BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Berita merupakan sarana penyampaian pesan tentang segala peristiwa aktual yang menarik perhatian orang banyak. Peristiwa yang melibatkan fakta dan data yang ada di alam semesta ini, yang terjadi pun aktual dalam arti “baru saja” atau hangat dibicarakan orang banyak. Adapun cara melporkan atau memberitakan sesuatu, supaya menarik perhatian orang banyak, dan orang lazim melakukan dengan cara “to the point” atau “diplomatis”. Demikian juga dalam hal membuat dan menyajikan berita sesuai kaidah jurnalistik. 1 Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita
1
Kustadi Suhadang, PengantarJurnalistik. (Bandung: Nuansa, 2004). Hal. 103-104
1 digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
2
sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers. Dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan Oleh karena itu wajar apabila, suatu peristiwa yang sama akan disajikan berbeda oleh media. Sebagaimana difahami, sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi bagian dari sebuah konstalasi politik. Baik ditingkat lokal, nasional bahkan International. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Karena surat kabar tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia dikelilingi dengan berbagai kepentingan yang mewarnainya. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. 2 Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers. Permasalahan korupsi yang melanda negeri ini bagaikan sebuah penyakit yang tidak akan pernah sembuh. Berbagai fakta dan kenyataan yang diungkapkan
2
Darmanto, MembongkarIdeologi Di BalikPenulisanBeritaDengan Analisa framing. hal 1
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
3
oleh media seolah-olah merepresentasikan jati diri bangsa yang dapat dilihat dari budaya korupsi yang telah menjadi hal yang biasa bagi semua kalangan, mulai dari bawah hingga kaum elite. Namun bagaimana jika pelaku media mendapat penghalangan ketika melakukan tuas peliputan. Hal inilah yang terjadi di kabupaten Bangkalan. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis atau latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers. Disinilah realitas sosial dimaknai dan dikontruksi dengan makna tertentu. yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Oleh karena itu wajar apabila, suatu peristiwa yang sama akan disajikan berbeda
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
4
oleh media. Sebagaimana difahami, sejak awal perkembangannya surat kabar telah menjadi bagian dari sebuah konstalasi politik. Baik ditingkat lokal, nasional bahkan International. Secara khusus, surat kabar pun memiliki persepsi diri demikian. Karena surat kabar tidak berdiri sendiri, dibalik itu ia dikelilingi dengan berbagai kepentingan yang mewarnainya. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Oleh karena itu, diperlukan sebuah analisis tersendiri terhadap isi berita sehingga akan diketahui latar belakang seorang penulis dalam menulis berita. Hal ini akan memberikan dampak positif terhadap pembaca itu sendiri. Pembaca akan lebih memahami mengapakah seorang penulis, menulis berita sehingga seminimal mungkin menghindari terjadinya respon yang reaksional. Pembaca tidak akan fanatik terhadap salah satu institusi pers dengan alasan ideologi. Artinya, masyarakat akan lebih dewasa terhadap pers. Lebih dari itu, penyampaian sebuah berita ternyata menyimpan subjektivitas penulis. Bagi masyarakat biasa, pesan dari sebuah berita akan dinilai apa adanya. Namun, berbeda dengan kalangan tertentu yang memahami betul gerak pers. Mereka akan menilai lebih dalam terhadap pemberitaan, yaitu dalam setiap penulisan berita menyimpan ideologis/latar belakang seorang penulis. Seorang penulis pasti akan memasukkan ide-ide mereka dalam analisis terhadap data-data yang diperoleh di lapangan. Teror kekerasan terhadap aktivis LSM dan wartawan di Kabupaten Bangkalan seperti episode. Rentetan kekerasan bersambung dari satu orang ke orang lain, sejak tahun 2010 hingga 2016, belum tertangani serius. Mulai perusakan mobil, pelemparan batu dan bom molotov, pembacokan,
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
5
penganiayaan hingga penembakan, menjadi saksi nyata bahwa kehidupan demokrasi dan penegakan hukum di Bangkalan masih sebatas wacana alias papan nama di kabupaten Bangkalan. Para aktivis LSM yang berseberangan dengan penguasa Bangkalan bisa dipastikan mendapat teror. Entah melalui SMS, senjata tajam maupun bom molotov. Terakhir menggunakan senjata api. Dalam kurun waktu 2010 hingga 2016, ada sepuluh peristiwa kekerasan yang menimpa LSM dan wartawan di Bangkalan. Kesemuanya belum ada yang tertangani hingga ke meja hijau. Hanya kasus pengrusakan kantor pusat Radar Madura berhasil disidangkan. Dan pelaku pembacokan Musleh, aktivis Madura Corruption Watch (MCW) si pelaku menyerahkan diri. Anehnya lagi, semua rentetan kasus kekerasan dan intimidasi tersebut sampai saat ini tidak tertangani oleh pihak kepolisian. Semua kasus yang terjadi hanya sampai pada meja penyelidikan Polres Bangkalan. Hal ini tentu memancing berbagai reakasi negatif dari kalangan aktivis atau
masyarakat awam. Indikasi permainan
kasus pun tercium oleh beberapa aktivis. Terakhir Kekerasan terhadap Ghinan Salman (24), wartawan Radar Madura Biro Bangkalan saat mengambil foto aktivitas pegawai DPU Bina Marga, Bangkalan, saat jam dinas, pada hari Selasa (20/9/2016), pukul 09.00, menjadi trending topik di medsos. Oleh karena itu wajar jika pemberitaan kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis menjadi hal yang menarik untuk diangkat oleh media lokal setempat. Ketertatikan para awak media tidak terletak dari nilai berita semata, tetapi juga terletak pada unsur kesamaan profesi yang mereka jalani sebagai
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
6
pewarta berita. Maka tak heran jka kasus kekerasan terhadap aktivis lebihlebih terhadap jurnalis dapat memicu pemberitaan dalam skala global dan menjadi trending topic disetiap media untuk diangkat dalam media harian cetak atau online hingga media yang bersifat minguan dan investigative. Berbagai aksi dan Tuntutan jurnalis dan aktivis LSM Bangkalan juga minta jawaban Kapolres Anis mengenai sejumlah kekerasan yang menimpa wartwan dan aktivis LSM Bangkalan yang tidak jelas hasil penangannanya hingga saat ini. Mereka menilai, Polres Bangkalan tidak serius menyeret para pelaku kekerasan di bumi Bangkalan. Maka dari itu penulis tertarik untuk meneliti pemberitaan tentang kasus kekerasan terhadap jurnalis dan aktivis di Majalah Mata Madura edisi 7, 3-16 Oktober 2016 dengan analisis framing Robert N. Etman
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan yang harus diangkat adalah: 1. Bagaimana struktur sintaksis Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016? 2. Bagaimana
struktur
skrip
Majalah
Mata
Madura
dalam
membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016?
