BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu masyarakat
Indonesia telah mengenal dan
menggunakan tanaman obat. Berbagai macam penyakit dan keluhan ringan maupun berat diobati dengan memanfaatkan ramuan dari tumbuh-tumbuhan tertentu yang mudah didapat disekitar pekarangan rumah dan hasilnya pun memuaskan. Kelebihan dari pengobatan dengan menggunakan ramuan tradisional secara tradisional tidak ada efek samping yang ditimbulkan seperti yang terjadi pada pengobatan kimiawi (Oktora,2006) Menurut penelitian masa kini, obat-obatan tradisional memang bermanfaat bagi kesehatan dan kini digencarkan penggunaannya karena lebih mudah dijangkau masyarakat, baik harga maupun ketersediaannya. Saat ini, obat tradisional banyak digunakan karena menurut beberapa penelitian tidak menyebabkan efek samping dan masih bisa dicerna oleh tubuh. (Sukmono, R.J. 2009) Seiring kecenderungan gaya hidup yang kembali ke alam (back to nature) membuktikan hal-hal yang alami bukanlah yang kampungan atau ketinggalan zaman. Dunia kedokteran modern pun banyak kembali mempelajari obat-obatan tradisional. Hasilnya pun mendukung bahwa tanaman obat memang memiliki kandungan zat atau senyawa yang secara klinis terbukti bermanfaat bagi kesehatan (Fauziah,2006).
1
2
WHO merekomendasikan penggunaan obat tradisional, termasuk herbal, dalam pemeliharaan kesehatan masyarakat, pencegahan, dan pengobatan penyakit, terutama untuk penyakit kronis dan penyakit degeneratif. WHO juga mendukung upaya-upaya dalam peningkatan keamanan dan khasiat dari obat tradisional. Penggunaan obat tradisional secara umum dinilai lebih aman daripada penggunaan obat modern karena memiliki efek samping yang relatif lebih rendah daripada obat modern. (Sukmono, R.J. 2009). Banyak sekali tanaman yang bermanfaat dalam pengobatan,baik sebagai obat maupun sebagai penunjang dalam proses penyembuhan suatu penyakit selain tetap memprioritaskan penanganan medis. Salah satu contoh tanaman tersebut adalah daun kucai (Alium odoratum) yang berkhasiat dalam menurunkan tekanan darah tinggi (hipertensi). (Permadi,2008) Kucai
(Alium
Odoratum)
merupakan
salah
satu
tanaman
obat
antihipertensi. Dalam pengobatan biasa (konvensional) daun kucai ini termasuk dalam golongan betablocker (salah satu obat antihipertensi). Kucai juga dapat mencegah terjadinya komplikasi dari hipertensi antara lain dapat mencegah stroke (Duryatmo, 2010). Menurut survey awal yang penulis lakukan di Rt. 02 Dusun 5 Desa Salambuku hampir setiap rumah terdapat tanaman kucai dan menemukan 6 orang penderita darah tinggi. Masyarakat yang berdomisili di daerah tersebut memanfaatkan daun kucai ini dalam pengobatan penyakit. Namun penulis belum mengetahui tentang efektifitas daun kucai tersebut dalam mengobati penyakit
3
hipertensi di Rt.02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec.Batang Masumai Kab.Merangin. Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang : “UJI EFEKTIFITAS DAUN KUCAI (Alium odoratum ) TERHADAP
PENURUNAN
TEKANAN
DARAH
TINGGI
DI
MASYARAKAT RT. 02 DUSUN 5 DESA SALAMBAKU KEC. BATANG MASUMAI KAB. MERANGIN”.
1.2 Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dibuat rumusan masalah yaitu : Bagaimana efektifitas daun kucai (Alium odoratum) terhadap penurunan tekanan darah tinggi di Rt. 02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec. Batang Masumai Kab. Merangin.
1.3 Tujuan penelitian 1.3.1
Tujuan umum Untuk membuktikan efektifitas daun kucai (Alium odoratum) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di Rt.02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec. Batang Masumai Kab. Merangin.
