BAB 1V PEMBAHASAN 4.1.
Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1. Kompas TV KOMPAS GRAMEDIA TV (KGTV) dilaksanakan dengan mendirikan PT GRAMEDIA MEDIA NUSANTARA pada tahun 2008 dengan brand name “Kompas TV”. Kompas TV adalah sebuah perusahaan media yang menyajikan konten tayangan televisi inspiratif dan menghibur untuk keluarga Indonesia. Sesuai dengan visi misi yang diusung, Kompas TV mengemas program tayangan news, adventure & knowledge, dan entertainment yang mengedepankan kualitas. Konten program news Kompas TV adalah program berita yang tegas, terarah, dan memberi harapan. Selain itu, untuk program lainnya, Kompas TV menekankan pada eksplorasi Indonesia, baik kekayaan alam, khasanah budaya, Indonesia kini, hingga talenta berprestasi. Tidak hanya berhenti pada program tayangan televisi, tersedia pula produksi film layar lebar dengan jalan cerita menarik dan didukung talenta seni berbakat Indonesia. Beberapa film layar lebar yang diproduksi adalah Lima Elang dan Garuda Di Dadaku (2 karya Rudi Soedjarwo), Cinta dalam Kardus, Sang Penari, dan kini tengah menjalin kerjasama dengan MILES Production dalam penggarapan Pendekar Tongkat Emas. Pada tanggal 28 Juni 2011, Kompas TV mulai menayangkan programprogramnya di salah satu stasiun televisi lokal.
39
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
Sebagai content provider, Kompas TV tayang perdana pada tanggal 9 September 2011 berbagai kota di Indonesia: Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Banjarmasin, dan Makassar. Jumlah kota tersebut terus bertambah hingga kini Kompas TV dapat dinikmati di lebih dari 100 kota dan dapat dinikmati oleh 200 juta penduduk di seluruh Indonesia. Selain itu, Kompas TV juga dapat dinikmati melalui streaming di www.kompas.tv/live serta melalui berbagai televisi berbayar, termasuk di antaranya, K-VISION. Dengan kerjasama operasi dan manajemen, Kompas TV memasok program tayangan hiburan dan berita pada stasiun televisi lokal di berbagai kota di Indonesia, bahkan di beberapa negara tetangga yang telah terlibat dalam proses kerja sama. Sejak 9 September 2011, Kompas TV bekerjasama dengan provider televisi berbayar yang menyediakan kanal bagi Kompas TV sehingga bisa memberikan tayangan dengan kualitas High Definition (HD). Kualitas High Definition menyajikan gambar dengan resolusi tinggi sehingga pemirsa dapat menikmati detail gambar dengan kontur jelas dan warna yang lebih tajam. Kompas TV juga tengah mengarah pada sistem televisi digital sesuai standar yang lazim digunakan secara internasional. Kompas TV tentu memperhatikan kualitas program tayangan yang ditampilkan. Tumbuh dalam indutri televisi komersial dengan persaingan yang sangat ketat, Kompas TV berusaha untuk tetap berada pada koridor visi misi sehingga dapat selalu menyajikan pogram tayangan inspiratif dan informatif dengan kemasan menarik bagi keluarga Indonesia. Bagi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
sebuah stasiun televisi, adalah tanggung jawab besar untuk turut membentuk moral bangsa. Menjawab tantangan dunia media di Indonesia, sebagai bagian dari KOMPAS GRAMEDIA Group yang memiliki motto Enlightening People, Kompas TV didukung dengan komposisi karyawan berkualitas dan berdedikasi tinggi senantiasa berusaha menyalurkan informasi yang akan menjadi Inspirasi Indonesia.1 4.1.2. Visi dan Misi Kompas TV Sebagai salah satu lembaga penyiaran di Indonesia yang berkomitmen untuk menjadi inspirasi Indonesia, Kompas TV memiliki visi sebagai berikut: VISI
: Menjadi organisasi yang paling kreatif di Asia Tenggara yang mencerahkan kehidupan masyarakat.
Selain memiliki visi yang telah disebutkan, Kompas TV juga memiliki misi sebagai berikut: MISI : Menayangkan program-program dan jasa yang informatif, edukatif, dan menghibur. Melibatkan pemirsa dengan program-program yang independen, khas, serta memikat yang disajikan melalui layanan multiplatform.
1
http://www.kompas.tv/front/profile/ diakses pada hari Senin, tanggal 29 Agustus 2016, pukul 01:20
WIB
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
4.1.3. Logo Logo merupakan lambang atau symbol yang menggambarkan ciri sebuah lembaga, instansi, perusahaan, website ataupun barang. Sebagai sebuah perusahaan, Kompas TV memiliki logo sebagai identitasnya.
Gambar 4.1 Logo Kompas TV 4.1.4. Struktur Organisasi Struktur organisasi adalah suatu hubungan atau susunan antar tiap bagian pada suatu instansi atau perusahaan yang bertujuan menjalankan kegiatan operasional untuk mencapai tujuan. Pada penelitian ini, penulis meneliti tentang jurnalistik pada Kompas TV, maka penulis menjabarkan susunan struktur organisasi pada divisi news Kompas TV.
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Divisi News Kompas TV
http://digilib.mercubuana.ac.id/
43
4.1.5. Divisi News dan Program Berita Kompas TV Divisi News merupakan divisi yang bertanggung jawab pada proses produksi berita. Di dalam organisasi Kompas TV, Divisi News menangani konten program yang akan disiarkan, mulai dari pra produksi sampai konten ataupun materi produksi yang siap disiarkan baik dalam acara live maupun berupa package berita. Di dalam divisi ini terdapat struktur organisasi lagi dimana di dalamnya terdapat pemimpin redaksi, produser, production assistant, produser siaran atau program director, floor director, kameramen, vtr man, audio man, switcherman, bagian CG, CCU, lighting man, teknik dan editor. Kompas TV sendiri memliki beberapa program berita, di antaranya: Kompas Pagi, Kompas Siang, Kompas Petang dan Kompas Malam. 4.2.
