1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi dari masa kanak-kanak menuju usia dewasa, pada masa remaja individu mengalami perubahan dalam sikap, perilaku sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisiknya, remaja sangat mudah dipengaruhi dengan faktor yang ada diluar dirinya seperti keluarga, lingkungan, pergaulan, teman sebaya dan teman sekolah. masa remaja adalah masa transisi perkembangan yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal 20 tahun (Papalia dan Old, 2001). Perubahan yang paling mencolok pada masa remaja adalah perubahan fisik, perubahan fisik yang terjadi merupakan proses yang alamiah, namun seringkali ketidaktahuan remaja terhadap perubahan tersebut membuat mereka cemas dan malu (Fajarina, 2007). Remaja disebut juga sebagai usia pencarian identitas atau jati diri. Proses pencarian tersebut, mereka selalu mencoba dan mencoba apa yang cocok pada dirinya. Masa remaja juga merupakan masa yang sulit karena mereka harus melewati masa penuh perubahan biologis. Dalam perubahan biologis mereka mengalami perubahan fisik yang membedakan remaja pria dan wanita Selain itu remaja juga mengalami perkembangan psikologis dimana remaja mengalami perubahanperubahan pada dirinya yaitu perubahan emosi dan prilaku (Yusuf, 2004).
1
2
Perubahan tersebut terjadi pada masa pubertas, terjadi cukup menyolok pada umur 9 sampai 15 tahun. Pada saat itu tidak hanya tubuh menjadi lebih tinggi dan lebih besar saja, tetapi terjadi juga perubahanperubahan didalam tubuh yang memungkinkan untuk bereproduksi atau berketurunan. Datangnya perubahan fisik yang berkaitan dengan kematangan seksual ini tidak sama pada setiap orang. Pria merasa bahwa proporsi tubuh, wajah dan gigi menjadi hal yang amat penting. Seseorang selalu merasa tidak puas dengan bentuk badan, rambut, gigi, berat badan, ukuran dada dan tinggi badan. Terlihat bahwa perhatian individu menilai penampilan dirinya atau orang lain tertuju pada perbagian tubuh misalnya hidung pesek atau besar, mata sipit, bibir tebal, atau keseluruhan tubuhnya misalnya badan kurus kering dan kulit hitam (Atkinson, 1992). Salah satu aspek psikologis dari perubahan tubuh dimasa puber sudah pasti remaja cemas mangenai tubuh mereka dan membentuk citra diri mengenai bagaimana keadaan tubuh mereka, mungkin mereka melihat kedalam cermin setiap hari dan kadang setiap jam, untuk melihat apakah anda mendeteksi sesuatu yang berbeda mengenai tubuhnya yang sedang berubah, kecemasan mengenai citra tubuh seseorang kuat selama masa remaja, tetapi secara khusus akut pada masa puber waktu dimana remaja merasa lebih tidak puas dengan tubuh mereka dibandingkan dengan pada masa remaja akhir (Santrock, 2007). Akibat adanya perubahan fisik, proporsi tubuh remaja juga berubah, dimana proporsi tubuh menjadi lebih besar dan tidak seimbang, sehingga sering membuat remaja menjadi canggung dengan tubuhnya sendiri dan menyebabkan mereka ingin
3
mengubahnya. Jersild (1965) juga mengemukakan hal senada bahwa ketika anak mulai memasuki awal remaja, mereka mulai memperhatikan keadaan dirinya dan mereka berharap ingin mencapai penampilan yang baik. Untuk mencapai keinginan tersebut gambaran diri mempunyai peran dalam mengevaluasi dirinya. Terjadinya perubahan pada remaja yang berkaitan dengan fisik dan seksualitas mempuyai dampak terhadap gambaran diri mereka daripada aspek lainya dari konsep diri (Potter and Perry, 1993). Gambaran diri biasanya dipengaruhi oleh harapan lingkungan, keluarga, dan teman. Gambaran yang dimiliki remaja terhadap tubuhnya sangat dipengaruhi oleh teman-teman disekelilingnya. Ketika mereka menemui beberapa perbedaan dengan teman sebaya dalam hal pertumbuhan dan perkembangan tubuh, hal ini akan menjadikan suatu pengalaman yang sulit bagi mereka. Kemudian agar penampilanya baik mereka butuh pendapat orang lain, terutama pendapat orang tua, kalau berbeda dengan temantemanya. Kondisi inilah peran orang tua sangat dibutuhkan untuk berkomunikasi secara terbuka dan memberi pengertian yang benar dan jelas tentang apa yang terjadi pada anak ketika mulai memasuki masa remaja. Sementara itu pada kenyataanya banyak orang tua yang tidak mampu menjelaskan berbagai perubahan fisik yang terkait dengan perkembangan seksualitas yang terjadi pada anak mereka ketika menginjak remaja padahal anak butuh bantuan dari orang tuanya untuk mengerti hal tersebut. Akibat yang luas dari masa puber pada keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan prilaku. Namun ada bukti yang menunjukan bahwa
4
perubahan dalam sikap dan prilaku yang terjadi pada saat ini lebih merupakan akibat dari perubahan sosial daripada akibat perubahan kelenjar yang berpengaruh pada keseimbangan tubuh. Semakin sedikit simpati dan pengertian yang diterima anak puber dari orang tua, kakak, adik, guru-guru dan teman-teman dan semakin besar harapan-harapan sosial pada periode ini, semakin besar akibat psikologis dari perubahan-perubahan fisik (Hurlock, 1980). Perubahan fisik pada masa puber mempengaruhi semua bagian tubuh, baik eksternal maupun internal, sehingga juga mempengaruhi keadaan fisik dan psikologis remaja. Meskipun akibatnya biasanya sementara, namun cukup menimbulkan perubahan dalam pola prilaku, sikap dan kepribadian (Hurlock, 1980). Apabila anak puber tidak dipersiapkan secara psikologis atau tidak diberitahu tentang perubahan yang terjadi pada masa puber, pengalaman akan perubahan itu dapat
merupakan
pengalaman
traumatis.
Akibatnya,
anak
cenderung
mengembangkan sikap yang kurang baik yang lebih cenderung menetap daripada menghilang. Apapun alasan dari kurangnya persiapan anak menghadapi masa puber, hal ini merupakan bahaya psikologis yang serius, terutama pada anak yang matangnya lebih awal dan lambat. Hal ini disebabkan perubahan-perubahan yang terjadi mendorong anak untuk berfikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan dirinya atau bahwa perkembanganya sedemikian abnormalnya sehingga tidak mungkin sama seperti teman-teman lainya (Hurlock, 1980). Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar diperoleh bahwa siswi banyak kurang mengerti tentang perubahan
5
pesiologi pada masa pubertas dan banyak yang bertanya-tanya tentang perubahan fisiologis tersebut. Kemudia berdasarkan wawancara yang men dalam terhadap 9 siswa putri bahwa 5 siswa merasa khawatir dengan tinggi badan, mereka berfikir apakah masih bisa bertambah. Mereka juga merasa tidak nyaman dengan adanya rambut disekitar alat kelamin, dan 3 diantaranya juga mengeluh adanya jerawat membuat mereka malu dan jengkel dan berfikir bisa hilang atau tidak. Berdasarkana latar belakang diatas maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar”.
1.2. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum Untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
6
2. Untuk mengetahui sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
1.4. Manfaat Penelitian 1.
Bagi Penulis Sebagai sarana untuk menambah wawasan dan pengembangan logika berpikir penulis mengenai perubahan fisiologi pada masa pubertas.
2.
Bagi SLTP Negeri 9 Pematangsiantar a. Memberikan informasi mengenai perubahan fisiologi pada masa pubertas. b. Memberikan informasi dari penelitian ini kepada guru supaya dapat memberikan materi pembelajaran tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas.
