BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Terwujudnya keadaan sehat adalah kehendak semua pihak, tidak hanya satu
orang, tetapi seluruh masyarakat. Angka kesakitan (morbiditas) pada masyarakat merupakan salah satu indikator derajat kesehatan masyarakat. Tingginya angka kesakitan berkaitan dengan tingkat pemanfaatan saran pelayanan kesehatan seperti rumah sakit. Menurut riset WHO (2007) bahwa pemanfaatan pelayanan rumah sakit pemerintah lebih tinggi dibandingkan rumah sakit swasta. Perbedaan tingkat pemanfaatan tersebut berpengaruh terhadap tingkat efisiensi rumah sakit seperti jumlah tempat tidur, jumlah pelayanan rawat jalan, jumlah kunjungan (rawat jalan), jumlah hari rawat (rawat inap), jumlah tindakan operasi, jumlah pemeriksaan laboratorium serta pemeriksaan radiologi. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pemanfaatan pelayanan kesehatan, sebagaimana dikemukakan oleh Swastha (2000) yaitu tiga faktor yang berasal dari penyedia layanan kesehatan dan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan. Tiga faktor dari penyedia layanan kesehatan adalah fasilitas pelayanan, biaya pelayanan dan jarak, sedangkan dua faktor dari masyarakat pengguna pelayanan kesehatan adalah faktor pendidikan dan status sosial ekonomi masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang diperlukan untuk pengembangan diri. Perbedaan tingkat pendidikan menyebabkan perbedaan pengetahuan kesehatan. Rendahnya tingkat pendidikan dan tingkat ekonomi secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat pengetahuan akan perlindungan masyarakat terhadap diri dan keluarganya, sehingga berdampak pada keluarganya dalam pemanfaatan perawatan dan pelayanan kesehatan (Sulastri, 2008). Kurangnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan dikarenakan kurangnya pengetahuan mengenai pentingnya pelayanan kesehatan terhadap kesehatan (Suhardjo, 1996). Selain itu faktor pendidikan, pengetahuan kesehatan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antar lain pengalaman, keyakinan, fasilitas, penghasilan dan sosial budaya. Kelima faktor yang memengaruhi pengetahuan kesehatan seseorang juga dapat memengaruhi persepsi dan sikap seseorang terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2003). Menurut hasil Survei Kesehatan Nasional (SUSENAS) tahun 2010 hanya 32,4% penduduk yang berstatus miskin yang memanfaatkan pelayanan kesehatan. Terbatasnya akses ke pelayanan kesehatan disebabkan kendala jarak, biaya dan transportasi. Tempat pelayanan kesehatan yang paling banyak di kunjungi adalah Posyandu sebanyak 61,6%, Puskesmas 31,4%, praktek dokter kesehatan sebanyak 17,0% dan sementara ke rumah sakit pemerintah hanya sebesar 10,6%. Pemanfaatan pelayanan rumah sakit di Indonesia berdasarkan hasil Riskesdas (Riset kesehatan dasar) tahun 2010, bahwa persentase rumah tangga yang memanfaatkan sarana rumah sakit sebesar 40,0% untuk daerah perkotaan dan 22,0%
Universitas Sumatera Utara
untuk daerah pedesaan. Persentase pemanfaatan rumah sakit yang rendah pada wilayah perkotaan terkait dengan perkembangan jumlah rumah sakit swasta, jarak ke Rumah Sakit serta faktor pendidikan, pengetahuan kesehatan masyarakat perkotaan yang semakin baik dikarenakan informasi kesehatan yang didapat lebih banyak. Berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara (2009), pemanfaatan tempat tidur (BOR) pada 29 unit RSUD di Provinsi Sumatera Utara antara 9,0 – 86,3%, dengan standar Kementerian Kesehatan sebesar 60 – 80%. Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan kategori kelas A dengan jumlah BOR mencapai 73,4% pada tahun 2011, hal ini disebabkan karena rumah sakit ini merupakan rumah sakit umum pemerintah terlengkap serta merupakan rumah sakit rujukan daerah Aceh dan Sumatera Utara. Dengan fasilitas dan spesialisasi dokter yang lengkap sehingga memberikan rasa kepercayaan kepada masyarakat untuk berobat ke rumah sakit (Profil Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik, 2010). RSUD dr. Pirngadi Medan kategori kelas B dengan jumlah BOR pada tahun 2010 sebesar 65,52% mempunyai jumlah pemanfaatan tinggi yang sama halnya dengan RSU Sultan Suleiman kategori kelas C sebesar 63,28% pada tahun 2010, faktor utama tingginya angka pemanfaatan dikarenakan fasilitas yang cukup memadai, berdasarkan kemampuan ekonomi rumah tangga mampu untuk mencapai ke pelayanan kesehatan (rumah sakit), selain itu kepercayaan masyarakat, pengalaman dan sosial budaya masyarakat tentang pemanfaatan pelayanan kesehatan (rumah sakit) yang baik. Pada kenyataannya di dalam masyarakat terdapat beraneka