1.3.2
Tujuan khusus Diketahuinya efektifitas daun kucai (Alium odoratum) dalam penurunan tekanan darah tinggi pada penderita penyakit hipertensi ringan
4
dan sedang pada masyarakat di Rt.02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec.Batang Masumai Kab.Merangin.
1.4 Manfaat peneltian 1.4.1
Untuk peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan menambah wawasan terutama tentang efektifitas daun kucai (Alium odoratum) terhadap penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi.
1.4.2
Untuk akademik a. Sebagai referensi di perpustakaan di Akademi Farmasi pemda jambi,yang dapat digunakan oleh peneliti selanjutnya yang berminat untuk meneliti manfaat tanaman obat dalam pengobatan tradisonal b. Sebagai informasi tambahan untuk memperkaya ilmu pengetahuan mengenai tanaman obat. c. Dapat menambah pengetahuan dan sebagai informasi tambahan tentang khasiat dan penggunaan daun kucai yang baik.
1.4.3
Untuk Masyarakat Untuk menambah pengetahuan dan informasi bagi masyarakat dalam pemanfaatan daun kucai (Alium odoratum) sebagai obat antihipertensi dalam upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Obat Tradisional 2.1.1
Definisi Obat Tradisional Definisi obat tradisional menurut Undang-undang No. 23 tahun 1992
adalah bahan atau ramuan berupa bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik) atau campuran dari bahan-bahan tersebut yang secara turun temurun telah digunakan untuk pengobatan berdasarkan pengalaman. Obat tradisional telah dikenal dan banyak digunakan secara turun temurun oleh masyarakat. Umumnya, pemamfaatan obat tradisional lebih diutamakan sebagai upaya preventif untuk menjaga kesehatan. Selain itu, ada pula yang menggunakannya untuk pengobatan suatu penyakit. (Suharmiati dan Lestari handayani, 2006). Pada kenyataan bahan obat alam yang berasal dari tumbuhan porsinya lebih besar dibandingkan yang berasal dari hewan atau mineral sehingga sebutan obat tradisional hampir selalu identik dengan tanaman obat karena sebagian besar obat tradisional berasal dari tanaman obat. (Anonim,2008) Dalam penggunaan tanaman obat sebagai obat bisa dengan cara diminum, ditempel, untuk mencuci/mandi, dihirup sehingga penggunaannya dapat memenuhi konsep kerja reseptor sel dalam menerima senyawa kimia atau rangsangan. (Thomas,2005)
5
6
Tanaman obat adalah jenis tanaman yang sebagian, seluruh tanaman dan atau sel tanaman tersebut digunakan sebagai obat, bahan atau ramuan obatobatan. Tanaman berkhasiat obat dikelompokan menjadi tiga: 1. Tumbuhan obat tradisional merupakan spesies tumbuhan yang diketahui atau dipercaya masyarakat memiliki khasiat obat dan dan telah digunakan sebagai bahan baku obat tradisional. 2. Tumbuhan obat modern merupakan spesies tubuhan yang secara ilmiah telah dibuktikan mengandung senyawa atau bahan bioaktif yang berkhasiat obat dan penggunaannya dapat dipertanggungjawabkan secara medis. 3. Tumbuhan obat potensial merupakan spesies tumbuhan yang diduga mengandung atau memiliki senyawa atau bahan bioaktif berkhasiat obat, tetapi belum dibuktikan secara ilmiah-medis sebagai bahan obat. (Yuli W.Siswanto, 1997)
2.1.2
Jenis Obat Tradisional Berdasarkan keputusan Kepala Badan RI No. HK.00.05.4.2411 tentang
ketentuan pokok pengelompokan dan penandaan obat bahan lam Indonesia, obat tradisional dikelompokan menjadi tiga, yaitu jamu, obat herbal terstandar, dan fitofarmaka. a. Jamu Jamu adalah obat tadisional yang berasal dari bahan tumbuh-tumbuhan, hewan dan mineral dan atau sediaan galeniknya atau campuran dari bahanbahan tersebut yang belum dibakukan dan dipergunakan dalam upaya
7
pengobatan berdasarkan pengalaman. Umumnya obat tradisional ini dibuat dengan mengacu pada tanaman obat yang jumlahnya antara 5-10 macam, bahkan bisa lebih. Jamu tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Di samping klaim khasiat yang dibuktikan secara empires, jamu juga harus mememnuhi persyaratan keamanan dan standar mutu. Jamu yang telah digunakan secara turunmenurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan ratusan tahun telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk tujuan kesehatan tertentu.