7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan 2.1.1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu dan ini setelah orang melakukan penginderaan terhadap obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagaian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telingan. Dalam wikipedia dijelaskan; pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh seseorang. Pengetahuan tidak dibatasi pada deskripsi, hipotesis, konsep, teori, prinsip dan prosedur (Notoatmodjo, 2010). Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ada dan tersedia dan sementara orang lain tinggal menerimanya. Pengetahuan adalah sebagai suatu pembentukan yang terus menerus oleh seseorang yang setiap saat mengalami reorganisasi karena adanya pemahaman-pemahaman baru. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal. Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
7
8
2.1.2. Kategori Pengetahuan Menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu: a. Baik : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 76-100% dari seluruh petanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40-55% dari seluruh pertanyaan 2.1.3. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu: a. Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengatahuan yang paling rendah b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang telah faham terhadap objek atau materi harus dapat
9
menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). d. Analisis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis Menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menyambungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk menyusun suatu formulasi baru dari formulasiformulasi yang ada. f. Evaluasi Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek
2.2. Sikap 2.2.1. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek, sehingga manifestasi sikap tidak langsung dapat
10
dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoadmojo, 2003). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. 2.2.2. Tingkatan Sikap 1. Menerima (receiving). Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan. 2. Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap tingkat dua. 3. Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. 4. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2005). 2.2.3. Komponen Pokok Sikap Mengikuti skema triadik, struktur sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu komponen kognitif (cognitive), komponen afektif (Affective) dan komponen konatif (conative). Komponen kognitif merupakan representasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen afektif merupakan perasaan yang
11
menyangkut aspek emosional dan komponen konatif yang merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki seseorang (Azwar, 2005). 2.2.4. Interaksi Komponen-Komponen Sikap Menurut Azwar (2005), para ahli psikologi sosial banyak yang beranggapan bahwa ketiga komponen adalah selaras dan konsisten, dikarenakan apabila dihadapan dengan satu obyek sikap yang sama maka ketiga komponen itu harus mempolakan sikap yang beragam. Dan apabila salah satu saja diantara komponen sikap (cognitive, affective, conative) tidak konsisten dengan yang lain, maka akan terjadi ketidakselarasan yang menyebabkan timbulnya perubahan sikap sedemikian rupa sehingga konsistensi itu tercapai kembali. Prinsip ini banyak dimanfaatkan dalam manipulasi sikap guna mengalihkan bentuk sikap tertentu menjadi bentuk yang lain, yaitu dengan memberikan informasi berbeda mengenai objek sikap yang dapat menimbulkan inkonsistensi antara komponen-komponen sikap pada diri seseorang. 2.2.5. Faktor yang Mempengaruhi Sikap Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, sebagaimana yang diungkapkan oleh Azwar (2005) dalam bukunya Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya yaitu dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap antara lain:
12
1. Pengalaman pribadi Hal-hal yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus. Pengalaman pribadi yang memberik kesan kuat merupakan dasar pembentukan sikap (Azwar, 2005). 2. Pengaruh lingkungan sosial Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya, hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung dan menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting (Azwar, 2005). 3. Pengaruh kebudayaan Pengaruh kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar (Azwar, 2005). 4. Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan kepercayaan individu. Informasi baru yang disampaikan memberi landasan kognitif baru, pesan sugestif yang kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu (Azwar, 2005). Media audiovisual secara psikis dapat menggelorakan dorongan seksual (Sakti dan Kusuma, 2006). 5. Institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Di dalam kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara
13
sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya (Azwar, 2005). 6. Jenis kelamin Jenis kelamin akan menentukan sikap seseorang, karena reproduksi dan hormonal berbeda, yang diikuti perbedaan proses fisiologi tubuh. Kadar hormon testosteron laki-laki lebih tinggi dibanding wanita, tetapi wanita lebih sensitif terhadap hormon testosteron (Sakti dan Kusuma, 2006). 7. Pengetahuan Sikap seseorang terhadap suatu obyek menunjukkan pengetahuan orang tersebut terhadap objek yang bersangkutan (Walgito, 2003). 8. Faktor emosi dalam individu (Azwar, 2005). 2.2.6. Ciri-ciri Sikap 1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari. 2. Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu. 3. Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. 4. Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan suatu hal. 5. Sikap mempunyai segi-Segi motivasi dan segi-segi perasaan (Azwar, 2005).
14
2.2.7. Sifat Sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif (Azwar, 2005). 1. Sikap
positif
kecenderungan
tindakan
adalah
mendekati,
menyenangi,
mengharapkan obyek tertentu. 2. Sikap negatif terdapat kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu. 2.2.8. Cara Pengukuran Sikap. Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat dan pernyataan responden terhadap suatu obyek. Secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataanpernyataan hipotesis kemudian dinyatakan pendapat responden melalui kuesioner (Notoadmojo, 2003).
2.3. Tumbuh Kembang Remaja 2.3.1. Definisi Remaja Remaja dalam arti adolesence (inggris) berasal dari bahasa latin adolscere yang artinya tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa (Hurlock,1996). Masa ini merupakan suatu tahap antara masa kanak-kanak dengan dewasa. Istilah ini menunjukkan masa dari awal pubertas sampai terjadinya kematangan. Yusuf (2002) mengemukakan bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat- minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.
15
Masa remaja meliputi (a) remaja awal: 12-15 tahun, (b) remaja madya: 15-18 tahun, dan (c) remaja akhir: 19-22 tahun (Yusuf, 2001) 2.3.2. Pertumbuhan Remaja Pertumbuhan fisik pada masa remaja merupakan hal yang sangat biasa terjadi bersamaan dengan saatnya, maka harus dibicarakan bersama-sama dengan perkembangan seksual karena menunjukkan bahwa pemasakan seksualitas genital harus dipandang dalam hubungannya dengan pertumbuhan fisik seluruhnya. Pertumbuhan fisik ini berhubungan dengan aspek-aspek anatomik maupun fisiologiknya. Penyebab perubahan yang terjadi pada remaja belum diketahui secara pasti, hal tersebut masih merupakan rahasia yang belum dapat terungkap. Empat tahun sebelum menstruasi, bagian otak disebut hypothalamus sudah mengeluarkan zat yang disebut faktor pencetus yang menghasilkan hormon pertumbuhan. Pertumbuhan yang cepat ini dimulai kira-kira empat tahun sebelum menstruasi, terutama dua tahun yang pertama dan melambat lagi menjelang menstruasi (Monks, 1992). Haid pertama sering digunakan sebagai kriteria kematangan seksual anak perempuan, tetapi ini bukanlah perubahan fisik yang pertama dan terakhir selama masa puber. Masa perubahan yang terjadi pada setiap orang tidak selalu sama, karena saat-saat kematangan seksual pada seseorang berbeda-beda. Sering sekali perubahan yang terjadi pada perempuan lebih awal, sekitar usia 11-12 tahun (Kusumawati, 2003). Pertumbuhan pada remaja terjadi disebabkan oleh pusat pengendali utama dari bagian otak mengendalikan urut-urutan rangkaian perubahan itu dengan
16
mengeluarkan hormone-hormon tertentu. Antara lain adalah hormone estrogen dan testoteron. Hormon estrogen dominan pada remaja perempuan dan testoteron pada laki-laki. Hormon-hormon ini membuat seorang anak perempuan mempunyai sifat kewanitaan setelah masa remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa khasiat, dia dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga payudara pun membesar, juga merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan vagina. Estrogen juga dapat menyebabkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita, tetapi dapat juga memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak, itulah sebabnya mengapa perempuan dewasa tidak setinggi anak laki-laki sebayanya. Selain estrogen hormon seks utama lain dari seorang wanita adalah progesteron, yang khasiatnya bermacam-macam tetapi efeknya yang utama adalah melemaskan otot-otot halus, meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu badan (BKKBN, 2003). 2.3.3. Perkembangan Remaja Perkembangan kognitif remaja menurut Piaget dalam Mu’tadin (2000) merupakan periode terakhir dan tertinggi dalam tahap pertumbuhan operasi formal. Pada periode ini, idealnya para remaja sudah memiliki pola pikir sendiri dalam mengembangkan masalah-masalah kompleks dan abstrak. Namun pada kenyataannya di Indonesia masih banyak remaja yang belum mampu sepenuhnya mencapai tahap perkembangan kognitif operasional formal ini. Perkembangan moral masa remaja merupakan periode dimana seseorang mulai bertanya-tanya berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya
17
sebagai dasar bagi pembentukan nilai diri mereka. Menurut Turiel (1990) dalam Mu’tadin (2000) menyatakan bahwa setiap remaja mulai membuat penilaian tersendiri dalam menghadapi masalah-masalah populer berkenaan dengan lingkungan mereka. Remaja tidak lagi menerima pemikiran kaku, dan sederhana dan absolut yang diberikan pada mereka selama ini tanpa bantuan. Dalam perkembangan psikologis, remaja mengalami perubahan yang drastis dalam kesadaran diri mereka (Self-awarness). Mereka sangat rentan terhadap pendapat orang lain karena mereka menganggap bahwa orang lain sangat mengagumi dan mengkrtik diri mereka sendiri. Sehingga anggapan ini membuat mereka sangat memperhatikan diri mereka dan citra yang direfleksikan. Remaja sering menganggap diri mereka serba mampu dan sering bertindak impulsif. Disini bimbingan dari orang yang lebih tua sangat dibutuhkan remaja. Perkembangan
emosional
menurut
Psikologi
Amerika
Hall
(1990)
mengatakan bahwa masa remaja adalah masa stress emosional, yang timbul dari perubahan fisik yang cepat dan luas yang terjadi sewaktu pubertas. Dalam perkembangan seksual remaja, perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas bertanggung jawab atas munculnya dorongan seks. Pemuasan dorongan seks masih dipersulit dengan banyaknya tabu sosial, sekaligus juga kekurangan pengetahuan yang benar tentang seksualitas. Setiap fase perkembangan memiliki tugas perkembangan. Tugas-tugas perkembangan tersebut merupakan pengharapan atas apa yang akan dilakukan oleh seseorang pada masa perkembangannya. Tugas ini bersifat normatif, on time, dan
18
diharapkan serta diantisipasi oleh individu. Tugas-tugas perkembangan pada masa remaja menurut Havighurst (1991) dalam Zaenal (2001) adalah sebagai : 1. Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yang seusia. 2. Dapat menjalankan peran social. 3. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif. 4. Mengharapkan dan mencapai perilaku social yang bertanggung jawab. 5. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya. 6. Mempersiapkan karir ekonomi. 7. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga. 8. Memperoleh perangkat nilai dan system etis sebagai pegangan untuk berperilaku dan mengembangkan ideology. Tugas-tugas tersebut menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku. Akibatnya hanya sedikit anak perempuan yang diharapkan untuk menguasai tugas-tugas tersebut selama awal remaja, apalagi mereka yang matangnya terlambat. Oleh karena itu semua tugas perkembangan pada masa remaja dipusatkan pada pengulangan sikap dan pola perilaku yang kekanak-kanakan dan mengadakan persiapan untuk menghadapi masa dewasa.