Universitas Sumatera Utara
ragam kepercayaan terhadap pelayanan yang diberikan oleh pihak penyelenggara kesehatan (Sudarmo, 2008). Menurut Miller (1997) keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan merupakan proses yang mencari dan memanfaatkan pelayanan kesehatan oleh seseorang. Keputusan tersebut merupakan proses yang melibatkan keputusan individual dan sosial yang dipengaruhi oleh profesionalisme kesehatan. Menurut Ramsey dan Sohi dalam Sunanti (2007), kepercayaan merupakan elemen penting yang berpengaruh pada kualitas suatu hubungan. Kepercayaan konsumen terhadap penyedia jasa akan meningkatkan nilai hubungan yang terjalin dengan penyedia jasa. Demikian juga Morgan dan Hunt dalam Sunanti (2007) menyatakan bahwa tingginya kepercayaan akan dapat berpengaruh terhadap menurunanya kemungkinan untuk melakukan perpindahan terhadap penyedia jasa lainnya. Menurut Supari (2008) bahwa rumah sakit di Indonesia harus membenahi diri masing-masing untuk mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap kualitas jasa layanan kesehatan rumah sakit. Pola pikir bisnis seringkali mendominasi pola pikir para pelaku institusi rumah sakit yang mengakibatkan terabaikannya fungsi sosial rumah sakit. Hal ini tercermin dari banyaknya keluhan, tuntutan hukum, serta pengungkapan media massa terhadap pihak rumah sakit, seperti keluhan lamanya pasien mendapatkan pelayanan dari dokter, kasus mal praktek yang dikeluhkan pasien sehingga munculnya tuntutan hukum dari pasien kepada pihak rumah sakit. Oleh
Universitas Sumatera Utara
karena itu, rumah sakit perlu mengembalikan kepercayaan masyarakat dengan memperhatikan hak-hak keselamatan pasien. Kabupaten Langkat hanya memiliki satu Rumah Sakit Umum Pemerintah yaitu Rumah Sakit Umum Tanjung Pura yang terletak di Kecamatan Tanjung Pura. Rumah sakit ini memiliki kapasitas yang sama lengkapnya dengan rumah sakit pada umumnya di Langkat. Namun dalam perkembangannya, rumah sakit ini memperoleh angka kunjungan yang tidak stabil dan jauh dari standar Departemen Kesehatan (Depkes). Tabel 1.1 berikut menunjukkan bahwa rendahnya jumlah kunjungan pasien dari tahun ke tahun di RSU Tanjung Pura yaitu sebagai berikut: Tabel 1.1. Jumlah Kunjungan Pasien RSU Tanjung Pura Periode 2009 s/d 2011
2009 25,48 %
Tahun 2010 25,45%
Jumlah Kunjungan Sumber : Rekam Medis RSU Tanjung Pura
2011 26,14%
Standard Depkes 60 – 80 %
Dari data kunjungan pasien RSUD Tanjung Pura terlihat bahwa jumlah pemanfaatan pelayanan kesehatan di RSUD Tanjung Pura masih rendah dan jauh dari standar yang telah ditetapkan Departemen Kesehatan yaitu 60 – 80 %.
Penurunan
angka kunjungan tersebut terjadi kemungkinan dikarenakan persaingan yang semakin kompetitif antara rumah sakit baik pemerintah maupun swasta dalam menarik minat pasien, dan adanya beberapa pengobatan alternatif yang telah lama masyarakat Tanjung Pura percayai.
Universitas Sumatera Utara
Hasil wawancara dengan masyarakat pada tanggal 20 Februari 2012 didapatkan bahwa kebutuhan masyarakat tentang pelayanan kesehatan yaitu masyarakat mengiinkan tidak adanya proses administrasi ketika berobat, biaya berobat yang rendah serta masyarakat kurang percaya dengan obat-obatan medis, di Kecamatan Tanjung Pura sendiri banyak terdapat pengobatan alternatif, sekitar 15 pengobatan alternatif ternama di Kecamatan Tanjung Pura, dengan jumlah pasien per harinya kurang lebih 30 sampai 130 orang yang berasal dari warga Kecamatan Tanjung Pura dan luar Kecamatan Tanjung Pura dimana pengobatannya menggunakan dengan minum air putih. Secara tidak langsung hal ini memberikan dampak bagi penurunan jumlah kunjungan pasien karena pasien semakin banyak memiliki pilihan untuk berobat. Sebagai rumah sakit pemerintah, RSU Tanjung Pura secara khusus memiliki visi untuk terwujudnya RSUD Tanjung Pura yang maju dan mandiri, dengan pelayanan yang prima dan bermutu, serta menjadi pilihan pertama sarana kesehatan rujukan. Namun kenyataan visi ini tidak berjalan sesuai harapan sebab sebagian masyarakat Tanjung Pura berobat ke rumah sakit lain seperti Rumah Sakit Umum Dr. Djoelham Binjai. Hal ini dapat menunjukkan bahwa tingkat kepercayaan dan kebutuhan masyarakat terhadap RSU Tanjung Pura masih sangat kecil. Mereka masih memiliki persepsi bahwa rumah sakit di Kota Binjai atau Medan dan pengobatan alternatif memiliki kualitas yang jauh lebih baik daripada rumah sakit di daerah. Sebagai rumah sakit rujukan yang ada di Kabupaten Langkat, RSUD Tanjung Pura termasuk rumah sakit kelas C dengan jumlah tempat tidur 90, dokter spesialis
Universitas Sumatera Utara