Logo Jamu Kriteria jamu: 1. Aman 2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris 3. Memenuhi persyaratan mutu (Suharmiati dan Lestari Handayani,2006) b. Obat Herbal Terstandar Merupakan obat tradisional yang disajikan dari hasil ekstraksi atau penyaringan bahan alam, baik tanaman obat, binatang, maupun mineral. Dalam proses pembuatannya dibutuhkan peralatan yang tisak sederhana dan lebih mahal dari jamu. Tenaga kerjanya pun harus didukung oleh pengetahuan dan keterampilan membuat ekstrak. Obat herbal ini
8
umumnya ditunjang oleh pembuktian ilmiah berupa penelitian praklinis. Penelitian ini meliputi standardisasi kandungan senyawa berkhasiat dalam bahan penyusun, standardisasi pembuatan ekstrak yang higienis, serta uji toksisitas akut maupun kronis.
Logo Obat Herbal Terstandar Kriteria obat herbal terstandar : 1. Aman 2. Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik 3. Bahan baku yang digunakan telah terstandar 4. Memenuhi persyaratan mutu (Suharmiati dan Lestari Handayani,2006) c. Fitofarmaka Merupakan obat tradisional yang dapat disejajarkan dengan obat modern. Proses pembuatannya telah terstandar dan ditunjang oleh bukti ilmiah sampai uji klinis pada manusia. Oleh karena itu, dalam pembuatannya peralatan berteknologi modern, tenaga ahli, dan biaya yang tidak sedikit.
Logo Fitofarmaka
9
Kriteria Fitofarmaka: 1. Aman 2. Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan uji klinik 3. Menggunakan bahan baku terstandar 4. Memenuhi persyaratan mutu (Suharmiati dan Lestari Handayani, 2006) 2.1.3
Penggunaan Obat Tradisional Penggunaan obat tradisional khususnya tanaman berkhasiat obat, tetap
berlangsung di zaman modern ini, bahkan cenderung meningkat, ini merupakan bukti masyarakat masih mengakui dan memanfaatkannya. Dengan demikian perlu dilestarikan dan dimanfaatkan jenis-jenis tanaman obat maupun resep-resep tradisional warisan orang tua dahulu dalam upaya menunjang pelayanan kesehatan.(Hembing Wijayakusuma,1995) Sebagian besar obat tradisional yang telah dikembangkan melalui seleksi alamiah, dalam pemakaiannya ternyata belum cukup untuk memenuhi persyaratan ilmiah bagi pengobatan modern. Agar pemakaian obat tradisional dapat dipertanggung jawabkan, perlu dilakukan berbagai penelitian baik untuk mencapai komponen aktifnya maupun untuk menilai efektifitas dan keamanannya. (Bamband Mursito,2006)
10
2.2 Daun Kucai (Alium odoratum) Gambar 1. Daun kucai (Alium odoratum)
Kucai adalah tanaman umbi-ubian, tinggi 30 sampai 50 cm. umbi ramping berbentuk kerucut dengan panjang 2-3 cm dan lebar 1 cm, dan tumbuh dalam rumpun yang padat. Daun berbentuk tabung hampa, panjang hingga 50cm, dan berdiameter 2-3 mm, dengan tekstur yang lembut, meskipun sebelum munculnya bunga dari daun,akan terlihat lebih keras dari biasanya. Bungabunga berwaran pucat ungu, berbentuk bintang dengan enam kelopak bunga, lebar 1-2 cm,dan diproduksi dalam bunga yang banyak, sekitar10-30 bunga, sebelum membuka, bunga dikelilingi oleh daun pelindung tipis. Benih-benih diproduksi di sebuah kapsul pada tiga tangkai kecil, biasanya benih matang di musim panas. (Anonim,2005)