19
2.4. Masa Pubertas 2.4.1. Definisi Pubertas Pubertas adalah periode dalam rentang perkembangan ketika anak-anak berubah ke makhluk aseksual menjadi makhluk seksual. Masa puber merupakan suatu tahap dalam perkembangan dimana terjadi kematangan alat-alat seksual dan tercapai kematangan reproduksi. Tahap ini disertai dengan perubahan-perubahan dalam pertumbuhan somatis dan perspektif psikologis (Hurlock, 1996). Kata pubertas berasal dari bahasa latin yang berarti ”usia kedewasaan”. Kata ini lebih menunjukkan pada perubahan fisik daripada perilaku yang terjadi pada saat individu secara seksual menjadi matang dan mampu memberikan keturunan. Masa puber atau pubertas merupakan masa pertumbuhan dan perubahan pesat. Perubahanperubahan pesat yang terjadi selama masa puber menimbulkan keraguan, perasaan tidak mampu dan tidak aman. Remaja yang berada pada masa puber, Menurut Monks (1992) menempati arti penting dalam siklus kehidupan manusia, dimana kondisi ini merupakan tahap peralihan dari masa anak-anak yang mendapatkan status berupa pemberian dari orang tuanya (described) menuju ke masa dewasa untuk mendapatkan status berdasarkan kemampuannya (achived). Menurut Widarti (2003), remaja pubertas merupakan sosok manusia yang belum matang ditinjau dari aspek fisik yang meliputi perkembangan organ-organ seksualnya dan aspek psikologis. Menurut Hurlock (1996), remaja pubertas mempunyai karakteristik yang mencolok dibandingkan
20
dengan remaja awal pubertas dan akhir pubertas, sebab remaja pubertas mengalami perubahan fisik, seksual dan psikologis secara cepat. Sistem reproduksi pada remaja putri terdiri dari organ interna, ang terletak di dalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan genital eksterna, yang terletak di perineum (Jensen, 1997). Struktur Reproduksi interna dan eksterna remaja putri berkembang dan menjadi matur akibat rangsangan hormone estrogen dan progesteron, karena hormon ini dihasilkan sejak awal kehidupan janin berlanjut terus sampai masa pubertas dan masa usia subur (Garret, 2001). Pada anak perempuan muda walaupun menyeksresi sejumlah kecil estrogen dalam jumlah yang cenderung konstan, peningkatan yang menyolok terjadi antara usia 8-11 tahun, dalam usia tersebut peningkatan jumlah dan variasi sekresi gonadotroprin dan estrogen berkembang menjadi suatu pola yang siklik minimal sebelum menarke (Lowdermilk, 1997). Pada awalnya, sebagian besar pada remaja putri, menstruasi tidak reguler, tidak dapat diprediksi, tidak nyeri, dan tidak mengandung telur, setelah satu tahun atau lebih, berkembang satu irama hipofisishipotalamus, dan ovarium memproduksi estrogen siklik yang adekuat untuk mematangkan ovum (Bobak, 1997). 2.4.2. Perubahan Pada Masa Pubertas 2.4.2.1. Perubahan Fisik Hurlock (1996) mengemukakan ada empat perubahan fisik yang terjadi pada masa puber, yaitu :
21
1. Perubahan ukuran tubuh Perubahan fisik utama pada masa pubertas adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. Pada remaja putri untuk peningkatan tinggi sebelum haid rata-rata 3 inchi. Setelah haid tingkat pertumbuhan menurun sampai kira-kira 1 inchi setahun dan berhenti sekitar 18 tahun. Pertambahan berat pada masa puber pada anak perempuan terjadi sesaat sebelum dan setelah haid. Setelah itu pertambahannya hanya sedikit. 2. Perubahan proporsi tubuh Perubahan fisik pokok yang kedua adalah proporsi tubuh. Daerah-daerah tertentu yang terjadi terlampau kecil sekarang menjadi terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah tubuh lain. Hal ini tampak jelas pada hidung, kaki dan tangan. Baru pada akhir remaja seluruh daerah tubuh akan mencapai ukuran dewasa. 3. Ciri-ciri seks primer Perubahan fisik ketiga adalah pertumbuhan dan perkembangan ciri-ciri seks primer, yaitu organ-organ seks. Semua organ reproduksi wanita tumbuh selama masa puber, meskipun ada dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Petunjuk pertama bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. 4. Ciri-ciri seks sekunder Perubahan fisik keempat adalah perkembangan cirri- ciri sekunder. Ciri-ciri seks sekunder yang penting pada perempuan antara lain :
22
a. Pinggul : Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. b. Payudara : Segera setelah pinggul membesar, payudara juga berkembang, putting susu membesar dan menonjol, dan dengan berkembangnya kelenjar susu, payudara menjadi lebih besar dan bulat. c. Rambut : Rambut kemaluan timbul setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan bulu kulit pada wajah mulai tampak setelah haid. Semua rambut kecuali rambut wajah mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih gelap dan agak keriting. d. Kulit : Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori- pori bertambah besar. e. Kelenjar : Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan di kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya lebih menusuk sebelum dan selama haid. f. Otot : Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa pubertas, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai. g. Suara : Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
23
2.4.2.2. Hormon Seks Yang menyebabkan perubahan pada masa pubertas adalah perubahan dari anak memasuki masa remaja, semua diatur oleh hormon seks. Perubahan terjadi disebabkan oleh pusat pengendali utama dari bagian otak mengendalikan urut- urutan rangkaian perubahan itu dengan mengeluarkan hormone-hormon tertentu. Antara lain adalah hormon estrogen dan testoteron. Hormon estrogen dominan pada remaja perempuan dan testoteron pada laki-laki. Hormon-hormon ini membuat seorang anak perempuan mempunyai sifat kewanitaan setelah masa remaja. Hormon estrogen mempunyai beberapa khasiat, dia dapat merangsang pertumbuhan saluran susu di payudara sehingga payudara membesar, juga merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim dan vagina. Estrogen juga dapat menyebabkan tertimbunnya lemak di daerah panggul wanita, tetapi dapat juga memperlambat pertumbuhan tubuh yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak, itulah sebabnya mengapa perempuan dewasa tidak setinggi anak laki-laki sebayanya. Selain estrogen hormon seks utama lain dari seorang wanita adalah progesteron, yang khasiatnya bermacammacam tetapi efeknya yang utama adalah melemaskan otot-otot halus, meningkatkan produksi zat lemak di kulit dan meningkatkan suhu badan. Efek progesteron yang terpenting adalah pada rahim, yaitu mempertebal dinding di dalam rahim dan merangsang kelenjar-kelenjar agar mengeluarkan cairan pemupuk bagi sel telur yang dibuahi. Dengan demikian sel telur yang sudah dibuahi akan terpelihara selama kedudukannya di dinding rahim (BKKBN, 2003).
