BAB 2 KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penelitian Sebelumnya Tabel 2.1 Tabel State of the Art No
Nama Penulis
Judul Penelitian
1
Shindy Zara Syafira.
Pengaruh Rubrik Wisata Metode penelitian:
(e-jurnal.com), Tahun dan 2012
(
Minat Studi
Berwisata Korelasional Korelasional
Tentang Rubrik
Deskripsi Penelitian
Pengaruh Tujuan penelitian: Wisata
Harian Untuk mengetahui sejauh
Analisa Terhadap Minat mana pengaruh Berwisata Kota Medan )
Masyarakat wisata
harian
rubrik Analisa
terhadap minat berwisata masyarakat,
khususnya
masyarakat Kota Medan.
Hasil penelitian: Hasil
penelitian
menjelaskan
bahwa
rubrik
harian
wisata
Analisa
mampu
mempengaruhi
minat
wisata masyarakat Kota Medan,
dengan
penggunaan bahasa yang menarik,
teknik
pewarnaan, serta letak gambar topik
dan
tentunya
mengenai lokasi
wisata menarik
yang
dianggap untuk
dikunjungi masyarakat. 2
Raden Roro Marfia Pengaruh
Program Metode penelitian:
Adlina Susilowati.
Explore Indonesia
di Survey
Binus University.
Kompas TV Terhadap
Tahun 2013
Minat Travelling (Studi Teori: Kasus Mahasiswa Bina Uses Nusantara
&
Gratification
Jurusan Theory
Marketing Communication 2014)
Tujuan penelitian: Untuk
mengetahui
pengaruh
tayangan
“Explore
Indonesia”
terhadap
minat
mahasiswa
Bina
Nusantara
jurusan
Marketing Communication
2014
untuk travelling.
Hasil penelitian: Terdapat antara
hubungan kedua
sebesar
variabel
0,796
variabel
dimana memiliki
hubungan
yang
kuat
karena berada diantara 0,60-0799.
Maka
sebagian besar responden mengetahui
program
Explore
Indonesia,
sehingga
responden
dapat mengisi kuesioner yang
diberikan
oleh
peneliti.
Berdasarkan
penelitian,
program
Explore
Indonesia
memiliki pengaruh yang cukup
kuat
minat
terhadap travelling
mahasiswa
Bina
Nusantara, hal tersebut menjadikan
program
Explore Indonesia dapat menjelaskan
variasi
variabel minat travelling sebesar
63,4%
dan
sisanya sebesar 36,6% merupakan faktor lain yang tidak diikutsertakan dalam model penelitian. 3
Choirunnisa.
Pengaruh
Binus University.
“Jalan-Jalan
Tahun 2014
Chanel
Tayangan Metode penelitian: Men!”
di Survey
Youtube
malesbanget.com
Teori:
Terhadap
Minat Uses & Effect Theory
Masyarakat
Untuk
Berwisata Negeri
di
Dalam Tujuan penelitian: Untuk
mengetahui
adakah tayangan Men!”
pengaruh “Jalan-Jalan di
Chanel
Youtube malesbanget.com terhadap
minat
masyarakat
untuk
berwisata dalam negeri.
Hasil penelitian: Hasil
penelitian
menunjukkan hubungan
adanya
antar kedua
variabel sebesar 0,740 dimana variabel memiliki hubungan
yang
kuat
karena berada diantara 0,60-0799. 4
Yonita Prakteka Sari
Pengaruh
Terpaan Metode Penelitian:
Informasi
Melalui Kuantitatif Eksplanatif
Internet
Tentang
Pariwisata
Terhadap Teori:
Minat
Komunitas S-O-R Theory
Penggemar
Traveling
Berkunjung
ke Tujuan Penelitian:
Yogyakarta
(Studi Untuk
mengetahui
Eksplanatif Pada Website pengaruh
terpaan
www.jogjatrip.com
melalui
informasi
Dikalangan
Anggota internet
mengenai
Komunitas
Backpacker pariwisata
terhadap
Malang Raya)
minat Komunitas Malang
berwisata Backpacker Raya
ke
Yogyakarta.
Hasil Penelitian: Tingkat
terpaan
informasi media internet mempengaruhi minat
tingkat
penggemar
traveling berkunjung ke
Yogyakarta,
dibuktikan
dari nilai signifikasi yang diperoleh adalah 0,001, dengan nilai R sebesar 0,572 dan mempunyai pengaruh
dalam
taraf
sedang. 5
Saad
Abdullah Internet Adoption in Gulf Metode Penelitian:
Alrashid, Ph.D.