11
2.2.1
Deskriptif tanaman Morfologi tanaman Divisi
: Magnoliophyta
Kelas
: Liliopsida
Bangsa
: Liliales
Suku
: Amaryllidaceae
Marga
: Allium
Jenis
: Allium odoratum
(Anonim,2005) 2.2.2 Kandungan dan Senyawa Aktif Dilihat dari zat gizinya, kucai memiliki nilai gizi cukup baik. Dalam 100 gram kucai terkandung energy lebih dari 40 kkal. Selain itu, sebagai sayuran kucai juga sangat kaya akan serat pangan (dietry fiber), vitamin, dan mineral. Kandungan zat gizi kucai per 100 gram dapat dilihat dibawah. Tabel 2.1 Kandungan zat gizi per 100 gram kucai : No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Zat gizi Energi (Kkal) Protein (g) Lemak (g) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Besi (mg) Vitamin A (IU) Vitamin B1 (mg) Vitamin C (mg)
Kucai
Kucai muda
45 2,2 0,3 52 50 1,1 40 0,11 17
42 3,8 0,6 76 91 2,5 500 0,11 59
12
Senyawa aktif dalam daun kucai antara lain: 1. Flavonoid 2. Saponin 3. Karoten 4. Belerang (Anonim, 2005). 2.2.3 Efek Farmakologi Kucai mengandung senyawa tetrametiloksamida dan ester 17etadekadesenil. Efek antihipertensi ekstrak kucai sebanding dengan Atenolol dosis 25 mg. Atenolol adalah zat penurun hipertensi yang ering diresepkan dokter yang tergolong suatu Beta bloker. Soal toksisitas, dari uji klinis tersebut terungkap, mengonsumsi kucai dalam dosis tinggi sekalipun tetaplah aman. Konsumsi kucai tidak meningkatkan denyut jantung yang sangat tinggi. Penderita hepertensi harus menghindari denyut jantung yang tinggi. Sebab, denyut jantung memaksa darah memasuki pembulu jantung yang sempit lebih cepat. Akibatnya darah menumpuk di pembulu dan menyebabkan pembulu darah pecah. Kucai juga dapat menghentikan penurunan kadar nitrogen oksida pada darah tikus. Makin tinggi kadar NO, makin lebar pembuluh darah, dan makin cepat dan lancar laju aliran darah. Dengan cara ini penyumbatan pembulu darah dapat dihindari. Resiko terkena stroke makin kecil.
13
Peneliti di Sekolah Tinggi Farmasi Institut Teknologi Bandung mengekstrak 240 mg kucai yang berumur dua bulan, ternyata kucai dapat menurunkan tekanan darah sistolik hingga 28,67 mmHg dan tekanan darah diastolik hingga 4,64 mmHg. (Duryatmo,2010:359-361). 2.2.4 Cara penggunaan sebagai obat hipertensi 1. Bahan
: 200 gram daun kucai (Alium odoratum) 3 gelas air
Daun kucai yang digunakan adalah daun kuacai yang masih segar. 2. Cara membuat
: Daun kucai dicuci bersih dan dipotong sedang, tambahkan air dan dipanaskan. Biarkan air mendidih sampai tersisa 1 gelas. Api lalu dimatikan dan biarkan wadah tetap dalam keadaan tertutup sampai air dingin, kemudian disaring. Cairan diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas, setelah makan. (Anonim,2005)
2.3
Hipertensi
2.3.1 Pengertian Hipertensi adalah adalah terjadinya peningkatan tekanan darah secara abnormal (tidak normal) pada tekanan sistolik 140 mmHg atau lebih dan tekanan diastolik 120 mmHg secara terus menerus yang disebabkan satu atau beberapa faktor yang tidak berjalan sebagaimana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah secara normal.(Farmakologi dan Terapi, 2002).
