BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Dewasa ini laju pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran semakin meningkat pesat. Menurut Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Rachmat Hidayat, bisnis makanan dan minuman sangat tergantung pada perubahan gaya hidup masyarakat. Gaya hidup masyarakat ini dipengaruhi dengan tingkat pendapatan dan pembelian masyarakat terhadap suatu barang atau jasa atau dari Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita. Produk domestik bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu negara pada periode tertentu. PDB merupakan salah satu metode untuk menghitung pendapatan nasional. Tabel 1.1 Produk Domestik Bruto (PDB) per Kapita Indonesia
Dapat dilihat pada table 1.1 bahwa PDB per kapita Indonesia di tahun 2014 telah mencapai 1810,31 dollar AS/ kapita. Angka ini meningkat hampir 600 dolar AS dari tahun 2006 yang artinya tingkat pendapatan masyarakat semakin tinggi. Tidak hanya itu, kelas menengah juga melonjak seiring pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang terus merangkak naik. Menurut Rachmat Hidayat, seiring meningkatnya PDB per kapita, peminat industri makanan dan minuman cepat saji seperti kafe akan makin tinggi. Trend bisnis 1
2 makanan dan minuman tersebut didukung oleh semakin bertumbuhnya masyarakat kelas menengah dari tahun ke tahun. Karena terjerat kesibukan sehari-hari, masyarakat Indonesia sudah tak punya banyak waktu untuk mengolah makanan dan minuman sendiri, apalagi masyarakat kelas menengah memiliki kecenderung untuk lebih banyak menghabiskan pendapatannya untuk membeli makanan atau minuman di luar sebagai bentuk kompensasi secara psikologis dari pekerjaan yang sudah dilakukan seharian. Fakta inilah yang menjadi salah satu alasan trend bisnis di tahun 2015, yang saat ini didominasi oleh pebisnis makanan dan minuman seperti kafe. Menurut pengamatan Rachmat Hidayat, bisnis kafe yang menjadi trend di tahun 2015 adalah: 1. Kafe yang memberikan pelayanan dan kenyamanan bagi pengunjungnya, hal ini dikarenakan mayoritas konsumen Indonesia lebih menyukai kafe yang menyediakan tempat duduk nyaman dan internet gratis (Wi-fi). 2. Kafe yang menyediakan menu untuk teman bekerja atau sekadar nongkrong. 3. Kafe yang mengembangkan menu sehat, karena kesadaran masyarakat Indonesia akan pentingnya makanan sehat telah semakin meningkat. (Sumber: Consumedia Indonesia: Meneropong Tren Bisnis Makanan dan Minuman 2015) Pertumbuhan perekonomian di DKI Jakarta pada tahun 2015 diperkirakan mengalami kemajuan berkisar antara 5,9 – 6,3 %. Pertumbuhan ekonomi tersebut didasari hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh Bank Indonesia terhadap perkembangan ekonomi Indonesia di tahun 2015. hasil analisis tren kondisi perekonomian Jakarta tahun 2012, 2013 dan 2014 serta hasil pembahasan dengan Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia dan Akademisi. Untuk provinsi DKI Jakarta, laju pertumbuhan di sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran meningkat pesat. Dapat disebutkan bahwa industri tersebut menjadi salah satu industri yang memajukan pertumbuhan ekonomi Indonesia.
3
Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Menurut Lapangan Usaha ( Persentase )
(Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta No. 53/11/31/Th.XVI, 5 November 2014) Berdasarkan Table 1.2, prospek pertumbuhan lapangan usaha tertinggi di DKI Jakarta dicapai oleh sektor pengangkutan-komunikasi yakni 11,07 persen, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 7,57 persen dan sektor perdagangan hotel-restoran menempati urutan ketiga sebesar 5,62 persen. Penyebab lain tingginya laju pertumbuhan di sektor industri restoran adalah karena industri tersebut berkaitan langsung dengan kegiatan produksi makanan dan minuman yang merupakan dua kebutuhan pokok yang tidak dapat lepas dari kebutuhan atas kelangsungan hidup manusia. Menurut Abraham Maslow, manusia memiliki lima hirarki kebutuhan hidup yang akan selalu diupayakan untuk dipenuhi sepanjang masa hidupnya. Teori tentang
4 kelima tingkatan tersebut telah resmi di akui dalam dunia psikologi akan dapat membedakan setiap manusia dari sisi kesejahteraan hidupnya.
