BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan masa transisi antara masa kanak-kanak dan masa dewasa (Purwanto, 1998). Periode ini dianggap sebagai masa-masa yang sangat penting dalam kehidupan seseorang, khususnya dalam pembentukan kepribadian. Masa remaja dibagi dalam dua periode yaitu periode remaja awal (early adolescent), yaitu berkisar antara umur 13 sampai 17 tahun dan periode remaja akhir yaitu 17 sampai 18 tahun (Irwanto, 2002). Tingkat-tingkat dalam perkembangan remaja dapat dibagi dengan berbagai cara. Salah satu cara pembagian yang dilakukan oleh Stolz adalah sebagai berikut : (a) Masa prapuber yaitu satu atau dua tahun sebelum masa remaja yang sesungguhnya. Anak menjadi gemuk dan pertambahan tinggi badan terhambat sementara. (b) Masa puber atau masa remaja yaitu perubahan-perubahan sangat nyata dan cepat. (c) Masa postpuber yaitu pertumbuhan yang cepat sudah berlalu, tetapi masih nampak perubahan-perubahan tetap berlangsung pada beberapa bagian badan. (4) Masa akhir puber yaitu melanjutkan perkembangan sampai mencapai tanda-tanda kedewasaan (Purwanto, 1998). Tugas-tugas perkembangan pada remaja bervariasi sesuai budaya, individu itu sendiri, dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas perkembangan remaja ini terdiri dari : (1) menerima citra tubuh, (2) menerima identitas seksual, (3) mengembangkan sistem nilai personal, (4) membuat persiapan untuk hidup mandiri, (5) menjadi mandiri atau
bebas dari orang tua, (6) mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan, (7) mengembangkan identitas seseorang yang dewasa (Bobak, 2004). Sakit merupakan keadaan terganggunya seseorang
dalam proses tumbuh
kembang fungsi tubuh secara keseluruhan atau sebagian, serta terganggunya proses penyesuaian diri manusia. Sakit juga bisa dikatakan sebagai gangguan dalam fungsi yang normal di mana individu sebagai totalitas dari keadaan organisme sebagai sistem biologis dan adaptasi sosial (Pearson, 1972). Sakit dapat diketahui dari adanya suatu gejala yang dirasakan serta terganggunya kemampuan individu untuk melakukan aktivitas sehari-hari. (Hidayat, 2004). Hospitalisasi merupakan suatu proses karena suatu alasan yang berencana atau darurat yang mengharuskan anak untuk tinggal di Rumah Sakit dalam menjalani terapi dan perawatan. Meskipun hospitalisasi akan memberikan dampak yang tidak menyenangkan dan merupakan stressor bagi anak seperti kecemasan, perpisahan, kehilangan, kontrol dan nyeri, tetapi hal ini tidak bisa dihindari (Supartini, 2004). Sakit dan dirawat di Rumah Sakit merupakan krisis utama yang tampak pada remaja. Jika remaja dirawat di Rumah Sakit maka remaja akan mudah mengalami krisis, karena remaja mengalami stres akibat perubahan baik pada status kesehatannya maupun lingkungannya dalam kebiasaan sehari-hari, dan remaja mempunyai sejumlah keterbatasan koping untuk mengatasi masalah maupun kejadian-kejadian yang bersifat menekan (Nursalam dan Susilaningrum, 2005). Kecemasan merupakan rasa tidak nyaman sebagai bentuk manifestasi rasa ketakutan akan kehilangan sesuatu yang penting atau terjadinya peristiwa buruk dari kondisi yang ada sekarang. Bila kondisi ini berlangsung lama dapat menimbulkan
dampak buruk bagi kesehatan, antara lain lemas, pingsan atau dapat memperburuk keadaan. Kecemasan yang berlarut-larut dan tidak terkendali dapat mendorong terjadinya respon defensive sehingga menghambat mekanisme koping yang adaptif (Stuart & Sunden, 1998). Menurut Mulyadi (2008), setiap orang pasti pernah mengalami cemas. Rasa khawatir, gelisah, takut, waswas, tidak tenteram, panik dan sebagainya merupakan gejala umum akibat cemas. Namun sampai sebatas mana situasi jiwa berupa cemas itu dapat ditoleransi oleh seorang individu sebagai kesatuan utuh. Karena seringkali ”cemas” menimbulkan keluhan fisik berupa berdebar-debar, berkeringat, sakit kepala, bahkan
gangguan
fungsi
seksual
dan
beragam
lainnya