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
7
3. Bagaimana struktur tematik Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016? 4. Bagaimana struktur retoris majalah Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016?
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui stuktur sintaksis majalah Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 2. Untuk mengetahui stuktur skrip majalah Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 3. Untuk mengetahui stuktur tematik majalah Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 4. Untuk mengetahui stuktur retoris majalah Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016.
D. Manfaat Penelitian Manfaat hasil dari penelitian ini ditinjau dari segi teoritis dan praktis, sebagai berikut:
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
8
1. Secara teoritis a. Diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan bagi ilmu komunikasi, sehingga penelitian ini bisa bermanfaat untuk penelitian selanjutnya b. Penelitian ini diharapkan dapat mengetahui teori yang berkaitan dengan ilmu komunikasi secara umum maupun khusus
serta
untuk
mengembangkan
ilmu
komunikasi
khususnya mengenai bagaimana analisis framing pemberitaan Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 2. Secara praktis a. Untuk peneliti Penelitian ini diharapkan mampu memberikan pengalaman, pengetahuan dan
pemahaman
tentang
analisis
framing
pemberitaan Majalah Mata Madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016 b. Untuk UIN SunanAmpel Surabaya Untuk
Universitas
khususnya
program
studi
ilmu
komunikasi, penelitian ini mampu memberikan manfaat yang mampu memberikan kontribusi ilmu untuk pengembangan disiplin ilmu. c. Untuk masyarakat umum
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
9
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan wawasan tentang konstruksi berita di media massa, terutama dalam majalah Mata Madura.
E. Penelitian Terdahulu No. Judul Penelitian Peneliti
Metode
Hasil
Penelitian
Penelitian
Analisis Framing Ikhsan
Pada penelitian
Menggunakan
(Pembingkaian)
Pratama
ini
teori William
Dalam Gerakan
Wicaksono
menggunakan
A. Gamson
Lingkungan
(Skripsi)
metode
dalam meneliti
Hidup
Fakultas
penelitian
tentang
(Studi Kasus
Ekologi
kualitatif
gerakan
Gerakan Anti
Manusia
dengan strategi
lingkungan
Batubara oleh
Institut
penelitian
hidup LSM
LSM
Pertanian
menggunakan
Greenpeace
Greenpeace Asia
Bogor, 2010
studi kasus
Asia Tenggara
Analisis Framing Desi
Penelitian ini
Peneliti
Pemberitaan
Yoanita
menggunakan
menggunakan
Tsunami di
(Skripsi)
metode
teori dari
Harian Kompas
Fakultas
penelitian
Zhongdang
dan Jawa Pos
Ilmu
kualitatif
Pan dan Gerald
1.
Tenggara, Jakarta) 2.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
10
Komunikasi
dengan
M. Kosicki
Universitas
pendekatan
dalam meneliti
Kristen
analisis framing
pemberitaan
Petra,
dari Pan dan
tsunami di
2006
Kosicki
Harian Kompas dan Jawa Pos
Analisis Framing Wandrik
Penelitian ini
Menggunakan
Pemberitaan
Panca
menggunakan
teori dari
Geng Motor
Adiguna
metode
Robert N.
(Analisis
(Skripsi)
penelitian
Entman dalam
Framing Robert
Program
kualitatif
meneliti
N. Entman
Studi Ilmu
dengan
pemberitaan
Harian Pagi
Komunikasi
pendekatan
geng motor di
Radar Bandung
Universitas
analisis framing
Harian Pagi
dan Harian
Komputer
dari Robert
Radar Bandung
Umum
Indonesia,
Entman
dan Harian
Galamedia
2011
3.