Gambar 1.1 Piramida Hirarki Kebutuhan Maslow Gambar 1.1 menjelaskan jenjang kebutuhan dasar manusia menurut teori Hirarki Kebutuhan Manusia Maslow dimulai dari yang paling mendesak hingga yang akan muncul dengan sendirinya setelah kebutuhan sebelumnya telah terpenuhi. Setiap orang pasti akan melalui tingkatan-tingkatan itu, dan berjuang untuk memenuhinya walaupun hanya sedikit orang yang mampu mencapai tingkatan tertinggi dari piramida ini. Lima tingkat kebutuhan dasar manusia menurut teori Maslow adalah sebagai berikut (disusun dari yang paling rendah) : 1.
Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya. 2.
Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya. 3.
Kebutuhan Sosial
5 Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain. 4.
Kebutuhan Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal. - Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya. - Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya. 5.
Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik, seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang, kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui apakah orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apakah yang seseorang ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri. 1.2. Kafe Pengertian kafe bila dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah tempat minum yang pengunjungnya dapat memesan minuman, seperti kopi, teh, bir, dan
kue-kue.
Wojowasito
dan
Poerwodarminto
(Marsyangm,
1999:71)
mengkategorikan Kafe sebagai suatu restoran kecil yang mengutamakan penjualan cake (kue-kue), sandwich (roti isi), kopi dan teh, dengan pilihan makanan yang terbatas serta tidak menyajikan minuman beralkohol. Menurut Soekresno (2000) dilihat dari pengelolaan dan sistem penyajiannya, kafe termasuk dalam tipe restoran informal. Restoran informal adalah industri jasa food and beverage service yang dikelola secara komersial dan professional dengan lebih
6 mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi yang pelanggannya silih berganti.
7
Ciri – ciri restoran informal (dan kafe) : a) Harga makanan dan minuman relatif lebih murah; b) Penerimaan pelanggan tanpa reservasi tempat; c) Para pelanggan yang datang tidak terikat untuk mengenakan pakaian formal d) Sistem penyajian yang dipakai mulai dari American service/ ready plate sampai self –service ataupun counter service; e) Tidak menyediakan hiburan live music; f) Penataan meja dan bangku cukup rapat antara satu dengan yang lain; g) Daftar menu oleh pramusaji tidak dipresentasikan kepada pelanggan namun diletakkan di counter atau langsung di meja makan untuk mempercepat proses pelayanan; h) Menu yang disediakan sangat terbatas dan membatasi menu – menu yang cenderung cepat selesai dimasak; i) Jumlah pekerja relatif lebih sedikit dengan standar kebutuhan, 1 pramusaji melayani 12 – 16 pelanggan. Kafe yang pertama dibuka di Constantinople, ibu kota kerajaan Kerajaan Ottoman, Turki, pada tahun 1555 dan terus berkembang hingga saat ini. (Sumber: Majalah Femina. Info Kuliner. Kafe). 1.3.
Lokasi Usaha
Penulis memilih untuk membangun kafe ini di area Perumahan Citra Garden City karena kondisi perumahan di area tersebut telah berkembang sebagai kota mandiri yang berdampak pada perkembangan bisnis kuliner seperti rumah makan di area tersebut. 1.4.
