BAB 1 PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang Remaja adalah masa perkembangan individu dari masa anak-anak menuju
masa dewasa yang meliputi faktor biologis, kognitif, sosial, psikologis, dan moral (Santrock, 2003). Masa ini dimulai dari usia 12-22 tahun (Monks, 1999). Di dalam masa perkembangan remaja, mereka mempunyai hubungan yang lebih dekat dengan peer group (teman sebaya) dan akan menjauh dari keluarganya (Sarlito, 2012). Remaja dalam tahap perkembangannya yang sedang mencari identitas diri, cenderung mempunyai rasa keingintahuan yang tinggi, selalu ingin mencoba hal-hal baru, mudah terpengaruh dengan peer group (Sarlito, 2012). Dengan adanya media sosial pemenuhan kebutuhan remaja dalam mencari identitas diri serta menjalin hubungan dengan peer group terbantu. Menggunakan media sosial seperti facebook telah menjadi bagian dari rutinitas sehari-hari ratusan juta orang di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, menurut Nielson (2010) 23% waktu masyarakatnya di gunakan untuk online media sosial, sekitar dua kali lipat waktu yang di habiskan pada setiap aktivitas online. Sedangkan pengguna internet di Korea menghabiskan waktunya sekitar 14 jam per minggu untuk menggunakan internet (Jeong & Kim, 2010). Waktu yang dihabiskan pengguna media sosial setiap harinya mendorong
individu untuk selalu mengetahui perkembangan informasi dan
menjadikannya sebagai bagian dari aktivitas kehidupan sehari-hari mereka (Boyd & Ellison, 2007). Menurut survey dari checkfacebook.com (2013), Indonesia menyumbang sebanyak 47.961.820 pengguna facebook dan menjadikan Indonesia negera ke empat 1
2
yang sering mengakses facebook dengan presentase laki-laki 59,1% (28.426.460 pengguna) dan perempuan 40,9% (19.687.320 pengguna). Penggunaan media sosial yang tinggi di harapkan lebih banyak memberikan manfaat kepada individu dibandingkan dengan dampak negatif yang ditimbulkan. Facebook didesain oleh Mark Zuckerberg untuk tetap berhubungan dengan sesama mahasiswa dari Universitas Harvard pada tahun 2004 (Kaplan & Haenlein, 2009). Pada tahun terbentuknya facebook tercatat 21 juta pengguna (Needham & Company, 2007). Pada tahun 2009, facebook mencakup lebih dari 49 juta pengguna. Pengguna facebook dapat menambah teman dengan mengundangnya menjadi anggota. Mungkin dapat menerima atau menolak sehingga memberikan self-control untuk daftar teman-temannya. Pengguna dapat mengontrol berapa banyak informasi dengan pengaturan privasi mereka (Pempek, Yermolageva, & Calvert, 2009). Hasil survey menyatakan dari beberapa perguruan tinggi di Midwest AS menemukan bahwa Mereka 91% partisipan menggunakan situs facebook.com (Wiley & Sisson, 2006). Menghabiskan waktu di situs jejaring sosial dan sudah menjadi bagian dari kegiatan sehari-hari sebagian besar dewasa muda AS. Dalam satu studi di AS dilaporkan menggunakan facebook rata-rata 10 sampai 30 menit setiap hari (Ellison, Steinfield, & Lampe, 2007). Studi lain menemukan bahwa sekitar setengah dari usia 12-17 tahun log in situs jejaring sosial setiap hari: 22% log in ke situs jejaring sosial beberapa kali per hari, 26% sekali sehari, 17% tiga sampai lima hari per minggu, 15% satu atau dua hari per minggu, dan hanya 20% setiap beberapa minggu (Lenhart & Madden, 2007). Dalam segi pendidikan, remaja menggunakan teknologi untuk mengetahui perkembangan ilmu pengetahuan dengan mediasi laptop, komputer, telepon seluler,
3