14
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur (usia lebih dari 30 tahun). Namun, banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum menimbulakan gangguan yang serius pada kesehatannya. (lany Gunawan,2001). Tekanan darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Darah yang dengan lancer beredar ke seluruh bagian tubuh berfungsi sangat penting sebagai pengangkut oksigen serta zat-zat lain yang diperlukan bagi kehidupan sel-srl tubuh. Selain itu, darah juga berfungsi sebagai sarana pengangkut sisa hasil metabolisme yang tidak berguna lagi dari jaringan tubuh. (L.Gunawan,2001). Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan darah sistolik adalah tekanan darah pada waktu jantung menguncup (sistole). Adapun tekanan darah diastolic tekanan darah pada saat jantung mengendor kembali (diastole). Dengan demikian tekanan darah sistole lebih tinggi dari diastole. Tekanan darah manusia bisa diukur langsung dengan alat tensimeter (L.Gunawan,2001).
`
15
Tabel 2.2 Batas rata-rata tekanan darah berdasarkan umur pada pria dan wanita: Pria Sistolis Diatolis (mmHg) (mmHg) 10 – 20 102 – 123 70 – 78 20 – 30 123 – 126 78 – 80 30 – 40 126 – 128 80 – 82 40 – 50 128 – 133 82 – 83 50 – 60 133 – 140 83 – 84 60 – 70 140 – 143 84 – 81 70 – 80 143 81 – 80 80 – 90 143 80 – 78 (Tjay, Tan Hoan,Drs. 2002)
Usia (Tahun)
Wanita Sistolis (mmHg) 103 – 116 116 – 120 120 – 126 126 – 136 136 – 144 144 – 158 158 – 155 155 – 149
Diatolis (mmHg) 70 – 73 73 – 76 76 – 80 80 – 85 85 – 83 83 – 82 81 – 80 80
2.3.2 Jenis Hipertensi Menurut buku obat – obat penting tahun 2002 berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial dan skunder: a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu hipertensi yang tidak jelas etiologinya. Hipertensi ini merupakan 90% dari kasus hipertensi. Faktor – faktor yang mempengaruhi hipertensi esensial adalah usia, merokok, dan kolesterol. b. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang diketahui penyebabnya, prevalensi hipertensi sekunder ini hanya sekitar 5-8% dari seluruh penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, penyakit endokrin,pemakaian obat-obatan dan lain-lain. Berikut klasifikasi hipertensi dibedakan berdasarkan tingginya tekanan darah (TD) pada penderita usia 18 tahun keatas dapat dilihat pada label di bawah ini :
16
Tabel 2.3 Klasifikasi Tekanan Darah No 1. 2. 3.
Kategori Normal Perbatasan Hipertensi Tingkat 1 – ringan Tingkat 2 – sedang Tingkat 3 – berat Tingakt 4 –sangat berat
TDD (mmHg) <85 85-89
TDS (mmHg) <130 130-130
90- 99 100-109 110-119 ≥120
140-159 160-179 180-209 ≥210
c.
(Farmakologi dan Terapi, 2005)
2.3.3 Penyebab Hipertensi Berhubung lebih dari 90% penderita hipertensi digolongkan atau disebabkan oleh hipertensi primer. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beerapa factor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi. Factor-faktor tersebut antara lain adalah factor keturunan, cirri perseorangan, dan kebiasaan hidup. 1. Faktor Keturunan Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. 2. Ciri Perseorangan Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah umur, jenis kelamin, dan ras. Umur yang bertambah akan menyebabkan terjadinya kenaikan tekanan darah. Tekanan darah pria umumnya lebih tinggi dibandingkan wanita. 3. Kebiasaan Hidup
17
Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah konsumsi garam yang tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stress dan pengaruh lain. Pengaruh lain yang dapat menyebabkan naiknya tekanan darah antara lain : a) Merokok, karena merangsang system adrenergic dan meningkatkan tekanan darah b) Minum alcohol c) Minum obat-obatan, misal: Ephedrin, Prednison, Epinefrin (Lany Gunawan,2011) 2.3.4 Gejala Umum Hipertensi Gejala – gejala yang dikeluhkan penderita secara umum : a. Sakit kepala b. Rasa pegal dan tidak nyaman pada tengkuk c. Perasaan berputar seperti tujuh keliling serasa ingin jatuh d. Berdebar atau detak jantung terasa cepat e. Telinga berdenging Jika hipertensinya berat atau menahan dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut: a. Sakit kepala b. Kelelahan c. Mual d. Muntah e. Sesak nafas