Cooperation
Council’s Kualitatif
Al Imam Mohammad Tourism Industry Ibn
Saud
University.
Islamic
Teori: New Media
Year 2012 Tujuan Penelitian: Untuk
mengeksplor
bagaimana kegunaan dari aplikasi
internet
(e-
tourism) dan dampaknya bagi industri pariwisata dari Dewan Kerjasama Teluk
Hasil Penelitian: Hasil
penelitian
menunjukkan bahwa etourism di GCC memiliki efektivitas
yang
lebih
rendah
dibandingkan
dengan
Eropa
dan
Amerika, namun apabila ditinjau integrasi
dari
adanya
berkelanjutan
melalui internet terhadap
industri pariwisata, serta adanya
investasi
infrastruktur
terkait
pariwisata, masa depan industri pariwisata GCC sangat menjanjikan.
6
Dr. Dhyan Singh.
Impacts
Dept. Journalism & Television Mass
of
Scary Metode Penelitian:
Programmes Kuantitatif
on Children Psychology,
Communication, Givt. Attitude and Behavior
Teori:
PG
Uses & Effect Theory
College
Dharamshala. Year 2014
Tujuan Penelitian: Untuk
mengetahui
dampak dari tayangan seram atau
horror di
televisi
terhadap
psikologi,
sikap,
dan
tingkah laku anak-anak.
Hasil Penelitian: Hasil
penelitian
menunjukkan tayangan televisi
bahwa
horror
di
mempengaruhi
psikologis,
sikap
dan
tingkah laku anank-anak dalam jangka waktu yang cukup lama. Dibuktikan oleh hasil survey dimana dari 97% anak-anak yang menonton
tayangan
horror,
kepercayaan
mereka
terhadap
keberadaan hantu dan hal supranatural meningkat, 65% menangis setelah menonton
adegan
menyeramkan, 54% tidak lupa
dengan
tokoh
menyeramkan, dan 89% merasa takut akan gelap. 7
Desy Amelia.
Penyajian Artikel Rubrik Metode Penelitian:
Binus University.
Adventure Pada Media Kualitatif, Studi Kasus
Tahun 2015
DestinAsianIndonesia Dalam
Meningkatkan Teori:
Minat Berwisata (Studi Uses Kasus
&
Gratification
Komunitas Theory
Backpacker Jakarta) Tujuan Penelitian: Untuk
mengetahui
bagaimana
cara
penyajian
artikel
di
media
DestinAsian
Indonesia
dalam
meningkatkan
minat
berwisata
Komunitas
Backpacker Jakarta.
2.2 Landasan Konseptual 2.2.1
Komunikasi Massa Definisi komunikasi massa yang paling sederhana dikemukakan oleh
Bittner, yaitu: (Ardianto dkk, 2007:3) “Komunikasi massa adalah pesan yang dikomunikasikan melalui media massa pada sejumlah besar orang. (Mass communication is messages comunicated through a mass medium to a large number of people)” Melalui definisi diatas, terlihat jelas bahwa komunikasi massa merupakan komunikasi yang menggunakan media massa sebagai salurannya. Wright mengungkapkan definisi komunikasi massa sebagai berikut : “This new form can be distinguished from older types by the following major characteristics: it is directed toward relatively large, heterogenous, and anonymous audiences; messages are transmitter publicly, of ten-times to reach most audience members simultaneously, and are transient in character; the communicator tends to be, or to operate within, a complex organization that may involve great expense” (Ardianto dkk, 2007:4). Dari definisi diatas, terlihat lengkap apa yang dikemukakan oleh Wright
tentang
komunikasi
massa.
Komunikasi
massa
merupakan
komunikasi yang diarahkan kepada jumlah audience yang banyak, audience bersifat heterogen dan anonim, pesan ditransmisikan secara terbuka, dan seringkali dapat mencapai audience secara bersamaan, lalu bersifat sebentar, serta komunikator lebih condong berada atau bergerak di organisasi yang sangat kompleks, yang mungkin saja menggunakan biaya yang besar. Setelah melihat dari beberapa definisi komunikasi massa diatas, tidak terlihat adanya perbedaan yang jauh, pada dasarnya memiliki prinsip yang sama. Rahmat (Ardianto dkk, 2007: 6) merangkum definisi komunikasi massa menjadi: “Komunikasi massa diartikan sebagai jenis komunikasi yang ditujukan kepada sejumlah masyarakat yang tersebar, heterogen, dan anonim
melalui media cetak atau elektronik, sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. 2.2.2
Karakteristik Komunikasi Massa Setelah disebutkan definisi dari komunikasi massa menurut para ahli,
maka akan diketahuilah jenis-jenis karakteristik komunikasi massa : 1.