24
2.4.3. Citra Tubuh Remaja 1. Citra Tubuh Pengertian citra tubuh tidak terlepas dari pengertian citra tubuh secara umum. Beberapa ahli berpendapat bahwa konsep citra tubuh adalah merupakan konsep yang kompleks, yaitu menyangkut kepribadian, karakteristik, tubuh dan penampilan. Citra tubuh penting untuk proses evaluasi diri dan perkembangan konsep diri. Citra tubuh adalah gambaran tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran untuk menyatakan suatu cara penampilan tubuh seperti cantik atau jelek (La Rose, 1996). Citra tubuh adalah aspek yang terpenting dari perkembangan konsep diri (Grinder, 1992). Citra tubuh juga didefinisikan sebagai gambaran tentang tubuh sendiri yang dibentuk dalam pikiran, hal ini dimaksudkan untuk menyatakan suatu cara penampilan tubuh seperti kuat, lemah, besar, kecil, maupun cantik atau jelek, dalam tingkat citra tubuh seseorang digambarkan juga oleh seberapa jauh ia merasa puas terhadap bagian-bagian tubuh dan penampilan fisik secara keseluruhan (Maltz,1993). Eysenk (1992) menyatakan bahwa citra tubuh pada umumnya merupakan wadah dan ide atau pikiran dari tubuh yang berubah menurut informasi yang diterima. Menurut Wolman (1988) dalam Andayani (1991), citra tubuh adalah gambaran mental seseorang mengenai fisiknya yang berasal dari sensasi internal, emosiemosi, fantasi, upaya perawatan tubuh, serta pengalamannya dari obyek luar. Ditambahkan oleh Maltz (1993), citra tubuh merupakan gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri sebagai makhluk yang berfisik, sehingga citra
25
tubuh sering dikaitkan dengan karakteristik-karakteristik fisik, termasuk didalamnya penampilan secara umum, ukuran tubuh, cara berpakaian, model rambut dan pemakaian kosmetik. Citra tubuh juga merupakan gambaran subyektif seseorang mengenai fisiknya, yang dibentuk dari pengalaman dulu dan sekarang serta reaksi orang lain. Menurut Eysenk (1992), tubuh dan cirri-ciri jasmaniah sangat penting bagi remaja untuk menggambarkan dirinya sendiri serta pendapat mengenai penampilannya dimuka orang lain. Penampilan fisik banyak pengaruhnya pada penampilan diri sendiri, bahkan seringkali lebih berperan dibandingkan kemampuan intelektual (Gunarsa, 1993).Ditambahkan pula bahwa remaja wanita yang cantik atau remaja laki-laki yang tampan biasanya akan disenangi oleh teman-temannya. Cacat tubuh sangat merisaukan terutama pada remaja, justru karena penampilan fisik pada masa ini sangat dianggap penting (Monks dkk, 1992). 2. Citra Tubuh Remaja Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaan, maka ia mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. Sikap-sikap atau tingkah lakunya yang ditampilkan juga akan mengalami perubahan-perubahan dan sebagai akibatnya sikap orang lain terhadap dirinya juga akan berubah-ubah menyesuaikan dengan perubahan yang terampil dalam dirinya. Oleh karena itu dapat dimengerti bahwa konsep diri pada remaja tidak konsisten (Gunarsa, 1993). Hampir semua anak puber mempunyai konsep diri yang tidak realistik tentang penampilan dan kemampuan kelak bila sudah dewasa. Salah satu tugasperkembangan pada masa
26
puber yang penting adalah menerima bahwa tubuhnya telah mengalami perubahan namun hanya sedikit anak puber yang mampu menerima kenyataan ini sehingga tidak merasa puas dengan penampilannya (Hurlock, 1996). Perkembangan fisik memberikan impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial remaja. Reaksi individu terhadap perkembangan fisiknya tergantung dari pengaruh lingkungan dan dari sifat pribadinya sendiri (Monks dkk, 1992). Bila seorang remaja mengerti bahwa tubuhnya memenuhi persyaratan maka hal ini akan berakibat positif terhadap penilaian dirinya, sebaliknya bila dirasa ada penyimpangan-penyimpangan pada tubuhnya, maka akan timbul yaitu masalahmasalah yang berhubungan dengan penilaian terhadap diri dan sikap sosialnya (Andayani, 1991). Remaja akan sulit menilai gambaran fisiknya secara obyektif, sehingga bila remaja merasa terdapat penyimpangan pada perkembangan fisiknya, ia akan mempunyai gambaran yang negatif terhadap penampilan fisiknya, dan hal ini menyebabkan remaja mempunyai sikap sosial yang tidak objektif. Masa remaja merupakan salah satu cirinya yaitu mengarahkan perhatian serta minatnya pada diri sendiri secara mendalam. Hal ini belum terlihat pada masa sebelumnya. Apabila waktu-waktu sebelumnya anak belum tertarik pada keadaan badan misalnya, maka pada usia remaja keadaan badan mulai menjadi arah perhatian melalui cara yang seksama (Hurlock, 1996). Masa remaja adalah masa ”bercermin” dan wajah sangat penting bagi mereka. Remaja pada umumnya ingin mendapatkan perasaaan bahwa penampilan fisiknya cukup menarik dan dapat diterima lingkungan. Salah satu hal yang paling sulit
27
bagi remaja adalah menerima perubahan tubuhnya. Remaja harus menyesuaikan dengan perubahan-perubahan berkenaan masa pubertas yang dialaminya. Selain itu, remaja juga harus menerima ukuran dan bentuk fisiknya yang baru sebagai bentuk fisik yang akan dimilikinya selama masa hidupnya, dan cepat atau lambat remaja harus melakukannya. Menurut Hurlock (1996), hanya sedikit remaja yang mengalami body cathexis atau perasaaan puas terhadap tubuh dan bagianbagiannya. Kegagalan dalam mengalami kepuasan terhadap tubuh menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya harga diri selama masa remaja. Ditambahkan oleh Hadisubrata (1990) tanpa konsep diri yang baik akan sulit sekali merubah watak atau perilaku seseorang. Citra tubuh remaja menunjukkan gambaran subjektif remaja mengenai keadaan tubuh dan penampilannya, perkembangan fisiknya, juga gambaran mengenai kekuatan dan ketahanan tubuh. Citra tubuh juga tidak terlepas dari upaya untuk memanipulasi secara kognitif pandangan mengenai fisiknya dan upaya dalam memenuhi kriteria ideal (Hall, 1990) Fisher (1989) dalam Rusmini (1994) juga menyatakan bahwa remaja perempuan pada umunya sangat memperhatikan penampilan dirinya, setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya sering dijadikan ukuran untuk harga dirinya, sehingga remaja perempuan berusaha untuk tampil dengan gambaran tubuh yang sebaik mungkin. Terjadinya perubahan pada remaja yang berkaitan dengan fisik dan seksualitas mempunyai dampak terhadap citra tubuh mereka. Citra mengenai tubuh sendiri
28
dibentuk dalam pikiran, maksudnya untuk menggambarkan penampilan fisik bagi diri sendiri yang meliputi perasaan yang berkaitan dengan fisik. Meskipun penampilan fisik merupakan hal yang relatif, remaja dapat mengukurnya dari respond dan pendapat lingkungan terhadap diri mereka, seperti apa diri mereka termasuk cantik atau jelek, tinggi atau pendek, berkulit gelap atau terang, dan sebagainya. Sikap terhadap tubuh sendiri sebagian besar dibentuk oleh normanorma budaya, sehingga seseorang yang sangat jauh dari standart yang berlaku cenderung kecewa terhadap tubuh mereka sendiri, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa citra tubuh merupakan hasil dari pengalaman yang nyata dan fantasi yang berpangkal pada perkembangan fisik, perhatian teman sebaya pada atribut-atribut fisik, dan dari kesadaran pada harapan-harapan budaya ( Hurlock, 1996 ). Dalam kondisi ini peran orang tua sangat dibutuhkan untuk memberikan informasi tentang apa yang terjadi pada anak perempuan ketika memasuki masa remaja (Zaenal, 2001). Perawat berperan sebagai pendidik atau penyuluh. Pada saat kunjungan ke sekolah, perawat dapat memberikan pengertian yang benar dan jelas tentang perubahan fisik pada saat remaja (Wardhono, 1998). Menurut Banfield and McCabe (2002) pemahaman citra tubuh secara menyeluruh melibatkan gabungan dari empat komponen, yaitu : a. Persepsi, berkaitan dengan ketepatan individu dalam mempersepsikan atau memperkirakan ukuran, bentuk dan berat tubuhnya yang dikaitkan dengan proporsi tubuh.