(http://www.sinarharapan.co.id). Suatu hal yang harus diperhatikan pada remaja saat dirawat di Rumah Sakit, mereka mengalami kesepian, kesedihan, depresi bahkan cemas. Mereka biasanya berani menghadapi penyakit mereka dengan keberanian serta mempunyai kemauan keras untuk menjadi sehat kembali. Mereka biasanya menganggap penyakitnya sebagai suatu hambatan sementara dan mereka akan bekerja sama dengan para dokter dan perawat untuk memulihkan kesehatan mereka kembali. Pasien remaja yang betulbetul sakit keras dan kesempatan untuk sembuh sangat tipis, mereka akan membutuhkan lebih banyak bantuan dan hiburan dari orang terdekat (Sacharin, 1996). Kebutuhan remaja sangat berbeda dari kebutuhan anak yang lebih muda. Secara fisik remaja berkembang dengan cepat, tetapi secara emosi tidak sedemikian cepatnya. Diperlukan kamar tersendiri dan ketenangan karena kebisingan dari anakanak yang lebih muda dapat sangat mengganggu mereka ( Sacharin, 1996). Semakin
muda anak maka akan semakin sulit baginya untuk menyesuaikan diri dengan pengalaman dirawat di Rumah Sakit (Wong, 2003). Seorang remaja yang biasanya sangat emosional dapat menunjukkan reaksi yang berlebihan terhadap penyakitnya sendiri, tetapi juga terhadap penyakit orang lain yang satu kamar. Akan lebih baik jika remaja ditempatkan ditempat dengan pasien yang sebaya, tetapi tidak ada tempat khusus bagi mereka sehingga mereka mungkin ditempatkan bersama orang dewasa atau juga bersama anak-anak kecil. Seorang remaja yang ditempatkan dengan orang tua yang sakit keras, situasi itu tentu tidak membantu dalam pemulihan penyakitnya malah bisa berakibat kecemasan pada remaja (Sacharin, 1996). Dapat kita bayangkan bahwa remaja yang tempat tidurnya bersebelahan dengan pasien lanjut usia yang sakit parah dapat merasa sangat terganggu dan takut bahkan cemas (Ghie, 1996). Pengenalan secara dini akan berakibat penting untuk menghilangkan perasaan cemas. Perlu diingat bahwa remaja tetap masih muda dan mempunyai kesulitan dalam menyelesaikan beberapa dari persoalan mereka, karena itu mereka harus didorong untuk membicarakan ketakutannya. Remaja harus disambut dan diperkenalkalkan dengan temen-teman yang lain dalam bangsal (Sacharin, 1996). Respon perilaku yang menunjukkan kecemasan bervariasi dari perilaku tenang hingga panik. Pengendalian terhadap kecemasan ini membutuhkan energi yang cukup tinggi, sehingga akan mengganggu keseimbangan fisiologik dan emosional individu. Hal ini akan menghambat pola istirahat dan proses penyembuhan penyakit (Huddak & Gallo, 1997). Apabila cemas mendomonasi remaja dan biasanya ditunjukkan dengan pasian menolak tindakan keperawatan dan tidak kooperatif maka dapat menghambat
proses penyembuhan (Lewer, 1996). Sebaliknya dengan kecemasan yang terkandali, pasien dapat mengembangkan konsep diri yang baik sehingga pasien kooperatif terhadap tindakan keperawatan (Brunner & Suddarth, 2002). Dirawat di Rumah Sakit merupakan masalah besar bagi remaja dan juga staf perawatan. Staf perawat yang rajin dan tekun tetap juga terdapat perasaan ketakutan, kecemasan dan teror bagi remaja ( Sacharin, 1996). Hal ini berkaitan dengan perpisahan dengan kelompok atau teman sebaya, nyeri,tubuh kehilangan kontrol, dan privacy (Wong, 2003). Anak usia remaja dipandang paling dapat menyesuaikan diri dengan stress. Mereka mempunyai support system yang lebih luas, kemampuan berkomunikasi dan pengetahuan yang lebih tinggi. Pada usia remaja reaksi terhadap perpisahan adalah cemas karena harus berpisah dengan teman sebayanya. Respon remaja terhadap perpisahan dengan teman sebaya terlihat dengan diam, depresi dan kesepian (Wong, 2003). Anak remaja selalu berusaha untuk tidak tergantung, sakit dan dirawat di Rumah Sakit merupakan ancaman identitas diri dan mengakibatkan kehilangan kontrol. Reaksi kehilangan kontrol ditunjukkan dengan menolak perawatan, tidak koopertif dengan petugas kesehatan, menarik diri, takut, cemas, sering bertanya dan depresi (Wong, 2003). Remaja akan lebih cemas dan disini tergantung pada status penyakit yang biasanya ditunjukkan dengan nyeri tubuh. Nyeri tubuh yang diderita biasanya diakibatkan oleh prosedur atau tindakan keperawatan oleh perawat atau dokter (Sacharin, 1996).