18
f. Gelisah g. Pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal. (http://id.wikipedia.org/wiki/Tekanan -darah-tinggi)
2.3.5 Obat – Obat Hipertensi 1. Nifedipin Khasiat utamanya adalah vasodilasi, terutama digunakan pada hipertensi esensial (ringan/berat), juga pada angina variant berdasarkan efeknya terhadap jantung yang relative ringan. Kerja kapsul dalam 20 menit dan bertahan 1-2 jam. Efek samping: Udema pergelangan kaki 2. Kaptopril Derivat prolin ini adalah penghambat ACE, efek peniadaan angiostensin II adalah vasodilatasi dan berkurangnya retensi garam dan air. Efek samping : hilangnya rasa (kadang – kadang penciuman), batuk kering. 3. Labetolol Derivat salbutamol, kerja cepat 2-4 jam, digunakan pada hipertensi sedang sampai berat, efek menguat dengan meningkatnya dosis. Efek samping : Hidung tersumbat, gangguan lambung-usus, letih lemah. 4. Klonidin
19
Derivat imidazolin yang kerja kuat berdasarkan efek adrenolitik sentral,. Kerja maksimal dicapai dalam waktu 4 jam dan bertahan 8 jam. Efek samping : Sedasi, mulut kering, pusing, mual. 5. Metil dopa Derivat alanin terutama digunakan pada hipertensi sedang sampai dengan berat, efek 5 jam dan bertahan 24 jam. Efek samping : Kelainan darah serius antara lain anemia dan leukemia.
2.3.6 Usaha Pencegahan Hipertensi Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga hipertensi. Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi parah. Sebenarnya sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya, hanya diperlukan disiplin dan ketekunan menjalankan aturan hidup sehat, sabar, dan ihklas dalam mengendalikan perasaan dan keinginan atau ambisi. Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan pencegahan yang baik (stop high blood pressure), antara lain dengan cara : 1. Mengurangi konsumsi garam 2. Menghindari kegemukan 3. Membatasi konsumsi lemak 4. Olahraga teratur 5. Makan banyak buah dan sayuran segar 6. Tidak merokok dan tidak minum alcohol 7. Latihan relaksasi atau meditasi
20
8. Berusaha membina hidup yang positif (Lany Gunawan,2001)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. 1.1 Jenis penelitian Jenis penelitian yang di lakukan adalah ekperimen yaitu kegiatan percobaan yang bertujuan untuk mengetahui suatu gejala atau pengaruh yang timbul sebagai akibat dari adanya perlakuan tertentu.
3.2.
Alat dan Bahan 1. Alat : Sphygmomanometer (tensi meter) 2. Bahan : a. 200 gram daun kucai (Alium odoratum ) b. Air 3 gelas
3.3.
Subjek Penelitian Subjek penelitian ini adalah masyarakat yang menderita hipertensi dengan kriteria: a) Subjek 10 orang ( 5 orang hipertensi ringan dan 5 orang hipertensi sedang). b) Laki – laki dan perempuan c) Usia 30 – 60 keatas
21
22
d) Tekanan darah systole sama dengan dan diatas 140mmHg e) Bukan penderita hipertensi sekunder f) Bukan ibu hamil g) Tidak alergi terhadap bahan obat
3.4.
Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah sediaan daun kucai (Alium odoratum)
3.5.
Lokasi dan Waktu Penelitian
3.5.1. Lokasi Penelitian dilakukan di Rt 02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec. Batang Masumai Kab. Merangin 3.5.2. Waktu Penelitian Penelitian direncanakan pada bulan juli 2011
3.6.
Cara Kerja
3.6.1. Survey awal Observasi ke Rt.02 dusun 5 Desa Salambuku Kec. Batang Masumai Kab. Merangin 3.6.2. Mengumpulakan data masyarakat Rt.02 Dusun 5 Desa Salambuku Kec,. Batang Masumai Kab. Merangin yang menderita hipertensi dengan usia 30-60 tahun berdasarkan data dari puskesmas Bangko.