September 2010
Umum Galamedia
– Januari 2011
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
11
F. Definisi Konsep Penelitian 1. Berita Menurut Adinegoro berita adalah pernyataan antar manusia yang bertujuan untuk memberitahukan yang disiarkan melalui pers. Menurut Mochtar Lubis seorang wartawan, berita adalah apa saja yang ingin diketahui oleh pembaca, apa saja yang terjadi dan menarik perhatian orang, apa saja yang menjadi buah percakapan orang, semakin menjadi buah tutur orang banyak, semakin besar nilai beritanya, asalkan tidak melanggar ketertiban perasaan dan undang – undang penghinaan. Kemudian William Maulsby berita adalah penuturan secara benar dan tidak memihak, dan fakta – fakta yang mempunyai arti penting dan baru terjadi yang dapat menarik perhatian masyarakat yang menyiarkan berita. a) Jenis Berita Ada sejumlah jenis berita yang dikenal di dunia jurnalistik, yang paling popular dan menjadi menu utama surat kabar adalah: 1) Berita Langsung Berita langsung (straight news) adalah laporan peristiwa yang ditulis secara singkat, padat, lugas, dan apa adanya. Ditulis dengan gaya memaparkan peristiwa dalam keadaan apa adanya, tanpa
ditambah
dengan
penjelasan,
apalagi
interpretasi. Berita langsung dibagi menjadi dua
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
12
jenis: berita keras atau hangat (hard news) dan berita lembut atau ringan (soft news). 2) Berita Opini Berita opini (opinion news) yaitu berita mengenai pendapat, pernyataan, atau gagasan seseorang, biasanya pendapat para cendekiawan, sarjana, ahli, atau pejabat, mengenai suatu peristiwa. 3) Berita Interpretatif Berita
interpretaif
(interpretative
news)
adalah berita yang dikembangkan dengan komentar atau penilaian wartawan atau nara sumber yang kompeten atas berita yang muncul sebelumnya sehingga merupakan gabungan antara fakta dan interpretasi. Berawal dari informasi yang dirasakan kurang jelas atau tidak lengkap arti dan maksudnya. 4) Berita Mendalam Berita mendalam (depth news) adalah berita yang merupakan pengembangan dari berita yang sudah muncul, dengan pendalaman hal-hal yang ada di bawah suatu permukaan. Bermula dari sebuah berita yang masih belum selesai pengungkapannya dan bisa dilanjutkan kembali (follow up system). Pendalaman dilakukan dengan mencari informasi tambahan dari narasumber atau berita terkait.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
13
5) Berita Penjelasan Berita penjelasan (explanatory news) adalah berita
yang
sifatnya
menjelaskan
dengan
menguraikan sebuah peristiwa secara lengkap, penuh data. Fakta diperoleh dijelaskan secara rinci dengan
beberapa
argumentasi
atau
pendapat
penulisnya. Berita jenis ini biasanya panjang lebar sehingga harus disajikan secara bersambung dan berseri. 6) Berita Penyelidikan Berita penyelidikan (investigative news) dalah berita yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan penelitian atau penyelidikan dari berbagai sumber. Disebut pula penggalian karena wartawan menggali informasi dari berbagai pihak, bahkan
melakukan
penyelidikan
langsung
ke
lapangan, bermula dari data mentah atau berita singkat. Umumnya berita investigasi disajikan dalam format tulisan feature. (Romly, 2003 : 40-46). b) Objek Berita Karena berita adalah laporan fakta yang ditulis oleh seorang jurnalis, maka objek beritanya adalah fakta. Dan fakta dalam jurnalistik dikenal dalam berbagai kriteria, yaitu :
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
14
1) Peristiwa, adalah suatu kejadian yang baru terjadi, artinya kejadian itu hanya sekali terjadi. 2) Kasus, adalah merupakan kejadian yang tidak selesai
setelah
kejadian
peristiwa
tersebut
selanjutnya,
peristiwa
terjadi.
Maksudnya
meninggalkan
kejadian
melahirkan
peristiwa
berikutnya. Maka kejadian demi kejadian tersebut disebut dengan kasus. 3) Fenomena, adalah merupakan suatu kasus yang ternyata tidak terjadi hanya pada batas territorial tertentu, artinya kasus tersebut sudah mewabah, terjadi dimana-mana. c) Unsur Berita Diketahui bahwa berita merupakan hasil rekonstruksi dari fakta (peristiwa) oleh wartawan, maka diperlukan perangkat
untuk
merekonstruksi
peristiwa
tersebut.
Berangkat dari pemikiran bahwa pada umumnya manusia membutuhkan jawaban atas rasa ingin tahunya dalam enam hal. Maka dari itu materi digali melalui enam pokok unsur tersebut : meliputi apa (what), siapa (who), dimana (where), kapan
(when),
mengapa
(why),
bagaimana
(how).