Jenis Minuman
Berikut ini adalah beberapa jenis minuman yang biasa dijumpai di Kafe, Restoran dan Coffee atau Tea Shop, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing:
8
1. Ice Blend Minuman ini terbentuk dari es batu yang biasanya dihancurkan hingga halus menggunakan mesin blender. Setelah itu dicampurkan dengan bubuk kopi, sirup beraroma maupun bubuk perasa minuman (flavor powder) sesuai dengan selera pasar seperti cokelat, vanila, stroberi, dan lainnya. Sehingga terciptalah rasa minuman yang nikmat dan memberi sensasi dingin. Untuk menambah cita rasa kenikmatan dan keindahan penyajiannya, minuman ice blended seringkali diberi tambahan aneka makanan kecil di atasnya atau lebih dikenal dengan sebutan topping. Perkembangan minuman Ice blended sendiri tidak terlepas dari adanya pengaruh perkembangan teknologi sejak diciptakannya mesin blender pada tahun 1922 oleh Polandia-Amerika bernama Stephen J. Poplawski. Ia memasang sebuah pisau berputar di dalam sebuah toples, dan menggunakan mesin blender tersebut untuk membuat minuman soda fountain. Dari pembuatan minuman itulah awal mula melesatnya perkembangan peminat minuman ice blended. Contoh: Ice Blend Coffee, Ice Blend Strawberry Java Chip, Ice Blend Cookies & Cream. 2. Milk Shake Minuman manis dan dingin terbuat dari es krim, susu panas ataupun susu dingin. dipadukan dengan bubuk perasa (flavor powder) ataupun sirup. Minuman ini dinuat dengan cara dikocok (shake) menggunakan shaker, atau diblend menggunakan mesin blender. agar lebih nikmat milkshake biasanya diberi tambahan (topping) berupa saus pemanis (coklat, karamel, stroberi) Contoh: strawberry milkshake, chocolate milkshake, banana milkshake 3. Milk Tea Minuman ini terbuat dari yang dicampur dengan susu. Susu bisa berupa susu segar rendah lemak (low fat) ataupun menggunakan krimer nabati sebagai pengganti susu. Untuk variasi daun tehnya biasa menggunakan daun teh asal Taiwan seperti jenis assam black, green, earl grey, hingga roasted oolong tea. Walaupun ada juga yang menggunakan daun teh lokal seperti teh melati (jasmine tea).
9 Contoh: classic milk tea, taro milk tea, matcha milk tea 4. Fruit Tea Minuman ini terbuat dari teh yang dicampurkan dengan sirup / konsentrat jus buah sebagai pemberi rasa teh tersebut. Teh ini biasanya sirup yang digunakan tidak terlalu pekat (weak taste), agar tidak menghilangkan aroma dari teh itu sendiri. Contoh: lychee tea, sour plum tea, blackcurrant tea 5. Flavoured Tea Minuman teh ini menggunakan daun teh yang terlebih dahulu telah diberi ekstrak rasa / aroma tertentu. biasanya disajikan saat menikmati kue pemberian ekstrak biasanya disesuaikan dengan jenis teh itu sendiri sesuai dengan karakteristiknya, agar dapat menciptakan citarasa teh yang pas. Karena kenikmatan secangkir teh tidak hanya ditentukan oleh jenis tehnya, tetapi mulai dari cara penyimpanan, pengetahuan tentang sifat teh, hingga teknik penyeduhan dan penyajian teh itu sendiri. Contoh: English Rose Tea, French Vanilla Tea, Moroccan Mint Tea 6. Fruit Juice Jus Buah dibuat dengan cara menghaluskan buah asli dengan cara ditekan pada mesin jus, atau diblend menggunakan mesin blender, sehingga diperoleh sari buah segar dari buah tersebut. Contoh: orange juice, tomato juice, avocado juice 7. Flavoured Soda Minuman ini dinuat dengan mencampurkan soda dengan sirup / konsentrat jus buah, maka akan diperoleh minuman dengan sensasi segar dan menyehatkan. Contoh: orange soda, lime citrus soda, sarsaparilla / root beer Kemudian penulis melakukan kuesioner secara online untuk menemukan minat dari pasar terhadap jenis minuman yang dijual di kafe berdasarkan usianya. Berikut hasil dari penyebaran kuesoner online yang penulis lakukan :
10
Grafik 1.1. Jenis Minuman Kafe yang Paling di Sukai Sumber: Survei Online Penulis Pada Gambar 1.2 Penulis melihat bahwa dari 120 responden online. Peminat minuman ice blended / blender menempati posisi tertinggi, yaitu 70 responden, diikuti oleh ice tea / Flavoured tea / Fruit tea sebanyak 32 responden, jus buah sebanyak 12 responden, flavoured soda sebanyak 3 responded dan minuman lain sebanyak 3 responden. Dari data di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, Ice Blended menjadi salah satu pilihan terbanyak pengunjung kafe.
