BAB 1 PENDAHULUAN
1.7. Latar Belakang Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) adalah salah satu jenis ikan air tawar yang paling banyak dibudi dayakan di Indonesia. Ikan Nila menduduki urutan kedua setelah ikan Mas (Cyprinces carpio) dalam produksi budi daya air tawar di Indonesia. Departemen
Perikanan
dan
Akuakultur
FAO
(Food
and
Agriculture
Organization) menempatkan ikan Nila di urutan ketiga setelah udang dan salmon sebagai contoh sukses perikanan budi daya dunia. Nila menjadi penting di dunia karena konsumen Nila ada di berbagai benua. Pasar ikan Nila sangat terbuka, baik pasar ekspor maupun pasar dalam negeri. Amerika Serikat (AS) merupakan pasar ekspor nila terbesar di dunia. Selain AS, pasar lainnya adalah Singapura, Hongkong, Jepang dan Uni Eropa. Sementara di dalam negeri konsumen ikan nila terdiri dari rumah makan di pinggir jalan hingga restoran dan hotel mewah. Ikan nila juga disukai oleh konsumen rumah tangga sehingga pasar-pasar di pinggir jalan dan supermarket di mall mewah memasarkan ikan nila tersebut. Ikan nila kini banyak dibudi dayakan di berbagai daerah karena kemampuan adaptasinya bagus di dalam berbagai jenis air. Nila dapat hidup di air tawar, air payau dan air laut. Ikan nila juga tahan terhadap perubahan lingkungan, bersifat omnivora dan mampu mencerna makanan secara efisien. Pertumbuhan cepat dan tahan terhadap serangan penyakit. Para pakar budi daya ikan dari Organisasi Pangan Dunia (FAO) menganjurkan agar ikan nila ini dibudi dayakan karena dapat dipelihara di kolam yang sempit, seperti kolam pekarangan atau comberan. Habitat ikan nila adalah air tawar, seperti sungai, danau, waduk dan rawa-rawa, tetapi karena toleransinya yang luas terhadap salinitas (eury haline) sehingga dapat
Universitas Sumatera Utara
pula hidup dengan baik di air payau dan laut. Salinitas yang cocok untuk nila adalah 0 – 35 ppt (part per thousand), namun salinitas yang memungkinkan nila tumbuh optimal adalah 0 – 30 ppt. Ikan nila masih dapat hidup pada salinitas 31 – 35 ppt, tetapi pertumbuhannya lambat. (M. Ghufran H. Kordik., 2010) Fungsi makanan bagi ikan adalah sebagai sumber energi yang diperlukan dalam proses fisiologis dalam tubuh. Oleh karena itu makanan harus mengandung zat-zat penghasil energi, yaitu protein, lemak dan karbohidrat. Selain itu, makanan juga harus mengandung vitamin, mineral, serat dan air yang diperlukan untuk proses fisiologi lainnya. Unsur-unsur mineral mempunyai arti yang sangat penting bagi berbagai macam aspek metabolisme dalam kehidupan ikan. Mineral berfungsi untuk memperkuat tulang dan eksoskeleton (kerangka luar). Di samping itu, mineral juga berfungsi untuk menjaga keseimbangan tekanan osmotik antara cairan tubuh dan dalam sistem syaraf, serta kelenjar endokrin air di sekitarnya. Mineral juga merupakan komponen dari enzim, pigmen darah dan senyawa-senyawa organik lainnya. Transfer energi dalam proses metabolisme juga melibatkan mineral-mineral. Dalam bidang perikanan, kebutuhan ikan akan mineral mencakup dua golongan mineral essensial, yaitu mineral makro (major mineral) dan mineral mikro (trace element). Mineral makro terdiri dari 7 bahan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah relatif banyak, sedangkan mineral mikro terdiri dari 15 bahan mineral yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit. Kedua golongan mineral esensial yang dimaksud adalah sebagai berikut : 1. 7 bahan mineral yang termasuk golongan mineral makro adalah kalsium (Ca), fosfor (P), Kalium (K), Natrium (Na), Klor (Cl), Magnesium (Mg), dan belerang (S) 2. 14 bahan mineral dari 15 bahan mineral mikro diantaranya besi (Fe), Seng (Zn), tembaga (Cu), mangan (Mn), Nikel (Ni), Kobalt (Co), Silikon (Si), Selenium (Se), Krom (Cr), Yodium (J), Flour (F), timah putih (Sn), vanadium (V) dan Arsen (As).
