BAB 1 PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Permintaan akan penerbangan sebagai salah satu moda transportasi di Indonesia terus meningkat tajam. Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta memerankan peranan penting dalam transportasi udara Indonesia karena bandara tersebut merupakan bandara pengumpul (hub airport) penerbangan antar provinsi atau antar kota dalam negara. Tabel 1. 1 Bandara tersibuk di dunia tahun 2014 versi ACI
Sumber: airportcouncilinternational.com Sejak dioperasikan pada tahun 1985, jumlah pengguna Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta terus meningkat. Pada tahun 2014, Airports Council International (ACI) menempatkan Bandara Internasional Soekarno Hatta sebagai bandara tersibuk ke-12 di dunia seperti pada Tabel 1.1. Berdasarkan data asosiasi tersebut,
Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta telah melayani hingga 57 juta penumpang dalam tahun 2014 dan jumlah penempung tersebut telah melebihi kapasitas bandara. Pada tahun 2014 terjadi sedikit penurunan jumlah penumpang dibandingkan tahun sebelumnya, fasilitas sisi udara bandara yang ada saat ini dirasa tidak mampu melayani pergerakan pesawat secara tepat waktu karena masih sering terjadinya delay pesawat. Tingginya permintaan moda transportasi udara ini mendorong maskapai-maskapai penerbangan untuk berlomba menambah rute penerbangan dan jumlah pesawat. Saat ini salah satu maskapai penerbangan Indonesia telah memiliki rute internasional jarak jauh seperti rute Jakarta-Amsterdam, dan berniat untuk terus mengembangkan rute internasional lainnya dari Jakarta. Penambahan pesawat berbadan besar (wide body aircraft) yang memiliki kapasitas penumpang yang tinggi dirasa sangat efektif untuk melayani rute penerbangan jarak jauh. Salah satu maskapai Indonesia yang melayani rute internasional jarak jauh telah memiliki 9 pesawat jenis Boeing B777. Pesawat jenis Boeing B777 merupakan pesawat berbadan besar dan dirancang untuk menggantikan Boeing B747, namun lebih efektif. Boeing B777 memiliki twinjet (mesin ganda) tersbesar didunia. Pesawat jenis Boeing B777 adalah pesawat penumpang terbesar dan mampu terbang jarak jauh adalah pesawat Boeing B777-300ER. Pesawat ini memiliki kapasitas mengangkut hingga 500 penumpang dan kapasitas jangkauan hingga 9.380 mil nautikal (17.372 km). Maskapai penerbangan Indonesia telah menggunakan pesawat Boeing B777-300ER untuk perjalanan menuju Eropa (Amsterdam dan London), Asia Timur (Cina, Korea Selatan dan jepang) dan Australia (Perth, Melbourne, Sydney dan Brisbane). Analisis geometrik fasilitas sisi udara diperlukan untuk mengetahui kesiapan geometrik dan perkerasan bandar udara terhadap pergerakan pesawat berbadan besar (wide body aircraft) seperti Boeing B777-300ER di Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta. Salah satu fasilitas sisi udara yang penting adalah
taxiway yang menghubungkan runway dan apron. Kesiapan dimensi eksisting geometrik taxiway perlu dianalisis apabila pesawat Boeing B777-300ER dan pesawat berbadan besar lainnya bergerak sejajar pada parallel taxiway dan untuk kasus-kasus lain yang dapat terjadi di taxiway. Pesawat Boeing B777-300ER merupakan pesawat dengan beban roda (wheel load) dan tekanan ban (tire pressure) terbesar diantara seluruh pesawat Boeing. Besarnya beban roda dan tekanan ban sangat mempengaruhi performa perkerasan bandara yang dilalui oleh pesawat Boeing B777-300ER. Perlu dilakukan analisis tebal perkerasan yang diperlukan agar pesawat Boeing B777-300ER diijinkan untuk melewati perkerasan tersebut. Tabel 1. 2 Sejarah Konstruksi Fasilitas Bandara Internasional Soekarno Hatta
Sumber: JICA Study Team
Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta telah merencanakan master plan atau rencana pembangunan bertahap unutk mengantisipasi pertumbuhan penumpang
dan ukuran pesawat. Master plan ini disebut sebagai Grand Design Bandara Internasional Soekarno Hatta. Beberapa kegiatan proyek tersebut berupa rekonfigurasi fasilitas yang ada serta penambahan fasilitas baru secara bertahap. Namun proses konstruksi baru dapat dilakasnankan pada tahun 2014. Dimensi eksisting geometrik dapat dilihat pada Tabel 1.2. Runway pada Bandara Internasional Soekarno Hatta berjumlah dua dan masing– masing runway memiliki lima high speed/rapid exit taxiway. Proyek penambahan dua high speed taxiway pada tiap runway dilakukan untuk menambah kapasitas bandara. Konstruksi west cross taxiway dirasakan masih kurang membantu dalam melayani pergerakan pesawat pada jam puncak. Berdasarkan hal tersebut, pihak Angkasa Pura II merencanakan untuk membangun east cross taxiway yang diharapkan akan semakin mempercepat pergerakan pesawat keluar dari runway. Pembangunan east cross taxiway akan menambah kapasitas landasan pacu dari 72 pergerakan pesawat per jam menjadi 86 pergerakan pesawat per jam. 1.2
Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitan ini adalah sebagai berikut. 1. Melakukan perbandingan rancangan geometrik north parallel taxiway antara metode FAA dan ICAO dengan geometrik eksisting north parallel taxiway pada Grand Design Bandara Internasional Soekarno Hatta, serta merancang geometrik east cross taxiway Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan menggunakan metode FAA dan ICAO. 2. Menghitung tebal perkerasan kaku yang dibutuhkan pada east cross taxiway Bandara Internasional Soekarno Hatta dengan metode FAA untuk umur rencana perkerasan 20 tahun. 3. Menentukan pelaporan perkerasan yang dirancang dengan menggunakan metode ACN-PCN. 1.3
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat yaitu.
