Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, Jepang adalah negara yang mudah bagi seseorang untuk menciptakan suatu hal baru dan orang – orang tertentu akan turut mengikuti hal tersebut, terutama remaja putri Jepang yang pada dasarnya sangat senang mengikuti atau menciptakan suatu trend mode dan bahkan suatu budaya baru sejak puluhan tahun yang lalu (Macias, 2007:7). Trend apapun yang muncul, seringkali berasal dari maraknya media massa seperti televisi dan majalah yang pada akhirnya dapat mempengaruhi apapun yang mereka makan dan pakai dalam kehidupan sehari – hari, khususnya di Tokyo, yang merupakan kota tersibuk di Jepang sekaligus pusat dari kehidupan metropolitan, sarat akan timbul tenggelamnya begitu banyak trend mode yang unik dan juga ekstrim. Menurut Matsumoto (2002:126), salah satu alasan mengapa remaja Jepang sarat akan penampilan yang aneh dan mencolok adalah karena kebanyakan dari mereka adalah remaja yang ingin mencari keunikan dan ingin terus mengubah penampilan. Kemudian, menurut Nobuaki Higa, mantan kepala editor majalah Teen’s Road, banyak dari trend yang muncul berasal dari festival – festival tradisional yang rutin diadakan di Jepang, karena pada saat festival tersebut berlangsung, banyak yang ingin berpenampilan lain daripada yang lain agar tampak mencolok di muka umum (Macias, 2007:9). Khususnya di Shibuya dan Harajuku, kedua daerah tersebut tak pernah luput dari para kumpulan pengikut trend mode terkini, mulai dari trend mode imut – imut atau kawaii, ganguro, gothic lolita, sampai dandanan lainnya yang tak kalah meriah sehingga 1
Shibuya dan Harajuku lebih tampak seperti suatu panggung teater raksasa yang tak pernah berhenti mementaskan pertunjukannya. Trend ganguro merupakan salah satu trend mode khas remaja Jepang yang sangat tersohor. Gaya berpakaian kaum remaja Jepang sangatlah populer dan lain daripada yang lain dibandingkan generasi muda di negara – negara lain. Ganguro adalah sejenis trend mode yang berkembang pesat di kalangan remaja Jepang mulai dari akhir tahun 1990 – an hingga awal tahun 2000 – an. Selama trend mode tersebut berkembang, jumlah gadis remaja yang mewarnai rambutnya pirang pun meningkat tajam. Pusat mode ganguro terletak di daerah Harajuku, Shibuya dan Ikebukuro di Tokyo. Secara etimologi istilah ganguro memiliki arti muka hitam, namun para pengikut trend ganguro sendiri menyatakan bahwa istilah ganguro merupakan kependekan dari kata ganganguro yang artinya amat sangat gelap. Selain itu, ada juga yang menganggap arti muka hitam tersebut bersifat rasis karena dibandingkan dengan istilah blackface yang mengacu pada orang – orang Afrika yang tinggal di Amerika Serikat pada awal tahun 1990 – an. Trend ganguro pada mulanya terinspirasi oleh seorang bintang JAV (Japanese Adult Video) bernama Ai Ijima yang asalnya adalah seorang bintang film porno Jepang dan kemudian beralih menjadi bintang televisi. Ijima memiliki ciri khas penampilan dengan rambut coklat terang ala 60 – an dan pakaiannya berwarna mencolok dan sangat seronok. Lalu, di saat perusahaan kosmetik memperkenalkan rangkaian produk pemutih kulit, ia malah sengaja tampil dengan kulit gelap (Klippensteen, 2000:6). Pada dasarnya, bentuk penampilan ganguro adalah rambut yang dipirangkan, kulit yang dihitamkan baik dengan cara berjemur langsung, make-up, atau dengan tanning. Tata rias yang biasa dikenakan adalah eyeliner hitam dan putih, bulu mata palsu, dan 2
terkadang mengenakan lipstick putih yang kontras dengan warna kulitnya yang digelapkan. Gaya berpakaiannya selalu mengenakan sepatu berhak sangat tebal hingga ada yang ketebalannya mencapai 20 cm dan juga pakaian yang berwarna mencolok dan cenderung minim, misalnya rok atau celana yang sangat pendek dengan atasan yang terbuka. Mereka juga sering memakai jepit rambut berbentuk bunga sepatu dan aksesoris berupa gelang, kalung dan anting yang berlebihan. Serupa dengan penampilannya yang mencolok, handphone milik mereka pun tidak pernah luput dari aksesoris berupa foto stiker yang di Jepang populer dengan sebutan purikura sticker, gantungan handphone yang beraneka ragam, dan juga sarung handphone yang tak kalah meriah. Pengikut trend ganguro yang lebih ekstrim bahkan sampai mewarnai rambutnya menjadi pirang platinum dan warna kulitnya lebih gelap lagi daripada ganguro biasa. Riasan matanya pun terlihat sangat kontras, yakni