Komunikator terlembagakan Hal utama dalam komunikasi massa adalah komunikator, siapakah yang berperan dibalik semua itu, siapa yang membuat pesan, kepada siapa pesan itu diproses sampai bisa diterima oleh audience.
2.
Pesannya bersifat umum Pesan yang disampaikan melalui media massa bersifat umum, terbuka, dan tidak ditujukan kepada sekelompok orang tertentu, sehingga setiap orang dapat mengetahui informasi yang disampaikan.
3.
Komunikannya bersifat anonim dan heterogen Dalam komunikasi massa, komunikan bersifat anonim karena komunikator tidak mengetahui identitas komunikan, karena mereka berkomunikasi melalui media massa seperti televisi atau radio. Lalu heterogen, yang dimana komunikan terdiri dari berbagai
lapisan
masyarakat,
lebih
spesifiknya
dapat
dikelompokkan berdasarkan umur, jenis kelamin, latar belakang pekerjaan, dan sebagainya. 4.
Media massa menimbulkan keserempakan Salah satu kelebihan dari media massa adalah mampu menyampaikan pesan atau informasi ke masyarakat banyak secara langsung, dan komunikan dapat menerima pesan secara bersamaan pula.
5.
Komunikasi mengutamakan isi daripada hubungan Setiap komunikasi mempunyai isi pesan dan hubungan, isi pesan lebih megarah kepada apa yang akan disampaikan, sedangkan
hubungan
lebih
penyampaian pesan tersebut.
kepada
bagaimana
cara
6.
Komunikasi massa bersifat satu arah Kelemahan yang dimiliki oleh komunikasi massa adalah komunikasinya yang bersifat satu arah, dimana komunikator menyampaikan pesan, komunikan bersifat menerima pesan, namun kedua belah pihak tidak dapat melakukan komunikasi secara langsung. Jadi, komunikan tidak memberikan feedback kepada komunikator mengenai pesan yang disampaikan.
7.
Stimulasi alat indra Ketika sedang berkomunikasi, kita dapat menggunakan seluruh alat indra yang ada di tubuh kita, ekspresi muka, bahasa tubuh, dan sebagainya. Tetapi dalam komunikasi massa, alat indra yang dipergunakan sangatlah terbatas, tergantung pada media apa
yang
dipergunakan.
Contohnya
televisi
hanya
menggunakan alat indra mata untuk melihat dan alat indra telinga untuk mendengar. 8.
Umpan balik tertunda dan tidak langsung Dalam komunikasi, umpan balik atau feedback selalu menjadi hal yang ditunggu-tunggu oleh komunikator. Namun pada komunikasi massa, feedback bersifat tertunda, dan juga tidak langsung.
2.2.3
Efek Komunikasi Massa Menurut Steven M. Chaffee dalam buku Psikologi Komunikasi
(Rakhmat, 2008: 87), efek komunikasi massa dapat dilihat dari tiga pendekatan. Pendekatan pertama yaitu efek dari media massa yang berkaitan dengan pesan ataupun media itu sendiri, kemudia pendekatan kedua adalah dengan melihat jenis perubahan yang terjadi pada khalayak komunikasi massa yang dapat berupa perubahan sikap, perilaku, dan perasaan atau dikenal sebagai perubahan kognitif, afektif, dan behavioral. Pendekatan ketiga yaitu observasi terhadap khalayak yang dikenai efek komunikasi massa.
a.
Efek Kehadiran Media Massa Mc Luhan mengemukakan the medium is the message, media adalah pesan itu sendiri. Oleh sebab itu, bentuk media saja sudah mempengaruhi khalayak. Menurut Steven M. Chaffee dalam buku Psikologi Komunikasi (Rakhmat, 2008: 87), ada lima jenis efek kehadiran media massa sebagai benda fisik, yaitu: efek ekonomis, efek sosial, efek pada penjadwalan kegiatan, efek penyaluran/menghilangkan perasaan tertentu, dan efek pada perasaan orang terhadap media.
b.
Efek Pesan Media massa memiliki tiga efek yang memberikan perubahan terhadap khalayak, yaitu: -
Efek kognitif : adalah efek yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informatif bagi dirinya. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang, atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung.
-
Efek afektif : efek ini memiliki kadar lebih tinggi dibandingkan dengan efek kognitif. Tujuan dari komunikasi
massa
bukan
sekedar
memberitahu
khalayak tentang sesuatu, namun lebih dari itu, khalayak diharapkan dapat turut merasakan perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. Contohnya, setelah mendengar atau membaca berita, maka muncul perasaan sebal, jengkel, marah, atau senang
pada
diri
khalayak.