Kemudian dikenal sebagai 5W + 1 H.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
15
2. Koran dan majalah Koran lebih bersifat Straight News atau yang sering disebut berita langsung merupakan bentuk penulisan berita yang paling sederhana, hanya dengan menyajikan unsur 4W (who, what, when, where) maka tulisan tersebut bisa langsung menjadi berita. Namun bukan berarti straight news menafikkan unsur (why dan how). Karena itu bentuk penyajian itupun juga diatur sedemikan rupa, sehingga khalayak pembaca bisa mengetahui pesan pertama yang terkandung dalam berita itu tanpa perlu membaca seluruh isi berita. Pola penulisan straight news sering dipakai media-media massa yang punya massa edar harian. Selanjutnya untuk media-media massa yang terbit berkala banyak memakai pola penulisan feature, depth news (indephtreporting, maupun investigative-reporting). Permasalahannya sekarang fakta yang bagaimana yang biasanya ditulis dengan bentuk straight news. Tidak semua fakta bisa ditulis dengan bentuk straight news. Karena
straight news sangat
terikat dengan unsur kebaruan (aktualitas). Maka suatu fakta itu ditulis dengan bentuk straight news: 1) Informasi/berita tentang peristiwa dan buku fenomena ataupun khasus. Akhirnya kejadian yang hanya sekali itu saja terjadi. Bukan kejadian yang terjadi secara berlanjutan. Misalnya kecelakaan lalu lintas, kejahatan, pergantian pejabat, dsb.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
16
2) Informasi atau berita itu penting untuk segera diketahui khalayak. 3) Baru (aktual). Majalah tulisan ini lazim disebut laporan mendalam, digunakan menuliskan permasalahan (yang penting dan menarik secara lebih lengkap, bersifat mendalam dan analisis, dimensinya lebih luas, yang dijadikan berita biasanya suatu khasus, maupun fenomena. Laporan
ini
ditulis
berdasarkan
terencana,
dan
membutuhkan waktu panjang karena merupakan hasil liputan terencana, maka diperlukan persiapan yang matang, sehingga
dalam
penulisan
indepth-reporting
ini
membutuhkan outline sebagai kerangka acuan dalam penggalian data sampai analsia data. Dalam depth news maka penulisan berita penekanannya pada unsur How (bagaimana) dan why (mengapa). Mencari dan memaparkan jawaban how dan why secara lebih rinci dan banyak dimensi.
3. Tindakan Kekerasaran Istilah kekerasan berasal dari bahasa Latin violentia, yang berarti keganasan, kebengisan, kedahsyatan, kegarangan, aniaya, dan perkosaan. Tindak kekerasan, menunjuk pada tindakan yang dapat merugikan
orang
penjarahan, pemukulan,
lain. dan
Misalnya,
lain-lain.
pembunuhan,
Walaupun
tindakan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
17
tersebut menurut masyarakat umum dinilai benar. Pada dasarnya kekerasan diartikan sebagai perilaku dengan sengaja maupun tidak sengaja (verbal maupun nonverbal) yang ditujukan untuk mencederai atau merusak orang lain, baik berupa serangan fisik, mental, sosial, maupun ekonomi yang melanggar hak asasi manusia, bertentangan dengan nilai-nilai dan norma-norma masyarakat sehingga berdampak trauma psikologis bagi korban 3. Sementara itu WHO mendefinisikan kekerasan sebagai penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat
yang
mengakibatkan
mengakibatkan
memar/trauma,
atau
kematian,
kemungkinan kerugian
besar
psikologis,
kelainan perkembangan atau perampasan hak
4. Aktivis dan Jurnalis Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata aktivis berarti Orang (terutama anggota organisasi politik, sosial, buruh, petani, pemuda, mahasiswa, wanita) yang bekerja aktif mendorong pelaksanaan sesuatu atau berbagai kegiatan di organisasinya atau Seseorang yang menggerakkan (demonstrasi dsb). Sementara Jurnalis berarti, individu yang mengabdi pada pers. Pers sendiri berarti adalah lembaga sosial dan wahana komunikasi massa yang melaksanakan kegiatan jurnalistik yang meliputi mencari,
3
Miftah Toha. 1991. Perspektif Perilaku Birokrasi. (Jakarta : Rajawali Pers). Hlm. 40
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
18
memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi baik dalam bentuk tulisan, suara, gambar, suara dan gambar, serta data dan grafik maupun dalam bentuk lainnya dengan menggunakan media cetak, media elektronik, dan segala jenis saluran yang tersedia. 4 Sementara itu H. Rosihan Anwar selaku wartawan atau awak media senior memiliki klasifikasi tersendiri bagi pelaku profesi jurnalistik, yaitu The Common Garden Journalist atau wartawan tukang kebun. Wartawan golongan ini mahir dalam menggunakan keahlian teknik kerja atau pratisi. Wartawan golongan kedua disebutThe Thingker Journalist atau wartawan pemikir. Wartawan golongan ini merupakan wartawan yang berpikir bagaimana informasi bisa dibuat secara efektif, sehingga sampai pada sasaran secara komunikatif. Di Indonesia peranan wartawan diakui secara luas, baik di kalangan masyarakat maupun kalangan pemerintahan. Setiap warga negara berhak memilih profesi wartawan, namun untuk menjadi wartawan profesional diperlukan persyaratan yang tidak mudah. Untuk itu, di Indonesia banyak wartawan yang dibesarkan dalam praktek. Namun yang akhirnya menjadi wartawan sejati yaitu mereka yang benar-benar memiliki bakat dan mencintai profesi wartawan.