Grafik 1.2. Diagram Persentase Umur Peminat Ice Blended
11 Sumber: Survei Online Penulis
Kemudian dari 70 responden online yang menyukai ice blended, penulis melihat bahwa peminat minuman ice blended / blender yang tertinggi adalah anak – anak yaitu 40 responden, diikuti oleh remaja sebanyak 15 responden, dan dewasa yaitu sebanyak 5 responden. Dari data di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa, anak – anak menjadi salah satu konsumen terbanyak produk ice blended. Hal inilah yang nantinya menjadi salah satu faktor penulis dalam memutuskan untuk menjual produk minuman Ice Blended kepada anak – anak usia sekolah. 1.5. Latar Belakang Perusahaan Kafe yang akan dibangun pada proyek ini diberi nama “Ice Break Point” dengan lokasi pembangunan yaitu di Perumahan Citra Garden 3 yang dekat dengan sekolah. Penulis membangun kafe ini dengan tujuan untuk memaksimalkan penggunaan space kosong di halaman rumah untuk meningkatkan ekonomi anggotanya. Selain itu dengan konsep penjualan ice blended ini menunjukkan bahwa bisnis rumahan juga dapat dijadikan kafe yang menawarkan suasana yang bersih, sejuk dan nyaman serta dikemas dengan unik menggunakan konsep ruangan semi –outdoor. Kafe dengan menggunakan konsep taman dengan desain interior yang dilengkapi dengan ayunan dan aksesoris taman lainnya sehingga nyaman serta santai dengan tujuan untuk menarik minat konsumen anak – anak sekolahan yang melewati area tersebut untuk beristirahat sejenak sepulang sekolah, setelah bermain dengan teman – temannya atau bersepeda bersama keliling komplek, maupun setelah mengikuti private lesson ditemani segelas minuman menyegarkan dengan kemasan minuman yang menarik dan harga yang terjangkau di tempat yang sejuk bersama teman – temannya untuk menghilangkan dahaga setelah menjalankan aktivitas belajar di sekolah seharian. Operasional kafe mengutamakan kecepatan pelayanan, kepraktisan, dan percepatan frekuensi penjualan atau pergantian pelanggan. Untuk mempercepat proses pelayanan, sistem penyajian yang dipakai oleh kafe adalah counter service dimana segala aktivitas pelayanan mulai dari penyajian daftar menu sampai proses transaksi
12 pembayaran akan dilakukan langsung di kasir. Selain itu, “Ice Break Point” juga akan menggunakan fasilitas take away / carry out service dimana pelanggan dapat langsung membungkus dan menikmati minuman kafe dalam perjalanan pulang atau membawakan minuman untuk orang – orang di rumah. Menu yang disajikan oleh kafe dibatasi pada produk minuman ice blended yang digemari anak - anak dengan bahan dasar susu yang baik untuk pertumbuhan dan kesehatan anak – anak sekolah. Budaya perusahaan yang akan dibangun adalah bebas emisi karbon dengan memberikan peraturan kepada pegawai untuk tidak membawa kendaraan pada saat datang bekerja dan memberikan pembelajaran kepada pelanggan yang datang untuk dapat membedakan sampah organik dan an-organik sesuai dengan tempat sampah yang telah disediakan di dalam kafe. Sebagai daya tarik lainnya dan untuk mengurangi penggunaan kertas, menu akan disajikan menggunakan tablet yang diletakkan di counter. 1.6. Metodologi Penelitian Sumber dan jenis data yang digunakan oleh penulis berasal dari perencanaan kafe “Ice Break Point” sendiri sebagai data primer. Pengumpulan data diperoleh melalui: 1.6.1. Pengamatan Dalam penulisan ini, penulis akan melakukan pengamatan langsung terhadap kompetitor homogen dan heterogen di area Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya. Serta kondisi lingkungan disekitar area tersebut. 1.6.2. Wawancara Dalam penulisan ini, kita akan melakukan wawancara langsung terhadap kompetitor homogen dan heterogen di area Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya. Penulis juga melakukan wawancara dengan beberapa pihak calon konsumen “Ice Break Point”. 1.6.3. Survei Penulis membagikan kuesioner secara online untuk mengetahui minat pasar terhadap produk secara luas dan memutuskan target market, penulis juga melakukan survei lapangan dengan menyebarkan kuesioner terhadap anak – anak