Hasil Penelitian Penelitian ini dilakukan pada periode 24 Mei sampai 10 Juli 2016 yang
merupakan deskripsi dari hasil penelitian yang penulis lakukan. Dari temuan yang penulis temukan selama periode tersebut, didapati data yang berkaitan dengan penelitian penulis mengenai “Tren Teknik Drone Jurnalistik Dalam Produksi Berita Televisi (Kompas TV)” di antaranya:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
44
Gambar 4.3 Liputan drone saat peristiwa banjir bandang di Subang, Jawa Barat, 24 Mei 2016 pada program Kompas Pagi
Gambar 4.4 Liputan drone saat peristiwa banjir di Pantai Mutiara, Jakarta, 3 Juni 2016 pada program Kompas Petang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
45
Gambar 4.5 Liputan drone saat arus mudik di TOL Cipali, Purwakarta, Jawa Barat 27 Juni 2016 pada program Kompas Malam
Gambar 4.6 Liputan drone saat arus mudik di Pintu TOL Brebes, Jawa Tengah, 6 Juli 2016 pada program Kompas Petang Bagian ini merupakan deskripsi dan analisa terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan penulis kepada beberapa subjek penelitian yang terdiri dari sumber
http://digilib.mercubuana.ac.id/
46
utama serta dilengkapi oleh sumber-sumber pendukung lainnya yang peneliti jadikan sebagai data pelengkap atas sumber utama tersebut. Berdasarkan temuan di lapangan penulis mengkategorikan poin-poin penting dari bahan yang telah didapat dari subjek penelitian baik itu key informant Bapak Alexander Wibisono maupun informan kedua dan ketiga yakni Bapak Daday Hidayat dan Bapak Dicky Surya dan data pendukung lainnya yang dapat menjawab bagaimana drone dapat menjadi kebutuhan jurnalistik yang banyak digunakan oleh media televisi dalam liputan beritanya sehingga menjadi sebuah tren tersendiri dalam penyajian berita. 4.2.1. Drone Jurnalistik di Indonesia Jurnalisme drone atau yang biasa disebut drone jurnalistik merupakan hal yang terbilang baru di Indonesia, di mana sebuah terobosan berupa teknologi masuk ke dalam proses jurnalistik dan kemudian menghasilkan sebuah informasi berita yang terlihat lebih interaktif dan menawarkan pengalaman baru kepada penonton. Jika didefinisikan, secara sederhana drone jurnalistik merupakan penggunaan drone (pesawat tanpa awak) untuk kegiatan liputan jurnalistik. Dengan kamera kecil yang dilengkapi pada drone, maka jurnalis akan mampu merekam sebuah peristiwa ketika menerbangkan drone. Penggunaan drone sendiri pada liputan jurnalistik pertama kalinya diperkenalkan oleh jurnalis CNN dan Al-Jazeera pada tahun 2012, yang kemudian mulai berkembang penggunaannya di Indonesia pada tahun 2014. Mengenai perkembangan dan tren penggunaan drone dalam liputan jurnalistik di stasiun televisi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
47
Indonesia, Bapak Alexander Wibisono selaku News Gathering Manager Kompas TV bercerita bahwa; “Drone digunakan untuk kerja jurnalistik oleh Kompas TV, pertama kali saat Bundaran HI (Hotel Indonesia) terendam banjir. Peristiwa itu terjadi pada tanggal 6 Februari tahun 2013 yang lalu. Namun begitu, sebenarnya Kompas TV sudah memanfaatkan drone dari tahun 2012 untuk keperluan produksi program dokumenter”. Penggunaan drone dalam untuk keperluan tayangan televisi di Indonesia sendiri sebenarnya sudah hadir di tahun 2012 ketika Kompas TV menggunakannya untuk keperluan program dokumenter. Ketika teknologi drone mulai merambah ke liputan jurnalistik, tentunya ada hal-hal yang perlu diperhatikan karena tidak semua jenis berita dapat dilaporkan dengan menggunakan drone. Dalam prakteknya, drone hanya digunakan ketika berita tersebut memang membutuhkan informasi gambar yang lebih jelas atau lengkap. Hal ini didukung oleh pernyataan dari Bapak Daday Hidayat selaku video journalist atau videographer Kompas TV. “Drone digunakan untuk peliputan peristiwa yang membutuhkan aerial-shot. Beberapa peristiwa seperti demonstrasi, kebakaran, kejadian lalu-lintas seperti kecelakaan yang berimbas pada kemacetan, dan juga digunakan untuk liputan bencana alam.” Selain dimanfaatkan untuk tugas liputan berita-berita tertentu, penggunaan drone dalam jurnalistik juga karena adanya faktor lain yang mendorong digunakannya drone, yakni; kebutuhan sebuah akurasi atau kejelasan dari peristiwaperistiwa yang terjadi di lapangan yang tidak dapat atau menjadi halangan bagi seorang jurnalis untuk melakukan perekaman secara menyeluruh. Hal ini diperkuat dari pernyataan Bapak Alexander Wibisono;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
48
“Dasar pertimbangan menggunakan drone dalam peliputan jurnalistik adalah untuk melukiskan dampak atau akibat dari sebuah peristiwa, serta bagian dari verifikasi, misalnya: peristiwa demonstrasi. Penggunaan drone dalam kerja jurnalistik haruslah relevan dan dan dapat menambah bobot dari sebuah karya jurnalistik, sekaligus juga memberi experience atau pengalaman bagi penonton.” Dari hal tersebut, terdapat pemahaman bahwa inovasi drone dalam karya jurnalistik di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2012 yang digunakan masih dalam produksi dokumenter. Jika dilihat dari hasil wawancara, penggunaan drone dalam sebuah liputan yang dilakukan oleh para jurnalis maupun videographer Kompas TV merupakan cikal-bakal drone jurnalistik akan menjadi suatu teknik jurnalistik yang banyak digunakan oleh televisi lain di Indonesia. Dan menurut pernyataan Bapak Alexander Wibisono, hasil karya liputan penggunaan drone tersebut mampu mendukung untuk memberi pesan yang jelas kepada penonton serta pengalaman baru dalam menyaksikan sebuah karya program televisi. Itu artinya penggunaan drone dalam liputan jurnalistik memiliki fungsi yang berjalan cukup baik. Hal ini merupakan tanggung jawab bagi para jurnalis ataupun televisi sebagai lembaga penyiaran untuk menyampaikan informasi secara jelas dan akurat kepada penonton. Bicara mengenai tren penggunaan drone, secara garis besar hampir seluruh stasiun televisi di Indonesia memiliki penerapan shot yang sama, tetapi ada sedikit yang membedakan dari ciri tampilannya. Kompas TV yang memiliki standar mutu tayangan sendiri telah menerapkan kualitas HD (High-Definition) untuk penyajian gambar sehingga pnonton dapat menikmati kualitas gambar yang lebih tajam. Hal ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
49