4
UU No 40 tahun 1999 tentang Pers
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
19
G. Kerangka Pikir 1. Kerangka Pemikiran Konstruksi Realitas Media Massa Istilah konstruksi sosial atas realitas sosial menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckmann melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Reality : A Treatise in the Sociological of Knowledge ”(1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (Bungin 2008:13) Dalam proses sosial, individu manusia dipandang sebagai pencipta realitas sosial yang bebas di dalam dunia sosialnya. Realitas sosial tidak berdiri sendiri tanpa kehadiran individu, baik di dalamnya maupun di luar realitas tersebut. Realitas sosial itu memiliki makna, manakala realitas sosial dikonstruksi dan dimaknakan secara subyektif oleh individu lain sehingga memantapkan realitas itu secara obyektif. Individu mengkonstruksi realitas sosial, dan merekonstruksinya dalam dunia realitas, memantapkan realitas itu berdasarkan subjektivitas individu lain dalam institusi sosialnya. Paradigma
konstruktivis
menjelaskan
bahwa
realitas
merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Akhirnya, dalam pandangan paradigma definisi sosial, realitas adalah hasil ciptaan manusia kreatif melalui kekuatan konstruksi sosial terhadap
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
20
dunia sosial disekelilingnya. Bungin dalam bukunya “Konstruksi Sosial Media Massa” yangmengutip dari Berger dan Luckman menjelaskan bahwa : “Konstruksi sosial adalah sebuah proses eksternalisasi, objektivasi, dan internalisasi yang terjadi antara individu di dalam masyarakat. Ketiga proses tersebut terjadi secara simultan membentuk dialektika, serta
menghasilkan realitas sosial berupa pengetahuan
umum, konsep, kesadaran umum,
dan
wacana
publik.
Konstruksi sosial dibangun oleh individu dan masyarakat secara dialektika. Dan yang dimaksud konstruksi sosial itu adalah realitas sosial yang berupa realitas obyektif, subyektif, maupun simbolis ”. (2008:212). Teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas terjadi secara simultan melalui tiga proses sosial yaitu eksternalisasi, objektivitas, dan internalisasi. Tiga proses ini terjadi di antara individu satu dengan individu lainnya dalam masyarakat. Eksternalisasi (penyesuaian diri) dengan dunia sosiokultural sebagai produk manusia. Objektivitas, yaitu interaksi sosial yang terjadi dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan
atau
mengalami
proses
institusionalisasi.
Dan
internalisasi yaitu proses dimana individu mengidentifikasi dirinya dengan lembaga-lembaga sosial atau organisasi sosial tempat individu menjadi anggotanya. (Bungin, 2008:15) Substansi teori dan pendekatan konstruksi sosial atas realitas adalah pada proses simultan yang terjadi secara alamiah melalui
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
21
bahasa dalam kehidupan sehari- hari pada sebuah komunitas primer dan semi sekunder. Substansi “teori konstruksi sosial media massa” adalah pada sirkulasi
informasi yang cepat dan luas sehingga konstruksi sosial
berlangsung dengan cepat
dan sebenarnya merata. Realitas
terkonstruksi itu juga membentuk opini. (Bungin, 2008:193) Atas dasar pemikiran semacam itulah kaum konstruksionis memiliki pandangan tersendiri dalam melihat wartawan, media dan berita. Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, di mana individu menciptakan secara terus-menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif. (Bungin,2008:13)
2. Model Alur Kerangka Pemikiran Dalam penelitian ini penulis mengambarkan kerangka pemikiran penelitian yang akan
peneliti teliti dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini : Gambar 1.1 Model Alur Kerangka Pemikiran Sumber: Peneliti,2013 Kontruksi realitas media massa
Kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
Wartawan atau redaktur menulis berita
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
22
Tehnik framming Robert Etman
Pendefnisian masalah (define
Penyebab masalah (diagnose cause)
Penyelesaian masalah
Penilaian l h
Beritakasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis
Publik membaca
Dari gambar skema kerangka pemikiran diatas, dapat digambarkan kerangka pemikiran penelitian yang akan peneliti lakukan dalam penelitian ini. Adapun penjelasan mengenai gambar diatas adalah sebagai berikut : 1.
Konstruksi realitas berita sebagai teori atau kerangka pemikiran teoritis dasar pada analisis framing dalam penelitian ini.
2.
Peristiwa kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis. Merupakan
sebagai
bahan
informasi
dalam
sebuah
pemberitaan yang akan ditulis oleh para wartawan. 3.
Wartawan/ Redaktur, yang berperan dalam pembuatan dan penyeleksian semua kebijakan keputusan
berita kasus
kekerasan tehadap aktvis dan jurnalis melalui
proses
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
23
konstruksi dari penonjolan berita, dimana pada proses ini penelitian untuk mengetahui kebijakan media majalah mata madura kekerasan terhadap berita aktivis dan jurnalis melalui analisis teknik framing dari Robert Entman, dengan membagi empat elemen identifikasi masalah sebagai berikut : a. Pendefinisian masalah (define problem) b. Penyebab masalah (diagnose causes) c. Penilaian masalah (make moral judgement) d. Penyelesaian masalah (teratment recommendation) 4.
Berita sebagai hasil pekerjaaan yang telah dilakukan oleh wartawan dan redaktur. Pada proses tahapan ini yang menjadi pusat perhatian penting dalam penelitian, disini hasil berita dari yang telah dibuat oleh wartawan.
5.
Pembaca sebagai proses akhir dari penyampaian informasi tentang kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis.
