BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Hakekat pembangunan nasional adalah menciptakan manusia Indonesia seutuhnya serta membangun seluruh masyarakat Indonesia menuju masyarakat adil dan makmur berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Visi Indonesia sehat 2015 akan dicapai melalui program pembangunan kesehatan yang tercantum dalam Undang-Undang No 25 tahun 2000 tentang program pembangunan nasional. Sedangkan salah satu Misi Indonesia Sehat 2015 yaitu memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, merata dan terjangkau (Depkes RI, 2010, ¶ 4). Salah satu indikator untuk menentukan derajat kesehatan suatu bangsa ditandai dengan tinggi rendahnya angka kematian ibu dan bayi. Hal ini merupakan suatu fenomena yang mempunyai pengaruh besar terhadap keberhasilan pembangunan kesehatan (Saleha, 2009, hlm. 1). Berdasarkan hasil Human Development Report (HDR) 2009 oleh UNDP, Human Development Index (HDI) atau Indeks Pembangunan Manusia (IPM), Indonesia berada pada peringkat 111 dari 182 negara. Jika dibandingkan tahun 2008, Indonesia berada pada peringkat 109 dari 172 negara. Setiap tahun sekitar 20.000 perempuan meninggal akibat komplikasi persalinan. Sebenarnya kematian tersebut dapat dicegah, Karena itu tujuan kelima MDGs difokuskan pada kesehatan ibu, untuk mengurangi “kematian ibu”.Target Millenium Developments Goals (MDGs) yang menetapkan angka kematian ibu 102/100.000 ibu melahirkan pada tahun 2015, dinilai beberapa kalangan akan sulit dicapai. Direktur Kesehatan dan Gizi Masyarakat Bappenas, Arum Atmawikarta, pada acara Orientasi Tujuan Pembangunan MDGs, mengatakan, target menurunkan angka kematian
Universitas Sumatera Utara
ibu (AKI) dari 228/100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 Sedangkan, Pada Tahun 2010, AKI nasional adalah 214 per 100.000 kelahiran hidup.Sasaran global yang sudah menjadi komitmen nasional yaitu MDGs yang harus dicapai pada tahun 2015. Sementara target MDGs adalah menurunkan angka kematian Ibu hingga ¾ pada tahun 2015 menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup (Stalker, 2008, ¶ 5). Masa nifas merupakan hal penting untuk diperhatikan guna menurunkan angka kematian ibu dan bayi di Indonesia. Masa nifas merupakan masa yang rawan bagi ibu, sekitar 60% kematian ibu terjadi setelah melahirkan dan hampir 50% dari kematian pada masa nifas terjadi 24 jam pertama setelah persalinan, di antaranya disebabkan oleh adanya komplikasi masa nifas. Selama ini perdarahan pasca persalinan merupakan penyebab kematian ibu, namun dengan meningkatnya persediaan darah dan sistem rujukan, maka infeksi menjadi lebih menonjol sebagai penyebab kematian dan morbiditas ibu (Saleha, 2009, hlm. 2). Perawatan masa nifas merupakan hal yang sangat penting dan menjadi kebutuhan yang mendasar bagi ibu nifas dalam kesehatan reproduksi. Kebutuhan dasar masa nifas mencakup perawatan kebersihan diri, gizi, ambulasi dini, eliminasi, istirahat, seksual, latihan senam nifas, laktasi dan keluarga berencana (Sulistyawati, 2009, hlm. 99). Seksualitas dapat dipandang sebagai pencetusan dari hubungan antara individu dimana daya tarik rohaniah dan badaniah atau psikofisik menjadi dasar kehidupan bersama antara dua insan manusia (Prawirohardjo, Eds 3, 2007, hlm. 588). Kecemasan dan kelelahan mengurus bayi baru lahir sering kali membuat gairah bercinta pasangan suami istri (pasutri) surut, terutama pada wanita. Menurunnya gairah seksual disebabkan oleh trauma psikis maupun fisik. Ditinjau dari segi fisik, wanita mengalami perubahan sangat drastis di dalam tubuh. Mengandung dan melahirkan normal maupun caesar dapat menyebabkan trauma pada wanita. Trauma fisik bisa terjadi saat
Universitas Sumatera Utara
melahirkan. Rasa sakit akibat pengguntingan bagian dalam vagina (episiotomi) untuk melancarkan jalan lahir untuk menghindari terjadinya perobekan yang berat. Tentu saja, tindakan ini membutuhkan waktu untuk penyembuhan. Sedangkan trauma psikis (kejiwaan) terjadi pada wanita usai melahirkan yang belum siap dan memahami segala urusan mengurus anak. Akibatnya, ibu merasa lelah, capek, dan menyebabkan gairah menurun dan enggan untuk berhubungan seksual (Thamrin, 2010, ¶ 3). Tiap wanita berbeda-beda kesiapannya. Namun secara medis, setelah tidak ada pendarahan lagi, bisa dipastikan ibu sudah siap berhubungan seks yakni setelah masa nifas yang biasanya berlangsung selama 40 hari. Masih dianggap wajar bila keengganan untuk berhubungan badan dengan pasangan, terjadi antara satu hingga tiga bulan setelah melahirkan. Secara alami, sesudah melewati masa nifas kondisi organ reproduksi ibu sudah kembali normal. Kalaupun masih ada keluhan rasa sakit, lebih disebabkan proses pengembalian fungsi tubuh belum berlangsung sempurna seperti fungsi pembasahan vagina yang belum kembali seperti semula. Namun, bisa juga keluhan ini disebabkan kram otot, infeksi, atau luka yang masih dalam proses penyembuhan. Gangguan seperti ini disebut dyspareunia atau rasa nyeri waktu sanggama (Admin, 2011, ¶ 1). Pengalaman wanita mengenai masalah kesehatan seksual pasca melahirkan dari data yang di peroleh pada kelompok paritas atau cara persalinan tertentu dari 1336 wanita setelah 6-7 bulan melahirkan pada seluruh kelahiran yang terjadi selama periode 2 minggu di Australia , menemukan bahwa sebesar 26% wanita terkadang mengalami masalah seksual sejak melahirkan. di London dari 796 primipara yang telah memasuki bulan ke 6 pascapartum, sebesar 32% telah kembali melakukan hubungan seksual setelah enam minggu , 62% melakukannya setelah 8 minggu, dan 81% setelah 3 bulan (luanaigh, 2008, hlm. 280).