13 di empat (4) sekolah di sekitar area Citra Garden 3 dan sekitarnya untuk mengetahui tingkat minat dan faktor apa saja yang mempengaruhi anak – anak sekolah tersebut untuk melakukan pembelian produk minuman ice blended dan ketertarikan mereka terhadap kafe “Ice Break Point” yang akan dibangun. Kuesioner sebanyak 165 responden dari populasi anak – anak sekolah di area Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya yang sering melalui lokasi “Ice Break Point”. a. Populasi (universe) adalah keseluruhan objek yang akan / ingin diteliti. (Nasution,2003, Page 1) populasi dibagi dua yaitu Populasi yang tidak pernah diketahui pasti jumlahnya karena selalu berubah – ubah disebut “populasi infinit”, sedangkan “populasi finit” adalah populasi yang diketahui jumlahnya dengan pasti. Populasi Infinit dapa berubah menjadi populasi finit bila penduduk infinit tersebut dibatasi oleh waktu dan tempat. Populasi yang digunakan untuk “Ice Break Point” adalah empat (4) sekolah di area Perumahan Citra Garden 3 dan sekitarnya. Termasuk jenis populasi finit yang penduduknya dibatasi waktu dan tempat. b.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Secara umum ada dua teknik
pengambilan sampel yaitu sampel acak / random sampling dan sampel tidak acak / non random sampling. Random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Sedangkan non random sampling adalah pemilihan sampel dengan tidak acak. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan. Cara ini dipergunakan : Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yanq tinggi, karena hanya sekedar gambaran umum saja. Secara lebih spesifik, ada lima cara pengambilan sampel tidak acak yaitu: •
Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping). Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.
•
Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
14 Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu. Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja. •
Sampel Berjatah (Quota Sampling). Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu.
(Sumber: Drs. M. Ngalim Purwanto. M.P. 2008. Prinsip-prinsip evaluasi pengajaran.)
Penulis mengambil sampel berjatah sebanyak 165 anak – anak sekolah dengan perincian sepuluh persen (10%) diambil dari masing – masing empat (4) sekolah di area perumahan Citra Garden 3, yaitu : 1. SMP – SMA Citra Kasih ; a. SMP ,
85 murid
b. SMA ,
185 murid
i. Total :
270 murid ( sampel : 27 murid )
2. SD – SMA Dian Kasih International School ; a. SD ,
350 murid
b. SMP ,
106 murid
c. SMA ,
228 murid
i. Total : 3.
684 murid (sampel : 68 murid )
SD – SMA Dian Kasih Nasional, dan a. SD ,
174 murid
b. SMP-SMA ,
204 murid
i. Total :
378 murid ( sampel : 38 murid )
4. SD Mahabodhi Vidya. a. SD ,
317 murid ( sampel : 32 murid )
Penulis menggunakan teknik pengambilan sampel ini karena peneliti mengenal betul daerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat minat dan faktor apa saja yang mempengaruhi mereka untuk melakukan pembelian produk minuman ice blended dan ketertarikan mereka terhadap kafe “Ice Break Point” yang akan dibangun.
