BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Profesi keperawatan merupakan salah satu profesi luhur bidang kesehatan. Keperawatan adalah salah satu profesi di rumah sakit yang berperan penting dalam penyelenggaraan upaya menjaga mutu pelayanan kesehatan di rumah sakit. Standar tentang evaluasi dan pengendalian mutu menjelaskan bahwa pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dengan terus menerus melibatkan diri dalam program pengendalian mutu di rumah sakit. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pelayanan keperawatan di rumah sakit mengharuskan setiap perawat bekerja secara profesional dan mandiri (Aditama, 2003). Kegiatan keperawatan di rumah sakit dapat dibagi menjadi keperawatan klinis dan manajemen keperawatan. Kegiatan keperawatan klinis antara lain meliputi: memberikan pelayanan keperawatan personal (personal nursing care), berkomunikasi, menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak, menjaga lingkungan bangsal tempat perawatan dan berkolaborasi dengan tim kesehatan lain. Kegiatan manajemen keperawatan antara lain : penanganan administratif, memonitor mutu pelayanan keperawatan, manajemen ketenagaan dan logistik keperawatan, dan membuat penggolongan pasien sesuai penyakitnya (John, 1987).
Universitas Sumatera Utara
Sejak tahun 1974, keperawatan rumah sakit Boston Beth Israel dan staff rumah sakit Beth Israel memutuskan untuk mengaplikasikan primary nursing yang bertujuan meningkatkan asuhan keperawatan di rumah sakit. Perubahan yang terjadi setelah dilaksanakan primary nursing antara lain peningkatan kunjungan pasien, dan kepuasan pasien meningkat (Montague, 1995). Primary nursing merupakan salah satu sistem penugasan perawat di rumah sakit yang harus mengetahui kebutuhan pasien, rencana keperawatan, pelaksanaan dan evaluasi, dan perawat bertanggung jawab selama 24 jam dari mulai pasien masuk hingga pasien pulang (Whitby, 2003). Perawat primer dalam primary nursing memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif untuk setiap pasien dan memiliki wewenang, otonomi selama pasien dirawat di rumah sakit (Wan et al., 2011). Primary nursing membutuhkan perawat RN (registered nurse) yang bertanggung jawab penuh terhadap asuhan keperawatan selama 24 jam (Marquis & Huston, 2000). Primary nursing menunjuk satu perawat primer yang menangani 5 hingga 6 pasien selama 24 jam dan perawat primer harus mampu menunjukkan ketegasan, memimpin diri sendiri, mampu membuat keputusan, bertanggung jawab dan mampu berkomunikasi dengan profesional kesehatan lainnya (Gillies, 1989). Pada tahun 2006 ditemukan hasil penelitian tentang penerapan primary nursing dibandingkan dengan sistem lain dalam pelayanan asuhan keperawatan terjadi
peningkatan
tingkat
kepuasan
pasien
dari 50%
menjadi
97%
(Jehan&Nelson, 2006). Aplikasi primary nursing dalam satu unit rumah sakit di bagian barat Amerika menunjukkan kinerja perawat meningkat 9% sedangkan
Universitas Sumatera Utara
nursing team menunjukkan profesionalisme perawat menurun dari 17-12% (Fairbanks, 1981 dalam Gilies, 1989). Primary nursing merupakan sistem keperawatan yang adekuat, membawa dampak keuntungan bagi profesi keperawatan, promosi jabatan dari keperawatan, peningkatan kualitas pelayanan keperawatan, peningkatan kualitas staf keperawatan, biaya rawatan menurun dan peningkatan kepuasan pasien (Gardner, 1991 dalam Melchoir et al., 1999). Di Indonesia pelaksanaan primary nursing diaplikasikan dalam bentuk MPKP
(Model
Praktik
Keperawatan
Profesional)
yang
pertama
kali
dikembangkan di RSUPNCM (Rumah Sakit Umum Pusat Nasional dr. Cipto Mangunkusumo) pada tahun 1996. Model ini mempunyai karakteristik antara lain: 1) penetapan jumlah tenaga keperawatan, 2) penetapan jenis tenaga keperawatan, 3) penetapan standar rencana asuhan keperawatan (renpra), dan 4) penggunaan metode modifikasi keperawatan primer. Model primary nursing murni belum teraplikasi seutuhnya (Sitorus, 2002). Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dr. Pirngadi Kota Medan merupakan rumah sakit tipe B dan pusat rujukan Sumatera Utara dan Aceh. Pada tahun 2012 RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan membangun Ruangan Raflesia yang terdiri dari 4 lantai dalam bentuk ruang VIP yang terdiri dari lantai 1 yang mempunyai 8 kamar (8 pasien), lantai 2 mempunyai 6 kamar (6 pasien), lantai 3 mempunyai 6 kamar (6 pasien), lantai 4 mempunyai 6 kamar (6 pasien). BOR (Bed Occupancy Rate) ruang Raflesia 90-100% setiap bulannya. Jumlah perawat/bidan yang tersedia sebanyak 24 orang terdiri dari (ners) : 12 orang, D IV keperawatan : 1 orang dan D-III keperawatan : 7 orang dibantu D-III kebidanan 4 orang. Lantai 2, 3, dan 4
Universitas Sumatera Utara
terdiri dari 5 orang perawat/bidan yang bertugas selama 24 jam. Dan lantai 1 memiliki 8 orang perawat. Setiap lantai memiliki 3 orang Ners. Sistem asuhan keperawatan yang dipakai di ruang Raflesia selama ini memakai metode tim. Pengalaman peneliti sebagai kepala ruangan di ruangan Raflesia RSUD dr. Pirngadi Medan, setiap ruangan rawat inap telah memakai metode penugasan tim termasuk ruang Raflesia. Metode penugasan tim sebagai model asuhan keperawatan, masih ada hambatan seperti : kurangnya tenaga perawat (khususnya S1 Ners), kurangnya pelatihan manajemen tentang metode penugasan, kurangnya keterampilan perawat dan kurangnya disiplin dalam bertugas. Pada survei awal yang dilakukan peneliti di ruangan Raflesia pada bulan Pebruari dan wawancara dengan 3 orang perawat pelaksana yang bertugas menyatakan model tim berjalan dengan baik, adanya kerjasama antar perawat yang bertugas, adanya ketua tim yang memimpin pelaksanaan asuhan keperawatan dan membantu menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan pasien, dan pertukaran shift yang langsung bertatap muka dengan pasien/keluarga. Harapan dari para perawat ruang Raflesia yang menginginkan adanya peningkatan model pemberian asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga. Model tim yang sudah berjalan baik dan sumber daya perawat yang setiap lantai memilki Ners membuka pemikiran peneliti untuk melakukan satu perubahan dalam model asuhan pelayanan keperawatan di ruangan Raflesia dengan pengembangan metode penugasan primary nursing kepada pasien/keluarga.