warna – warna pastel atau neon yang mencolok dilengkapi dengan glitter. Para pengikut ganguro yang ekstrim ini biasanya disebut yamanba atau mountain witch. Majalah yang populer di kalangan pengikut trend ganguro adalah Egg, Popteen, dan Ego System. Shoichi Aoki, penulis majalah Fruits di Jepang menyatakan bahwa trend ganguro merupakan suatu fenomena yang timbul tepatnya di daerah Shibuya, yakni 1 km dari Harajuku (Aoki,2003:52). Menurutnya trend tersebut mungkin terbentuk dari rasa kagum para gadis remaja terhadap selebritis Afro seperti Janet Jackson atau Naomi Campbell, namun sampai sekarang spekulasi tersebut belum terbukti secara nyata. Beberapa peneliti asing berpendapat bahwa hiasan rambut berbentuk kembang sepatu dan rambut yang pirang cenderung mengacu pada kemiripan dengan penampilan gadis – gadis di Amerika bagian barat. Bahkan ada juga yang menyatakan bahwa kulit mereka
3
yang digelapkan adalah karena gadis – gadis Jepang yang berkulit putih tersebut terobsesi untuk menjadi hitam. Gadis – gadis ganguro seringkali mendapat kesan negatif dari berbagai media di Jepang dikarenakan oleh fakta bahwa kebanyakan dari mereka cenderung malas belajar dan tidak pernah mencapai prestasi apapun di sekolah. Gaya hidup mereka bebas dan sering berperilaku sesukanya dan tidak memiliki ambisi untuk masa depan. Kehidupan sehari – harinya dipakai untuk bersenang – senang dan tentunya hal ini membuat risih pihak – pihak tertentu yang memiliki sifat konservatif. Gaya hidup para gadis ganguro rata – rata terpengaruh dari budaya Barat yang sarat akan seks bebas.
1.2 Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan dalam skripsi ini adalah mengenai latar belakang remaja putri di Jepang mengikuti trend ganguro dihubungkan dengan unsur psikologis. Ganguro merupakan salah satu trend yang cukup populer di kota Tokyo dan berpusat di daerah Shibuya dan Ikebukuro.
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Penulis akan meneliti latar belakang remaja putri di Jepang mengikuti trend ganguro yang dihubungkan dengan unsur psikologis. Khususnya gadis – gadis remaja yang berada di daerah Shibuya dan Ikebukuro, yang merupakan pusat berkumpulnya para pengikut trend ganguro.
4
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kepada pembaca mengenai latar belakang remaja putri di Jepang mengikuti trend ganguro ditinjau dari unsur psikologis. Manfaat penelitian ini adalah agar pembaca dapat semakin memahami seluk beluk trend mode remaja Jepang masa kini khususnya trend ganguro dan dapat melihat secara lebih jelas unsur psikologis apa saja yang pada dasarnya mempengaruhi tata cara mereka dalam berpenampilan dan mengekspresikan jati diri mereka.
1.5 Metode Penelitian Metode yang akan digunakan oleh penulis adalah metode kajian kepustakaan dan deskriptif analitis. Penulis akan menggunakan metode kajian kepustakaan karena penulis dapat memperoleh kejelasan data dan informasi yang dibutuhkan melalui buku, artikel, berita, maupun internet dan diharapkan agar sumber – sumber tersebut dapat membantu penulis dalam memenuhi kebutuhan informasi demi kelancaran penelitian yang sedang dilaksanakan. Penulis juga akan meneliti melalui kasus – kasus yang menceritakan latar belakang remaja putri di Jepang mengikuti trend ganguro.
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab yakni sebagai berikut: Bab 1, merupakan pendahuluan yang terdiri dari latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan penelitian, dan metode penelitian yang akan digunakan oleh peneliti, serta sistematika penulisan skripsi. Bab 2, berisi tentang landasan teori trend mode ganguro dan teori psikologis perilaku remaja putri serta teori psikologis remaja di Jepang pada umumnya yang 5
digunakan oleh peneliti sebagai salah satu sarana informasi untuk menunjang penelitian yang sedang dilakukan. Bab 3, berisi tentang analisis terhadap kasus – kasus latar belakang remaja putri di Jepang mengikuti trend ganguro yang telah diperoleh peneliti sehingga dapat memperoleh hasil penelitian yang diharapkan. Bab 4, berisi tentang simpulan akhir yang diperoleh dari keseluruhan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti. Bab 5, merupakan ringkasan dari keseluruhan isi skripsi yang terdiri dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan serta tujuan penelitian dan simpulan, sebagai jawaban dari permasalahan penelitian.
6