Faktor-faktor
yang
mempengaruhi intensitas rangsangan emosional pesan media massa adalah: 1.
Suasana emosional: respon kita terhadap sebuah film, sinetron, atau novel akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita.
2.
Skema kognitif: skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang suatu alur peristiwa.
3.
Suasana terpaan: kita akan merasa takut ketika menyaksikan film horror, jika kita menontonnya sendirian di rumah tua, diiringi oleh suara hujan dan petir.
4.
Predisposisi
individual:
karakteristik
khas
melankolis
mengacu
individu,
cenderung
orang
menanggapi
kepada yang tragedi
secara lebih emosional daripada orang yang periang. Orang yang memiliki sifat sensitif akan sulit untuk diajak bercanda. Beberapa penelitian membuktikan bahwa suatu acara yang sama, dapat ditanggapi secara berlainan oleh orangorang yang berbeda. 5.
Faktor identifikasi: menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditonjolkan dalam media massa. Melalui adanya identifikasi, penonton, pembaca, atau pendengar menempatkan dirinya dalam posisi tokoh, ia dapat merasakan apa yang dirasakan oleh tokoh tersebut.
-
Efek Behavioral : efek ini merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi kasar. Siaran kesejahteraan keluarga yang banyak disiarkan dalam televisi menjadikan para ibu rumah tangga memiliki keterampilan baru.
2.2.4 Media Massa Media massa merupakan media yang digunakan untuk kepentingan komunikasi massa yang pada dasarnya adalah komunikasi yang mengirim pesan kepada masyarakat banyak secara serempak. Menurut Cangara dalam buku Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Ardianto, 2006: 122) media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan dari sumber kepada masyarakat (penerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, dan televisi. a.
Media massa cetak Media massa cetak pada dasarnya adalah media massa yang dicetak di kertas, seperti majalah dan surat kabar. Surat kabar merupakan media massa yang paling tua karena telah muncul sejak ditemukannya mesin cetak oleh Johan Guttenberg di Jerman.
b.
Media elektronik Media massa elektronik pada dasarnya menggunakan teknologi elektronik suara dan gambar visual seperti televisi dan radio.
c.
Media online Media massa telah beranjak dari tradisional ke modern. Media merupakan channel atau saluran informasi, dan online itu sendiri merupakan istilah yang digunakan saat kita sedang terhubung dengan koneksi internet. Jadi media online bisa saja berupa TV online, radio online, situs, dan lainnya. Website atau situs dapat diartikan sebagai kumpulan halaman-halaman yang digunakan untuk menampilkan informasi teks, gambar diam atau gerak, animasi, suara dan atau gabungan dari semua itu, baik yang bersifat statis maupun dinamis yang membentuk suatu rangkaian yang saling terkait dimana masing-masing dihubungkan dengan jaringan-jaringan halaman (hyperlink).
2.2.5
Feature Feature merupakan cerita atau karangan khas yang berpijak pada
fakta dan data yang diperoleh melalui proses jurnalistik. Feature bukanlah menu utama surat kabar, tabloid, atau media massa. Menu utama surat kabar tetap adalah berita. Dalam teori jurnalistik, dijelaskan bahwa berita disajikan dengan menggunakan pola piramida terbalik dan mengandung rumusan 5W1H. Artinya, pesan berita disusun secara deduktif, sedangkan penulisan feature tidak tunduk pada pola piramida terbalik dan rumusan 5W1H. Namun demikian, setiap karya feature harus mengandung semua unsur yang terdapat pada 5W1H. Selain itu, feature disajikan dengan gaya bahasa kreatif informal, jadi sangat berbeda dengan berita langsung (straight news) yang disajikan dengan gaya bahasa yang lugas dan formal. Feature memiliki karakteristik sebagai berikut: a.
Ditulis dengan teknik bercerita tentang suatu situasi, peristiwa, atau keadaan secara faktual.
b.
Berisikan tentang suatu situasi, keadaan, atau aspek kehidupan yang sifatnya faktual, objektif, benar, dan akurat.
c.
Hasil karya liputan jurnalistik melalui proses proyeksi, observasi, investigasi, komunikasi dan konfirmasi dengan pihak narasumber.
d.
Bertujuan untuk memberitahu dan menyampaikan informasi tetapi juga menghibur khalayak (informatif dan rekreatif).
e.