Dalarm
memenuhi
kebutuhan
informasi
yang
dibutuhkan
masyarakat, peran media sangat penting untuk menyajikan informasi apapun. Maka penting tidak pentingnya suatu informasi berita, tergantung pada penekanan media massa dalam memberitakan peristiwa informasi yang akan disampaikanya. Institusi media massa akan berlaku selektivitas dalam menyajikan sebuah berita, dengan membuah pilihan akan kelayakan berita yang akan diberitakan kepada
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
24
khalayak, dan setiap media mempunyai pandangan yang berbeda pada dalam setiap menyajikan realitas berita. Berdasarkan bahan penelitian yang dilakukan peneliti, maka berdasarkan pendekatan atau paradigma Peter L. Berger bahwa realitas itu tidak dibentuk secara ilmiah, tidak juga sesuatu yang diturunkan oleh Tuhan, akan tetapi sebaliknya ia di bentuk dan dikons truksikan. Dengan pemahaman ini realitas tidak semata-mata hanya terjadi begitu saja melainkan ada tujuan dan maksud lain dari penyampaian sebuah realitas yang terjadi. Setiap orang mempunyai konstruksi yang berbeda-beda
pada
suatu
realitas,
berdasarkan
pengetahuan,
pengalaman, preferensi, pendidikan dan lingkungan sosial akan menafsirkan realitas konstruksi yang di bangunnya.
H. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
framing.
Analisis
framing
menaruh
perhatian
pada
pembingkaian serta pembongkaran ideologi dari sebuah informasi sebagai objek kajian. Analisis framing adalah suatu cara yang digunakan untuk mengetahui tentang cara-cara atau ideologi media dalam pengonstruksian suatu fakta serta mencermati strategi seleksi, peninjolan dan pertautan fakta ke dalam berita agar lebih bermakna, lebih menarik, lebih berarti, atau lebih diingat untuk menggiring
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
25
intepretasi khalayak sesuai perspektifnya. Analisa framing merupakan alternative dari analisis kualitatif yang dipakai.Anaisis wacana ini lebih menekankan dan melihat ”bagaimana”(How) dari pesan atau teks media tetapi juga bagaimana pesan itu disampaikan. Pendekatan yang diambil peneliti dalam mengkaji obyek (majalah Mata Madura) adalah pendekatn krits. Pendekatan kritis pada umumnya selalu melihat dalam konteks yang luas, tidak hanya pada sebuah level saja namun juga mengeksplorasi level lain yang ikut berperan dalam sebuah peristiwa. Dalam kajian media misalnya, pendekatan ini tidak hanya melihat bagaimana proses kerja wartawan ke lapangan dan membuat berita untuk diterbitkan. Namun juga melihat bagaimana konteks atau suasana sosial, politik, budaya hingga ekonomi saat berita itu dibuat. 5 Untuk dapat mengetahui dan memahami makna yang tersembunyi dalam suatu teks media yang diteliti penulis,maka peneliti framing tidak hanya dikhususkan, penulis juga memperhatikan konsep framing dan kognisi sosialnya. Peneliti menggunakan analisis framing ini. Terutama dalam menganalisis teks media. Menurut Gamson dan Modigliani, frame sendiri adalah cara bercerita atau gugusan ide-ide yang teroganisir sedemikian rupa dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. 6 Jenis penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian dimana peneliti tidak menggunakan angka 5
Rahmat, Jalaludin.2001.Metode Penelitian Komunikasi. (Bandung: Remaja Rosda Karya). Hal. 56-60
6
Eriyanto. 2001.Analisa Wacana dengan Analisis Teks Media.(Yogyakarta:LKIS). Hal. 21
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
26
atau rumus statistik dalam mengumpulkan data dan dalam memberikan penafsiran terhadap hasilnya. Konsep dasar penelitian kualitatif sebagai berikut : “Seorang peneliti mengadakan penelitian kualitatif biasanya berorientasi pada orientasi teoritis. Pada pengertian kualitatif, teori ini dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data diuji kembali secara empiris “. Bogdan dan Taylor (1975),mendefinisikan “metode kualitatif” sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 7 Lebih lanjut ,Kirk dan Miller (1986), mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasanya sendiri dan berhubungan dengan orangorang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahanya. 8 Sejalan dengan definisi tersebut, Jane Richie mendefinisikan penelitian kualitatif adalah upaya untuk menyajikan dunia sosial, dan perspektifnya di dalam dunia, dari segi konsep, perilaku, persepsi, dan persoalan tentang manusia yang diteliti. 9 Penelitian ini didasarkan pada berita pada Majalah Mata Madura pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. Penggunaan analisis
7
Dr. Lexy J. Moleong. 2004.Metode Penelitian Kualitatif.(Bandung:Remaja Rosdakarya). Hal. 3-
6 8 9
Ibid, Hal. 3 Ibid, Hal. 4-6
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
27
framing ini adalah berusaha bagaimana membongkar susunan sintaksis dan tematik di balik penulisan kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis. Dalam penelitian kualitatif, data utama diperoleh dari peneliti sendiri yang secara langsung turun di lapangan untuk memperoleh data dari objek penelitian. Penelitian ini dilakukan secara intensif tiap minggu dengan menganalisis Majalah Mata Madura pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 2. Unit Analisis Analisis dalam penelitian ini menggunkan analisis framing Robert N. Entman. Framing menurut Entman dapat dilihat dalam dua dimensi besar : seleksi isu dan penekanan atau penonjolan aspek-aspek tertentu dari realitas atau isu. 10 Seleksi isu berkaitan dengan pemilihan fakta. Dari realitas yang kompleks dan beragam, aspek mana yang diseleksi untuk ditampilkan. Aspek tertentu yang ditonjolkan dalam model framing ini seperti penempatan-penempatan yang mencolok (di headline depan atau belakang), pengulangan, pemakaian grafis, pemakaian label tertentu untuk menggambarkan orang atau peristiwa, asosiasi terhadap symbol budaya, generalisasi, simplikasi, dan sebagainya.
