BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah Berdirinya yayasan sudah dimulai sejak zaman pra kemerdekaan. Ketika itu tujuan pendiriannya lebih banyak untuk ikut mengatasi masalah-masalah sosial dalam masyarakat di suatu daerah. Sektor di tempat yayasan terlibat umumnya adalah pendidikan keagamaan. Pada era globalisasi dampak persaingan semakin tajam , disisi lain kondisi membuka peluang kerjasama yang lebih luas dengan pihak-pihak lain dalam rangka
memenangkan
persaingan
tersebut.
Dengan
globalisasi
disemua
keunggulan komparatif menjadi kurang diandalkan, sehingga memeksa organisasi yayasan untuk berusaha memiliki keunggulan komparatif. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam organisasi menjadi faktor penting dalam era globalisasi ini, dan pada akhirnya sektor pendidikan formal dan non formal mampu menjawab tantangan tersebut. Seiring dengan pembangunan dibidang pendidikan Indonesia, pemerintah mempunyai prioritas pembangunan SDM kepada 3 (tiga) pilar, yang salah satunya adalah perluasan dan pemerataan pendidikan. Program perluasan dan pemerataan pendidikan
menjadi
pekerjaan
besar
setelah
diterapkannyadesentralisasi
sebagaimana yang diatur dalam Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang otonomi daerah disertai dengan pemekaran wilayah,berakibat kepada ketidak merataan jenis dan jenjang pendidikan pada satu daerah dengan daerah lain. 1
2
Sehingga pengembangan pendidikan di Pondok Pesantren edan institusi penyelenggaraan pendidikan lainnya diarahkan pada daerah pedesaan, daerah terpencil dan daerah pinggirantermasuk daerah yang membutuhkan menjadi salah satu alternatif solusi dari masalah tersebut. Belajar sambil mengaji pada pondok pesantren sangat direspon oleh masyarakat terutama masyarakat pedesaan dimana mereka tetap mengangkat akhlak atau budi pekerti luhur sebagai modal iman dan taqwa dalam bermasyarakat kelak. Dapat dipahami, pendidikan moral keagamaan yang membentuk akhlakul karimah dan budi pekerti banyak mereka dapatkan melalui pesantren-pesantren maupun madrasah. Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan keagamaan yang diperkenalkan di Jawa sekitar 500 tahun yang lalu. Sejak saat itu, lembaga pesantren tersebut telah mengalami banyak perubahan dan memainkan berbagai macam peran dalam masyarakat Indonesia. Pada zaman walisongo, pondok pesantren memainkan peran penting dalam menyebarkan agama islam di pulau jawa. Juga pada zaman penjajahan belanda. Hampir semua peperangan melawan kolonial belanda bersumber atau paling tidak dapat dukungan sepenuhnya dari pesantren (Hasbullah, 2001). Selanjutnya, pondok pesantren berperan dalam kebangkitan islam di Indonesia. Pondok Pesantren Nazhatut Thullab Prajjan Camplong Sampang selain menyajikan pendidikan ilmu keagamaan didalamnya juga disajikan pendidikan ilmu umum. Saat ini Pondok Pesantren Nazhatut Thullab mengembangkan pendidikan dasar dan menengah. Adapun unit-unit pendidikan dasar dan
3
menengah yang terdapat di Pondok Pesantren Nazhatut Thullab diantaranya Madrasah Tsanawiyah (MTs), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Yayasan pondok pesantren Nazhatut Thullab merupakan salah satu yayasan yang dikategorikan dalam bentuk lembaga nirlaba yang didirikan dengan tujuan untuk tidak mencari keuntungan. Yayasan Nazhatut Thullab memulai tugasnya dengan melakukan alih kelola penanganan layanan pendidikan dari seluruh santrisantri. Melihat kenyataan perkembangan organisasi nirlaba terutama yayasan yang begitu pesat di tengah masyarakat dengan melibatkan dana yang sangat besar pula. Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) Nomor 45 Tentang Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Standar ini bertujuan untuk mengatur pelaporan keuangan organisasi nirlaba tersebut. Dengan adanya standar pelaporan, diharapkan laporan keuangan organisasi nirlaba dapat lebih mudah dipahami, memiliki relevansi, daya banding dan dapat dipertanggungjawabkan. Laporan keuangan organisasi nirlaba menurut PSAK Nomor 45 meliputi laporan posisi keuangan, laporan aktivitas dan laporan arus kas serta suatu catatan atas laporan keuangan. Selain itu apabila dilihat di dalam PSAK Nomor 45 mengenai Pelaporan Keuangan Organisasi Nirlaba. Ditunjukkan tentang bagaimana format bentuk dari laporan keuangan yang terdapat di dalam yayasan yang meliputi laporan posisi keuangan pada akhir periode laporan, laporan aktivitas serta laporan arus kas
4
untuk suatu periode laporan, dan catatan atas laporan keuangan. Disertakan pula tentang bagaimana model pencatatannya dan pelaporannya. Berdasarkan hasil diatas, mengenai suatu bentuk pengenalan organisasi nirlaba dilihat dari segi ekonomi khususnya dalam hal finansial, maka dalam penelitian ini penulis berfokus pada hal-hal yang berkaitan dengan pelaporan keuangan yang sesuai dengan ketentuan di dalam PSAK Nomor 45. Pada yayasan pondok pesantren Nazhatut Thullab ini akan dilakukan penelitian berkaitan dengan penerapan PSAK Nomor 45 dalam penyusunan laporan keuangan yang menggambarkan aktivitas dan kondisi financial yayasan tersebut. Dimana yayasan ini memiliki pelaporan keuangan yang berbeda bentuknya. Dikarenakan kebutuhan akan yayasan yang bersangkutan.
1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian pemaparan yang telah dijelaskan dalam latar belakang masalah, maka dapat dirumuskan masalah yang menjadi pokok bahasan penelitian ini yaitu: 1. Bagaimana pengelolaan keuangan pondok pesantren di yayasan Nazhatut Thullab? 2. Bagaimana pemahaman pengelolaan keuangan yayasan Nazhatut Thullab atas PSAK Nomor 45 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba?
5
1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memahami bagaimana pengelolaan keuangan yayasan Nazhatut Thullab. 2. Memahami pengelolaan keuangan yayasan Nazhatut Thullab atas PSAK Nomor 45 tentang pelaporan keuangan entitas nirlaba.
1.4 Manfaat Penelitian 1. Kontribusi Praktis Bagi yayasan, melalui penelitian ini diharapkan laporan keuangan dapat menjadi media akuntansi yang akan digunakan dalam pertanggungjawaban terhadap pengeloaan keuangan yayasan. 2. Kontribusi Teoritis a. Bagi penulis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai pelaporan keuangan organisasi nirlaba. b. Bagi pembaca, melalui hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan mengenai suatu bentuk pelaporan keuangan diluar bentuk konvensional organisasi bisnis yang biasa dijumpai.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian merupakan pembatasan atas suatu pembahasan. Hal ini dimaksudkan agar arah pembatasan dalam penulisan skripsi ini tidak mengalami kesimpangsiuran serta terhindar dari pembahasan yang terlalu luas dan tidak mengarah pada tujuan semula. Agar penulisan skripsi dapat mudah dipahami
6
oleh
pembaca,
maka
penulis
hanya
membahas
tentang
peranan
pertanggungjawaban pengelolahan dana pondok pesantren dan penerapan PSAK Nomor 45 dan menyusun Yayasan Nazhatut Thullab tahun 2012.