Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Bahasa adalah aspek penting interaksi manusia. Dengan bahasa, (baik itu bahasa lisan, tulisan maupun isyarat) orang akan melakukan suatu komunikasi dan kontak sosial. Bahasa juga dipandang sebagai cermin kepribadian seseorang karena bahasa diterjemahkan sebagai refleksi rasa, pikiran dan tingkah laku. Oleh karena itu seluruh ide, usulan dan semua hasil karya pikirannya tidak akan diketahui dan dievaluasi oleh orang lain kalau orang yang bersangkutan tersebut tidak menuangkannya dengan menggunakan bahasa yang baik. Definisi bahasa itu sendiri adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang dipergunakan oleh para anggota masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri ( Kridalaksana, 2001 : 27 ). Jadi, fungsi bahasa merupakan media untuk menyampaikan suatu pesan kepada seseorang baik secara lisan maupun tulisan. Sebagaimana yang kita ketahui, Jepang merupakan negara yang memiliki kedudukan yang cukup tinggi di tingkat internasional. Ini disebabkan karena berkembangnya hubungan internasional Jepang dengan negara-negara lain di dunia. Berdasarkan data penelitian dari The Japan Foundation tahun 1998 dalam penelitian Kokuritsu Kokugo Kenkyuujo (2002 : 103), jumlah pembelajar bahasa Jepang di luar Negara Jepang
1
mencapai 2.100.000 orang. Hal ini terjadi karena bahasa Jepang memiliki keunikan tersendiri dari bahasa lain. Dimulai dari aspek kebahasaannya yang memiliki karakteristik tertentu, seperti yang dapat dilihat dari segi huruf dalam penulisannya, kosakata, sistem pengucapan, gramatika dan ragam bahasanya. Dalam mempelajari bahasa Jepang pada umumnya sering kali dijumpai berbagai macam permasalahan yang dihadapi oleh pemelajar. Permasalahan tersebut berakar kepada kurangnya pengertian yang benar oleh pemelajar dalam bidang linguistik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia atau yang disebut juga dengan KBBI (2008 : 832) menyatakan bahwa linguistik adalah ilmu tentang bahasa, telaah bahasa secara ilmiah. Kajian linguistik mencakup bidang fonologi yang objek kajiannya berkaitan dengan bunyi bahasa (vokal dan konsonan), morfologi yang mencakup bentuk-bentuk kata dan proses pembentukannya, sintaksis yang mengkaji hubungan antar unsur dalam kalimat, dan semantik yang kajiannya berhubungan dengan makna ( Sutedi, 2006 : 6 ). Selanjutnya menurut Kakuda ( 1991 : 266-290 ) jika dilihat dari segi tata bahasa yang terdiri dari S (subjek), P (predikat), O (objek) maka bahasa di dunia ini dibagi menjadi tiga kelompok besar dengan persentase sebagai berikut: a. S P O = 35% ( Bahasa Inggris, Indonesia, Mandarin dan lain-lain ). b. S O P = 45 % ( Bahasa Ainu, Mongol, Jepang dan lain-lain ). c. P S O = 18% Dari keterangan di atas linguistik bahasa Jepang berbeda dengan bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia memiliki bentuk urutan susunan atau komposisi kalimat yaitu subjek (pelaku), predikat (pekerjaan), obyek (yang dikenai pekerjaan) dan keterangan,
2
sedangkan pada bahasa Jepang diawali oleh subjek, objek kemudian predikat. Mengenai struktur keterangan, terutama keterangan waktu dapat diletakan di awal atau di tengah suatu kalimat. Ciri khas lainnya dapat dilihat dalam frasa, dengan hukum menerangkan diterangkan ( MD ). Seperti contoh berikut ini: a. 美しい景色 ‘Pemandangan indah’ b. あの男 ‘laki-laki itu’ c. 長いひも ‘tali panjang’ Selain itu, pada penggunaan bentuk tulisan atau lisan pada bahasa Jepang tidak dapat lepas dari Hyougen ( 表 現 )
dalam melakukan hubungan komunikasi dengan
menggunakan bahasa Jepang, kita tidak akan pernah lepas dari ungkapan-ungkapan yang selalu menempel pada bentuk tulisan dan lisan bahasa Jepang. Menurut Koujien (1998 : 2275) hyougen ( 表現 ) jika diterjemahkan dari bahasa Jepang ke bahasa Indonesia, dapat berarti ekspresi, perasaan di hati atau tampak, muncul ke luar atau menampilkan, menampakkan sesuatu. Jadi, Hyougen ( 表現 ) adalah ekspresi, perasaan di hati yang ditampakkan, ditampilkan atau ungkapan yang ke luar dalam wujud berupa lisan maupun tulisan. Pemakaian Hyougen ( 表現 ) selalu disesuaikan dengan makna, maksud dan inti yang terkandung dalam kalimat yang ingin
3
atau akan disampaikan kepada lawan bicara atau pendengar. Ungkapan bahasa Jepang, terdapat makna yang sama atau mirip. Oleh karena itu di dalam skripsi ini saya tertarik untuk membahas lebih mendalam lagi tentang Hyougen atau ungkapan ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって (~ni shitagatte) , yang menurut Morita dalam bukunya yang bejudul Nihongo Hyougen Bunkei, memjelaskan bahwa ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte) adalah ungkapan. Makna dari ungkapan ~につ れて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte) sendiri adalah suatu keadaan yang seiring dengan adanya suatu perubahan di satu sisi, di sisi yang lain pun menampakkan perubahan sesuai dengan situasi dan kondisinya masing-masing”. Berikut ini adalah contoh-contoh dari ungkapan ~につれて(~ni tsurete) dan ~に したがって(~ni shitagatte) yang diambil dari dari buku gakushudo level 2 halaman 161 dan 166. 1. ~につれて(~ni tsurete) = bersamaan dengan ~~ 子供が成長するにつれて知識も増える。 “Bersamaan dengan bertambah besarnya anak-anak pengetahuannyapun bertambah”. 2. ~にしたがって(~ni shitagatte) = mengiringi/mengikuti~ 太陽が昇るにしたがって空が明るくなる。 “Mengiringi terbitnya matahari, langit (lalu) menjadi terang”. Meskipun kalimat di atas memiliki makna yang sama, pastilah terdapat perbedaan, baik dalam penggunaan makna leksikal maupun makna gramatikal.
