.
Setiap use case memiliki ruang lingkup sendiri dalam sebuah sistem, ruang lingkup ini disebut system boundaries (lingkup sistem), yang dalam gambar diagramnya berupa garis yang membentuk persegi dengan nama sistem yang digunakan sebagai judulnya.
45 Aktor digambarkan dalam notasi sebagai berikut :
nama_aktor
Gambar 2.9 Actor.
Berikut merupakan gambar dari diagram use case :
Gambar 2.10 Use case diagram.
Use case merupakan alur bisnis yang muncul karena adanya actor yang melakukan suatu interaksi dengan system untuk bertukar data. Aktor akan menentukan aktivitas sistem, sebuah use case, untuk tujuan dari penyelesaian beberapa tugas bisnis yang menghasilkan sesuatu yang bernilai. Garis relasi merupakan sebuah garis antara dua simbol dalam diagram use case yang menunjukan sifat hubungan dari actor dan use case yang dihubungkannya, seperti misalnya hubungan asosiasi, perpanjangan, penggunaan, ketergantungan, dan penurunan sifat.
46 2.11.2 Sequence diagram Sequence menggambarkan hubungan antara object melalui pesan, di mana pesan itu berurutan dengan waktu. Beberapa jenis pesan pada sequence diagram : Simple message yang dapat bersifat aynchronous Simple message return (optional) a synchronous
2.11.3 Architectural Design Pada tahap ini akan dilakukan penstrukturan sistem berdasarkan bagianbagiannya dan pemenuhan beberapa criteria design. Tahap ini juga merupakan suatu framework bagi aktivitas pengembangan selanjutnya. Aktivitas Architectural Design bertujuan untuk menstrukturkan suatu sistem yang terkomputerisasi. Hasil yang diperoleh berupa struktur dari komponen-komponen dan proses-proses sistem. Tahap Architectural Design memiliki tiga subaktivitas (Mathiassen, 2000, h173), yaitu :
Sumber : Mathiassen (2000, h176)
Gambar 2.11 Aktivitas dalam Architectural Design
47 2.11.4 Component Architecture Component Architecture adalah sebuah struktur sistem yang terdiri dari komponen-komponen yang saling terhubung. Component adalah kumpulan dari bagianbagian program yang membentuk sistem dan memiliki tanggung jawab yang telah terdefinisikan dengan jelas (Mathiassen et al, 2000, h190).
2.12 Definisi Database. Menurut Connolly (2002, p.14), Database adalah kumpulan data yang saling berhubungan secara logis, memiliki deskripsi dari data, dirancang untuk memenuhi kebutuhan informasi dari sebuah organisasi. Database adalah sebuah tempat penyimpanan data yang besar yang dapat digunakan secara bergantian oleh berbagai departemen. Seluruh data yang ada terintegrasi dan memiliki sangat sedikit duplikasi. Menurut O’brien (2005, p.145) “database is an integrated collection of logically related data elements, consolidates records previously stored in separate files into a common pool of data elements that provides data for many applications”. Database adalah kumpulan secara logikal.dari integrasi elemen data untuk mengkonsolidasikan penyimpanan sebelumnya dalam file terpisah ke dalam baris elemen data yang menghasilkan data untuk banyak aplikasi. Database menurut Turban (2004, p.127) “Database is a set of files that designed to meet information needs by organization” Database adalah kumpulan dari file-file yang dirancang sebagai informasi yang dibutuhkan oleh organisasi. File itu sendiri berturut-turut terdiri atas Record, Field, Byte, Bite. Jadi dapat disimpulkan bahwa database adalah sebuah tempat untuk menyimpan data – data yang akan dipakai untuk memenuhi kebutuhan informasi.
48
2.12.1 DBMS (Database Management System) Menurut Michael V. Mannino (2004, p.7), database management system is the software that support the take over of data, dissemination, maintain, retrieve, and formatting. DBMS adalah sebuah software yang mendukung pengambil alihan data, penyebaran, pemeliharaan, pengambilan, dan pemformatan. DBMS dapat mengatur multiple file, tabel, atau objek pada waktu yang bersamaan. DBMS menyediakan fungsi Data Manipulation Language (DML) dan Data Definition Language (DDL).
2.12.2 Komponen DBMS DBMS dipisahkan menjadi lima komponen utama, yaitu: 1. Hardware Adalah peralatan yang dibutuhkan dalam mengoperasikan DBMS. 2. Software Adalah perangkat lunak yang digunakan dalam mengoperasikan DBMS. 3. Data Adalah informasi yang akan digunakan dalam database. 4. Prosedur Adalah metode serta aturan yang digunakan dalam penggunaan dan perancangan database. 5. Pengguna Adalah orang yang meggunakan database tersebut, dibagi menjadi:
49 a. Database Administrator b. Database Designer c. Software Developer d. End-User
50 2.13 Kerangka berfikir. Pengumpulan data perusahan Melakukan Analisis 5 kekuatan Porter
Melakukan Analisis value perusahaan
Analisis SWOT
Analisis EFI
Analisis Value Network Impact Analisis
Analisis EFE
Analisis Value Creation
Analisis IE
Hasil Strategi
Melakukan Perancangan Fitur interface website Melakukan Perancangan OOAD
Class DIagram
Use Case
User Interface
Sequence Diagram Navigation Diagram
Rencana Implementasi Gambar 2.12 Kerangka Berfikir Sumber : penulis