Universitas Sumatera Utara
Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan manusia dan makhluk lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Bagi biota perairan seperti ikan, air berfungsi sebagai media, baik sebagai media internal maupun eksternal. Sebagai media internal, air tawar berfungsi sebagai bahan baku reaksi di dalam tubuh, pengangkut bahan makanan keseluruh tubuh, pengangkut sisa metabolisme untuk dikeluarkan dari dalam tubuh dan sebagai pengatur atau penyangga suhu tubuh. Sementara itu sebagai media eksternal, air berfungsi sebagai habitatnya. Sebagaimana makhluk hidup lainnya, ikan membutuhkan lingkungan yang nyaman agar dapat hidup sehat dan tumbuh optimal. Bila lingkungannya tidak memenuhi syarat, ikan dapat mengalami stres, mudah terserang penyakit yang akhirnya menyebabkan kematian.
A. Air Laut Air laut mengandung 3,5% garam-garam, gas-gas terlarut, bahan-bahan organik dan partikel-partikel tidak terlarut. Keberadaan garam-garam mempengaruhi sifat fisis air laut (seperti : densitas, kompresibilitas, titik beku dan temperatur dimana densitas menjadi maksimum) beberapa tingkat tetapi tidak menentukannya. Garam-garam utama yang terdapat dalam air laut adalah klorida (55%), Natrium (31%), sulfat (8%), magnesium (4%), kalsium 1 %, Potasium (1%) dan sisanya (kurang dari 1%) terdiri dari Bikarbonat, bromida, asam borak, stonsium dan flourida. Tiga sumber utama garam-garam di laut adalah pelapukan batuan di darat, gas-gas vulkanik dan sirkulasi lubang-lubang hidrotermal di laut dalam. B. Air Tawar Air yang digunakan oleh manusia adalah air permukaan tawar dan air tanah murni. Air merupakan pelarut yang sangat baik bagi banyak bahan, sehingga air merupakan media trasport utama bagi zat-zat makanan dan produk buangan yang dihasilkan proses kehidupan. Oleh karena itu air yang ada di bumi tidak pernah terdapat dalam keadaan murni tetapi selalu ada senyawa atau mineral/ unsur lain yang terdapat di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Oleh karena itu badan-badan air/ air permukaan banyak mengandung bahanbahan kimia terlarut maupun dalam bentuk tersuspensi. Pada tabel di bawah ini tampak berbagai senyawa dalam bentuk ion yang biasa terdapat di perairan.
Tabel 1.1 : Berbagai Radikal yang Biasa Terdapat Dalam Air Nama Ammonium Hydroxyl Bikarbonat Karbonat Ortofosfat Mono-hidrogen-ortofosfat Di-hidrogen-ortofosfat Bisulfat Sulafat Bisulfit Sulfit Nitrite Nitrat Hipoklorit
Rumus NH 4 + OH HCO 3 CO 3 + PO 4 + HPO 4 + H 2 PO 4 HSO 4 + SO 4 + HSO 3 SO 3 + NO 2 NO 3 OCL-
Muatan Listrik 1+ 1123211212111-
Sumber : Manahan, 1994
Selain berbagai Radikal bebas yang terdapat dalam tabel di atas, dalam air terdapat juga berbagai mineral yang lain yaitu : silikon (si), belerang (s), klorida (cl), Flourida (F), Kalsium (ca), Magnesium (Mg), Natrium (Na) dan Kalium (K), Besi (Fe) dan Mangan (Mn).
1.8. Permasalahan Pembudidayaan ikan nila dapat meningkatkan pendapatan masyarakat kecil, bagaimana pengembangan pembudidayaan ikan nila agar lebih cepat berhasil di dalam kolam yang airnya diganti setiap 10 hari dan juga bila dicampur air laut. 1.9. Tujuan Penelitian − Untuk mengetahui perkembangan pembudidayaan ikan nila dalam air tawar dan campuran air tawar dengan air laut.
Universitas Sumatera Utara
− Menganalisa mineral-mineral yang ada dalam air. 1.10.Manfaat Penelitian -
Agar pembudidayaan ikan nila dapat dilakukan lebih mudah dan efisien guna memperoleh hasil yang optimum.
-
Mengetahui pengaruh kandungan mineral terhadap pembudidayaan ikan nila.
1.11.Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Analitik FMIPA USU, laboratorium UPT LIDA USU Medan dan laboratorium RISPA Medan. 1.12.Metodologi Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen laboratorium. Untuk melihat pengaruh kandungan mineral dalam air terhadap perkembangan ikan nila, digunakan wadah berupa akuarium dengan ukuran 60 x 30 x 30 cm sebanyak 3 buah dengan volume air 36 liter/ akuarium dengan sistem sirkulasi. Sebagai perlakuan adalah penggunaan pakan yang sama pada akuarium yang berbeda tingkat salinitasnya yang ditebari sebanyak 10-11 ekor/ wadah bibit ikan nilai, ikan nila diberi pakan dengan frekuensi tiga kali sehari yaitu pada pukul 08.00 ; 12.00 ; 16.00. Tiap 10 hari sekali ikan ditimbang, mineralnya diteliti dan airnya diganti.
Universitas Sumatera Utara