29
b. Afektif, menyangkut perasaan individu terhadap penampilan fisiknya. c. Kognitif, berkaitan dengan pikiran dan kepercayaan tentang bentuk dan penampilan tubuh. d. Tingkah laku, merupakan manifestasi dari dimensi citra tubuh lainnya. Citra tubuh juga dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal. Faktor eksternal diantaranya, sosiokultural, jenis kelamin dan status hubungan (keluarga, teman-teman). Faktor internal diantaranya proses kognitif dan perkembangan kepribadian terutama perkembangan emosi dan agama dan perubahan penampilan pada tubuh atau fisik (misal, kecacatan). Akibat adanya perubahan fisik, proporsi tubuhnya juga berubah, di mana proporsi tubuh menjadi lebih besar dan tidak seimbang, sehingga membuat remaja menjadi canggung dengan tubuhnya sendiri dan ingin mengubahnya. Citra tubuh mempunyai peran dalam mengevaluasi diri remaja untuk mencapai keinginannya tersebut (Dayton, 2004).
2.5. Kerangka Konsep Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep lainnya dari masalah yang ingin diteliti atau kerangka hubungan antara konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan. Jadi kerangka konsep pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
30
1.
Pengetahuan tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas
2.
Sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. JenisPenelitian Jenis penelitian yang digunakan didalam penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif yaitu bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar. 1.2.2. Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2015 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa putri kelas IX di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar sebanyak 85 orang. 3.3.2. Sampel Besar sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi dijadikan menjadi sampel (total sampling) yaitu 85 orang.
31
32
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Jenis Data a. Data Primer Data primer yang meliputi pengetahuan dan sikap remaja. Data ini bersumber dari responden dengan cara wawancara langsung menggunakan kuesioner b. Data Sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil data-data demografi dari dokumen atau catatan yang diperoleh dari SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
3.5. Variabel dan Definisi Operasional 1. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh remaja putri tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar. 2. Sikap adalah segala reaksi atau respon akibat perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar.
3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan Pengukuran variabel pengetahuan disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”tahu (bobot nilai 3)”, ”kurang tahu (bobot nilai 2)” dan ”tidak tahu (bobot nilai 1)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Baik, jika jawaban responden memiliki skor ≥ 76% dari total skor 23-30 1. Buruk, jika jawaban responden memiliki total skor < 76 % dari total skor 0-22
33
2. Sikap Pengukuran variabel sikap disusun 10 pertanyaan yang diajukan dengan jawaban ”setuju (bobot nilai 3)”, ”kurang setuju (bobot nilai 2)” dan ”tidak setuju (bobot nilai 1)”, dan dikategorikan menjadi 2, yaitu: 0. Positif, jika jawaban responden memiliki skor ≥ 50% dari total skor 16-30 1. Negatif, jika jawaban responden memiliki total skor < 50 % dari total skor 115 Tabel 3.1. Variabel 1. Pengetahuan 2. Sikap
Variabel, Cara dan Alat, Skala dan Hasil Ukur Cara dan Alat Ukur Wawancara (kuesioner) Wawancara (kuesioner)
Skala Ukur Ordinal Ordinal
Hasil Ukur 0. 1. 0. 1.
Baik Buruk Baik Buruk
3.7. Analisis Data Analisis data dilakukan secara univariat untuk mendapatkan gambaran distribusi frekuensi pengetahuan dan sikap responden.
34
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian SLTP Negeri 9 Pematangsiantar terletak di Kota Madya Pematangsiantar Provinsi Sumatera Utara. SLTP Negeri 9 Pematangsiantar berdiri pada tahun 1981. Saat ini SLTP Negeri 9 Pematangsiantar adalah Akredisi A dan memiliki ruang laboratorium yang lengkap dan fasilitas yang memadai. Tanah sekolah sepenuhnya milik pemerintah. Luas areal seluruhnya 4.215 m2 dan luas bangunan 806 m2 . Visi dan Misi SLTP Negeri 9 Pematangsiantar adalah sebagai berikut : a.
Visi Mencerdaskan kehidupan bangsa dengan
mendidik
para siswa
untuk
menghasilkan sumber daya manusia yang terampil serta menguasai ilmu pengetahuan menuju era globalisasi. b.
Misi Mewuzudkan siswa yang menguasai ilmu pengetahuan dan berbudi luhur sesuai dengan iman dan taqwa selaku umat beragama ditengah tengah masyarakat.
4.2. Analisis Univariat Analisis univariat yang diteliti dalam penelitian ini adalah pengetahuan dan sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar. 34
35
4.2.1. Pengetahuan Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar Untuk melihat pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar No Pengetahuan 1 Baik 2 Buruk Jumlah
f 68 44 112
% 60,7 39,3 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar dini lebih banyak dengan pengetahuan baik sebanyak 68 orang (60,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan buruk sebanyak 44 orang (39,3%). 4.2.2. Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar Untuk melihat pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar dapat dilihat pada Tabel 4.1: Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar No Sikap 1 Positif 2 Negatif Jumlah
f 60 52 112
% 53,6 46,4 100,0
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar lebih
36
banyak dengan sikap positif sebanyak 60 orang (53,6%) dan lebih sedikit dengan sikap negatif sebanyak 52 orang (46,4%).
37
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Pengetahuan Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar dini lebih banyak dengan dengan pengetahuan baik sebanyak 68 orang (60,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan buruk sebanyak 44 orang (39,3%). Keadaan ini menunjukkan pengetahuan SLTP Negeri 9 Pematangsiantar tergolong tinggi karena pada umumnya berpengetahuan buruk. Siswa yang berpengetahuan baik mungkin terjadi karena mereka mendapat informasi tentang perubahan fisiologi yang terjadi pada seseorang pada masa pubertas dari orang tua, saudara, orang lain atau pun dari buka bacaan dan media lainnya yang dapat menambah pengetahuan dari siswa. Sedangkan siswa yang berpengetahuan buruk mungkin terjadi karena mereka tidak mendapat informasi tentang perubahan fisiologi yang terjadi pada seseorang pada masa pubertas dari orang tua, saudara, orang lain atau pun dari buka bacaan dan media lainnya sehingga mereka kurang memahami tentang perubahan apa saja yang terjadi pada seseorang pada masa pubertas. Hal ini di dukung oleh teori Hermans yang mengatakan bahwa pada masa remaja nampak sekali perbedaannya dengan cara berfikir konkrit yang ditunjukkan anak-anak. Remaja telah mulai mengembangkan kemampuan berfikir secara abstrak, 37
38
memakai prinsip-prisip logika dan berfikir teoritis, lebih konseptis dan sudah mampu pula membuat generalisasi, ini artinya pihak sekolah harus mampu mempertahankan tingakat pengetahuan dan kualitas pendidikan yang diberikan kepada para muridnya terutama pendidikan tentang pubertas. Menurut Retno IG Kusuma kognitif sering didefinisikan sebagai kemampuan berfikir dan mengamati, suatu perilaku yang mengakibatkan seseorang memperoleh pengertian atau yang dibutuhkan untuk menggunakan pengertian. Menurut Retno kemampuan berfikir remaja pada stadium operasional formal (mulai umur 11 tahun) ditandai dengan dua sifat yang penting yaitu: a. Kemampuan deduktif-hipotesis adalah bila anak dihadapkan pada suatu masalah yang harus diselesaikannya, maka dia akam memikirkan dulu secara teoritis, menganalisa masalahnya dengan mengembangkan penyelesaian melalui berbagai hipotesis yang mungkin ada, kedua bersifat kombinatoris adalah berhubungan dengan cara bagaimana melakukan analisisnya maka sifat kombinatoris menjadi pelengkap cara berfikir operasional formal. Sesuai dengan hasil penelitian dan didukung oleh berbagai teori, tergambarkan dengan jelas bahwa tingkat pengatahuan remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas tergolong baik. Dimana menurut peneliti pengetahuan remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas marupakan hal yang sangat diperlukan bagi seorang remaja karena memiliki tugas-tugas perkembangan yaitu mengembangkan kemampuan kognitifnya secara lebih konsisten, terarah dan bertanggung jawab yang akan berguna bagin penyelesaian masalahnya.