senada dengan beberapa spesifikasi drone yang mendukung kualitas tayangan tersebut. Dalam penjelasannya, Bapak Alexander Wibisono sependapat pada kualitas tayangan liputan dari drone dan memberikan penjelasan mengenai ciri khusus yang dimiliki oleh tayangan Kompas TV. “Kami memiliki standar sendiri secara kualitas perekaman. Di sini, Kompas TV, menggunakan perekaman dengan kualitas HD (High-Definition) baik untuk liputan maupun siaran langsung.” Televisi HD atau HDTV adalah format baru dalam dunia penyiaran atau broadcasting. HDTV merupakan standar televisi digital internasional yang disiarkan dalam format tayangan yang memiliki kepadatan dan ketajaman warna lebih tinggi dibandingkan dengan format tayangan tv sebelumnya. Penerapan standar HD (HighDefinition) pada setiap tayangan di Kompas TV, menjadikan teknologi drone dapat mendukung kerja pada liputan jurnalistik karena saat ini cukup banyak drone yang dilengkapi kamera dengan kualitas HD, seperti: DJI Phantom Drone (jenis drone yang cukup banyak digunakan oleh jurnalis atau videographer stasiun televisi) yang memiliki kualitas perekaman HD 1280 x 720p, FHD 1920 x 1080p, UHD 4096 x 2160p (seri profesional). Penggunaan drone dalam liputan jurnalistik di berita televisi adalah dengan aerial-shot sehingga menampilkan tampilan secara ‘bird view angle’. Dalam tekniknya, drone jurnalistik merupakan teknik pengambilan gambar dari udara dengan yang memeberikan sudut pandang spektakuler serta dramatis dari sebuah peristiwa, objek maupun lokasi.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
50
Dalam prakteknya, teknik drone jurnalistik tidak hanya sekedar merekam gambar dari atas atau udara saja, tetapi ada unsur-unsur yang harus diperhatikan, seperti memperhitungkan faktor pencahayaan, sudut pengambilan gambar untuk dapat merekam peristiwa, objek, maupun lokasi dengan hasil yang jelas karena jangkauan dari perekaman pada teknik drone jurnalistik sendiri mampu mengatasi sekat-sekat yang membatasi. Hal ini didukung oleh Bapak Daday Hidayat mengenai teknik pengambilan gambar yang dilakukan oleh videographer atau video journalist saat menggunakan drone; “Pakem pengambilan gambar dengan drone secara garis besar adalah dengan pengambilan aerial-shot. Melalui gambar dari udara, kita bisa mendapatkan informasi yang lebih jelas dari apa yang ingin kita sampaikan. Seperti situasi macet, kalau ambil gambar aerial-shot kita bisa menangkap sejauh mana imbas kemacetan itu” Dari hal di atas penulis mendapatkan sebuah analisis bahwa di balik tren penggunaan drone dalam liputan jurnalistik, terdapat standar yang diterapkan oleh perusahaan atau stasiun televisi kepada para jurnalis atau videographer-nya agar hasil liputan stasiun televisi tersebut memiliki perbedaan dengan liputan milik stasiun televisi lainnya. Karena ketika seorang videographer menjalankan tugasnya, maka kualitas gambar maupun informasi yang diliput harus memenuhi standar yang ditetapkan. Di sini, sebagai videographer, Bapak Daday Hidayat menjabarkan bahwa bukan hanya standar perekaman saja yang tetap dijaga, tetapi keutuhan sebuah informasi yang akan ditampilkan harus juga terekam dengan baik. Dari penjelasan yang diberikan oleh Bapak Daday Hidayat dan Bapak Alexander Wibisono, dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
51
ditemukan bahwa kualitas gambar atau visual yang dihasilkan oleh drone dapat memenuhi standar siaran stasiun televisi. Di mana selain berfungsi sebagai alat penunjang kamera lain dalam liputan jurnalistik, drone juga membantu dari sisi keunggulannya, yaitu dapat terbang dan menjangkau area-area yang sulit dijangkau dengan kualitas gambar yang mumpuni sehingga pesan dapat direkam dan disampaikan dengan baik. Dalam ruang lingkup jurnalistik investigasi, drone juga dapat dimanfaatkan dalam liputan tersebut. Drone beberapa kali dimanfaatkan untuk mengungkap sebuah peristiwa yang membutuhkan keakuratan untuk melengkapi fakta yang ada di lapangan. Hal tersebut disampaikan oleh Bapak Daday Hidayat ketika melakukan tugas liputan pada kasus kebakaran hutan di Riau tahun 2016 silam, “Dengan adanya drone, jurnalis dapat terbantu ketika ingin mengumpulkan fakta yang terjadi di lapangan. Seperti ketika liputan kebakaran hutan di Riau tahun 2016 yang lalu. Saat itu kami memanfaatkan drone untuk mengetahui seberapa luas area yang terpapar oleh api, dan juga seberapa jauh asap yang ditimbulkan oleh kebakaran tersebut pada beberapa wilayah di sana. Bahkan petugas yang berwenang juga memanfaatkan drone untuk tujuan yang sama dengan kami pada saat itu. Namun begitu, tidak serta merta bisa menggunakan drone untuk proses investigasi karena ada beberapa kaidah yang terbentur dengan UU atau peraturan yang mengatur pengoperasian drone.” Dari penjelasan yang diberikan oleh Bapak Daday, peneliti menemukan analisa berupa fungsi drone dalam liputan jurnalistik juga turut membantu dalam hal yang bersifat mengungkap fakta-fakta di balik sebuh peristiwa yang membutuhkan kecepatan dan ketepatan dalam memperoleh keakuratan data. Drone saat ini memiliki perkembangan pesat dalam sebuah proses liputan jurnalistik. Liputan hard-news maupun soft-news juga dapat memanfaatkan drone
http://digilib.mercubuana.ac.id/
52
sebagai alat kerja bagi para jurnalis. Tidak ada ketentuan khusus dalam teknik pengambilan gambarnya saja, namun ada beberapa perbedaan kebutuhan saat membuat
laporan
jurnalistik
hard-news
maupun
soft-news.
Berdasarkan
pengalamannya, Bapak Daday Hidayat menjelaskan, “Sebenarnya dalam melakukan liputan menggunakan drone baik hard-news maupun soft-news, yang membedakan ialah kebutuhan. Saat meliput berita hard-news, jurnalis di lapangan menerbangkan drone dan merekam peristiwa di sana secara spontan walau sebelumnya sudah dilakukan briefing oleh koordinator liputan. Dan hasil liputan hard-news tersebut dapat langsung disiarkan secara live kepada penonton. Sedangkan dalam liputan soft-news sendiri, sebelum melakukan liputan udara, para jurnalis maupun videographer di lapangan terlebih dahulu membuat konsep perspektif udara guna menghasilkan gambar yang mewah dan memberikan wawasan baru bagi penonton.” Konsep berita hard-news maupun soft-news sendiri keduanya memang berbeda. Namun di dalam liputan jurnalistik, drone mampu menjadi sebuah teknologi yang membantu para jurnalis dalam melakukan liputan sebuah peristiwa yang bersifat aktual dan segera, maupun yang bersifat lebih terstruktur dalam penyampaian pesannya seperti yang terkandung dalam liputan-liputan berita soft-news.