Universitas Sumatera Utara
Sebuah daerah di Australia mendapatkan bahwa enam minggu adalah waktu rata-rata bagi para perempuan pasca persalinan untuk mulai melakukan hubungan seks. Tetapi penelitian tersebut juga menemukan bahwa sekitar setengah dari mereka yang memiliki masalah sejak awal, terus mengalaminya selama tahun pertama pasca persalinan. Penelitian lain menemukan, 20% perempuan yang baru pertama kali melahirkan membutuhkan waktu 6 bulan untuk merasa nyaman secara fisik saat bersenggama, dengan waktu rata-rata sekitar 3 bulan (Aprillia, 2011, ¶ 2). Hal yang paling penting untuk diketahui oleh ibu mungkin adalah mengenai kapan berhubungan seksual pasca melahirkan dapat dimulai lagi, tentang bahayanya, dan sebagainya. Namun, tidak sedikit bahkan sebagian besar ibu enggan menanyakan hal ini saat akan meninggalkan tempat perawatan. Ditambah lagi beberapa dokter atau tenaga kesehatan yang lain sering tidak membahas masalah ini. Padahal masalah seperti ini penting untuk disampaikan kepada pasien oleh tenaga kesehatan. Masalah hubungan fisik dan psikologis akibat melahirkan terhadap hubungan seksual. Informasi ini akan sangat bermanfaat untuk ibu-ibu yang akan memulai aktivitas seksual pasca bersalin yang aman (Walsh, 2008, hlm. 393). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan syafitri di dapat hasil penelitian yang digunakan adalah deskriptif cross sectional yaitu suatu penelitian dimana variabel – variabel yang termasuk faktor resiko dan efek diobservasi sekaligus pada waktu yang sama. Sedangkan analisa data yang digunakan adalah analisa korelasi dengan taraf signifikan 5% dengan menggunakan rumus Spearman Rank. Dari penelitian didapatkan responden yang berpengetahuan baik sebanyak 65,22% dan 52,17% berminat melakukan hubungan seksual pasca nifas. Dengan perhitungan Spearman Rank didapatkan hasil 0,576 dimana. ñ hitung > ñ tabel yang berarti H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulan dari
Universitas Sumatera Utara
penelitian ini adalah ada hubungan antara pengetahuan ibu pasca nifas tentang hubungan seksual pasca nifas dengan minatnya berhubungan seksual. (Syahfitri, A. 2011, ¶ 3). Dari hasil penelitian yang telah dilakukan Maharani didapat hasil bahwa sebagian besar responden telah melakukan hubungan seksual (53,33%), dimana waktu memulai hubungan seksual sebagian besar pada waktu 4-8 minggu (53,33%%). Berdasarkan hasil analisis menggunakan chi-square diperoleh nilai untuk luka jahitan perineum X2 hitung : 19,1 > X2 tabel: 3,481, untuk kondisi fisik X2 hitung : 37,53 > X2 tabel: 3,481, dan untuk kondisi psikososial nilai X2 hitung : 23,005 > X2 tabel: 3,481 sehingga ada hubungan antara luka jahitan, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas. Kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah Sebagian besar ibu pasca nifas memulai hubungan seksual pada waktu 4-8 minggu dan terdapat pengaruh yang bermakna antara luka jahitan perineum, kondisi fisik dan kondisi psikososial dengan hubungan seksual pasca nifas (Maharani, 2011, ¶ 1). Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksualpasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Kelurahan Terjun, Kecamatan Medan Marelan Tahun 2013.
B. Rumusan Masalah Berdasarkanlatar belakang tersebut dapat ditarik permasalahan “adakah faktor -faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013 ?”
Universitas Sumatera Utara
C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan berhubungan seksual pasca melahirkan di Klinik Marelan Indri Medan Tahun 2013. 2. Tujuan Khusus a. Untuk mengetahui karakteristik ibu berdasarkan: waktu, paritas, umur, dan pendidikan. b. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara fisik. c. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan berdasarkan kesiapan secara psikologis.
D. Manfaat Penelitian 1. Praktek Kebidanan Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan masukan kepada rumah bersalin dalam peningkatan pengetahuan ibu dalam melakukan hubungan seksual pasca melahirkan, sehingga dapat meminimalkan penyakit infeksi atau gangguan pada masa nifas. 2. Penelitian Kebidanan Diharapkan penelitian ini dapat memberikan masukan kepada peneliti lain sehingga dapat mengembangkan penelitian selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
3.
Pendidikan Kebidanan Diharapkan penelitian ini sebagai proses belajar dalam penelitian ilmu pengetahuan yang diperoleh selama perkuliahan di Program D-IV Bidan Pendidik di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Universitas Sumatera Utara