3. Jenis dan Sumber Data Populasi dalam penelitian ini adalah berita di Majalah mata madura dalam membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan
10
Eriyanto.2002. Analisis Framing : konstruksi, ideologi dan politik media…. hlm.187
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
28
jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. Untuk menjaga kurangnya
data,
maka
penentuan
sampel
dilakukan
dengan
menggunakan total sampling. Hal ini dimaksudkan untuk mentabulasi tulisan features secara keseluruhan agar tidak ada tulisan fetures yang lepas. Penentuan media ditetapkan peneliti karena media mata madura ini merupakan media yang tergolong besar dan menguasai pasar madura, juga karena merupakan salah satu majalah yang terbit dalam kurun waktu satu bulan dua kali dan satu satunya majalah di Madura.
4. Tahapan Penelitian 1) Menentukan tema Penentuan
tema
penelitian
dengan
pengkajian
dan
pematangan tema yang sudah terukur. 2) Membuat batasan dan tujuan Mempersempit penelitian dengan membuat batasan – batasan serta tujuan dalam proses penelitian agar menghasilkan penelitian yang spesifik dan akurat 3) Menentukan model analisis Penentuan
model
analisis
yang
digunakan
dalam
melakukan penelitian agar memiliki kesesuaian dengan tujuan penelitian, sehingga menghasilkan penelitian yang akurat 4) Mengumpulkan data
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
29
Pengumpulan data yang akan diteliti, dengan berbagai macam jenis cara, dokumentasi, pengamatan, dan study literacy. 5) Mengklasifikasikan data Agar data yang sudah ada lebih spesifik dan semakin mudah untuk diteliti, maka perlu adanya sebuah pengklasifikasian data, 6) Menganalisa data Data
yang
sudah
terkumpul
di
analisis
dengan
menggunakan teori dan model analisis yang sudah ditentukan. 7) Konfirmasi hasil dengan teori Menyelaraskan berbagai macam temuan dengan berbagai macam jenis teori. 8) Membuat kesimpulan. Menarik sebuah kesimpulan dari hasil penelitian Kegiatan
penelitian
merupakan
kegiatan
ilmiah
yang
sangat
menjunjung tinggi validitas, realibilitas dan objektivitas serta konsistensi yang tinggi bagi peneliti. Demikian juga dalam hal teknik pengumpulan data, harus disesuaikan dengan persoalan, paradigma, teori dan metodologi. Teknik pengolahan data dalam penelitian ini akan dilakukan dengan langkah-langkah yang bertahap yakni: editing, analisa dan interpretasi. a. Mencari tema Mencari Tema Dalam tahap ini, penulis mulai mengamati berita-berita yang dimuat pada berbagai media cetak. Disini peneliti mulai melihat bahwa pada dasarnya semua realitas yang
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
30
diberikan oleh media dapat dianalisa dengan menggunakan salah satu pendekatan analisa teks media. Karena realitas yang diberikan adalah hasil konstriki media melalui proses yang sangat kompleks, yaitu dengan menyortir, memilah, menentukan peristiwa dan menentukan tema-tema tertentu dalam kategori tertentu. Meskipun demikian, peneliti hanya mengambil salah satu dari sekian banyak realitas yang diberikan oleh media, dalam hal ini kasus kekerasan terhadap jurnalis dan aktivis di kabupaten Bangkalan, b. Menentukan Tema Dalam tahap ini peneliti sudah menemukan tema, yaitu tentang “Analisis Framing Kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis ” pada majalah Mata Madura edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. Hal ini dikarenakan peneliti melihat bahwa masalah Kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis merupakan masalah yang patut diteliti. Bagaimana bisa orang-orang yang jelas-jelas bersalah mendapatkan hukuman yang tidak sepadan dengan apa yang dibuat. Dan dari penanganan kasus tersebut oleh pihak kepolisian c. Pengumpulan Tema Setelah menemukan Tema maka peneliti mulai mencari dan mengumpulkan data. Adapun data ynag perlu dimiliki adalah data primer, yaitu majalah mata Madura. Sedangkan data skunder yang harus dicari dan dikumpulkan adalah buku-buku atau literatur lain
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
31
yang terkait dengan pokok permasalahan yang dibahas untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data. d. Klasifikasi data Setelah data ditemukan, Peneliti melakukan klasifikasi data yang berkaitan dengan penelitian e. Pengelolahan dan penyajian data Tahap ini dilakukan dengan cara pengelolahan data dengan mengklasifikasikan dalam bentuk uraian. Dan dianalisis berdasarkan analisa perangkat framing model Robert Entman. Klasifikasi tersebut melihat bahwa pemberitaan majalah maa Madura di klasifikasikan dengan menetukan mana tulisan yang bersifat kasuistik
5. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini tentunya berpatokan pada kebutuhan analisa. Adapun metode pengumpulan data yang dilakukan adalah: 1) Dokumentasi Dokumentasi merupakan metode yang digunakan untuk menelusuri data historis. Dengan demikian, pada penelitian ini maka dokumentasi memegang peranan yang sangat penting, peneliti melakukan pengambilan data dari tulisan membingkai berita kasus kekerasan terhadap aktivis dan jurnalis pada edisi ke-7, tanggal 3-16 Oktober 2016. 2) Pengamatan (observasi),
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
32
Dengan melakukan pengamatan secara langsung dari berbagai tulisan di majalah mata Madura setiap terbitanya 3) Studi Kepustakaan Mengumpulkan informasi atau data mengenai berbagai macam berita di mata Madura melalui sember yang berada diperpustakaan
maupun di dunia maya seperti, buku-buku,
artikel dan bahan kepustakaan lainnya sebagai literature dalam pembahasan.
