16
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Popularitas anestesi lokal yang semakin meluas dan meningkat dalam bidang kedokteran gigi merupakan cerminan dari efisiensi, kenyamanan dan adanya kontraindikasi yang minimal dari anestesi lokal. Rasa sakit dapat diredakan melalui terputusnya perjalanan neural pada berbagai tingkatan dan melalui cara-cara yang dapat memberikan hasil permanen atau sementara. Dalam kedokteran gigi sering digunakan anestesi lokal untuk melakukan suatu prosedur operasi atau ekstraksi gigi.1 Menurut Surjadi K, anestesi lokal ialah obat yang menghasilkan blokade konduksi sementara terhadap rangsang transmisi sepanjang saraf, jika digunakan pada saraf sentral atau perifer. Anestesi lokal setelah keluar dari saraf diikuti oleh pulihnya konduksi saraf secara spontan dan lengkap tanpa diikuti oleh kerusakan struktur saraf.2 Setiap dokter gigi di Kanada menyuntikkan sekitar 1.800 kartrid dari anestesi lokal pertahunannya, dan telah diperkirakan bahwa lebih dari 300 juta kartrid yang diberikan oleh dokter gigi di Amerika Serikat setiap tahunnya. Oleh karena itu, semua dokter gigi harus memiliki keahlian dalam anestesi lokal.3 Alvarez RG et al. melakukan penelitian mengenai pengetahuan penggunaan anestesi lokal pada tahun 2009 di National University of Mexico pada 244 mahasiswa kedokteran gigi yang diuji dengan 11 pertanyaan mengenai pengetahuan anestesi lokal di klinik seperti penggunaan dosis yang tepat, kemungkinan efek samping dan toksisitas yang mungkin terjadi. Dari hasil penelitian tersebut, 81,56% responden menjawab pertanyaan dengan kurang memuaskan. Hasil yang kurang memuaskan ini menunjukkan kurangnya pengetahuan tentang penggunaan anestesi lokal.4 Selain itu, penelitian juga dilakukan oleh Foley J. et al. di Rumah Sakit Gigi Dundee (United Kingdom) terhadap 24 responden yang terdiri dari 5 orang mahasiswa kedokteran gigi, 8 orang mahasiswa kepaniteraan klinik, dan 11 orang
Universitas Sumatera Utara
17
dokter gigi mengenai pengetahuan penggunaan anastesi lokal. Dari hasil penelitian didapat seluruh responden mempunyai pengetahuan yang kurang mengenai penggunaan dosis maksimum yang ideal untuk anestesi lokal.5 Secara kimiawi obat anestesi lokal dibagi menjadi dua golongan yaitu golongan ester dan golongan amida. Ester adalah golongan yang mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya cepat hilang. Amida merupakan golongan yang tidak mudah terhidrolisis sehingga waktu kerjanya lama.6 Obat anestesi lokal yang lazim dipakai di Indonesia untuk golongan ester adalah prokain, sedangkan golongan amida adalah lidokain, bupivakain, artikain, mepivakain. Idealnya, suntikan harus diikuti segera dengan timbulnya efek anestesi lokal. Bila anestesi lokal digunakan dalam dosis yang tepat, maka akan menimbulkan efektivitas yang konsisten.1 Hasil percobaan menunjukkan bahwa waktu timbul rata-rata setelah anestesi infiltrasi dengan lidokain 2% (20 mg per 1 ml) dan larutan adrenalin 1:80.000 adalah sekitar 1 menit 20 detik. Larutan adrenalin 1:80.000 diartikan, bahwa ada 1 gram (atau 1000 mg) obat yang terdapat pada 80.000 ml larutan. Sehingga larutan 1:80.000 mengandung 1000 mg dalam 80.000 ml larutan atau 80 mg/ml. Larutan lidokain menimbulkan durasi anestesi terlama, diikuti secara berurutan oleh larutan yang mengandung prilokain, prokain dan mepivakain.1,6 Penelitian yang dilakukan di Klinik Gigi Dentes Yogyakarta oleh Wulandari NM (2008) mengenai evaluasi penggunaan obat anestesi dan analgesik pada pasien bedah mulut, menunjukkan bahwa penggunaan obat anestesi lokal jenis articain HCl 4% dengan epinefrin sebanyak 97%, sedangkan jenis Lidokain HCl 2% dengan epinefrin sebanyak 3%.7 Di Jerman dan Kanada, artikain menjadi anestesi lokal yang paling sering digunakan untuk menggantikan lidokain. Oleh karena kapasitasnya yang tinggi saat berdifusi, infiltrasi maksila dengan menggunakan artikain memberikan efek anestesi pada palatum durum dan jaringan lunak, sehingga tidak perlu lagi melakukan infiltrasi palatal atau blok saraf. Douglas Robertson dkk menyimpulkan bahwa aplikasi satu ampul artikain 4% (40 mg per 1 ml) dengan epinefrin 1 : 100.000