4.2.2 Teknologi Dalam Jurnalistik Dampak teknologi kini juga merambah kecepatan beredarnya berita. Media cetak, seperti surat kabar dan majalah kalah bersaing kecepatan dengan media elektronik seperti radio, televisi, dan internet. Sosiolog dari Columbia University, W.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53
Phillips Davison, mengatakan bahwa televisi adalah media yang melibatkan involving medium, karena televisi dapat mengikat emosi kita lebih dari media lainnya.2 Saat ini, dengan adanya teknologi, para awak media tidak perlu memboyong perlengkapan kerja yang besar. Teknologi memungkinkan semua halangan dan hambatan terlewati, sekaligus memungkinkan khalayak lekas menerima pesan, menjadikannya referensi, bahkan menghembuskan apa yang dipikirkannya. Kekuatan televisi terletak pada kemasifan dan keseketikaan, serta jangkauannya yang luas.3 Televisi sebagai media yang mengikuti perkembangan jaman, kini telah merambah inovasi drone dalam liputan jurnalistiknya. Umumnya, jurnalis menggunakan kamera ENG (Electronic News Gathering) dalam pekerjaan jurnalistik untuk pengambilan gambar dan merekam peristiwa yang terjadi, kemudian disiarkan kepada penonton. Saat ini teknologi drone telah menjadi bagian dari kerja seorang jurnalis, berdampingan dengan kamera ENG dan mendukung liputan jurnalistik. Berbicara mengenai perkembangan teknologi (drone) dalam jurnalistik, Bapak Daday Hidayat menjelaskan; “Secara garis besar, sebenarnya drone tidak menggantikan kamera ENG, tetapi drone adalah salah satu alat pendukung dan penambah varian dari peralatan ENG. Peran alat dalam tugas liputan jurnalistik harus sesuai dengan informasi apa yang ingin disampaikan, dan teknologi drone adalah bagian yang mendukung tugas seorang jurnalis, tetapi drone sendiri tidak menggeser alat penunjang liputan lain, penggunaannya saja yang disesuaikan, atau
Luwi Iswara, Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar, PT. Kompas Gramedia Nusantara, Jakarta, 2005, Hal. 48-49 2
3
Syaiful Halim, Dasar-Dasar Jurnalistik Televisi, Penerbit Deepublish, Sleman, 2015, Hal. 5
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
digunakan ketika kamera ENG tidak bisa men-support kebutuhan gambar yang diinginkan” Ketika teknologi merambah dan diterapkan ke dalam sebuah sistem, maka diperlukan pelatihan agar orang yang berada di balik teknologi tersebut memiliki keahlian dalam pengoperasiannya. Di Indonesia sendiri, drone sudah ‘dimasyarakatkan’ dengan banyaknya komunitas pengguna drone yang lahir di tengahtengah masyarakat. Dari banyaknya komunitas pengguna drone di Indonesia, maka lahirlah Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) yang bertujuan untuk melakukan pelatihan terhadap pilot drone serta memberikan sertifikasi kelayakan pengoperasian drone. Dari informasi yang dirilis oleh Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) saat ini terdapat 11.000 pilot drone yang dinaungi oleh APDI, terdiri dari beberapa regional yang tersebar di beberapa kota atau provinsi di Indonesia. Pemerintah Indonesia sendiri, kini
memiliki aturan dalam pengoperasian
drone yang harus dipatuhi guna mendukung keselamatan dalam bentuk Peraturan Kementrian Perhubungan, melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 90 Tahun 2015 tentang Pengoperasian Pengendalian Pesawat Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Terkait dengan keselamatan dan peraturan dalam penggunaan drone, Bapak Alexander Wibisono menjelaskan; “Kami di Kompas TV selalu mengadakan pelatihan secara rutin. Dan mengapa kami merambah teknologi drone, karena adanya kebutuhan operasional terutama terkait dengan kreativitas dan efisiensi biaya produksi.” Mengelola bisnis penyiaran merupakan salah satu bisnis yang paling sulit dan paling menantang dibandingkan dengan jenis industri lainnya. Mengelola media
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
penyiaran pada dasarnya adalah mengelola manusia. Keberhasilnan media penyiaran sejatinya ditopang oleh kreativitas manusia yang bekerja pada tiga pilar utama yang merupakan fungsi vital yang dimiliki olehh tiap media penyiaran yaitu teknik, program, dan pemasaran. Keberhasilan media penyiaran bergantung pada bagaimana kualitas orangorang yang bekerja pada ketiga bidang tersebut. Namun demikian, kualitas manusia saja tidak cukup jika tidak disertai dengan kemampuan pimpinan media penyiaran yang bersangkutan mengelola sumber daya manusia yang ada. Karena dengan alasan inilah manajemen yang baik mutlak diperlukan pada media penyiaran. Mengelola suatu media penyiaran memberikan tantangan yang tidak mudah kepada pengelolanya, sebagaimana ditegaskan Peter Pringle (1993): Few management position offers challenges equal to those of managing a commercial radio or television station (tidak banyak posisi manajemen yang memberikan tantangan yang setara dengan mengelola suatu stasion radio atau televisi lokal). Tantangan yang harus dihadapi manajemen media penyiaran disebabkan oleh dua hal: 1. Sebagai perusahaan, media penyiaran dalam kegiatan operasionalnya harus dapat memenuhi harapan pemilik dan pemegang saham untuk menjadi perusahaan yang sehat dan mampu menghasilkan keuntungan. 2. Media
penyiaran
harus
mampu
memenuhi
kepentingan
masyarakat
(komunitas) di mana media bersangkutan berada, sebagai ketentuan yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
harus dipenuhi ketika media penyiaran bersangkutan menerima izin siaran (lisensi) yang diberikan negara.4 Pada prinsipnya, penerapan teknik drone jurnalistik dapat menambah kreativitas pada sebuah shot, atau rangkaian shot yang ingin disatukan menjadi kesatuan dalam menceritakan suatu peristiwa. Jika di dalam teori pengambilan gambar, kita mengenal beberapa type of shot, seperti extreme long-shot/wide-shot, very long-shot, long-shot, medium long-shot, medium-shot, ataupun close-up, maka dalam teknik drone jurnalistik juga mengenal beberapa teknik pengambilan gambar yang dapat menambah ide dalam sebuah konsep visual. Beberapa teknik shot yang diterapkan dalam penggunaan drone, antara lain: 1. Aerial Pan-Shot Pan-shot biasanya direkam oleh kamera yang terpasang pada tripod. Dalam teknik pengambilan gambar menggunakian drone, tripod digantikan oleh gimbal (alat yang berfungsi untuk menstabilkankan kamera dari kemiringan atau manuver drone) untuk bergerak. Aerial pan-shot memungkinkan drone dapat bergerak ke kanan atau ke kiri, ke depan atau ke belakang untuk mendapatkan hasil gambar yang sesuai dengan keinginan seorang jurnalis atau videographer. 2. Tracking-Shot
Morissan MA, Manajemen Media Penyiaran Strategi Mengelola Radio dan Televisi, Prenada Media, Jakarta, 2009, Hal. 24
4
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
Pada tracking-shot, biasanya dilakukan untuk merekam objek yang bergerak. Teknik pada shot ini berfungsi melacak atau mengikuti objek sehingga memberikan hasil gambar yang menampilkan koreografi selaras pada objek. Pada teknik shot ini diperlukan koordinasi kecepatan antara drone dengan objek. Selain itu harus diatur ketinggian, jarak, dan fokus kamera pada drone. 3. Pedestal-Shot Pada tenik ini, drone bergerak ke atas atau ke bawah tanpa menggerakkan kamera atau gimbal sama sekali. Teknik pedestal-shot ini hanya mengandalkan penerbangan drone. Shot jenis ini biasanya ditujukan untuk menampilkan gambar seperti patung, monumen, atau pemandangan yang cukup jauh dari atas ketinggian. Pada pedestal-shot harus disesuaikan kontrol ketinggian dari drone itu sendiri. 4. Fly-Over Shot ini merupakan teknik merekam sebuah landscape dari sebuah geografis di suatu tempat. Teknik shot fly-over ini secara garis besar bertujuan untuk menempatkan sebuah objek dalam suatu perspektif geografis. 5. Reveal-Shot Jenis shot ini merupakan shot yang cukup sederhana. Untuk mendapatkan gambar reveal-shot, drone hanya perlu diterbangkan lurus dan turun perlahanlahan secara miring sampai memperlihatkan objek gambar seperti sungai, air terjun, pegunungan, atau tempat-tempat yang diinginkan sebagai objek. Jenis
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
shot ini dapat dilakukan secara sebaliknya (naik perlahan-lahan secara miring) sebagai ‘lawan’ dari shot pengambilan landscape. Jenis shot yang beragam dalam pengambilan gambar membuat konsep atau ide dalam sebuah tayangan menjadi beragam. Dalam hal ini hasil liputan drone jurnalistik bukan hanya menampilkan informasi yang terdapat dalam kontennya, tetapi keberagaman kreativitas juga menjadi sebuah pengalaman baru bagi penonton. Hal mengenai kreativitas dalam shot dari liputan drone, Bapak Dicky Surya selaku video editor menjelaskan; “Dari sisi editing, drone merupakan bagian dari ide atau konsep. Kesulitan paling mendasar dalam proses editing adalah membangun cerita dari konten pesan visual yang ingin dirangkai. Penggunaan drone sendiri merupakan salah satu shot yang ingin dicapai pada proses shooting; dalam hal ini yang dicapai adalah pesan yang disampaikan lebih efektif. Misalnya ketika jurnalis membuat liputan soft-news atau dokumenter mengenai sejarah sebuah tempat atau daerah. Dalam liputan itu, seorang jurnalis ingin menyampaikan pesan visual secara gamblang mengenai daerah tersebut, lalu menggunakan drone untuk meliputnya karena ingin mendapat gambar yang lebih jelas dan menarik. Di sanalah letak ide atau konsep drone dalam proses editing. Ketika seorang editor mendapatkan gambar dari banyak source, itu artinya editor diberi kekayaan ide atau konsep untuk merangkai gambar yang baik dan memiliki kreativitas tersendiri.”