Salah satu masalah yang paling menonjol timbul dari peningkatan kesadaran remaja terhadap tubuhnya sendiri yang merupakan reaksi terhadap perubahanperubahan jasmaniah yang terjadi selama masa puber. Selama masa perubahan fisik ini, remaja yang acap kali sederhana dan pemalu, mungkin merasa agak kikuk karena tidak dapat menikmati kebebasan privacy atau pribadinya di Rumah Sakit. Seperti halnya seorang remaja putra yang merasa bahwa pengalaman yang paling berat dalam kehidupannya sehari-hari di Rumah Sakit adalah karena harus dimandikan perawat (Ghie, 1996). Permasalahan remaja akan lebih komplek saat mereka dirawat di Rumah Sakit, karena mereka dihadapkan pada dua permasalahan. Pertama, mereka harus menyesuaikan diri dengan usia kedewasaan. Kedua, sakit dan dirawat di Rumah Sakit merupakan stressor tersendiri seperti : harus beradaptasi dengan lingkungan baru, berpisah dengan keluarga atau teman, keterbatasan aktivitas, perlukaan pada tubuh (Wong&Whaley, 1991). Dari hasil survey pendahuluan dan wawancara dengan empat orang remaja yang dirawat di bangsal Yudistira RSUD Kota Semarang pada tanggal 5 januari 2008 didapatkan data tentang faktor-faktor penyebab kecemasan yang dialami remaja dimana antara remaja yang satu dengan remaja yang lain hampir sama. Pasian remaja yang dirawat di RSUD Kota Semarang tertekan dan stres dalam menghadapi panyakitnya dan akhirnya timbul kecemasan. Faktor-faktor kecemasan tersebut antara lain : perpisahan dengan keluarga dan teman karena remaja merasa kehilangan kontak dengan temen-temannya, sakit yang diderita , belum pernah dirawat di Rumah Sakit, keterbatasan aktifitas, nyeri akibat tindakan keperawatan oleh perawat, merasa tidak
bebas,
takut akan kematian atau penyakit bertambah parah, lamanya dirawat di
Rumah Sakit. Berdasarkan hal tersebut di atas penulis ingin mengetahui lebih jauh tentang “Faktor-faktor Yang Berhubungan Dengan Tingkat Kecemasan Remaja Yang Menjalani Perawatan di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang”. B. Perumusan Masalah Remaja yang menjalani perawatan di Rumah Sakit akan mengalami perubahan peran dan bisa menimbulkan kecemasan pada remaja, rumusan masalahnya yaitu : seberapa jauh tingkat kecemasan yang terjadi pada remaja yang menjalani perawatan di Rumah Sakit dan faktor-faktor apakah yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja yang menjalani perawatan di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui gambaran mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat kecemasan remaja yang menjalani perawatan di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. 2. Tujuan khusus a. Menggambarkan faktor-faktor
tingkat kecemasan remaja yang menjalani
perawatan di Bangsal Yudhistura dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. b. Mengetahui gambaran tingkat kecemasan remaja yang menjalani perawtan di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang.
c. Mengetahui hubungan antara perpisahan dengan kelompok atau teman sebaya dengan tingkat kecemasan remaja di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. d. Mengetahui hubungan antara nyeri tubuh dengan tingkat kecemasan remaja di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. e. Mengetahui hubungan antara kehilangan kontrol dengan tingkat kecemasan remaja di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang. f. Mengetahui hubungan antara privacy dengan tingkat kecemasan remaja di Bangsal Yudhistira dan Prabu Kresna RSUD Kota Semarang.
D. Manfaat Penelitian 1. Bagi pasien dan keluarga Dari hasil penelitian diharapkan pasien dan keluarga memahami adanya kecemasan saat remaja dirawat di Rumah Sakit dan mampu berpartisipasi dalam upaya penurunan kecemasan. 2. Bagi perawat Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada anak remaja yang menjalani perawatan di Rumah Sakit, sehingga cepat mengatasi masalah kecemasan akibat sakit secara tepat. 3. Bagi pengembangan ilmu keperawatan Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka untuk menambah wawasan tentang tingkat kecemasan remaja yang menjalani perawatan di Rumah
Sakit, serta sebagai pedoman pengembangan pada penelitian selanjutnya di bidang keperawatan khususnya remaja. 4. Bagi peneliti Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi peneliti untuk menerapkan ilmu yang terkait dengan metode penelitian serta konsep keperawatan anak dan keperawatan jiwa. E. Bidang Ilmu Bidang ilmu yang diteliti adalah kesehatan, khususnya kesehatan anak yaitu asuhan keperawatan kecemasan pada remaja yang dirawat di Rumah Sakit.