39
Selain didukung oleh berbagai teori, peneliti juga menggunakan metode wawancara dari beberapa remaja putri dua diantaranya yaitu, menurut siswi “B” pubertas adalah suatu proses perubahan yang terjadi pada alat-alat reproduksi, yang biasa ditandai dengan adanya haid, dan membesarnya payudara, dan hasil wawancara dengan siswi “C” pubertas adalah masa perubahan dari kanak-kanak ke arah yang lebih dewasa. Berdasarkan pengakuan para siswa kadang membuatnya merasa malu dan merasa lain dari biasanya, inilah yang mendorong siswi untuk mencari tahu lebih dalam tentang perubahan fisik masa pubertas. Hasil wawancara ini semakin memperjelas bahwa pengetahuan remaja putri berdasarkan teori tidak memiliki kesenjangan dengan hasil penelitian yang dilakukan, baik itu berdasarkan hasil jawaban responden ataupun melalui proses wawancara dengan beberapa remaja putri. Ada beberapa faktor dari institusi sekolah yang menyebabkan tingginya tingkat pengetahuan siswi tentang perubahan fisik masa pubertas diantarnya pemberian peralajaran biologi terutama tetang perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas. Faktor lain yang mempengaruhi tingkat pengetahuan remaja tentang perubahan fisik masa pubertas yaitu sifat remaja yang menurut teori cenderung menggunakan prinsip logika dalam berfikir sehingga apa yang menjadi pertanyaan tentang pubertas berusaha di akses sendiri. Rasa ingin tahu itupun didukung dengan kemajuan teknologi di Kolaka Utara yang memudahkan siswi dalam mengakses informasi yang dibutuhkan terutama tentang masa pubertas seperti internet, buku dan majalah. Faktor lingkungan juga memberikan andil yang sangat besar untuk menjadi motivator bagi peningkatan pengetahuan remaja. Sedangkan siswi yang memiliki
40
tingkat pengetahuan tidak baik tentang pubertas adalah 39,3%. Hal ini dikarenakan sebagian masih memegang teguh budaya yang yang menganggap bahwa membicarakan perubahan fisik masa pubertas belum pantas bagi siswa SMP, ini tergambarkan dengan cukup tingginya jumlah jawaban salah pada pernyataan perubahan organ reproduksi sekunder pada masa remaja. 5.2. Sikap Remaja Awal Tentang Perubahan Fisiologi Pada Masa Pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar Hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar lebih banyak dengan sikap positif sebanyak 60 orang (53,6%) dan lebih sedikit dengan sikap negatif sebanyak 52 orang (46,4%). Keadaan ini menunjukkan sikap SLTP Negeri 9 Pematangsiantar tergolong tinggi karena pada umumnya bersikap positif. Ini sesuai oleh teori Pratiwi yang mengatakan bahwa Perubahan fisik yang terjadi pada masa pubertas berhubungan langsung dengan kepribadian, seksual dan peran sosial remaja dalam masyarakat. Menurut Adijanti Marheni setiap tahap perkembangan akan terdapat tantangan dan kesulitan-kesulitan yang membutuhkan sesuatu keterampilan untuk mengatasinya. Pada masa remaja, mereka dihadapkan kepada 2 tugas utama, yaitu kebebasan dan ketergantungan, sifat remaja ingin memperoleh kebebasan emosional dan sementara orang tua yang masih ingin mengawasi dan melindungi anaknya dapat menimbulkan konflik antara mereka. Terdapat pandangan umum yang tidak sepenuhnya benar, mengatakan bahwa remaja menggunakan konflik dan sikap menetang sebagai cara untuk mencapai otonom dan
41
kebebasan dari orang tua. Kedua yaitu pembentukan identitas diri, pada masa remaja, remaja berusaha melepaskan diri dari lingkungan dan ikatan dengan orang tua karena mereka ingin mencari indentitas diri. Allport bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu, kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi, emosional terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (trend to behave). Setelah melihat beberpa teori yang mendukung sikap remaja putri tentang perubahan fisik masa pubertas dan berdasarkan hasil penelitian yang didapatkan maka sangat jelas tergambarkan bahwa sikap remaja putri cenderung bersikap positif tentang perubahan fisik di masa pubertas. Sejalan dengan tingginya tingkat pengetahuan, sikap remaja putri cenderung bersikap positif karena sesuai dengan teori Allport sikap itu sesuai dengan kepercayaan (keyakinan), dimana kepercayaan diperoleh dari pengetahuan. Hasil wawancara dengan beberapa siswa juga tergambarkan bersikap positif tergambarkan tentang sikap remaja terhadap perubahan fisik masa pubertas yaitu pernyataan siswi “T” yang mengatakan bahwa sikap masa remaja cenderung pada tidak mampunya remaja mengontrol emosinya, dan hasil wawancara dengan siswi “A” yang mengatakan bahwa masa remaja identik dengan pemberontakan. Berdasarkan hasil wawancara juga jelas tergambarkan bahwa remaja putri cenderung mendukung perubahan fisik masa pubertas. Sikap siswi tentang perubahan fisik masa pubertas juga tergambarkan dengan banyaknya kegiatan-kegiatan ekstra kurikuler seperti kegiatan sosial dan
42
keagamaan yang dilakukan siswi SLTP Negeri 9 Pematangsiantar, sehingga sikap masa remaja yang cenderung bersikap negatif teralihakan kekegiatan-kegiatan sosial dan keagamaan yang dilakukan para siswi. Selain itu adanya program pengembangan diri SLTP Negeri 9 Pematangsiantar berupa pembuatan karya tulis ilmiah, sehingga rasa keingintahuan yang cenderung dimilki remaja tersalurkan melalui kegiatan ini. Sikap remaja putri terhadap perubahan fisik masa pubertas juga dipengaruhi dengan budaya saling menghormati yang ditamankan di lingkungan sekolah sehingga sikap siswi SLTP Negeri 9 Pematangsiantar lebih terkontrol. Sedangkan siswi yang memiliki sikap terhadap masa pubertas yang negatif adalah 52 siswi (46,4%), seperti halnya sikap remaja putri yang bersikap positif terhadap masa pubertas, sikap remaja putri yang bersikap negatif juga merupakan gambaran dengan tingkat pengetahuan tentang masa pubertas begitu pula sikap remaja putri yang tidak baik tentang masa pubertas, dimana pengetahuan merupakan dasar utama dalam penyikapi perubahan masa pubertas terutama dalam hal perubahan fisik tak lain adalah pengetahuan tentang pubertas, selain itu konsep moral yang dipahami berbeda setiap siswanya, serta yang paling vital bagi remaja pengaruh orang lain seperti teman sekolah atau sahabat yang menjadi faktor penting adanya sebaran data dan hasil penelitian dengan 52 siswa yang memiliki sikap negatif terhadap perubahan fisik masa pubertas.
43
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 1.
Pengetahuan remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar dini lebih banyak dengan dengan pengetahuan baik sebanyak 68 orang (60,7%) dan lebih sedikit dengan pengetahuan buruk sebanyak 44 orang (39,3%).
2.
Sikap remaja awal tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas di SLTP Negeri 9 Pematangsiantar lebih banyak dengan sikap positif sebanyak 60 orang (53,6%) dan lebih sedikit dengan sikap negatif sebanyak 52 orang (46,4%).
6.2. Saran 1. Kepada siswa hendaknya meningkatkan pengetahuan siswa tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas. 2. Kepada SLTP Negeri 9 Pematangsiantar agar mengadakan sosialisasi tentang perubahan fisiologi pada masa pubertas.
43
44
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Mohammad dkk. 2010. Psikologi Remaja. Jakarta: PT Bumi Aksara Anonim. 2011. Psikologi. www.wikipedia.com. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015 Azwar. 2009.Psikologi. Jakarta: Kencana. BKKBN. 2008. Kesehatan Reproduksi Remaja. Jakarta: BKKBN. BKKBN.2008. Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia 2007. Jakarta: BKKBN. Dahlan, Sopiyudin. 2009. Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika. Fitri. 2010. Tahap Perkembangan Psikologi Remaja.http://www.berpuisi. tk/2010/01/ tahap-perkembanganpsikologis-remaja.html.Diakses pada tanggal 14 Maret 2015. Hidayat, aimul, asiz.2007. Metode Penelitian Keperawatan Tehnik Analisa Data. Jakarta: Salemba Medika. Indriani,dkk. 2008. Hubungan Pengetahuan Dan Sikap Murid SD Kelas VI Dengan Kesiapan Menghadapi Menarche.Skripsi yang tidak diterbitkan. Poltekes: Gorontalo. Inoe, Whisnu. 2007. Dunia Remaja Indonesia.http://dunia remajaindonesia. blogspot.com/2007/09/kita-punyahari. html. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015. Jamaila & Gupta.2001. Aldolesence And Menstruation journal. http://medind.nic.in /jah/t01/i1/jaht01i1p1.pdf. diakses pada tanggal 17 Juni 2015 Kurniawan.2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap Tingkatan Kecemasan Dalam Menghadapi Menarche.Skripsi yang tidak diterbitkan. UM: Surakarta. Nafisah,Batul. 2011. The first period of the girl. Diterjemahkan melalui www.buzzle.com. Diakses pada tanggal 16 Juni 2015.