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
Gambar 4.7 Pemanfaatan drone pada program dokumenter Kompas TV Bapak Alexander Wibisono memberi penjelasan bahwa untuk pengoperasian drone, Kompas TV terus memberi pelatihan kepada jurnalisnya agar tetap menjaga faktor-faktor yang berhubungan dengan keselamatan serta pengendalian drone berjalan dengan baik. Dalam wawancara tersebut, penulis juga dapat menemukan data bahwa drone memang menjadi “primadona” di industri televisi. Tren penggunaan drone dalam liputan jurnalistik oleh stasiun tv semakin menguat ketika drone dapat menutupi kebutuhan kreativitas liputan, serta yang paling penting adalah efisiensi biaya produksi di mana sebelum teknologi drone ada dalam liputan jurnalistik, stasiun tv umumnya menggunakan helikopter untuk membawa jurnalis atau videographer agar mendapatkan gambar aerial-shot. Penggunaan helikopter tersebut dalam operasional jurnalistik memakan biaya atau cost yang cukup mahal. Selain itu berdasarkan penjelasan yang didapat dari Bapak Dicky Surya, juga terdapat data bahwa penggunaan drone dapat membantu dari sisi kreativitas dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
membangun sebuah konsep atau ide pada sebuah liputan jurnalistik pada proses editing.
Gambar 4.8 Liputan jurnalistik dengan menggunakan helikopter membutuhkan biaya operasional yang cukup mahal dibandingkan dengan menggunakan drone. 4.2.3. Kinerja Drone Pada Liputan Jurnalistik Sebuah teknologi atau inovasi pasti memiliki keunggulan atau kelemahannya sendiri. Begitupun dengan drone, inovasi yang kini banyak digunakan oleh kalangan industri media telah membawa beberapa manfaat. Dalam dunia jurnalistik, drone memiliki keunggulan seperti; merekam peristiwa yang sulit dijangkau oleh para jurnalis karena terbatas dengan sekat atau daya jangkau, baik dari segi angle atau lokasi. Di beberapa negara, drone juga dimanfaatkan untuk tugas peliputan di area peperangan atau bencana alam, di mana penggunaan drone itu sendiri dapat
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
meminimalisir resiko jurnalistik. Dalam tugas liputan jurnalistik, keunggulan yang dimiliki drone tentu sangat membantu kinerja para jurnalis di lapangan. Hal ini sesuai dengan penjelasan Bapak Daday Hidayat; “Secara teknis keunggulan yang didapat tentu saja berupa kemudahan dalam pengambilan gambar secara aerial-shot di mana sebagai videographer, kita dapat mengendalikan sendiri lokasi mana saja yang akan disisir untuk pengambilan gambar. Area mana saja yang kita inginkan, wilayah mana saja yang menurut kita penting untuk diambil gambarnya, kita sendiri yang mengendalikannya. Dari segi penyampaian pesan sendiri, melalui aerial-shot, maka seorang jurnalis atau videographer dapat terbantu melukiskan peristiwa secara utuh, karena tidak ada lagi sekat yang membatasi. Cukup berbeda ketika melakukan liputan menggunakan kamera ENG atau konvensional, terkadang seorang jurnalis mendapat kesulitan berupa batas ruang dan daya jangkau atau jelajah.” Selain memiliki keunggulan, drone juga memiliki kelemahan yang membuat jurnalis hanya menggunakannya di waktu tertentu saja, bahkan terpaksa tidak menggunakan drone untuk liputan jurnalistiknya. Beberapa kelemahan yang dimiliki drone, antara lain: terbatasnya power atau tenaga sehingga daya jelajah drone masih cukup terbatas. Meskipun drone memiliki daya jelajah yang cukup jauh, tetapi masih memiliki kekurangan pada kapasitas baterai-nya yang terbatas. Selain itu, drone juga memiliki kelemahan terhadap cuaca yang tidak mendukung, serta keterbatasan frekuensi yang membuat drone tidak dapat dioperasikan. Dan yang tidak dapat dipungkiri dari kelemahan atau kekurangan yang dimiliki oleh drone adalah, saat ini area penggunaan drone sudah dibatasi terkait peraturan mengenai keselamatan. Hal senada juga diungkapkan oleh Bapak Daday Hidayat selaku videographer mengenai kelemahan atau kekurangan penggunaan drone;
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
“Selama jurnalis mengikuti SOP yang telah ditetapkan terkait safety, maka tidak ada kendala berarti. Namun begitu, faktor lain seperti cuaca dan lingkungan yang memengaruhi frekuensi biasanya dijadikan pertimbangan oleh para jurnalis atau videographer untuk menerbangkan drone atau tidak.” Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Daday Hidayat, meskipun teknologi drone membantu proses jurnalistik, di sisi lain tetap saja masih memiliki kekurangan. Yang begitu ditekankan adalah mengenai safety di mana setiap perusahaan menetapkan SOP-nya sendiri untuk penggunaan drone. Bukan hanya stasiun televisi, pemerintah pun menerapkan peraturan penggunaan drone melalui Peraturan Menteri Perhubungan No. PM 90 Tahun 2015 tentang Pengoperasian Pengendalian Pesawat Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. Namun begitu, drone tetap diminati oleh jurnalis atau videographer untuk dimanfaatkan dalam liputan yang membutuhkan tampilan gambar secara relevan, guna mendukung data hasil liputan yang disampaikan karena daya jelajah drone mampu melewati sekat atau batas ruang dalam liputan jurnalistik. 4.2.4. Tren Penggunaan Drone di Pertelevisian Indonesia Saat ini drone menjadi sebuah era baru dalam dunia jurnalisme. Banyak media berlomba-lomba menggunakan drone untuk meliput berita atau peristiwa di lapangan yang kemudian disuguhkan kepada penonton. Faktor biaya yang menjadi poin utama mengapa media kini banyak yang menggunakan drone, ada pula faktor resiko yang diperhatikan oleh stasiun televisi jika mengirim jurnalisnya untuk melakukan perekaman gambar di daerah yang rawan atau berbahaya seperti area bencana alam. Selain itu, faktor kreativitas juga menjadi sebuah dorongan bagi para
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
jurnalis ataupun videographer menggunakan drone. Mengenai tren dan kebutuhan penggunaan drone pada liputan jurnalistik, Bapak Daday Hidayat dan Bapak Alexander Wibisono menjelaskan hal yang sama; “Situasi ini tidak bisa kami hindari. Kami semua dan mereka memiliki kebutuhan yang sama. Dari mulai efisiensi biaya operasional, kreativitas pengambilan gambar, tuntutan penyampaian informasi yang utuh dan relevan.” “Sebagai sebuah industri, maka jurnalis televisi harus selalu beradaptasi dengan kemajuan teknologi. Hal ini dikarenakan adanya kebutuhan untuk menyajikan tayangan yang berkualitas. Dalam shot-size, maka aerial-shot masuk dalam kategori wide-shot. Pada prinsipnya, drone jurnalistik juga bukan inti kerja jurnalis, tetapi drone adalah pelengkap dari kerja jurnalistik. Sedangkan inti kerja jurnalis adalah reportase.” Dari wawancara di atas, tren penggunaan drone di pertelevisian Indonesia tidak dapat dihindari. Adanya kesamaan kebutuhan yang mengharuskan melakukan liputan secara efektif dan efisien, juga terdapat adanya kesamaan tuntutan, yaitu informasi serta pesan yang aktual dan relevan. Di sini, drone cukup membantu para jurnalis untuk dalam menjalankan fungsi dan tugas jurnalistiknya. 4.3.