dan sejenisnya melalui browsing internet. Mereka mengakses internet di berbagai tempat seperti di rumah, perpustakaan, kafe yang terhubung internet, dan tempat yang lainnya (Lazarus, 2010). Dampak positif yang yang ditimbulkan pengguna media sosial adalah mereka dapat tetap terhubung dengan kerabat (Jeffries dan Szarek, 2010). untuk mendapatkan informasi dan bertukar informasi yang terbaru (Boyd dan Allison, 2007), berinteraksi dan mempertahankan persahabatan dibandingkan untuk berkenalan dengan teman baru (Ellison, Steinfield, & Lampe, 2007) sedangkan, menurut Lenhart & Madden (2007) sekitar setengah dari remaja menggunakan situs jejaring sosial untuk mencari teman baru dan sekitar setengah dari mahasiswa di Amerika Serikat menggunakan facebook untuk membiarkan orang lain mengetahui tentang dirinya dan aktivitas yang dilakukannya (Wiley & Sisson, 2006). Di sisi lain, dampak negatif yang ditimbulkan media sosial menurut Krasnova, Gunther, Spiekermann, & Koroleva (2009) bahwa terdapat masalah privacy terkait dengan etika dalam menggunakan media sosial. Hal tersebut dapat kita buktikan dengan kasus individu yang mempublikasikan informasi tentang kegiatan dan keadaan sehari-hari, seperti keadaan rumah kosong. Informasi tersebut dapat mengundang tindakan-tindakan kriminal. Tahun 2010, Komisi Nasional Perlindungan Anak telah menerima lebih dari 100 laporan remaja hilang yang di awali pertemanan di facebook di antaranya adalah Febriani alias Ari (18) terancam 15 tahun penjara karena telah membawa kabur Nova (14) yang dikenal melalui facebook (DetikNews, 9 Februari 2010). Di Jakarta, remaja 14 tahun hilang 5 hari karena di bawa kabur teman yang dikenalnya lewat facebook dan mengalami kehilangan ponsel (DetikNews, 11 Februari 2010). .Empat siswa Tanjung Pinang dipecat dari sekolah karena menghina guru melalui facebook
4
dan seorang remaja usia 18 tahun divonis pengadilan Negeri Bogor karena menghina teman melalui facebook (Juditha, 2011). Menurut Lazirinis (2009) mengakses ke situs dewasa, pecandu game online dan perjudian, kekerasaan game online, social disclosure (pengungkapan di media sosial), rasis, pembuatan bom, menggunakan narkoba, atau penggunaan tembakan, dan menfitnah teman merupakan dampak negatif yang ditimbulkan oleh penggunaan facebook. Oleh karena itu, facebook bisa berdampak positif dan negatif tergantung bagaimana kita menggunakannya. Gailiot, Gitter, Baker, & Baumeister (2012) self-control yang rendah meningkatkan pelanggaran standar nilai sosial. Perilaku berisiko yang termasuk pelanggaran terhadap standar nilai adalah mencuri, menggunakan narkoba, dan memfitnah teman. Individu yang memiliki self-control yang rendah menurut Gottfredson & Hirschi (1990) adalah individu yang mengikuti kata hati, tidak peka, egois, dan bertindak tanpa berpikir ulang. Sedangkan, individu yang memiki self-control yang tinggi mempunyai kedisplinan diri dalam melakukan sesuatu hal, berpikir dengan matang sebelum melakukan sesuatu, dapat mengontrol dirinya dalam segi kesehatan dan etika sosial, kemudian mampu menyelesaikan tugas yang diberikan (Tangney, Baumeister, & Boone, 2004). Ketidakmampuan untuk mengkontrol diri dalam penggunaan media sosial dapat mengakibatkan secara bertahap hilangnya privasi individu, penipuan identitas, pelecehan, dan cyber-bullying (misalnya, beredar rumor palsu tentang seseorang) dan tindakan-tindakan buruk lainnya (Lazarinis, 2010). Meningkatnya intensitas penggunaan facebook
yang sebagian besar
diantaranya adalah remaja merupakan fenomena yang berkembang saat ini. Sedikit
5
banyak waktu yang digunakan pengguna facebook dapat berdampak positif dan negatif. Di sini peran self-control di kalangan remaja sangat penting. Self-control sebagai fondasi untuk tidak mengikuti kemauan sesaat. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti memilih judul “Hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan facebook di kalangan remaja Jakarta” 1.2 Rumusan Masalah Masalah yang akan diteliti dalam penelitian ini : 1. Apakah ada hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan facebook di kalangan remaja Jakarta? 1.3 Tujuan penelitian Hasil penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : 1. Mengetahui hubungan antara self-control dengan intensitas penggunaan facebook di kalangan remaja Jakarta