23
3.6.3. Mengukur tekanan darah awal penderita hipertensi dengan menggunakan alat sphygmomanometer (tensi meter), dilakukan oleh tenaga medis (perawat) 3.6.4. Memberikan sediaan daun kucai kepada penderita (200 gram daun kucai direbus dengan 3 gelas air sampai mendidih hingga tersisa 1 gelas, biarkan dingin dan saring diminum 3 kali sehari sebanyak 1 gelas sesudah makan) 3.6.5. Mengukur kembali tekanan darah penderita yang menggunakan daun kucai dengan periode waktu tiap 1 kali sehari (sore) selama sebulan. 3.6.6. Uji efektifitas Uji ini dilakukan terhadap penderita hipertensi ringan dan sedang yang masing-masing berjumlah 5 orang dengan usia 30-60 tahun 3.6.7. Pengumpulan data Data yang diambil adalah besarnya tekanan darah setelah menggunakan ramuan kucai selama 2 minggu. 3.6.8. Teknik pengumpulan data Teknik pengumpulan data di peroleh dari hasil pengukuran tekanan darah pada subjek penelitian yang telah diberi perlakuan. Data akan disajikan dalam bentuk tabel.
24
DAFTAR PUSTAKA Anonim, 2005.Farmakologi dan Terapi, Jakarta : Fakultas Kedokterann Universitas Indonesia. Bustan NM. 2006. Epidemiologi penyakit tidak menular. Jakarta: Rineka Cipta Duryatmo S, Susanto DA, cahyana D, ankasa S, wijayanti L, Apriyanti RN, dll. 2010. Herbal Indonesia berkhasiat (Bukti Ilmiah dan Cara Racik). Vol 8. Depok: Pt. Trubus Swadaya. Gunawan,L.2001. Hipertensi (Tekanan Darah TInggi). Yogyakarta : Kanisius Lumbantobing, SM. 2008. Tekanan Darah Tinggi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Majid A. 2005. Fisiologi Kardiovaskular. Edisi 2. Medan : Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Oktora L, Sari LK. 2006. Pemanfaatan Obat Tradisional Dengan Pertimbangan Manfaat Dan Keamanannya. Majalah Ilmu Kefarmasian, Vol. III, No.1, April 2006, 01 – 07. (diakses 24 Maret 2011). Diunduh dari URL: http://jurnal.farmasi.ui.ac.id/pdf/2006/v03n01/lusia0301.pdf Permadi A.2008. Ramuan herbal penumpas hipertensi. Jakarta: Pustaka bunda. Silitonga L. 2011. Karakteristik Penderita Hipertensi Yang Di Rawat Inap Di Rumah Sakit Umum Daerah Porsea Kabupaten Toba Samosir Tahun 2005-2007. (diakses 24 Maret 2011). Diunduh dari URL: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/14690 Suharmiati dan Lestari Handayani. 2006. Cara Benar Meracik Obat Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka. Thomas ANS. Tanaman obat tradisional 2. Yogyakarta : kanisius. 9-10. Tjai, Tan Hoa,Drs. 2002. Obat-Obat Penting Edisi V. Jakarta:Elek Media Komputindo. Yogiantoro M. 2006. Hipertensi Esensial. Buku ajar ilmu penyakit dalam, jilid I, edisi IV. Sudoy AW, setiyohadi B, Alwi I, simadibrata K, setiawati S. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.
25
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3384/1/penydalam-umar7.pdf http://www.smallcrab.com/kesehatan/739-berbagai-khasiat-bawang-kucai. http://www.sith.itb.ac.id/herbarium/index/index.php? c=herbs&view=detail&spid=237530 http://indonesian-herbal.blogspot.com/2008/11/tanaman-obat-indonesia-untukpengobatan.html http://www.litbang.deptan.go.id/special/publikasi/doc_perkebunan/tanamanobat/ta n-obat-bagian-a.pdf