15 (Sumber: survei lapangan penulis).
16
1.6.4. Studi Pustaka Penulis memerlukan studi pustaka untuk menemukan teori dasar pada analisis kafe, analisis keuangan, analisa pasar dan kompetitor. Penulis juga menemukan informasi tentang perkembangan dan peluang bisnis kafe Indonesia khususnya di area Jakarta. Informasi – informasi tersebut bersumber dari literatur, seperti: buku, literatur, surat kabar, jurnal - jurnal ilmu pengetahuan, dan yang lainnya. Di samping metodologi penelitian di atas, penulis akan membuat segala aspek dalam pembuatan “Ice Break Point” berikut design bangunan dan 3D design. 1.7. Time Plan Berikut ini adalah time plan dari Proyek Bisnis “Ice Break Point”: Tabel 1.3 Time Plan Perancangan Tugas Akhir Time Plan Perancangan Tugas Akhir Mar No 1 2
April
Mei
Juni
July
Tahap Persiapan Perencanaan Rancangan Business Plan
3
Analisa Pasar dan Produk
4
Persiapan Pembuatan 3D
5
Penyelesaian Final
7
Pengumpulan Tugas Akhir
3
4
v
v v
1
2
3
4
1
2
3
4
v
v
v
v
v
v
v
1
2
3
4
1
v
v
v
v
v
v
v
v
v
2
3
v
v v
v
4
17
18
1.8. Tujan Penelitian Tujuan penelitian mengenai rencana bisnis “Ice Break Point” adalah untuk memberi gambaran dalam membangun kafe yang sebenarnya dan menjelaskan bahwa “Ice Break Point” adalah bisnis yang layak untuk diwujudkan. 1.9. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian adalah sebagai berikut: •
Membantu penulis untuk menjalankan bisnis ““Ice Break Point””
•
Membantu membuat perencanaan design dan konsep dari “Ice Break Point”
•
Menambahkan ide yang akan membantu penulis menentukan strategi marketing yang akan digunakan untuk meningkatkan penjualan dan loyalitas konsumen.
1.10. Sistem Penulisan Laporan Bab 1 : Latar belakang yang berisi alasan studi kelayakan dilakukan, tipe properti yang dievaluasi, bagaimana evaluasi dilakukan, waktu studi, dan oleh siapa, ringkasan dengan kesimpulan. Bab 2 : Aspek Legal dan Aspek Pemasaran berisi: Badan Hukum, Kepemilikan tanah, Perijinan, Peraturan - peraturan daerah, Perjanjian / Kontrak-kontrak, Analisa Pasar (Supply & Demand), Analisa Persaingan (Competition & Comparative Study), Peluang & Rekomendasi pilihan Pasar, Spesifikasi Pengembangan Produk Bab 3 : Aspek Teknis dan Arsitektural Desain berisi: Peta dan tapak tanah, Analisa Kondisi dan Karakteristik Site, Aksesibilitas & Transportasi, Desain / Tipe Bangunan, Struktur Bangunan, dan Fasilitas pendukung Bab 4 : Aspek Organisasi dan Manajemen dan Aspek Sumber Daya Manusia berisi Profil Perusahaan (Owning Company), Calon Pengelola (Management Company), Pilihan Cara Pengelolaan, Struktur Organisasi, Kompetensi, Jumlah & Tugas-tugas karyawannya, Peraturan Ketenagakerjaan,
Peraturan Perusahaan, dan Kultur
organisasi. Bab 5 : Analisa Keuangan berisi: Equity, Modal Investasi diperlukan, Rencana Pembiayaan Proyek Sumber Dana, Proyeksi Rugi-Laba dan Arus Kas,Proyeksi Penjualan Per Hari, ROI, ROE dan Pay Back Period.