yang ada di RSUD Tanjung Pura terdiri dari Spesialis Penyakit Dalam, Spesialis Anak, Spesialis Bedah, Spesialis Obgyn, Spesialis THT, Spesialis Mata, Spesialis Paru dan Penyakit kulit (Profil Rumah Sakit Umum Daerah Tanjung Pura, 2010). Penyakit terbanyak di Tanjung Pura adalah dyspepsia, gastritis dan diabetes mellitus dimana masyarakat cenderung pergi berobat ke pengobatan alternatif dikarenakan dana yang dikeluarkan lebih sedikit, masyarakat yang kuat memegang tradisi dimana lebih percaya ke pengobatan alternatif daripada tenaga medis dan masyarakat beranggapan bahwa rumah sakit sulit dengan proses administrasinya. Berdasarkan informasi dari petugas kesehatan di RSUD Tanjung Pura, bahwa pasien yang sudah dirujuk ke RSUD Tanjung Pura, tetapi tidak memanfaatkan pelayanan kesehatan ke RSUD Tanjung Pura, banyak pasien yang melakukan pengobatan alternatif yang ada di sekitar bahkan langsung ke RSUD Djoelham Binjai. Anderson (1995) dalam Notoatmodjo (2005) bahwa faktor-faktor yang memengaruhi pencarian pelayanan kesehatan dapat digolongkan ke dalam 3 bagian yaitu (a) faktor predisposisi yang menggambarkan karakteristik pasien yang mempunyai kecenderungan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan terdiri dari demografi, struktur sosial, kepercayaan, (b) faktor pemungkin (enabling factor) yang terdiri dari kualitas pelayanan kesehatan, jarak pelayanan, status sosial ekonomi dan (c) kebutuhan pelayanan (need) yaitu keadaan status kesehatan seseorang menimbulkan suatu kebutuhan yang dirasakan dan membuat seseorang megambil keputusan untuk mencari pertolongan kesehatan dan keputusan untuk memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan merupakan kombinasi dari kebutuhan normatif dengan kebutuhan yang dirasakan, karena untuk konsumsi pelayanan kesehatan. Sedangkan menurut Dever dalam Notoatmodjo (2005) faktor-faktor yang memengaruhi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah sosial budaya, organisasi, faktor konsumen dan proses pelayanan kesehatan. Pengambilan keputusan merupakan bagian dari proses berpikir ketika seseorang mempertimbangkan, memahami, mengingat dan menalar tentang segala sesuatu. Sesuatu diputuskan akan dilakukan setelah menilai suatu keadaan, kenyataan, atau peristiwa yang sedang dihadapi. Menurut Thadeus dan Maine (1990) bahwa faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan meliputi karakteristik pasien, kemudahan pelayan dan kualitas pelayanan. Rumah sakit merupakan suatu organisasi yang bergerak di bidang pelayanan kesehatan yang setiap harinya berhubungan dengan pasien. Oleh karena itu sebuah rumah sakit harus mampu memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh pasien sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan memberikan pelayanan kepada masyarakat sekitar. Sebaliknya rumah sakit memberikan pelayanan yang baik sehingga mendapatkan upah/ jasa. Penting bagi manajemen rumah sakit untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat dan bahkan meningkatkannya menjadi lebih baik. Kelanggengan suatu rumah sakit salah satunya ditentukan dari banyaknya jumlah pasien yang berkunjung ke rumah sakit untuk memperoleh jasa pelayanan kesehatan. Semakin meningkatnya jumlah kunjungan pasien maka semakin baik keberadaan rumah sakit tersebut.
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan latar belakang permasalahan peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Tanjung Pura terhadap pemanfaatan RSUD Tanjung Pura.
1.2.
Permasalahan Berdasarkan permasalahan di atas, perumusan masalah ini adalah apakah
kepercayaan dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Tanjung Pura berpengaruh terhadap pemanfaatan RSUD Tanjung Pura.
1.3.
Tujuan Penelitian Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh kepercayaan
dan kebutuhan masyarakat Kecamatan Tanjung Pura terhadap pemanfaatan RSUD Tanjung Pura.
1.4.
Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah adanya pengaruh kepercayaan dan
kebutuhan masyarakat Kecamatan Tanjung Pura terhadap pemanfaatan RSUD Tanjung Pura.
1.5.
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dan Rumah Sakit dalam mengambil kebijakan dan strategi guna meningkatkan cakupan pemanfaatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
2. Sebagai bahan masukan bagi pihak rumah sakit dalam peningkatan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang berkenaan dengan penelitian ini untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini dengan melakukan penelitian berbeda. 4. Sumber informasi bagi masyarakat dalam rangka memanfaatkan pelayanan kesehatan
Universitas Sumatera Utara