1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tingkat persaingan bisnis di dunia global yang sedianya mengalami peningkatan tibatiba terpuruk diterpa badai krisis keuangan global. Emerging economies Asia yang sebelumnya diyakini relatif akan mampu bertahan dari dampak krisis keuangan dan ekonomi Amerika Serikat ternyata kini berpotensi menjadi pesakitan baru dengan kejatuhan ekonomi yang jauh lebih dalam dari yang diyakini AS sebagai penyebab dari krisis keuangan dan krisis ekonomi global. Beberapa bulan lalu, orang masih berbicara kemungkinan PDB di Negara-negara maju dan meyakini ekonomi global akan pulih tahun 2010, diawali dengan pemulihan ekonomi Asia pada triwulan IV-2009. Kini seluruh Negara maju mengalami penurunan PDB dengan pertumbuhan triwulan IV-2008 untuk AS minus 0,8 persen, Inggris minus 1,2 persen, Uni Eropa minus 1,8 persen, dan Kanada minus 7 persen. Orang baru melihat situasi Asia yang tepengaruh krisis setelah pertubuhan ekonomi China melambat secara mengejutkan pada triwulan IV menjadi hanya 6,8 persen, dari sebelumnya 8 persen. Pada saat bersamaan, seluruh perekonomian negara industri baru yang disebut Macan Asia juga mengalami konstraksi ekonomi. Singapura, Korea Selatan, Hongkong dan Taiwan mencatat pertumbuhan negatif, masing-masing minus 4,2 persen, mnus 3,4 persen, minus 2,5 persen, dan minus 8,4 persen. Berbagai lembaga dan pemerintahpun beramai-ramai merevisi ke bawah prediksi pertumbuhan ekonomi, dengan perkiraan terakhir ekonomi global 2009 menurut IMF
2
hanya akan tumbuh 0,5 persen. ASEAN juga mengalami perlambatan ekonomi yang serius. Malaysia hanya akan tumbuh 0,2 persen (dibandingkan tahun sebelumnya) dan Thailand tumbuh negative 4,3 persen. Dampak krisis ekonomi global mulai mengancam Indonesia. Tanda-tandanya adalah adanya perlambatan ekonomi dan Tingkat Produk Domestic Bruto (PDB) pada tiwulan IV2008 turun minus 3,6 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor Indonesia sendiri diperkirakan akan mengalami penurunan hingga 20 persen tahun ini memicu prediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini di bawah 4 persen. Dari data Bappenas menunjukkan bahwa hampir seluruh bidang usaha di Indonesia mengalami penurunan keuntungan hingga 50 persen. Antara lain agriculture minus 70 persen, mining minus 70 persen, basic industry minus 50 persen, miscellaneous industry minus 60 persen, manufacturing minus 45 persen, dan consumer goods minus 25 persen. Pemerintah mewaspadai dampak krisis ekonomi global terhadap pembangunan proyek-proyek kelistrikan, terutama yang didanai modal dalam negeri. Namun, pemerintah yakin tidak akan terjadi pembatalan atas proyek-proyek yang sudah disetujui. Data PT Perusahaan Listrik Negara menyebutkan, saat ini ada 11 proyek pembangkit listrik swasta dalam proses embangunan dan 38 proyek dalam proses finalisasi pendanaan, dari keseluruhan 145 usulan proyek pembangkit. Selain itu, ada 25 pembangkit listrik di luar Jawa milik PLN yang ditargetkan selesai pada 2010-1011. Pembangkit itu termasuk dalam proyek percepatan pembangkit 10.000 megawatt. Meskipun pendanaan proyek bisa terhambat, dampak krisis tidak akan menyebabkan penghentian proyek. Ditegaskan, pemerintah akan berupaya mengakomodasi jika ada rekalkulasi kebutuhan dana proyek.
3
Antisipasi dampak pengeringan likuiditas juga dilakukan PT PLN. Sejumlah proyek 10.000 MW di luar jawa, yang semula akan didanai melalui anggaran PLN, harus ditanggung oleh kontraktor yang memenangkan lelang pembangunan pembangkit. Ini sebenarnya kembali pada skema awal pendanaan proyek, yaitu 85 persen harus dibawa sendiri oleh kontraktor, dan 15 persen disediakan oleh PLN. PT Rekadaya Elektrika sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang infrastruktur yaitu Engineering, Procurement, and Construction (EPC) terutama power
plant juga mengalami hal serupa. Perusahaan yang berdiri sejak 2004 ini mengalami penurunan keuntungan yang disebabkan karena beberapa hal, antara lain disebabkan karena kenaikan harga bahan baku, kenaikan ongkos kirim, dan kenaikan biaya lainnya (misalnya biaya administrasi). Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi baru bagi PT Rekadaya Elektrika, dengan memanfaatkan kekuatan serta peluang yang dimilikinya, tanpa mengabaikan kelemahan serta ancaman yang ada. Strategi bersaing perusahaan ini diteliti dengan tujuan untuk merancang serta merekomendasikan strategi yang tepat bagi perusahaan agar tetap bertahan dalam persaingan bisnis. Berdasarkan uraian diatas, maka topik yang diambil untuk penelitian ini adalah “Analisis Strategi Bisnis Untuk Tetap Kompetitif Dalam Era Krisis dan Persaingan Global pada PT Rekadaya Elektrika”.
1.2 Identifikasi Masalah Krisis global membuat beberapa perusahaan dan industry mengalami keterpurukan. Untuk menghindari hal tersebut, perusahaan perlu membuat strategi baru. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalaan sebagai berikut :
4
1. Apakah faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh PT Rekadaya Elektrika ? 2. Bagaimana strategi yang dapat diterapkan oleh PT Rekadaya Elektrika untuk tetap kompetitif dalam era krisis dan persaingan global?
1.3 Tujuan Dari yang telah dibahas pada latar belakang masalah dan identifikasi masalah maka dapat disimpulkan bahwa tujuan dar penelitian in adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki oleh PT Rekadaya Elektrika. 2. Untuk mengetahui bagaimana strategi yang dapat diterapkan oleh PT Rekadaya Elektrika untuk tetap kompetitif dalam era krisis dan persaingan global.
1.4 Manfaat 1. Bagi Penulis −
Melatih berpikir praktis dan ilmiah dalam melakukan suatu penelitian dan mengintepretasikannya dengan baik.
−
Menambah pengetahuan mengenai strategi bisnis yang dapat diterapkan oleh perusahaan pada umumnya dan implementasinya di masa depan.
2. Bagi Pembaca −
Menambah pengetahuan mengenai analisis di bidang strategi bisnis khususnya mengenai analisis SWOT dan penerapannya dalam dunia bisnis.
5
3. Bagi Perusahaan −
Memberikan masukan tentang strategi yang dapat dijalankan, agar dapat mengambil langkah ataupun membuat strategi baru untuk bersaing dengan para kompetitor.