1. Mendapatkan perbandingan yang jelas mengenai dimensi yang dibutuhkan dalam perancangan geometrik taxiway dan tebal perkerasan bandara dengan data masukan dari Bandara Soekarno Hatta. 2. Sebagai referensi bagi pihak pengelola bandara dalam melakukan pengkajian mengenai taxiway dan tebal perkerasan serta optimalisasi geometrik dan perkerasan taxiway. 1.4
Batasan Masalah
Berbagai batasan ditetapkan dalam melakukan penelitian Tugas Akhir ini, antara lain. 1. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari PT. Angkasa Pura II dan tidak melakukan pengukuran di lapangan. 2. Pesawat rencana yang digunakan sebagai standar pesawat dalam desain perencanaan geometrik dan perkerasan adalah pesawat tipe Boeing B 777300ER. 3. Metode analisis geometrik mengacu pada Airport Design, Advisory Circular No. 150/5300-13A oleh FAA dan Aerodrome Design Manual oleh ICAO. 4. Pembangunan East Cross Taxiway Bandara Soekarno Hatta belum dilakukan sehingga dalam pembandingannya digunakan dimensi West Cross Taxiway eksisting. 5. Metode yang digunakan dalam analisis perkerasan kaku adalah metode FAA Advisory Circular No. 150/5320-6C tanpa menganalisis spesifikasi bahan yang digunakan. Metode FAA digunakan karena metode tersebut merupakan metode yang paling mudah dikerjakan dengan parameter yang dibutuhkan bersifat umum dam mudah diperoleh. 6. Dalam analisis Annual Equivalent Departure hanya mempertimbangkan jumlah keberangkatan pertahun untuk memudahkan analisis.
7. Data yang digunakan dalam analisis adalah data annual departure atau data pergerakan pesawat Bandara Soekarno Hatta tahun 2011 hingga 2015 dengan tidak adanya penambahan atau pengurnagan rute perjalanan. 8. Metode pelaporan perkerasan mengacu pada sistem ACN-PCN dalam Advisory Circular No. 150/5335-5A oleh FAA. 1.5
Keaslian Penelitian
Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan, antara lain. 1. Pratama (2010), pernah menulis “Analisis Geometrik Fasilitas Sisi Udara Bandar Udara Internasional Minangkabau”, yang meneliti tentang runway, taxiway dan apron. Cara perhitungan panjang runway hanya menggunakan Regulated Takeoff Weight (RTOW). 2. Zulaekha (2010) pernah menulis “Analisis Geometrik Runway, Taxiway dan Apron Bandar Udara Internasional Ngurah Rai Bali”. Cara perhitungan panjang runway hanya menggunakan Regulated Takeoff Weight (RTOW). 3. Dewi (2012) pernah menulis “Analisis Geometrik Runway, Taxiway dan Apron Bandar Udara Internasional Ahmad Yani Semarang”. Cara perhitungan dengan menggunakan cara Takeoff Runway Length Requirement (TROL) dan Landing Runway Length Requirement, selain itu dilakukan juga prediksi untuk 20 tahun ke depan sesuai dengan pertumbuhan pesawat untuk desain apron. 4. Dewi S.P (2012) pernah menulis “Perencanaan Ulang dan Manajemen Konstruksi Taxiway di Bandara Adi Sutjipto Yogyakarta”. Dilakukan analisis geometrik dengan metode ICAO dan analisis tebal perkerasan taxiway dengan metode FAA. 5. Silalahi (2015) pernah menulis “Analisis Geometrik Runway, Taxiway dan Apron Bandar Udara Internasional Kuala Namu, Deli Serdang”. Cara perhitungan dengan menggunakan metode ICAO Annex 14 tahun 2013 dan FAA AC 150/5300-13 tahun 2012.
Tugas Akhir mengenai analisis geometrik east cross dan parallel taxiway dan tebal perkerasan east cross taxiway Bandara Internasional Soekarno Hatta ini belum pernah dilakukan sebelumnya.