Rangkaian fakta atau informasi disajikan secara tidak resmi (informal).
f.
Tidak terikat pada aktualitas, karena feature dapat dipersiapkan, diliput, ditulis, dan disajikan kapan saja sesuai dengan kebutuhan.
g.
Nama lengkap wartawan atau penulis biasanya dicantumkan secara lengkap.
h.
Cerita feature dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang reporter atau wartawan.
i.
Tidak mencantumkan baris tanggal (date line) pada awal intro cerita atau paragraf pertama.
j.
Ditulis dengan teknik diluar pola piramida terbalik, sehingga setiap bagian feature sama pentingnya satu sama lain dan tidak dapat dipotong begitu saja.
k.
Selalu membawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus dan pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuangan, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih.
l.
Ditulis dengan menggunakan judul yang dicetak normal tipis, miring (italic), mengesankan informal dan feminin (soft news).
m.
Dapat ditulis dengan pola induktif, kronologis, logis, topikal, ataupun spasial.
Jadi, berdasarkan apa yang disampaikan oleh Barus (2010: 116) dalam bukunya yang berjudul Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, feature memiliki karakteristik yang berbeda dengan penulisan hard news. Feature merupakan suatu karya jurnalistik yang memiliki tujuan untuk menyampaikan informasi, namun juga menghibur khalayak, dengan menggunakan bahasa yang informal dan tanpa mengutamakan nilai aktualitas.
2.2.5.1Fungsi Feature Dalam buku Jurnalistik Petunjuk Teknis Menulis Berita, (Barus, 2010: 119), dikatakan bahwa feature memiliki fungsi yang mencakup lima hal, yaitu: a.
Sebagai pelengkap sekaligus variasi sajian berita langsung (straight news).
b.
Pemberi informasi tentang suatu situasi, keadaan, atau peristiwa yang terjadi.
c.
Penghibur atau sarana rekreasi dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan.
d.
Wahana pemberi nilai dan makna terhadap suatu keadaan atau peristiwa.
e.
Sarana
ekspresi
yang
mempengaruhi khalayak.
paling
efektif
dalam
2.2.6
Feature Perjalanan Feature perjalanan merupakan jenis feature yang mengajak pembaca
atau audience untuk mengenal lebih dekat tentang suatu kegiatan atau tempattempat yang dinilai memiliki daya tarik tertentu. Sesuai dengan namanya, feature perjalanan merupakan kisah perjalanan wartawan atau seseorang beserta kelompoknya ke objek-objek tertentu yang menarik seperti hutan, gunung, lembah, laut, danau, pantai, gua, termasuk juga objek-objek wisata peninggalan sejarah. Jenis feature ini dimaksudkan untuk memberi informasi serta memotivasi khalayak untuk mengenali dan mencintai alam, flora dan fauna, baik di dalam maupun di luar negeri.
2.2.7 Teori Penggunaan & Kepuasan Teori Penggunaan dan Kepuasan atau yang dikenal juga dengan Uses & Gratifications Theory merupakan teori yang mengajukan gagasan bahwa perbedaan individu menyebabkan audience mencari, menggunakan, dan memberikan tanggapan terhadap isi media secara berbeda-beda, yang disebabkan oleh berbagai faktor sosial dan psikologis yang berbeda diantara setiap individu. Teori penggunaan dan kepuasan memfokuskan perhatian pada audience sebagai konsumen komunikasi massa, dan bukan pada pesan yang disampaikan. Teori ini beranggapan bahwa dalam menggunakan media, audience berorientasi pada tujuan, bersifat aktif sekaligus diskriminatif. Audience dipercaya mengetahui kebutuhan mereka dan juga bertanggung jawab terhadap pilihan media yang dapat memenuhi kebutuhan mereka. Teori penggunaan dan kepuasan juga menjelaskan mengenai kapan dan bagaimana audience sebagai konsumen media menjadi lebih aktif atau kurang aktif dalam menggunakan media dan akibat atau konsekuensi dari penggunaan media tersebut. Dalam perspektif teori penggunaan dan kepuasan, audience dipandang sebagai partisipan yang aktif dalam proses komunikasi, namun tingkat keaktifan setiap audience tidaklah sama. Penggunaan media didorong oleh adanya kebutuhan dan tujuan yang ditentukan oleh audience itu sendiri.
Jay G. Blumler (1979) dalam buku Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan (Stanley, 2010: 57) menyatakan bahwa satu masalah dalam perkembangan yang kuat tradisi uses and gratifications adalah “jangkauan makna yang luar biasa besar” terhadap konsep aktifitas. Beberapa pengertian untuk istilah tersebut, termasuk beberapa dibawah ini: a.