Universitas Sumatera Utara
18
(terdapat obat epinefrin 100 mg/ml) untuk infiltrasi bukal gigi molar satu dan anestesi pulpa pada gigi-gigi posterior rahang bawah, secara signifikan bekerja lebih baik dibanding dengan aplikasi satu ampul lidokain 2% dengan epinefrin 1 : 100.000.6 Menurut Ellis, F.R, adrenalin sering ditambahkan ke larutan anestesi lokal untuk mengurangi aliran darah lokal, sehingga memperpanjang kerja. Kokain berbeda dari obat lain karena ia mempunyai sifat vasokonstriktor. Vasokonstriktor yang biasa digunakan adalah adrenalin 1:200.000 konsentrasi akhir. Larutan 20 ml lidokain 1% (10 mg per 1 ml) mengandung 200 mg.8 Stanley M. dkk, melakukan penelitian untuk membandingkan keamanan dan efektifitas dari artikain HCL 4% dengan konsentrasi epinefrin 1 : 100.000 dan lidokain 2% dengan konsentrasi epinefrin 1: 100.000. Hasilnya menunjukkan bahwa artikain HCL 4% dengan konsentrasi epinefrin 1 : 100.000 dapat ditoleransi dengan baik oleh subyek, efektif dalam mencegah timbulnya nyeri selama prosedur perawatan gigi, memiliki mula kerja yang cepat dan durasi anestesi yang lama, sehingga aman untuk digunakan pada praktek kedokteran gigi.6 Menurut Dr. Haas, mepivakain dan prilokain dapat digunakan untuk prosedur perawatan yang singkat, terutama yang melibatkan blok mandibula dimana vasokonstriktor kurang penting. Obat ini juga dapat digunakan ketika epinefrin harus dihindari seperti pada pasien dengan penyakit jantung iskemik atau infark miokard. Bupivakain dapat digunakan ketika perawatan memerlukan durasi yang panjang terutama perawatan di rahang bawah.3 Artikain mempunyai cincin thiopene yang mudah larut dalam lemak, sehingga meningkatkan mula kerja obat, memperpanjang waktu absorbsi sistemik, dan dengan resiko toksis yang rendah. Dalam melakukan anestesi, operator haruslah melakukannya secara hati-hati, karena dapat menyebabkan terjadinya komplikasi. Setiap dokter gigi diharapkan selalu menggunakan larutan anestesi lokal dengan dosis yang tepat dan teknik yang tepat sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.6 Sejauh ini penelitian mengenai pengetahuan dan perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi belum pernah dilakukan, sehingga berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui
Universitas Sumatera Utara
19
pengetahuan dan perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013. Mahasiswa kepaniteraan klinik dijadikan sampel penelitian karena sebagian dari tindakan yang mereka lakukan pada masa sekarang, akan dilakukan juga ketika sudah menjadi dokter gigi nantinya, sehingga apabila pada saat melakukan evaluasi terdapat tindakan medis yang masih belum sesuai prosedur, diharapkan tindakan tersebut dapat diperbaiki.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengetahuan penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013. 2. Bagaimanakah perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013. 3. Bagaimanakah alasan dari perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013.
I.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui pengetahuan penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013. 2. Untuk mengetahui perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013
Universitas Sumatera Utara
20
3. Untuk mengetahui alasan dari perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013.
I.4. Manfaat Penelitian Beberapa manfaat penelitian ini antara lain: 1. Sebagai evaluasi pengetahuan dan perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013. 2. Sebagai perbaikan pengetahuan dan perilaku penggunaan dosis anestesi lokal oleh mahasiswa kepaniteraan klinik pada pencabutan gigi di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU 2013. 3. Sebagai tambahan referensi dan masukan di Klinik Bedah Mulut FKG USU. 4. Sebagai tambahan pengetahuan bagi peneliti, dan sebagai bahan perbandingan antara praktek dan teori yang ada.
Universitas Sumatera Utara