Pembahasan Berdasarkan data analisa yang didapat peneliti di lapangan, penulis
merumuskan beberapa faktor yang mampu menjawab fokus penelitian ini, yakni: -
Bagaimana inovasi drone masuk ke dalam ranah jurnalistik di Indonesia?
-
Apa kelebihan dan kelemahan drone dalam proses liputan jurnalistik?
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
-
Bagaimana kini drone jurnalistik menjadi sebuah tren yang penggunaannya banyak dilakukan oleh para jurnalis atau videographer pertelevisian di Indonesia?
4.3.1. Masuknya Inovasi Drone Di Jurnalistik Televisi Indonesia Hasil analisa dari key informant; Bapak Alexander Wibisono dan kedua informan, Bapak Daday Hidayat serta Bapak Dicky Surya, penulis dapat melihat bahwa drone dapat masuk ke ranah jurnalistik Indonesia melalui pesan komunikasi yang terdapat pada berita jurnalistik dan karya dokumenter. Bapak Alexander Wibisono mengatakan masuknya drone ke dalam pertelevisian Indonesia adalah ketika Kompas TV memproduksi program dokumenternya dengan memperkaya kreasi shot menggunakan drone. Dan berdasarkan keterangan yang diberikan oleh Bapak Alexander Wibisono mengenai standar kualitas rekaman, menunjukkan bahwa drone memiliki kemampuan untuk merekam yang sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan. Ketika Kompas TV sendiri menerapkan standar HD (High Definition) pada tayangannya, itu artinya drone memang cukup layak untuk masuk ke tugas liputan jurnalistik televisi sebagai pendukung akan kebutuhan gambar. Berikut beberapa data spesifikasi drone untuk mendukung kegiatan jurnalistik:
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Gambar 4.9 DJI Phantom Drone
Drone DJI Phantom adalah jenis drone yang umum digunakan oleh para videographer pertelevisian. Dengan spesifikasi yang mendukung, drone tersebut mampu memudahkan kinerja para jurnalis.
Jenis
: DJI Phantom Drone
Kualitas Perekaman
: HD 1280 x 720p, FHD 1920 x 1080p, UHD 4096 x 2160p (seri profesional)
Berat
: 1280 gram
Kecepatan
: 5m/second (naik-turun) – 16 m/second (saat terbang, kecepatan angin rendah)
Jarak terbang
: 2 – 5 km atau 1.2 – 3.1 miles (maksimal)
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Durasi terbang
: 20 menit
Kapasitas penyimpanan
: Sampai dengan 64 GB dengan Micro SD
Gadget support
: Ya (smartphone) dengan spesifikasi minimal iOs 8 untuk Apple, dan sistem operasi minimal versi 4.1.2 untuk Android
Dengan spesifikasi yang mumpuni, serta disertai dengan fleksibilitas tersebut, adalah hal yang memungkinkan bagi seorang jurnalis memanfaatkan drone dalam liputannya. Setelah melihat fenomena yang terjadi, penulis menghubungkan fenomena ini dengan dengan teori Komunikasi Teknologi. Kita belajar, merasa dan berpikir terhadap apa yang akan kita lakukan karena pesan dan membentuk perilaku kita sendiri lewat media yang terdapat audio dan visual di dalamnya. Setelah masuknya drone pada praktik jurnalistik, kemudian diterapkan oleh Kompas TV pada liputan banjir Bundaran HI (Hotel Indonesia) beberapa tahun lalu, hasil dari liputan tersebut mendapat apresiasi dari videographer Indonesia. Dan kemudian, di tahun 2014 penggunaan drone pada liputan jurnalistik diterapkan oleh banyak stasiun tv di Indonesia. Dari uraian tersebut dapat dilihat bahwa komunikasi teknologi berperan dalam proses penyampaian perubahan minat suatu individu atau kelompok, yang mampu mengubah pemikiran mereka terhadap suatu alat lewat media elektronik yakni konten berita liputan jurnalistik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
4.3.2. Kelebihan dan Kelemahan Drone Dalam Liputan Jurnalistik Dari hasil wawancara dengan key informant, penulis menemukan kelebihan dan kelemahan dari drone dalam liputan jurnalistik. Saat ini banyak televisi mulai memanfaatkan drone untuk tugas liputan jurnalistik. Itu artinya, melakukan liputan udara via helikopter sudah mulai ditinggalkan. Dan dari keterangan Mas Alexander Wibisono, drone yang memiliki kualitas perekaman HD (High Definition) semakin digemari oleh para videographer karena kualitas yang tidak kalah dengan hasil gambar dari kamera ENG. Selain memiliki kualitas perekaman gambar yang cukup tinggi, keunggulan lain yang dimiliki oleh drone saat ini adalah terdapat adjustment yang memudahkan para jurnalis maupun videographer untuk menyesuaikan kondisi di lapangan dengan kamera drone agar video yang dihasilkan sesuai dengan standar siaran atau tidak di bawah standar siaran. Jika dilakukan perbandingan liputan udara antara drone dengan kamera ENG yang tentunya dengan bantuan helikopter, maka paling tidak sedikit lebih rumit melaksanakan liputan udara jika dilakukan dengan kamera ENG. Karena, cukup banyak alat dan man power yang diperlukan. Paling tidak dibutuhkan dua orang (camera person dan reporter) untuk melakukan proses liputan. Sedangkan jika menggunakan drone, hanya memerlukan seorang videographer. Selain dari jumlah man power tadi, tentu juga soal kepraktisan alat. Jika jurnalis melakukan liputan udara menggunakan helikopter, sudah harus mengeluarkan budget yang cukup besar untuk satu kali liputan. Sedangkan drone, perusahaan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
kemungkinan besar hanya mengeluarkan budget untuk pembelian drone, dan bisa dimanfaatkan sampai berkali-kali peliputan. Secara set-up liputan, drone juga unggul dibandingkan penggunaan kamera ENG atau konvensional via udara. Karena setelah selesai set-up, drone dapat langsung terbang. Sedangkan kamera konvensional harus ikut terbang dahulu bersama helikopter. Di sini, penggunaan drone juga dapat mendorong faktor kreativitas dalam sebuah shot. Kekayaan ide atau konsep yang ditawarkan oleh drone membuat sebuah peristiwa dapat direkam dan disampaikan dengan lebih menarik, jelas, dan memberi pengalaman baru bagi penonton.