45
Ningsih.2005. Hubungan Pengetahuan Tentang Menstruasi Dengan Kesiapan Psikologis Dalam Menghadapi Menarche.Skripsi yang tidak diterbitkan. Jakarta. Notoatmodjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta Notoatmodjo. 2005. Promosi Kesehatan Teori N Aplikasi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Nursalam. 2008. Konsep Dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika. Oktarina. 2009. Proses Perkembangan Remaja. Jakarta: Kencana. Pieter, Herri. 2010. Pengantar Psikologi Untuk Kebidanan. Jakarta: Kencana. Pratiwi. 2005. Remaja dan Permasalahannya. Jakarta: Kencana. Proverawati & Misaroh. 2009. Menarche. Yogyakarta: Nuha Medika. Ratna. 2009. Hubungan Tingkat Pengetahuan Nyeri Haid Primer Dengan Tingkat Kecemasan Menghadapi Menarche Pada Siswi Kelas Vi Sdn Mangkubumen Lor No. 15 Surakarta.Skripsi yang tidak diterbitkan. Universitas Sebelas Maret : Surakarta
46
Lampiran 1 KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA AWAL TENTANG PERUBAHAN FISIOLOGI PADA MASA PUBERTAS DI SLTP NEGERI 9 PEMATANGSIANTAR A. Indentitas Responden 1. Nama : ……………. 2. Kelas : ……………. B. Pengetahuan Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping. Ya (1) Tidak (0) Pernyataan
Tahu Kurang Tahu
1.
Perubahan fisik utama pada masa pubertas adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. 2. Pada masa pubertas terjadi perubahan proporsi tubuh di daerah-daerah tertentu. 3. Mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang adalah datangnya haid. 4. Pinggul menjadi bertambah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak di bawah kulit. 5. Payudara berkembang dan putting susu membesar dan menonjol. 6. Rambut kemaluan timbul, bulu ketiak dan bulu kulit pada wajah mulai tampak setelah haid. 7. Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori- pori bertambah besar. 8. Pada masa pubertas terjadi sumbatan di kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. 9. Otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa pubertas. 10. Suara menjadi lebih penuh dan semakin merdu.
46
Tidak Tahu
47
C. Sikap Berilah tanda (√) pada jawaban yang sesuai menurut saudara pada kolom disamping. Setuju (1) Tidak Setuju (0) Pernyataan 1.
Apakah anda setuju bahwa perubahan fisik utama pada masa pubertas adalah perubahan ukuran tubuh dalam tinggi dan berat badan. 2. Apakah anda setuju bahwa pada masa pubertas terjadi perubahan proporsi tubuh di daerah-daerah tertentu. 3. Apakah ibu setuju bahwa mekanisme reproduksi anak perempuan menjadi matang setelah datangnya haid 4. Ketika seseorang memasuki jenjang keremajaan, maka ia mengalami begitu banyak perubahan dalam dirinya. 5. Sikap-sikap atau tingkah lakunya yang ditampilkan remaja akan mengalami perubahanperubahan 6. Anak puber mempunyai konsep diri yang tidak realistik tentang penampilan. 7. Perkembangan pada masa puber yang penting adalah menerima bahwa tubuhnya telah mengalami perubahan. 8. Remaja akan sulit menilai gambaran fisiknya secara obyektif, 9. Remaja pada umumnya ingin mendapatkan perasaaan bahwa penampilan fisiknya cukup menarik dan dapat diterima lingkungan. 10. Anda menerima ukuran dan bentuk fisik yang baru sebagai bentuk fisik yang akan dimilikinya selama masa hidupnya.
Setuju Kurang Tidak Setuju Setuju
48
MASTER DATA PENELITIAN
Pengetahuan
Sikap
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
PTOT
PK
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
STOT
SK
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
0
3
2
3
2
2
1
2
2
2
2
21
1
2
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
0
1
2
2
1
2
1
1
1
1
2
14
0
3
2
2
1
2
1
2
2
1
2
2
17
0
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
4
3
2
3
2
2
1
2
2
2
2
21
0
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
15
0
5
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
1
2
2
1
2
1
2
1
15
0
6
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
21
1
7
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
21
1
8
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
0
2
1
2
2
1
2
1
2
1
1
15
0
9
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
21
0
2
2
2
2
1
2
3
2
2
3
21
1
10
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
2
1
2
1
1
2
1
2
15
0
11
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
12
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
15
0
13
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
15
0
14
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
1
15
0
15
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
20
1
16
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
1
17
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
3
2
3
2
2
1
2
2
2
2
21
1
18
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
20
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
19
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
0
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
20
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
21
2
2
1
3
2
3
2
1
2
2
20
0
1
2
1
2
1
2
2
2
2
2
17
1
22
3
2
3
2
1
2
2
2
2
1
20
0
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
21
1
23
2
1
2
2
2
2
3
3
1
2
20
0
2
2
2
3
2
2
2
2
2
2
21
1
24
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
1
25
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
2
2
2
1
2
3
2
2
3
21
1
26
3
2
2
3
2
3
2
2
2
2
23
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
1
27
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
23
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
28
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
23
1
3
2
1
2
3
2
2
1
2
2
20
1
29
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
23
1
2
3
2
2
2
1
2
2
1
3
20
1
30
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
26
1
2
1
2
2
3
2
2
3
2
2
21
1
31
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
25
1
2
1
1
1
1
1
1
1
1
1
11
0
32
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
22
1
2
2
1
1
2
2
1
2
1
1
15
0
33
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
24
1
1
1
2
2
1
1
2
2
1
1
14
0
34
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
24
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
15
0
49
35
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
23
1
3
2
3
2
1
2
2
2
2
1
20
1
36
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
24
1
2
1
2
1
2
1
1
1
1
2
14
0
37
2
3
2
3
2
3
3
2
2
2
24
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
1
38
3
2
2
2
2
2
2
2
3
2
22
1
1
1
2
1
2
1
2
1
2
2
15
0
39
2
3
2
2
3
2
3
3
3
2
25
1
3
2
1
1
2
1
1
2
1
1
15
0
40
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
23
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
1
15
0
41
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
23
1
2
1
2
1
2
2
1
2
1
1
15
0
42
3
2
2
2
1
2
2
3
2
2
21
0
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
23
1
43
2
3
2
2
2
1
2
2
3
2
21
0
1
1
2
2
1
1
1
2
1
2
14
0
44
2
2
3
2
2
2
3
2
2
1
21
0
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
25
1
45
2
2
2
1
2
2
2
3
2
2
20
0
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
15
0
46
3
3
3
3
3
3
1
3
3
2
27
1
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
24
1
47
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
0
1
2
1
2
1
1
1
1
2
2
14
0
48
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
15
0
49
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
1
2
1
2
1
2
1
1
1
2
14
0
50
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
15
0
51
2
2
2
2
2
2
2
2
1
3
20
0
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
15
0
52
3
2
1
2
1