6. Teknik Analisis Data Robert N. Entmant menyebutkan dalam framing, cara pandang terbentuk dalam kemasan (package) yang mengandung konstruksi makna atas peristiwa yang akan diberitakan. 11 Kemasan itu semacam skema dan struktur pemahaman yang digunakan individu untuk mengkonstruksi makna pesan-pesan yang ia sampaikan, serta untuk menafsirkan makna pesan yang ia terima, cara pandang atau gugusan ide-ide yang terorganisir sedimikian rupa, dan menghadirkan konstruksi makna peristiwa yang berkaitan dengan objek suatu wacana. 12 Dalam dunia jurnalistik, keberadaan wartawan sebagai si peliput dan sekaligus penulis berita tidak dapat dinomorduakan. Media cetak, khususnya surat kabar atau koran, menjadi salah satu ruang tempat dituliskannya hasil liputan mereka terhadap peristiwa-peristiwa yang 11 12
Alex Sobur. 2001.Analisis Teks Media.PT Remaja (Rosdakarya.Bandung) Eriyanto.2002.Analisis Framing : konstruksi, ideologi dan politik media, (Yogyakarta :LKIS)
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
33
terjadi di negara ini. Eriyanto (2006:36) memaparkan dua pandangan mengenai media itu sendiri. Pertama, media dapat dilihat sebagai saluran yang bebas dan netral, tempat semua pihak dan kepentingan dapat menyampaikan posisi dan pandangannya secara bebas. Kedua, media dapat dilihat sebagai subjek yang mengkonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Idealnya, seorang wartawan selayaknya lebih mengedepankan fakta dan menghindari penilaian subjektif dalam menyajikan berita yang diliputnya. Namun, hal ini sukar dilakukan karena wartawan pun merupakan bagian dari kelompok atau kelas tertentu dalam masyarakat. Dengan demikian, pada dasarnya setiap wartawan memiliki nilainilai tertentu yang menjadi prinsip dalam proses peliputan dan penulisan berita yang dilakukannya. Walaupun wartawan terikat dengan kode etik dan aturan yang telah ditetapkan oleh media tempatnya bekerja, setiap wartawan tetap memiliki gaya penulisan (style) yang khas, yang mana media itu sendiri tidak bebas nilai sarat dengan ideology yang dianut serta kepentingan-kepentingan yang disampaikan oleh pemilik modal. Ideologi sendiri diusung oleh sebuah media massa sebagai bukti eksistensinya. Pengaruh ideologi ini sangat jelas dalam pemberitaan, karena peristiwa atau kejadian yang ada dipotret atau ditulis berdasarkan ideologi yang dianut oleh media massa itu. Adanya kacamata ideologi itu menjadikan duduk soal yang diungkap akan
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
34
dipilih dengan yang lebih dekat dengan ideologi tersebut. Muncul adanya saringan ideologi yang menjadikan berita yang muncul di koran, majalah atau tampil di TV dan radio telah dipotong. Ini makanya, ketika berita itu sampai kepada masyarakat, akan mewujud dalam bentuk yang berbeda-beda. Inilah yang penulis sebut sebagai rekonstruksi realitas. Maka permasalahan yang terjadi, dimana pada satu tempat akan terjadi sudut pandang yang berbeda dalam proses penerbitan berita walaupun dari sumber berita, fakta dan data didapat dari sumber yang sama.
I.
Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan dalam penelitian ini dibagi dalam enam bab, yang terdiri dari pendahuluan, kajian pustaka, metodologi penelitian, penyajian data, analisis data, penutup. Yang selanjutnya akan peneliti uraikan sebagai berikut. BAB I
: Pendahuluan. Pada bab ini peneliti menulis beberapa hal yang berkaitan dengan perencanaan yang akan dilakukan sebelum dilakukan nya penelitian, yaitu dengan membuat proposal penelitian. Dan pada bab ini, meliputi penjelasan tentang a) latar belakang b) rumusan masalah c) tujuan penelitian d) manfaat hasil penelitian e) definisi konsep dan g) sistematika pembahasan.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
35
BAB II
: Kajian teoritis. Pada kajian teoritis ini peneliti menyajikan 2 item yang menyangkut pembahasan. Item yang pertama ada kajian pustakadan item kedua yaitu kajian teoristik.
BAB III
: Penyajian data, yang membagi pembahasan menjadi 2 item, yaitu: pertama deskripsi subyek, obyek dan wilayah penelitian. Dan kedua, mendeskripsikan data penelitian
BAB IV
: Analisis data, yang meliputi temuan penelitian dan konfirmasi temuan dengan teori.
BAB V
: Penutup. Pada bab ini merupakan bab akhir dari penelitian yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran yang dapat dijadikan suatu kontribusi yang positif bagi semua pihak.
digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id