Gambar 4.10 Setelah set-up selesai, drone dapat langsung mengudara
http://digilib.mercubuana.ac.id/
69
Gambar 4.11 Membutuhkan lebih dari satu man power untuk terbang di helikopter melakukan liputan via udara jika tanpa drone Kelebihan lain ketika stasiun televisi memanfaatkan drone dalam liputan jurnalistiknya adalah menambah penambahan keahlian bagi para jurnalisnya. Stasiun televisi memang bisa saja menyewa operator drone untuk menerbangkannya. Tetapi, jika jurnalis itu sendiri mampu menerbangkan drone, maka sewaktu-waktu media tersebut ingin meliput berita secara aktual tanpa harus menunggu operator drone datang terlebih dahulu. Ditambah skill dasar yang dimiliki pada diri seorang jurnalis, media dapat mengetahui dari sudut pandang pengambilan gambar sebelah mana yang tepat untuk berita mereka. Sedangkan dari segi kekurangan atau kelemahan dari drone sendiri, penulis menemui hasil wawancara mengenai kelemahan drone pada keterangan dari Bapak Daday Hidayat, yakni; “faktor lain seperti cuaca dan lingkungan yang memengaruhi frekuensi biasanya dijadikan pertimbangan oleh para jurnalis atau videographer untuk menerbangkan drone atau tidak”.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
70
Dengan spesifikasi drone saat ini yang masih memiliki keterbatasan seperti tidak dapat terbang jika cuaca kurang mendukung, masih terhambatnya frekuensi yang menyebabkan drone tidak dapat digunakan, kapasitas energi atau baterai yang rata-rata hanya mampu terbang selama 20 menit, maupun peraturan mengenai areaarea yang dilarang untuk mengoperasikan drone karena faktor keselamatan membuat drone memiliki kelemahan tersendiri. Hal inilah yang sering dijumpai oleh para jurnalis atau videographer sehingga enggan menggunakan drone dalam liputan jurnalistiknya. Dari perkembangan teknologi tersebut, penulis melihat inovasi teknologi dapat dikaitkan dengan teori difusi inovasi. Di mana terjadi suatu gagasan, praktek, atau benda yang dianggap atau dirasa baru terhadap suatu ide, praktek atau benda oleh sebagian orang, belum tentu juga pada sebagian lainnya. Semua yang terjadi tergatung pada apa yang dirasakan oleh individu atau kelompok terhadap ide, praktek atau benda tersebut. Proses penerapan terhadap suatu inovasi biasanya melalui proses putusan inovasi terlebih dahulu. Penerimaan atau penolakan suatu inovasi itu sendiri adalah keputusan yang dibuat seseorang atau individu dalam menerima suatu inovasi. Proses putusan inovasi itu melewati lima tahap, yakni: 1. Tahap pengetahuan Informasi mengenai inovasi tersebut harus disampaikan melalui berbagai saluran komunikasi yang ada, bisa melalui media eletronik maupun media cetak. Inovasi penggunaan drone yang dilakukan oleh beberapa stasiun
http://digilib.mercubuana.ac.id/
71
televisi lain terjadi karena Kompas TV memperkenalkan liputan drone jurnalistik melalui siaran beritanya di televisi. 2. Persuasi Berkaitan dengan karakteristik inovasi itu sendiri, seperti kelebihan dari inovasi tersebut apa dan dibandingkan dengan inovasi yang lama. Dalam hal ini liputan udara via helikopter mulai ditinggalkan oleh para jurnalis karena biaya operasional yang lebih mahal dibandingkan dengan drone. Dan juga kualitas gambar yang didapat dari drone memenuhi standar siaran televisi serta mampu merekam dengan jelas apa yang ingin disampaikan. 3. Keputusan Tahap ini menimbang keuntungan/ kerugian dari menggunakan inovasi baru dan memutuskan apakah menerapkan atau menolak inovasi. Penulis melihat dari hasil wawancara dengan Bapak Alexander Wibisono dan Bapak Daday Hidayat, mereka mulai menggunakan drone untuk kepentingan liputan jurnalistik karena memang mendukung dari segi teknis, biaya, dan kualitas liputan. 4. Tahap Implementasi Pada tahap ini mempekerjakan individu untuk inovasi yang berbeda-beda tergantung pada situasi. Selama tahap ini individu menentukan kegunaan dari inovasi dan dapat mencari informasi lebih lanjut tentang hal itu. Dalam tahap ini biasanya individu, misal Bapak Daday Hidayat, akan mencari tahu lebih informasi tentang drone tersebut dari teman-teman seprofesinya sebagai
http://digilib.mercubuana.ac.id/
72
videographer atau referensi lainnya untuk meningkatkan kemampuan serta mengeksplorasi diri dan perusahaannya. 5. Tahap Konfirmasi Setelah sebuah kepututsan dibuat, seseorang kemudian akan mencari pembenaran atas keputusan mereka. Tidak menutup kemungkinan seseorang kemudian mengubah keputusan yang tadinya menolak jadi menerima inovasi setelah melakukan inovasi. 4.3.3. Teknik Drone Jurnalistik Menjadi Tren di Pertelevisian Indonesia Catatan lain yang peneliti rangkum dari keterangan informan mengapa drone jurnalistik kini menjadi sebuah tren pada liputan berita televisi, adalah: a. Drone Lebih Ringkas Untuk meliput berita atau peristiwa secara aktual diperlukan peralatan pendukung yang dapat membantu para jurnalis untuk merekam sebuah momentum dengan cepat dan efektif agar berita atau informasi yang didapatkan dapat segera dilaporkan pada publik. Di sini, drone menawarkan hal tersebut. Dengan set-up yang sederhana, serta ukuran yang cukup efisien, drone dapat menjadi alternatif alat pendukung liputan jurnalistik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
73
Gambar 4.12 Set drone yang lebih simple dan ringkas b. Kualitas Gambar Yang Mendukung Sesuai dengan uraian sebelumnya, drone memiliki spesifikasi kualitas perekaman yang cukup baik. Hal ini tentu saja sangat men-support kegiatan jurnalistik untuk keperluan berita di televisi. Sesuai dengan standar yang dikatakan oleh Bapak Alexander Wibisono, “Kompas TV memiliki standar perekaman sendiri, yaitu HD (High Definition) untuk liputan dan siaran langsung”. Dengan kualitas perekaman yang bagus (tanpa diperlukan grading warna atau gambar) bukan hanya liputan jurnalistik saja yang pada proses produksinya memanfaatkan teknologi drone. Dalam industri film, drone juga dimanfaatkan untuk pengambilan gambar guna menambah kekayaan shot (aerial-footage) sehingga gambar pada film menjadi lebih bervariatif.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