4
Bagi pemelajar bahasa Jepang, jika berkomunikasi dengan penutur asli, terjadinya kesalahan berbahasa dikarenakan informasi makna yang diperoleh pemelajar tersebut masih kurang lengkap. Hal inilah yang melatarbelakangi saya untuk meniliti pemakaian ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte) lebih mendalam. 1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah kemampuan pemelajar bahasa Jepang lainnya dalam membedakan pemakaian ungkapan ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte). 1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Saya membatasi penelitian skripsi ini pada analisis kemampuan pada pemelajar bahasa Jepang di Japan Foundation Jakarta tahun ajaran 2008/2009, dalam menggunakan hyougen (ungkapan) ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte) pada soal-soal yang terdapat pada kuesioner yang dibagikan. 1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemampuan pemelajar bahasa Jepang di Japan Foundation Jakarta, dalam menggunakan hyougen (ungkapan) ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte). Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah agar pemelajar bahasa Jepang tidak lagi mengalami kesulitan dalam membedakan pemakaian hyougen (ungkapan) ~ni tsurete dan ~ni
5
shitagatte dan dapat menggunakan hyougen ini dengan diikuti struktur kalimat yang tepat. 1.5 Metode Penelitian Menurut Crawford (1928) dalam Nazir (2005 : 45) pengelompokan metode penelitian ada 14 jenis, yaitu sebagai berikut : Eksperimen, Psikologis, survey, Sejarah, Case study, Membuat kurikulum, Interview, Analisis Pekerjaan, Observasi, Questionair, Pengukuran, Tabel dan Grafik, Statistik, Teknik Perpustakaan. Dalam penulisan skripsi ini saya akan menggunakan metode kuesioner. Hariwijaya & Triton (2005:61) mendefinisikan kuesioner atau angket merupakan alat pengumpulan data yang berupa serangkaian daftar pertanyaan yang diberikan untuk dijawab oleh responden. Selain itu, kuesioner juga dapat disebut interview tertulis di mana responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. 1) Mula-mula saya akan mencari dan mengumpulkan kalimat-kalimat yang mengandung hyougen (ungkapan) ~ni tsurete dan ~ni shitagatte dari buku kumpulan soal-soal dan buku teks bahasa Jepang. Lalu kalimat-kalimat tersebut akan diseleksi untuk dijadikan soal-soal dalam kuesioner dan seluruh soal pada kuesioner bersifat tertutup. Menurut Hariwijaya & Triton (2005:62) kuesioner yang bersifat tertutup, jika pertanyaan itu jawabannya sudah ditentukan lebih dahulu sehingga responden tidak diberi kesempatan memberi alternatif jawaban, dikatakan bersifat tertutup jika alternatif-alternatif jawaban telah disediakan.
6
Saya akan menyampaikan kuesioner secara langsung kepada para responden. Setelah itu, saya akan mengolah dan menganalisis hasil dari kuesioner yang sudah dijawab oleh para responden. 2) Studi kepustakaan dengan mengumpulkan literatur yang berkaitan dengan ~ni tsurete dan ~ni shitagatte dari berbagai sumber. 3) Analisis Deskriptif, dari hasil kuesioner responden data dianalisis secara deskriptif. 1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ini disusun dengan sistem penulisan sebagai berikut: Dalam Bab 1 memuat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan. Dalam bab 2 landasan teori, saya akan menggunakan teori-teori mengenai makna dan bentuk ungkapan ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte). Dalam bab 3 analisa data memuat uraian analisis tentang pemakaian ~につれて(~ni tsurete) dan ~にしたがって(~ni shitagatte) serta kemampuan responden menjawab soal-soal yang terdapat pada kuesioner. Dalam bab 4 memuat simpulan dan saran dari keseluruhan isi skripsi. Dalam bab 5 memuat ringkasan dari seluruh pembahasan tema.
7