Kegunaan: media memiliki kegunaan untuk orang-orang, dan mereka dapat menggunakan media untuk kegunaan-kegunaan tersebut.
b.
Ketersengajaan: konsumsi konten media dapat ditujukan secara langsung dengan motivasi yang sebelumnya sudah dimiliki seseorang.
c.
Selektivitas: penggunaan media oleh seseorang mencerminkan ketertarikan dan kesukaan mereka.
d.
Kebal terhadap pengaruh: khalayak seringkali keras kepala, mereka tidak ingin dikontrol oleh siapapun atau apapun, bahkan media massa sekalipun. Khalayak secara aktif menghindari berbagai jenis pengaruh media.
Terdapat sejumlah asumsi dasar yang menjadi inti atau gagasan dari teori penggunaan dan kepuasan, sebagaimana dikemukakan oleh Katz, Blumler dan Gurevitch (1974) dalam buku Teori Komunikasi Individu Hingga Massa (Morissan, 2014) yang mengembangkan teori penggunaan dan kepuasan, menyatakan lima asumsi dasar dari teori ini: 1.
Audience
aktif
dan
berorientasi
pada
tujuan
ketika
menggunakan media 2.
Inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media, ditentukan oleh audience itu sendiri
3.
Media bersaing dengan sumber kepuasan lain
4.
Audience sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan penggunaan media
5.
Penilaian isi media ditentukan oleh audience
Audience aktif dan berorientasi pada tujuan ketika menggunakan media. Perilaku komunikasi audience mengacu pada target dan tujuan yang ingin dicapai serta berdasarkan motivasi, tujuan, dan kebutuhan pribadi mereka.
Inisiatif untuk mendapatkan kepuasan media, ditentukan oleh audience itu sendiri. Asumsi kedua berhubungan dengan kebutuhan terhadap kepuasan yang dihubungkan dengan pilihan media yang telah ditentukan oleh audience. Dikarenakan oleh sifatnya yang aktif, maka audience mengambil inisiatif. Dengan demikian, audience memiliki kewenangan penuh dalam proses komunikasi massa. Media bersaing dengan sumber kepuasan lain, karena media dan audience tidak berada dalam ruang hampa yang tidak menerima pengaruh apapun. Keduanya menjadi suatu bagian dari masyarakat yang lebih luas, dan hubungan antara media dan audience dipengaruhi oleh masyarakat. Media bersaing dengan bentuk komunikasi lainnya dalam hal pilihan, perhatian dan penggunaan untuk memuaskan kebutuhan audience. Misalnya pasangan yang lebih menonton bioskop daripada menonton televisi. Audience sadar sepenuhnya terhadap ketertarikan, motif, dan penggunaan media. Kesadaran diri yang cukup akan adanya ketertarikan dan motif yang muncul dalam diri yang kemudian dilanjutkan dengan penggunaan media memungkinkan peneliti untuk mendapatkan gambaran yang tepat mengenai penggunaan media oleh audience. Audience melakukan pilihan secara sadar terhadap suatu media yang akan digunakannya. Penilaian isi media ditentukan oleh audience. Menurut teori ini, isi dari media hanya dapat dinilai oleh audience itu sendiri. Seseorang yang membaca surat kabar tertentu tidak berarti merasa puas dengan surat kabar yang dibacanya tersebut, karena mungkin saja hanya surat kabar tersebut yang tersedia. Apabila teori penggunaan dan kepuasan ini dikaitkan dengan penelitian ini, maka penilaian atau penerimaan anggota Komunitas Backpacker Jakarta terhadap pesan atau informasi yang disampaikan oleh DestinAsian Indonesia akan berbeda dengan wisatawan atau audience lainnya, karena tanggapan audience terhadap isi media tidaklah sama, tergantung oleh faktor sosial dan psikologis audience tersebut. Mungkin Komunitas Backpacker Jakarta memiliki kebutuhan untuk mencari informasi mengenai lokasi wisata di Indonesia atau disebut sebagai audience aktif, sedangkan audience lain menikmati konten dari media DestinAsian Indonesia sebagai audience pasif.