74
Gambar 4.13 Drone mampu menghasilkan kualitas gambar yang jernih c. Jenis Yang Beragam Karena maraknya penggunaan drone di industri media atau televisi dan tingginya animo masyarakat untuk memproduksi karya videografi dengan menggunakan drone, saat ini banyak produsen yang memproduksi berbagai jenis drone dan menjualnya di pasaran dengan segala bentuk, kemampuan dan spesifikasi yang beragam. Di sini industri media atau televisi dapat memilih secara bebas jenis dan spesifikasi drone yang mereka inginkan sesuai dengan budget serta kebutuhan para jurnalis atau videographer-nya. Selain dapat dipilih dengan menyesuaikan dengan biaya, drone juga dapat dipilih berdasarkan dengan tingkat kemudahan perawatannya, maupun jaminan ketersediaan suku cadang dari masing-masing produsen drone itu sendiri. Bahkan saat ini, dengan banyaknya jenis drone maupun spare-part yang dijual bebas dipasaran, para videographer dapat memodifikasi drone dengan merakitnya sendiri sesuai dengan keinginan masing-masing.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
75
Gambar 4.14 Jenis drone yang beragam d. Kaya Kreativitas, Ide, Serta Konsep Dalam hal kreativitas, ide, serta konsep, terdapat poin yang mengena seperti yang telah disampaikan oleh Bapak Dicky Surya; “Dari sisi editing, drone merupakan bagian dari ide atau konsep. Kesulitan paling mendasar dalam proses editing adalah membangun cerita dari konten pesan visual yang ingin dirangkai. Penggunaan drone sendiri merupakan salah satu shot yang ingin dicapai pada proses shooting dalam hal ini yang dicapai adalah pesan yang disampaikan lebih efektif. Misalnya ketika jurnalis membuat liputan soft-news atau dokumenter mengenai sejarah sebuah tempat atau daerah. Dalam liputan itu, seorang jurnalis ingin menyampaikan pesan visual secara gamblang mengenai daerah tersebut, lalu menggunakan drone untuk meliputnya karena ingin mendapat gambar yang lebih jelas dan menarik. Di sanalah letak ide atau konsep drone dalam proses editing. Ketika seorang editor mendapatkan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
76
gambar dari banyak source, itu artinya editor diberi kekayaan ide atau konsep untuk merangkai gambar yang baik dan memiliki kreativitas tersendiri”. Dalam teori pengambilan gambar, tayangan harus memiliki type of shot (wide, medium, close-up) dan drone sendiri masuk dalam kategori wide-shot. Ketika drone masuk ke dalam sebuah tayangan liputan yang dioperasikan dengan beberapa jenis shot, maka terjadi pengembangan metoda atau gaya pada tampilan sebuah tayangan. Selain catatan yang sudah peneliti tulis, ada hal lain yang membuat teknik drone jurnalistik menjadi sebuah tren dalam produksi berita televisi, yaitu terdapat implikasi penggunaan drone dalam terhadap liputan jurnalistik maupun media massa, seperti drone dapat menghemat waktu karena hasil liputan yang direkam oleh drone dapat langsung dikirim ke MCR untuk segera ditayangkan secara langsung pada saat sebuah peristiwa terjadi dan dan harus segera diinformasikan kepada publik. Setelah menemukan catatan mengenai implikasi drone terhadap laporan jurnalistik, hal lain yang menjadi keunggulan drone untuk digunakan dalam liputan jurnalistik adalah media massa menurunkan jurnalis atau videographer ke lapangan yang benar-benar kompeten dalam mengoperasikan drone. Sebuah kewajiban khusus bagi media untuk melatih para jurnalisnya untuk memahami tata cara mengendalikan drone baik secara teori dan juga prakteknya. 4.3.4. Kontra Dari Inovasi Drone Jurnalistik Kehadiran inovasi tidak selalu diterima begitu saja baik individu maupun kelompok. Proses putusan inovasi yang menjadi patokan individu maupun kelompok tersebut untuk menerima atau menolak inovasi yang baru bagi hidup mereka.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
77
Penerimaan atau penolakan suatu inovasi adalah keputusan yang dibuat seseorang/ individu dalam menerima suatu inovasi. Menurut Rogers (1983), proses pengambilan keputusan inovasi adalah proses mental di mana seseorang/individu berlalu dari pengetahuan pertama mengenai suatu inovasi dengan membentuk suatu sikap terhadap inovasi, sampai memutuskan untuk menolak atau menerima, melaksanakan ide-ide baru dan mengukuhkan terhadap keputusan inovasi.5 Berdasarkan hasil dari data lain, terdapat beberapa kontra yang membatasi penggunaan drone. Beberapa kontra yang terjadi pada penggunaan drone adalah pada layanan penerbangan dan beberapa pendapat yang meyakini drone akan mengganggu privasi seseorang. Untuk kontra dari kalangan penerbangan, penggunaan drone dilarang di tempat-tempat yang mengganggu proses ataupun lalu-lintas udara seperti bandara, sekolah penerbangan dan ruang udara terkendali (controlled air-space). Maka dari itu, pemerintah melalui Kementrian Perhubungan (Kemenhub) mengeluarkan peraturan untuk pengendalian pesawat tanpa awak atau drone melalui Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia No. PM 90 Tahun 2015 tentang Pengoperasian Pengendalian Pesawat Tanpa Awak di Ruang Udara yang Dilayani Indonesia. 6 Sedangkan terkait masalah privasi, menurut Ketua Harian Asosiasi Pilot Drone Indonesia (APDI) Bapak Fajar Yusuf menyatakan jika drone dirasa
5
Everett M Rogers, Diffusion of Innovations, London The Free Press, 1995, Hal. 24
hubud.dephub.go.id/?id/kepmen/download/898 diakses pada hari Selasa, tanggal 30 Agustus 2016 pukul 20:30 WIB 6
http://digilib.mercubuana.ac.id/
78
mengganggu privasi seseorang, kita bisa menuntut pilot yang menerbangkan drone tersebut tidak perlu banyak regulasi, tetapi panduan berupa hukum perdata.7
http://www.terbangterus.com/news/page/1 diakses pada hari Selasa, tanggal 30 Agustus 2016 pukul 22:05 WIB 7
http://digilib.mercubuana.ac.id/
http://digilib.mercubuana.ac.id/