2
2
3
3
1
20
0
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
15
0
53
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
2
1
2
2
1
1
1
1
2
15
0
54
1
2
1
2
1
2
1
2
1
2
15
0
1
2
1
1
2
2
1
2
1
1
14
0
55
2
1
2
1
2
2
2
1
2
3
18
0
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
14
0
56
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
1
2
1
1
1
2
1
2
14
0
57
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
58
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
1
1
1
2
1
2
1
2
2
15
0
59
3
2
2
2
2
2
2
1
2
2
20
0
2
1
1
1
1
1
1
2
1
2
13
0
60
3
2
2
2
2
2
2
2
1
2
20
0
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
1
61
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
1
2
1
1
2
1
2
2
15
0
62
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
2
1
2
1
2
2
1
2
1
1
15
0
63
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
2
1
2
1
1
2
1
1
2
15
0
64
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
2
2
2
1
2
3
2
2
3
21
1
65
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
0
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
1
66
2
3
1
2
2
2
2
1
3
3
21
0
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
67
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
3
2
1
2
3
2
2
1
2
2
20
1
68
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
2
3
2
2
2
1
2
2
1
3
20
1
69
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
1
2
2
3
2
2
3
2
2
21
1
70
2
2
2
2
1
2
2
2
1
2
18
0
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
20
1
71
2
2
2
1
2
2
2
2
2
2
19
0
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
1
72
2
1
2
2
2
2
1
2
2
1
17
0
2
1
2
1
1
1
1
1
1
1
12
0
73
2
2
2
2
2
2
2
1
2
2
19
0
2
2
1
3
2
3
2
1
2
2
20
1
50
74
2
2
1
2
2
2
2
2
2
2
19
0
2
2
1
2
1
2
1
2
1
1
15
0
75
3
3
2
2
2
2
1
3
2
2
22
1
2
1
2
2
2
2
3
3
1
2
20
1
76
2
3
2
2
3
2
2
2
2
2
22
1
1
2
1
1
1
2
2
1
2
2
15
0
77
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
23
1
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
1
78
2
2
2
3
3
2
3
2
2
2
23
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
1
15
0
79
3
2
2
2
3
3
2
3
2
2
24
1
2
3
2
2
2
2
2
3
2
3
23
1
80
2
2
3
2
2
3
3
2
3
2
24
1
2
3
2
3
2
2
3
2
2
2
23
1
81
2
2
2
3
2
2
3
3
2
2
23
1
2
2
3
2
3
2
2
2
3
2
23
1
82
2
3
2
2
2
2
2
3
3
2
23
1
3
3
2
2
3
3
3
2
3
2
26
1
83
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
3
3
3
3
2
2
2
3
2
2
25
1
84
2
2
3
3
2
3
2
2
2
2
23
1
2
2
2
2
2
3
2
2
3
2
22
1
85
2
2
2
2
1
2
1
2
2
2
18
0
3
2
2
2
3
2
2
3
3
2
24
1
86
3
3
3
3
2
2
2
2
2
2
24
1
3
2
2
2
2
3
3
3
2
2
24
1
87
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
3
2
3
2
2
2
2
3
2
23
1
88
2
2
2
2
3
3
3
2
2
2
23
1
1
2
1
2
1
2
2
1
1
2
15
0
89
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
1
2
1
2
1
1
2
2
1
15
0
90
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
22
1
1
2
1
2
1
2
2
2
1
1
15
0
91
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
22
1
2
1
2
2
1
2
1
1
1
2
15
0
92
2
2
3
2
2
2
2
3
2
2
22
1
2
2
2
2
2
2
3
3
3
2
23
1
93
2
2
2
3
2
2
2
2
3
2
22
1
3
2
2
3
2
2
3
2
2
2
23
1
94
2
2
2
2
3
2
2
2
2
3
22
1
3
2
2
2
1
2
2
3
2
2
21
1
95
3
2
2
2
2
3
2
2
2
2
22
1
1
2
1
2
2
1
2
1
1
2
15
0
96
2
3
2
2
2
2
3
2
2
2
22
1
2
1
2
1
1
2
1
1
1
1
13
0
97
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
98
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
1
1
2
2
1
1
2
2
1
15
0
99
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
3
2
2
2
2
2
2
2
2
2
21
1
100
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
2
2
3
2
2
2
2
2
2
2
21
1
101
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
2
2
3
2
2
1
2
2
1
19
1
102
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
1
2
2
1
1
1
1
2
2
15
0
103
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
1
2
1
2
1
2
1
2
2
1
15
0
104
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
0
2
1
2
1
2
1
2
1
1
2
15
0
105
3
2
3
2
2
3
2
2
2
2
23
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
106
2
3
2
3
2
2
2
3
2
2
23
1
3
2
1
2
3
2
2
1
2
2
20
1
107
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
1
2
2
2
1
1
2
1
1
15
0
108
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
20
0
2
1
2
1
1
2
2
1
2
1
15
0
109
2
2
2
2
2
2
3
2
2
2
21
0
2
2
2
1
2
2
2
2
2
3
20
1
110
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
2
2
1
1
1
2
1
2
1
2
15
0
111
3
3
3
3
2
3
2
3
2
2
26
1
3
3
3
3
3
3
3
3
3
3
30
1
112
2
3
3
3
3
3
3
3
3
3
29
1
2
2
1
1
2
1
2
1
2
1
15
0
51
Frequencies p1 Frequency Valid
1 2 3 Total
1 64 47 112
Percent .9 57.1 42.0 100.0
Valid Percent .9 57.1 42.0 100.0
Cumulative Percent .9 58.0 100.0
p2 Frequency Valid
1 2 3 Total
3 61 48 112
Percent 2.7 54.5 42.9 100.0
Valid Percent 2.7 54.5 42.9 100.0
Cumulative Percent 2.7 57.1 100.0
p3 Frequency Valid
1 2 3 Total
6 62 44 112
Percent 5.4 55.4 39.3 100.0
Valid Percent 5.4 55.4 39.3 100.0
Cumulative Percent 5.4 60.7 100.0
p4 Frequency Valid
1 2 3 Total
4 62 46 112
Percent 3.6 55.4 41.1 100.0
Valid Percent 3.6 55.4 41.1 100.0
Cumulative Percent 3.6 58.9 100.0
p5 Frequency Valid
1 2 3 Total
7 72 33 112
Percent 6.3 64.3 29.5 100.0
Valid Percent 6.3 64.3 29.5 100.0
Cumulative Percent 6.3 70.5 100.0
52
p6 Frequency Valid
1 2 3 Total
2 64 46 112
Percent 1.8 57.1 41.1 100.0
Valid Percent 1.8 57.1 41.1 100.0
Cumulative Percent 1.8 58.9 100.0
p7 Frequency Valid
1 2 3 Total
5 66 41 112
Percent 4.5 58.9 36.6 100.0
Valid Percent 4.5 58.9 36.6 100.0
Cumulative Percent 4.5 63.4 100.0
p8 Frequency Valid
1 2 3 Total
6 57 49 112
Percent 5.4 50.9 43.8 100.0
Valid Percent 5.4 50.9 43.8 100.0
Cumulative Percent 5.4 56.3 100.0
p9 Frequency Valid
1 2 3 Total
5 69 38 112
Percent 4.5 61.6 33.9 100.0
Valid Percent 4.5 61.6 33.9 100.0
Cumulative Percent 4.5 66.1 100.0
p10 Frequency Valid
1 2 3 Total
4 80 28 112
Percent 3.6 71.4 25.0 100.0
Valid Percent 3.6 71.4 25.0 100.0
Cumulative Percent 3.6 75.0 100.0
53
Pengetahuan Frequency Valid
Buruk Baik Total
44 68 112
Percent 39.3 60.7 100.0
Valid Percent 39.3 60.7 100.0
Cumulative Percent 39.3 100.0
Valid Percent 15.2 60.7 24.1 100.0
Cumulative Percent 15.2 75.9 100.0
Valid Percent 31.3 51.8 17.0 100.0
Cumulative Percent 31.3 83.0 100.0
Valid Percent 26.8 54.5 18.8 100.0
Cumulative Percent 26.8 81.3 100.0
Valid Percent 28.6 53.6 17.9 100.0
Cumulative Percent 28.6 82.1 100.0
s1 Frequency Valid
1.0 2.0 3.0 Total
17 68 27 112
Percent 15.2 60.7 24.1 100.0
s2 Frequency Valid
1 2 3 Total
35 58 19 112
Percent 31.3 51.8 17.0 100.0
s3 Frequency Valid
1 2 3 Total
30 61 21 112
Percent 26.8 54.5 18.8 100.0
s4 Frequency Valid
1 2 3 Total
32 60 20 112
Percent 28.6 53.6 17.9 100.0
54
s5 Frequency Valid
1 2 3 Total
33 61 18 112
Percent 29.5 54.5 16.1 100.0
Valid Percent 29.5 54.5 16.1 100.0
Cumulative Percent 29.5 83.9 100.0
Valid Percent 32.1 54.5 13.4 100.0
Cumulative Percent 32.1 86.6 100.0
Valid Percent 28.6 54.5 17.0 100.0
Cumulative Percent 28.6 83.0 100.0
Valid Percent 29.5 50.9 19.6 100.0
Cumulative Percent 29.5 80.4 100.0
Valid Percent 33.0 52.7 14.3 100.0
Cumulative Percent 33.0 85.7 100.0
s6 Frequency Valid
1 2 3 Total
36 61 15 112
Percent 32.1 54.5 13.4 100.0
s7 Frequency Valid
1 2 3 Total
32 61 19 112
Percent 28.6 54.5 17.0 100.0
s8 Frequency Valid
1 2 3 Total
33 57 22 112
Percent 29.5 50.9 19.6 100.0
s9 Frequency Valid
1 2 3 Total
37 59 16 112
Percent 33.0 52.7 14.3 100.0
55
s10 Frequency Valid
1 2 3 Total
28 67 17 112
Percent 25.0 59.8 15.2 100.0
Valid Percent 25.0 59.8 15.2 100.0
Cumulative Percent 25.0 84.8 100.0
Valid Percent 46.4 53.6 100.0
Cumulative Percent 46.4 100.0
Sikap Frequency Valid
Negatif Positif Total
52 60 112
Percent 46.4 53.6 100.0