Universitas Sumatera Utara
Survei awal yang dilakukan pada bulan Februari 2013 dapat disimpulkan bahwa ruangan raflesia memiliki SWOT (Strenght, Weakness, Opportunity dan Threatened). Strength (kekuatan) yang dimiliki adalah memiliki sumber tenaga perawat Ners sebanyak 12 orang, kondisi ruangan setiap lantai memiliki 6 kamar kecuali lantai 1 delapan kamar, usia perawat berkisar 25-47 tahun, metode penugasan tim sudah berjalan baik, tidak ada konflik dengan dokter dan tim kesehatan lain, adanya dukungan dari pihak manjemen melalui kepala bidang keperawatan tentang pemilihan metode penugasan keperawatan. Weakness (kelemahan) yang terlihat adalah kurangnya pelatihan yang diberikan kepada perawat, pendokumentasian proses keperawatan belum optimal, kualitas tenaga keperawatan belum optimal, isi materi timbang terima belum terfokus pada masalah keperawatan. Opportunity (kesempatan) yang harus dicapai adalah kesempatan melanjutkan tingkat pendidikan, kesempatan melanjutkan jenjang karir, kesempatan untuk pengembangan diri, adanya mahasiswa yang praktek di ruangan dan kesempatan untuk membentuk metode penugasan baru (primary nursing). Threatened (ancaman) yang terlihat adalah adanya tuntutan dari masyarakat terutama pasien/keluarga untuk mendapatkan pelayanan yang lebih professional. Berdasarkan hasil dari beberapa penelitian antara lain Gilies (1989), Jehan dan Nelson (2006), Montague (1995) yang menyatakan pemberian asuhan keperawatan metode primary nursing dapat meningkatkan kepuasan pasien, dokter, perawat, dan pihak manajemen.
Universitas Sumatera Utara
Pernyataan langsung dari perawat ruang Raflesia yang menyatakan metode penugasan tim sudah berjalan dengan baik maka diperlukan pengembangan metode penugasan primary nursing di ruang Raflesia RSUD dr. Pirngadi Medan. Penelitian ini akan dilakukan secara action research, karena perubahan model asuhan pelayanan keperawatan memerlukan aksi langsung ke lapangan secara kualitatif dan kuantitatif. 1.2
Pertanyaan Penelitian Bagaimana penerapan pengembangan metode penugasan Primary Nursing
di ruangan Raflesia RSUD dr. Pirngadi Kota Medan? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah melakukan perubahan model asuhan keperawatan dengan mengembangkan model primary Nursing di ruangan Raflesia RSUD dr. Pirngadi Kota Medan 1.4 Manfaat Penelitian a. Praktek Keperawatan (Nursing Practice) Penelitian ini akan menghasilkan model primary nursing yang dapat dilaksanakan oleh perawat ruang Raflesia, dan ruangan lain di RSUD dr. Pirngadi Medan juga dilaksanakan rumah sakit lain dalam pemberian asuhan keperawatan kepada pasien/keluarga
Universitas Sumatera Utara
b. Pendidikan Keperawatan (Nursing Education) Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai dasar pengembangan ilmu keperawatan khususnya terkait manajemen keperawatan. Pengembangan metode penugasan primary nursing yang dilaksanakan di rumah sakit menjadi salah satu bukti bahwa ilmu manajemen keperawatan telah menunjukkan aplikasi ilmu yang telah dipelajari di pendidikan c. Penelitian Keperawatan (Nursing Research) Terciptanya model primary nursing di rumah sakit dan dapat dilakukan penelitian yang lebih mendalam tentang primary nursing. Hasil penelitian menjadi data, informasi menambah wawasan pengetahuan peneliti dan peneliti selanjutnya sehingga pengembangan metode penugasan primary nursing menjadi lebih baik.
Universitas Sumatera Utara