2.2.8
Berwisata Pengertian dari berwisata adalah kegiatan berpindah dari satu tempat
ke tempat lain untuk periode sementara, atau periode yang cukup lama. Berwisata pun dapat memiliki kepentingan-kepentingan tertentu, yaitu untuk keperluan bisnis, liburan, ataupun kepentingan lainnya. Setiap orang memiliki definisi yang berbeda terhadap berwisata, ada yang melakukannya karena keperluan pekerjaan, ada yang berwisata karena keperluan penelitian, ada pula yang melakukan kegiatan berwisata karena hobi dan ingin menemukan hal-hal baru diluar zona nyamannya, serta mendapatkan kepuasan karena berhasil melakukan apa yang mereka inginkan. Definisi berwisata dapat dikaitkan dengan komunikasi, karena dengan melakukan kegiatan berwisata, kita dapat bertemu dengan banyak orang baru dengan bahasa dan latar belakang budaya yang berbeda, dan dari situlah kita dapat berkomunikasi dengan mereka.
2.2.9
Jenis Wisata Dalam melakukan wisata, ada banyak sekali hal yang akan ditemui
dan didapat oleh para wisatawan, tergantung dari sifat wisata yang sedang dijalankan, petualang, santai, dan lainnya. Menurut James J. Spillane (1987: 29-31), berdasarkan motif tujuan perjalanan, wisata dapat dibedakan menjadi beberapa jenis khusus, yaitu: 1.
Wisata untuk menikmati perjalanan (Pleasure Tourism) Jenis
wisata
ini
dilakukan
oleh
orang-orang
yang
meninggalkan tempat tinggalnya untuk berlibur, mencari udara segar, memenuhi rasa ingin tahunya, mengurangi ketegangan saraf, melihat hal-hal baru, menikmati keindahan alam,
mengetahui sejarah dan budaya rakyat setempat, serta mendapatkan ketenangan. 2.
Wisata untuk rekreasi (Recreation Tourism) Wisata ini dilakukan untuk memanfaatkan hari-hari libur untuk beristirahat, memulihkan kembali kesegaran jasmani dan rohani, serta mnyegarkan diri dari keletihannya. Wisata ini dapat dilakukan pada tempat yang menjamin tujuan rekreasi yang menawarkan kenikmatan yang diperlukan seperti tepi pantai, pegunungan, pusat peristirahatan dan pusat kesehatan.
3.
Wisata untuk kebudayaan (Cultural Tourism) Jenis wisata ini ditandai dengan serangkaian motivasi, seperti keinginan untuk belajar di pusat pengajaran dan riset, mempelajari adat-istiadat, kelembagaan, dan cara hidup masyarakat yang berbeda-beda, mendatangi tempat-tempat bersejarah, peninggalan masa lalu, pusat kesenian dan keagamaan, festival seni musik, teater, tarian tradisional, dan lainnya.
4.
Wisata untuk olahraga (Sport Tourism) Jenis wisata ini dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu: a.
Big sports event, yaitu kegiatan-kegiatan olahraga besar seperti Olympiade Games, kejuaraan tinju dunia, piala dunia,dan acara lainnya yang menarik perhatian para penonton atau penggemarnya.
b.
Sporting tourism of Practitioners, yaitu kegiatan wisata olahraga bagi mereka yang ingin berlatih dan mempraktekkan kegiatannya sendiri, seperti pendakian gunung, arung jeram, berburu, berselancar, dan lainlain.
5.
Wisata untuk usaha dagang (Business Tourism) Menurut para ahli teori, perjalanan wisata ini merupakan bentuk profesional travel atau perjalanan karena memiliki kaitan dengan pekerjaan atau jabatan.
6.
Wisata untuk berkonvensi (Convention Tourism)
Jenis wisata ini banyak diminati oleh negara-negara, karena ketika diadakannya suatu konvensi atau pertemuan, maka akan ada banyak peserta yang hadir untuk tinggal dalam jangka waktu tertentu di negara yang mengadakan konvensi tersebut. Negara-negara yang sering mengadakan konvensi akan mendirikan bangunan yang mendukung untuk diadakannya wisata konvensi. Ada pula banyak jenis wisata yang dapat dilakukan pada saat berwisata ke tempat-tempat tertentu, berdasarkan observasi yang dilakukan terhadap pernyataan James J. Spillane, jenis wisata dapat dibagi lagi menjadi 4 bagian, yaitu: 1.
Wisata Budaya / Heritage Biasanya kegiatan wisata ini memiliki kaitan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki kebudayaan yang sangat kuat, dan memiliki banyak peninggalan sejarah. Kegiatan wisata juga dilengkapi dengan bertemu dengan penduduk lokal dan beradaptasi dengan budaya mereka.
2.
Wisata Alam Wisata ini mungkin merupakan suatu kegiatan wisata yang paling digemari oleh para wisatawan yang sangat suka dengan petualangan dan merasakan kebebasan di alam bebas. Wisata ini dapat dilakukan di tempat-tempat yang tentunya masih berada di ruang lingkup alam, seperti Indonesia yang memiliki kekayaan alam yang sangat besar, seperti pantai, gunung, hutan, sungai, air terjun, danau, serta kekayaan alam bawah laut.
3.
Wisata Kota Jenis wisata ini merupakan kegiatan wisata dimana wisatawan mengunjungi berbagai kota besar di setiap wilayah atau negara yang dikunjungi untuk menikmati hal-hal yang ditawarkan oleh kota tersebut.
4.
Wisata Keagamaan Wisatawan umumnya melakukan kegiatan wisata ini dengan mengunjungi tempat-tempat keagamaan. Misalnya dengan
mengunjungi kota Aceh yang disebut sebagai serambi Mekkah, atau dengan mengunjungi Pura di Bali bagi wisatawan yang beragama Hindu.
2.2.10 Konsep Minat Definisi minat menurut Tidjan (1976: 71) adalah suatu gejala psikologis yang menunjukkan pemusatan perhatian terhadap suatu objek, sebab adanya perasaan senang. Melalui pengertian tersebut, dapat dilihat jelas bahwa minat merupakan reaksi terhadap suatu objek seperti benda atau situasi tertentu yang didahului oleh perasaan senang terhadap objek tersebut. (Hariyanto, 2010) Minat merupakan kekuatan pendorong yang memaksa seseorang menaruh perhatian pada situasi atau aktifitas tertentu dan bukan pada yang lain, atau minat sebagai akibat yaitu pengalaman efektif yang distimular oleh hadirnya seseorang atau sesuatu objek, atau karena berpartisipasi dalam suatu aktifitas tertentu. Atkinson dan Hilgard (1976) dalam buku Psikologi Komunikasi (Jalaludin, 2008) mengungkapkan bahwa minat termasuk dalam taksonomi afektif dan meliputi lima kategori: a.
Penerimaan (receiving) yang terdiri dari sub-kesadaran kemauan untuk menerima perhatian yang terpilih
b.
Menanggapi (responding) yang terdiri dari sub-kategori persetujuan untuk menanggapi kemauan dan kepuasan
c.
Penilaian (valuing) yang terdiri dari sub-kategori penerimaan, pemilihan, dan komitmen terhadap nilai-nilai tertentu
d.
Organisasi (organization) yang terdiri dari sub-kategori penggambaran dan pengorganisasian terhadap nilai
e.
Pencirian (characterization) yang terdiri dari sub-kategori pencirian dan pemasyarakatan nilai.
Faktor timbulnya minat menurut Crow and Crow (1982), terdiri dari 3 faktor (Jalaludin, 2008: 76): 1.
Faktor dorongan dari dalam, yaitu rasa ingin tahu dan dorongan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Dorongan ini dapat membuat seseorang menjadi berminat untuk melakukan hal-hal baru, seperti mempelajari ilmu yang belum pernah dipelajari, melakukan penelitian ilmiah, juga aktifitas yang menantang lainnya.
2.
Faktor sosial, yaitu minat dalam usaha untuk mengembangkan diri dari dan dalam ilmu pengetahuan, yang mungkin diilhami oleh hasrat untuk mendapatkan kemampuan dalam bekerja, atau adanya hasrat untuk memperoleh penghargaan dari keluarga atau teman.
3.
Faktor emosional, yaitu minat yang berkaitan dengan perasaan dan emosi. Misalnya, suatu keberhasilan akan menimbulkan perasaan puas dan dapat meningkatkan minat, sedangkan kegagalan dapat menghilangkan minat seseorang.
Apabila dikaitkan dengan penelitian ini, maka peneliti ingin mengkaji konsep minat, yaitu faktor apa saja yang dapat mempengaruhi minat seseorang dalam melakukan suatu kegiatan, dalam penelitian ini yaitu minat untuk berwisata.
2.3
Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran dalam penelitian ini memfokuskan pada konten dan
minat berwisata Komunitas Backpacker Jakarta. Pertama-tama, peneliti akan mencari informasi apa saja yang disajikan dalam rubrik adventure pada media DestinAsian Indonesia, kemudian informasi-informasi tersebut merujuk kepada pengetahuan anggota Komunitas Backpacker Jakarta, yang berkaitan erat dengan minat berwisata Komunitas Backpacker Jakarta.
Konten Rubrik Adventure DestinAsian Indonesia
-
Lokasi wisata - Foto Rute/akses - Biaya Akomodasi - Aktivitas Transportasi
Pengetahuan Komunitas Backpacker Jakarta
Minat Berwisata
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran