BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keberadaan industri rokok di Indonesia khususnya di Jawa telah banyak diketahui oleh masyarakat,tetapi tidak banyak orang tahu mengenai tentang industri cerutu yang pertama berproduksi di Jawa. Bahkan tidak disangka bila pabrik tersebut berada di Magelang serta didirikan oleh orang Cina. Pada saat ini berita mengenai keberadaan industri ini termuat di harian koran Sindo online/sindonews pada Senin, 18 Februari 2013, dalam sebuah artikel mengenai jelajah pecinan Magelang. Berita tersebut memuat mengenai perjalanan Komunitas Kota Tua Magelang dalam menjelajah wilayah pecinan di Magelang, salah satunya ke pabrik Ko Kwat Ie.1 Magelang merupakan salah satu kota bentukan kolonial Belanda. Pada mulanya, kota ini dikembangkan oleh kolonial Belanda sebagai salah satu basis kekuatan militer untuk meredam pergerakan Pangeran Diponegoro pada saat terjadinya Perang Diponegoro (1825-1830). Hal ini hingga sekarang dapat diketahui dengan melihat sejarah perkembangan militer di Magelang, dan dapat 1
“Perjalanan dilanjutkan ke bangunan bekas pabrik cerutu Ko Kwat di Le kawasan pasar Tarumanegara . Saat ini, bangunan itu sudah menjadi bangunan sekolah SMA Negeri 3 dan SMA Bhakti Tunas Harapan Kota Magelang. “Pabrik cerutu tersebut berdiri sekitar tahun 1900 -1950an, produk cerutunya bahkan terkenal sampai Eropa,” papar Bagus. Bukan hanya mengenal bangunan, peserta juga berkesempatan mengetahui secara detail dengan mengunjungi salah seorang ahli waris pabrik cerutu di Jalan Majapahit”. Dikutip dari Sindonews online, Senin, 18 Februari 2013, pukul 11.03 WIB.
2
melihat sejarah dari keberadaan pasukan militer angkatan darat, yaitu Komando Daerah Militer IV Diponegoro. Bila melihat mengenai sejarah dari Magelang serta melihat keadaan saat ini, Magelang bukanlah sebuah kota industri. Jika melihat secara geografis, Magelang lebih cocok untuk mengembangkan sektor perekonomian agraris, dengan didukung kondisi tanah yang subur. Bahkan pada laporan data statistik tahun 1820 di Karesidenan Kedu, hasil produksi pertanian menunjukan data produksi yang cukup tinggi, serta menunjukan tidak adanya sebuah industri yang terdapat di wilayah Kedu, termasuk didalamnya wilayah Magelang. Akan tetapi, pada dulunya ada upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjadikan Magelang sebagai suatu kota pusat industri. Pengertian industri dalam Undang Undang No. 5 Tahun 1984 adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri.2 Menurut J.H Shaw dan J. S. Emery dalam bukunya Cities and Industries, industri adalah suatu proses dimana manufaktur menjadi semakin penting dalam struktur ekonomi dari masyarakat.3 Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
2
Undang-Undang Republik Indonesia No. 5 Tahun 1984, Tentang perindustrian, bab 1 pasal 1 ayat 2. 3
J. H. Shaw & J. S. Emery, Advanced Geography Series: Cities and Industries. (Melbourne: The Jacaranda Press, 1968), hlm., 13.
3
(KBBI), industri adalah kegiatan memroses atau mengolah barang dengan menggunakan sarana dan peralatan, misal mesin.4 Industri tidak hanya mengenai pengolahan barang dengan menggunakan mesin saja. Namun, industri juga merupakan segala kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan laba termasuk didalamnya sektor penyediaan layanan jasa. Selain itu, industri juga terdiri dari industri yang berdasarkan pada penggolongan berdasarkan pada jenis bahan baku, jumlah tenaga kerja, hasil produksinya, lokasinya, barang yang dihasilkan, dan pengelolanya.5 Dari berbagai uraian mengenai industri di atas, merupakan pengertianpengertian industri yang tengah berkembang pada saat ini. Tapi, industri yang berkembang pada saat abad XX merupakan industri yang cakupannya masih sangat sederhana dan tidak sekompleks menurut pengertian di atas. Meskipun demikian, pengertian-pengertian industri di atas tidaklah sepenuhnya tidak cocok. Sebab memang dari penggolongan di atas dapat dipakai dalam mendefinisikan pengertian industri yang terjadi pada abad XX. Berdasarkan pada pengertian industri yang telah disebutkan di atas, serta menarik kesimpulan yang lebih relevan pada penilitan ini. Definisi industri pada penlitian ini menitik beratkan pada segala badan usaha atau kegiatan ekonomi yang dapat menghasilkan suatu laba, baik dari proses pengolahan maupun bentuk jasa. Selain itu, badan usaha tersebut juga berada dibawah naungan departemen 4
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), hlm., 553. 5
Silvy Puspita, “Analisis Pengaruh Industri Pengolahan Kayu Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Serdang Bedagai”, Tesis, Sekolah Pascasarjana. Medan: Universitas Sumatera Utara, 2012.
4
pada saat itu serta pengertian mengenai industri yang ada pada saat itu. Pengertian tersebut yakni berdasarkan pada segala kegiatan eknomi yang termasuk dalam Departemen van Landbouw, Nijverheid, en Handel (Departemen Pertanian, Industri dan Perdagangan). Macam-macam badan usaha atau kegiatan ekonomi yan tergolong dalam departemen tersebut, antara lain toko, industri makanan, industri cerutu, notaris, industri sepatu, reparasi, dll. Segala macam kegiatan tersebut tergolong pada kegiatan industri yang mencangkup aspek layanan jasa, kegiatan produksi, serta kegiatan yang menghasilkan laba. Perkembangan suatu kota akan terus mengalami perubahan seiring dengan perkembangan zaman. Magelang yang pada awalnya ditujukan sebagai basis kekuatan militer, mengalami suatu perkembangan dengan munculnya industriindustri serta kegiatan perdagangan sebagai penunjang di sektor ekonomi. Seiring dengan berjalannya waktu, industri besar mulai mulai muncul di Magelang. Pada tahun 1908, industri cerutu yang muncul di Magelang merupakan industri cerutu pertama di Jawa yang dipelopori oleh orang Cina. Industri tersebut mulai dirintis oleh Ko Kwat Ie. Industri tersebut didirikan di wilayah kompleks Pecinan yang terdapat di Magelang.6 Wilayah tersebut merupakan pusat dari perdagangan di wilayah Magelang pada masa itu. Sebab wilayah pecinan dilewati jalur kereta api yang menghubungkan wilayah Yogyakarta dengan Magelang hingga Ambarawa dan Temanggung yang dibangun NIS pada 1905.7
6
7
Sin Po Maleische. 11 Mei 1940.
Denys Lombard, Nusa Jawa: Silang Budaya, Bagian II; Jaringan Asia. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1996), hlm., 79.
5
Di Magelang banyak sekali tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan baku untuk industri, salah satunya adalah tembakau. Bahkan tembakau yang tumbuh di wilayah Magelang termasuk dalam tembakau yang berkualitas tinggi. Selain bahan baku tembakau yang sangat bermutu, Magelang juga merupakan salah satu tempat penghasil rajangan tembakau yang sangat baik.8 Ketersediaan bahan utama tembakau yang bermutu serta dengan keberadaan alat transportasi kereta api yang berada di Magelang, merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan Ko Kwat Ie kemudian mendirikan sebuah industri cerutu pertama di Magelang pada tahun 1908. Industri cerutu inilah yang menjadi awal mula berkembangannya industri di Magelang. Beberapa industri kemudian berdiri di wilayah Magelang, seperti industri rokok Lie Kok Liang, Ko Djing Han, Tan Ing Tjwan, The Kiem Toen, Ko Tjaij Beek dan Liem Tjang An. Kemudian ada pula penguasaha kayu Tan Tjien Khoen, Ing Tjiang. Pemerahan susu sapi Njo Tiong Sien, Tan Marie Nio, Oen Swie Han, The Tjing Kwee.9 Mulai berkembangnya industri dan perdagangan di wilayah Magelang, pastinya akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat yang berada di sekitarnya. Masyarakat yang awal mulanya mengantungkan perekonomiannya dengan bertani, maupun berkebun kemudian sebagian dari mereka beralih menjadi buruh di industri tersebut. Peralihan pekerjaan dari buruh perkebunan maupun 8
B. Van Der Reijden, RAPPORT: Betreffende Eene Gehouden Enquete Naar de Arbeidstoestanden in de Industrie van Strootjes en Inheemsche Sigaretten op Java. (Bandoeng: Soekamiskin, 1934), hlm., 16. 9
Indri Tri Lestari, “Pariwisata di Magelang Pada Masa Kolonial 19261942”, Skripsi, Tak diterbitkan, Jurusan Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada, 2010.
6
dari bertani menjadi buruh industri pasti memiliki dampak di bidang sosial ekonomi masyarakat. Bila melihat pola pada saat ini, muculnya industri akan memunculkan usaha-usaha lain disekitar industri tersebut, seperti pedagang makanan, pedagang minuman, pedagang koran,dll. Bila mengikuti pola yang ada saat ini, wilayah di sekitar industri yang berkembang pada abad XX juga akan memunculkan usahausaha lain disekitar berdirinya industri tersebut. Hal inilah yang kemudian memunculkan pola baru kondisi sosial-ekonomi masyarakat di sekitar industri yang berkembang. Perubahan kondisi sosial ekonomi yang terjadi di wilayah sekitar industri, akan berdampak juga pada tingkat kesejahteraan masyarakat yang berada di wilayah sekitar berdirinya industri. Serta gaya hidup masyarakat dan tuntutan masyarakat juga mempengaruhi “kesempatan” untuk membuka suatu usaha baru. Perkembangan yang demikian pesatnya industri yang tumbuh di Magelang cukup menarik untuk dipelajari lebih lanjut.
B. Permasalahan dan Ruang Lingkup Berdasarkan latar belakang di atas, pokok permasalahan dalam pembahasan penulisan ini lebih menekankan pada penggambaran seperti apakah keadaan perindustrian dan perdagangan di wilayah Magelang pada tahun 19081942. Berdasarkan pokok permasalah tersebut, maka dapat dirumuskan beberapa pokok pertanyaan penelitian diantaranya, bagaimanakah perkembangan industri dan perdagangan di Magelang? Industri dan perdagangan apa sajakah yang
7
berkembang di Magelang pada awal abad XX? Siapa sajakah orang-orang yang mendirikan industri dan perdagangan di Magelang? Faktor-faktor apa sajakah yang mendorong pertumbuhan industri dan perdagangan di Magelang? Bagaimanakah dampak berdirinya industri dan perdagangan di Magelang terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat Magelang? Ruang lingkup penelitian ini mencangkup kurun waktu antara tahun 19081942. Pemilihan waktu tersebut dikarenakan pada tahun 1908 merupakan awal mula perkembangan pabrik terbesar di Magelang, yakni pabrik cerutu Ko Kwat Ie, serta penelitian ini akan diakhiri pada tahun 1942, tahun dimana koloni Belanda berakhir dan berganti dengan masa pendudukan Jepang. Dalam rentang tahun 1908-1942, terdapat banyak sekali peristiwa yang terjadi, seperti perubahan kebijakan pemerintah Belanda dan Hindia Belanda, depresi ekonomi, perang, otonomi daerah, perkembangan teknologi, perbaikan sarana-prasarana di Jawa, tumbuhnya jalur transportasi kereta api dan kendaraan, dll. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada dekade 1908-1942 akan menjadi salah satu faktor untuk melihat perkembangan industri di wilayah Magelang. Cakupan spasial penelitian meliputi wilayah Magelang, dalam konteks Magelang sebagai kotapraja (Gemeente) maupaun sebagai kotamadya (Stadsgemeente) dan Magelang sebagai kabupaten (Regentschap). Dalam hal ini, kedudukan Magelang memiliki wewenang penuh dalam mengembangkan serta mengatur wilayahnya, yang didasarkan pada kedudukannya sebagai daerah otonom dan ibukota kabupaten.
8
Magelang merupakan kota kolonial karena dikembangkan dan diatur secara langsung oleh pemerintah kolonial. Kota ini juga merupakan kota militer pada masa kolonial, sebab dulunya dikembangkan oleh pemerintah kolonial untuk menjadi salah satu basis kekuatan militer, guna membendung pergergerakan Diponegoro. Basis kekuatan militer di Magelang, nantinya yang akan memunculkan komplek pemukiman tentara. Dari segi geografis Magelang memiliki potensi untuk dikembangkan perekonomian agraris. Akan tetapi penelitian ini tidak membahas mengenai kota kolonial, militer maupun kota agraris. Namun, penelitian ini lebih pada pembahasan dalam hal perkembangan industri di Magelang serta dampaknya terhadap masyarakat Magelang. Meskipun Magelang bukan merupakan kota industri, tapi pada masa awal abad XX ada usaha pemerintah kolonial untuk mengembangkan Magelang menjadi pusat industri. Hal-hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya iklan-iklan pemerintah di Maanblad yang mengajak orang-orang untuk menanamkan modalnya dalam bidang pembangunan industri. Pembangunan industri di wilayah Magelang, secara tidak langsung akan berdampak pada perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat disekitarnya. Masyarakat yang pada mulanya hanya mengenal bercocok tanam dan berternak, menjadi memiliki pandangan lain dalam hal pekerjaan, yakni menjadi buruh industri. Keberadaan industri ini nantinya akan mendatangkan kesempatan untuk mendapatkan kesejahteraan yang lebih baik bagi masyarakat ataukah justru sebaliknya.
9
C. Tujuan Penelitian Hasil penelitian ini nantinya akan menjadi kajian penulisan sejarah yang berupaya untuk mendekonstruksi ulang pemaham umum mengenai perkembangan industri di Magelang. Selanjutnya penelitian ini juga bertujuan untuk menggambarkan perkembangan industri di wilayah Magelang serta sedikit mengenai gambaran dampak dari keberadaan industri di Magelang. Selain itu, penulisan ini juga diharapkan dapat melengkapi penulisan sejarah industri yang telah ada, serta dapat melengkapi penulisan sejarah tentang Magelang secara khusus.
D. Tinjauan Pustaka Karya-karya mengenai perkembangan industri di Magelang pada masa awal abad XX belum dikaji terlalu mendalam. Penelitian mengenai dampak perubahan
kehidupan
masyarakat
terhadap
perkembangan
industri
baru
dilaksanakan pada tahun sekitar 1990-an oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dalam proyek Inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Akan tetapi, pembahasan untuk wilayah Magelang belumlah diteliti lebih lanjut. Untuk lebih jelasnya akan diuraikan lebih lanjut pada pembahasan berikutnya. Penelitian mengenai kondisi sosial-ekonomi masyarakat di sekitar Magelang telah disinggung dalam penelitian Nur Aini Setiani. Dalam penulisannya yang berjudul Kekurangmakmuran Penduduk di Pedesaan Karesidenan Kedu, membahas mengenai kondisi masyarakat di Karesidenan Kedu pada abad XIX, kebijakan politik yang diterapkan di Karesidenan Kedu,
10
dampak-dampak yang menyebabkan masyarakat Magelang yang dapat dikatakan tidak makmur, serta pengaruh tanah dan perkebunan pada tingkat kesejahteraan masyarakat Kedu. Penelitian terhadap sebuah wilayah di daerah Jawa Timur pada tahun 1994, yaitu “Dampak Pembangunan Industri Terhadap Kehidupan Budaya Masyarakat Setempat di Jawa Timur”. Penelitian tersebut menunjukan bahwa terdapat perubahan pola kehidupan masyarakat sekitar industri akibat tumbuhnya industri di wilayah tersebut.10 Wilayah itu terletak di desa Tropodo. Wilayah ini strategis untuk menjadi sebuah tempat untuk mendirikan industri. Selain dekat dengan kota Surabaya, kota ini juga dilalui jalur jalan utama lintas provinsi serta dilalui jalur kereta api. Bukan hanya itu, harga tanah di Tropodo juga jauh lebih murah dibandingkan dengan di Surabaya. Pada mulanya di desa tersebut, masyarakat hanya mengandalkan mata pencaharian dari bertani, berkebun maupun berternak. Karena dinilai sangat strategis untuk dibangun sebuah industri, maka tempat tersebut mulai dirintis untuk dibangun industri. Keberadaan industri ini diwilayanya merubah pola kehidupan masyarakat Tropodo baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung, masyarakat yang pada mulanya bekerja sebagai petani beralih bekerja di industri sebagai buruh, hal ini akbiat dari makin berkurangnya lahan untuk bertani akibat dibangun industri. Selain sebagai buruh industri, masyarakat secara tidak langsung cukup diuntungkan dengan keberadaan industri tersebut. 10
Suprapti, Dra. Mc., dkk., Dampak Pembangunan Industri Terhadap Kehidupan Budaya Masyarakat Setempat di Jawa Timur. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994).
11
Mereka
mulai
membuka
usaha
seperti
menyedikan
tempat
penginapan/kost/tempat tinggal bagi para pegawai pabrik, ada pula yang membuka tempat makan, ruko-ruko, serta jasa-jasa lainnya. Selain itu, dengan keberadaan industri di wilayah Tropodo, kehidupan masyarakat di sekitarnya menjadi lebih baik. Masyarakat yang pada mulanya hanya memiliki bangunan rumah yang sangat sederhana, sedikit demi sedikit mereka dapat membuat rumah yang lebih layak huni. Tingkat pendidikan, kesehatan, gaya hidup masyarakat Tropodo juga ikut serta berubah menjadi lebih baik dengan keberadaan industri di wilayahnya. Berada hampir di wilayah yang sama, di Jawa Timur tepatnya di wilayah Desa Ngadirejo (Kediri) salah satu desa yang terletak di Kecamatan Kota Kediri, terdapat industri rokok Cap Gudang Garam. Penelitian ini mengacu pada perkembangan masyarakat sekitar akibat tumbuhnya industri.11 Sebelum ada industri yang berkembang di wilayah tersebut, penduduk setempat bekerja di sawah yang sangat subur. Rumah-rumah mereka memanjang di sekitaran jalan utama. Seiring perkembangan industri, sawah-sawah yang terletak di belakang rumah mereka dijual dan menjadi rumah pemukiman/perluasan wilayah industri. Industri rokok Gudang Garam dapat berkembang di wilayah tersebut karena adanya beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain menyempitnya lahan pertanian sehingga menimbulkan banyak tenaga yang mengganggur. Kelebihan tenaga kerja ini dapat dimanfaatkan sebagai buruh pabrik, dan rata-rata 11
Ita Novita A., Dra., dkk., Perkembangan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Jawa Timur. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990).
12
upah yang diberikan relatif lebih murah. Selain itu, ada pula kesempatan untuk melakukan ekspansi perluasan industri di wilayah tersebut nantinya. Bahan baku industri ini diambil dari tembakau dalam negeri. Perkembangan industri di wilayah ini lambat laun berdampak terhadap kehidupan masyarakat di sekitarnya. Lahan-lahan pertanian yang dijual warga kepada pihak industri diantaranya ada yang dimanfaatkan untuk membangun kios/warung serta ada pula yang dibangun untuk tempat penyewaan kamar-kamar bagi buruh pabrik luar daerah. Selain itu, kesejahteraan buruh pabrik juga dijamin oleh pihak pabrik dengan diberikan tunjangan-tunjangan, antara lain tunjangan hari raya, tunjangan kesehatan, pendidikan, diberikan tempat ibadah, dibangun poliklinik, serta sarana tempat tinggal. Pihak pabrik juga memberikan bantuan dan pembangunan kepada wilayah disekitar pabrik tersebut. Dari segi mata pencaharian terjadi perubahan dalam masyarakat. Awal mulanya masyarakat yang mayoritas bekerja sebagai petani, beberapa diantaranya beralih menjadi buruh pabrik penuh maupun nyambi. Diantaranya ada pula yang kemudian membuka kios /warung serta membuka tempat penyewaan tempat tinggal (kos) kepada buruh dari luar daerah. Penduduk juga ada yang kemudian memanfaatkan keberadaan pabrik tersebut dengan menjual jasa-jasa, seperti transportasi (ojek, delman, becak, gerobak), jasa reparasi, pedagang,dll. Secara keseluruhan mata pencaharian penduduk menjadi lebih beragam. Keberadaan pabrik tersebut juga meningkatkan kepadatan penduduk disekitar pabrik. Penduduk yang awalnya tinggal di luar wilayah pabrik, sedikit demi sedikit berpindah menjadi buruh pabrik tersebut maupun mencari kesempatan kerja di wilayah sekitar pabrik.
13
Kaum wanita juga memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Selain mengurus pekerjaan rumah, beberapa diantaranya juga bekerja menjadi buruh pabrik, ada pula yang menjaga kios/warung disekitar pabrik, serta menjual jasa-jasa lain seperti reparasi,dll. Penelitian di wilayah Salatiga, provinsi Jawa Tengah yakni mengenai “Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Sebagai Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Jawa Tengah”, penelitian ini dilakukan pada tahun 1990. Penelitian ini tertuju pada dampak dari keberadaan perusahaan dari PT. Daya Manunggal Textiel yang dibagi dua menjadi pabrik Diamatex dan pabrik Tiamatex.12 Kedua pabrik tersebut sama-sama bergerak di bidang textile. Salatiga sebagai tempat penelitian memiliki kesamaan dengan wilayah Magelang, yakni tidak hanya sebagai kota penghubung tapi juga tempat bertumbuhnya industri. Wilayah Salatiga juga pada mulanya bukanlah wilayah yang dikembangkan khsusus untuk industri. Akan tetapi, karena adanya faktor-faktor tertentu dapat mengembangkan kota ini untuk tumbuh suatu industri di wilayahnya. Faktor-faktor tersebut antara lain letak kota yang strategis karena menghubungkan Semarang dan Surakarta, adanya angkutan kendaraan sebagai sarana pengangkut serta distribusi, harga bahan baku (sumber alam), tenaga kerja, Pasar, transportasi (distribusi), pembangkit tenaga (listrik, disel, generator,dll), dan tanah untuk ekspansi. Keberadaan industri di wilayah ini mempengaruhi kehidupan masyarakat di sekitarnya. Banyaknya pendatang yang datang dari daerah sekitar untuk bekerja 12
Hilderia Sitanggang, Dra., dkk., Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Jawa Tengah. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990).
14
di pabrik tersebut menyebabkan wilayah ini kemudian menjadi semakin padat. Pekerjaan sebelum ada pabrik, masyarakat bekerja sebagai petani dan pegawai negeri. Setelah industri berdiri, ada kesempatan kerja untuk mendapat kehidupan yang lebih baik. Tunjangan kesejahteraan, kesehatan, pendidikan, fasilitas, dan sebagainya yang diberikan pihak pabrik kepada buruh yang bekerja menyebabkan pengaruh tersendiri bagi kesejahteraan buruh pabrik. Karena kesempatan untuk mendapatkan peluang hidup lebih baik, masyarakat kemudian ada yang beralih profesi, tapi juga ada yang nyambi bekerja sebagai buruh dan pekerjaan lainnya. Pertumbuhan industri juga menimbulkan peluang usaha baru bagi masyarakat sekitarnya. Mereka kemudian membuka tempat penyewaan rumah/kamar, tempat makan, toko barang, dan menjual jasa lainnya. Peran wanita di wilayah ini juga berubah. Bila pada mulanya mereka hanya bekerja di rumah dan di sektor non formal (buruh industri) dengan adanya industri tumbuh, mereka kemudian ikut bekerja di pabrik tersebut maupun membuka usaha lain seperti warung, toko, dll. Di daerah Bengkulu terdapat sebuah penelitian pada tahun 1990, dengan judul Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Bengkulu. Penelitian ini mengambil wilayah di daerah desa Pulau Baru, Kecamatan Muko-muko Selatan, Kabupaten Bengkulu Utara.13 Wilayah ini sebagian besar merupakan hutan belukar. Kebanyakan masyarakat sekitar tinggal di sekitar muara sungai dan di pinggir jalan raya. Wilayah ini cukup strategis karena menghubungkan dua kota besar, yakni kota Bengkulu dan kota Padang. 13
Harry Waluyo, Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Daerah Bengkulu. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990).
15
Alat transportasi yang menghubungkan kedua wilayah ini berupa kendaraan roda 2 maupun roda 4 yang ditunjang dengan adanya jalur raya lintas provinsi. Selain itu, juga terdapat pelabuhan kecil yang digunakan oleh industri di wilayah tersebut dalam mengangkut kayu glondongan, yakni PT. Maju Jaya Raya Timber. Masyarakat wilayah itu pada umumnya bekerja sebagai petani dan nelayan yang hanya cukup untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Industri mulai tumbuh di wilayah ini setelah PT. Maju Jaya Raya memperoleh ijin dari pemerintah untuk mendirikan industri di bidang pengolahan kayu. Wilayah ini sangat potensial dilakukan industri tersebut, karena dari ijin yang didapatkan, PT. Maju Jaya Raya berhak mengolah dan memanfaatkan hutan seluas 80.000 hektar. Setelah industri ini berkembang, lambat laun keberadaannya berdampak pula terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Dengan pembukaan lahan hutan, serta pembuatan jalan menuju lokasi penebangan kayu, masyarakat sering memanfaatkan hal tersebut. Selain itu, mata pencaharian masyarakat juga secara tidak langsung berubah. Mereka yang pada mulanya hanya bertani, nelayan, dan berternak, dengan adanya industri sebagian dari mereka ada yang beralih kerja menjadi buruh, tapi ada pula masyarakat yang nyambi bekerja di industri tersebut. Dalam hal pendidikan di wilayah tersebut termasuk mendapatkan pengaruh dari keberadaan industri tersebut. Peranan perempuan juga berubah dalam struktur sosial maupun keluarga. Mereka kemudian mulai mengenal teknologi, organisasi (PKK), dan meningkatnya pendidikan kaum perempuan. Dalam hal pekerjaan, mereka juga memanfaatkan kesempatan yang ada untuk menambahkan penghasilan keluarga melalui organisasi (PKK).
16
Masih di tahun yang sama, pada tahun 1990 ada sebuah penelitian mengenai pengaruh industri terhadap masyarakat di wilayah Nusa Tenggara Timur. Industri yang menjadi fokus pada penelitian ini adalah pabrik semen PT Semen Kupang yang berlokasi di Desa Alak, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang.14 Lokasi ini juga cukup strategis, jarak antara Desa Alak dengan ibu kota kecamatan Kupang Barat + 14 km, jarak dengan ibu kota Kabupaten Kupang + 8 km, dan jarak dengan pusat Provinsi 11 km. Hubungan antar wilayah tersebut dihubungkan dengan jalur jalan raya, hingga mencapai pelabuhan Tenau. Barang-barang hasil produksi pabrik ini diangkut oleh kendaraan bermesin menuju pelabuhan untuk di distribusikan keluar Kupang. Masyarakat di wilayah ini bekerja sebagai petani di ladang kering pada musim penghujan. Pada musim kemarau, mereka mencari rumput dan berternak sapi. Ada pula yang menjadi nelayan, pengerajin, buruh pelabuhan, serta membuka warung di sekitar pelabuhan. Industri ini mulai dikembangkan di wilayah tersebut karena beberapa faktor, antara lain karena letaknya yang strategis, usaha untuk memenuhi kebutuhan semen di wilayah terpencil, mengatasi masalah angkutan semen diwilayah terpencil, pemerataan pembangunan, investasi di wilayah tersebut relatif kecil serta menguntungkan, dll. Setelah industri tersebut berkembang, terdapat perubahan pola kehidupan pada masyarakat sekitarnya. Sebagian besar buruh pabrik ini merupakan penduduk setempat. Pabrik menjamin kesehatan para 14
Christoffel Kana, dkk., Perubahan Pola Kehidupan Masyarakat Akibat Pertumbuhan Industri di Nusa Tenggara Timur. (Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1990).
17
buruhnya dengan dibangun poliklinik yang ditujukan bagi para buruh. Dari segi pendapatan atau mata pencaharian, terdapat pola yang berubah. Sebagian besar masyarakat masih ada yang tetap bertani, nelayan, tukang, berternak, tapi ada pula mereka yang beralih menjadi buruh pabrik. Selain itu, ada pula pola yang menunjukan bahwa terdapat buruh yang bekerja nyambi menjadi buruh dan bekerja di bidang lain. Tumbuhnya industri di wilayah tersebut juga menjadi kesempatan masyarakat sekitarnya untuk berdagang menyediakan kebutuhan para buruh, seperti membuka warung makan dan minuman, kios-kios, serta membuka penginapan bagi buruh dari luar wilayah tersebut. Di bidang pendidikan, dengan keberadaan industri tersebut mendorong masyarakat untuk lebih mengenal dan memperdalam ilmu pengetahuan mereka. Hal tersebut dilakukan dengan harapan agar mereka dapat di terima bekerja di pabrik tersebut serta mendapatkan gaji yang lebih banyak bila pendidikan mereka tinggi. Peranan wanita dalam kehidupan sehari-hari juga mengalami perubahan. Mereka ada yang bekerja dan membuka toko maupun kios di sekitar pabrik. Ada pula para wanita yang bekerja sebagai buruh di pabrik semen tersebut. Secara keseluruhan kajian mengenai dampak dan pengaruh perkembangan industri yang telah dikaji merupakan proyek inventarisasi Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, dalam proyek inventarisasi dan Pembinaan Nilai-nilai Budaya. Cakupan temporal penelitian tersebut berkisar pada tahun 1990-an. Sedangkan cakupan spasial tidak
dikhususkan pada wilayah Magelang. Dari beberapa
penelitian yang telah dilakukan, terdapat kesamaan pola kehidupan masyarakat setelah adanya industri yang berkembang di wilayahnya. Diantaranya seperti
18
perubahan kepadatan penduduk, pola pekerjaan, kesehatan, pendidikan, peranan wanita,dll. Berbagai perubahan yang terjadi akibat dari keberadaan suatu industri di suatu wilayah memiliki kesamaan pola di setiap daerah. Untuk itu, dalam penelitian ini akan dilakukan upaya untuk mencari apakah terdapat kemiripian dari pola-pola tersebut. Tapi, yang akan dicangkup dalam penelitian ini tidaklah mirip dengan apa yang telah disebutkan di atas, dari segi temporal dan spasialnya. Penulisan serta penelitian yang telah dilakukan seperti yang telah disebutkan di atas, belum mencangkup mengenai perkembangan industri di wilayah Magelang pada kurun waktu 1908-1942. Penelitian yang dimulai dengan awal mula abad XX dan diakhiri pada masa pemerintahan kolonial berakhir belum dikaji lebih lanjut. Karena hal tersebut, maka penelitian ini akan mengkaji lebih mendalam mengenai gambaran perkembangan industri di Magelang pada kurun waktu 1908-1942. Serta bagaimana pengaruhnya atau perubahannya terhadap lingkungan sekitar industri. Serta diharapkan dengan penulisan ini dapat melengkapi khasanah penulisan sejarah Magelang.
E. Metode dan Sumber Dalam penulisan sejarah, perlu memakai sebuah metode yang digunakan sebagai acuan dalam penulisan. Metode sejarah kritis dan metode sejarah lisan digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian ini. Mulai dari pemilihan
19
topik, pengumpulan sumber (heuristik), verifikasi (kritik sumber), interpretasi (analisis dan sintesis), kemudian penulisan sumber.15 Pengumpulan sumber (heuristik) digunakan sebagai langkah awal untuk mengumpulkan sumber-sumber yang relevan dengan penelitian ini. Sumbersumber yang telah didapatkan kemudian diverifikasi untuk mendapatkan sebuah sumber yang benar-benar dapat dinyatakan keasliannya serta relevan dengan peneltian ini. Langkah selanjutnya interpretasi dari semua data dan sumber yang telah di dapatkan. Metode lisan juga digunakan untuk mencari informasi dan fakta yang tidak tertulis dalam sebuah dokumen, jurnal, maupun arsip lainnya.16 Sumber-sumber yang didapatkan dapat berasal dari dokumen-dokumen, foto-foto, iklan-iklan, data statistik, data sensus, berita dalam koran,dll. Sumbersumber itu diperkirakan terdapat di kearsipan daerah maupun nasional, perpustakaan, BPS (Badan Pusat Statistik), kantor daerah maupun kantor kota Magelang, serta data-data yang diperoleh dari ahli waris pabrik ataupun orangorang umum yang memilikinya. Informan yang kemungkinan dapat memberikan informasi yang relevan, dapat menjadi narasumber wawancara untuk dimintai keterangan terkait penelitian ini. Informan tersebut seperti pendiri maupun ahli waris dari pabrik-pabrik yang berdiri dimasa tersebut, para pekerja maupun keluarga yang bekerja di pabrik-pabrik tersebut, serta orang yang mengalami kejadian yang berlangsung pada masa 1908-1942 di wilayah Magelang.
15
Kuntowijoyo. Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: Bentang. 2005.
16
Ibid.
20
F. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan penelitian ini akan diawali dengang pengantar pada bab 1. Pada bab 1 tersebut akan dibahas mengenai latar belakang, rumusan masalah, ruang lingkup penelitian, tujuan penelitian, serta tinjauan pustaka. Setelah pengantar pembahasan akan dmulai pada bab 2. Pada bab 2 akan mulai membahas mengenai keadaan demografi Magelang, terkait di dalamnya keadaan kondisi alam, keadaan pertanian, tanaman yang ditanam, serta tingkat populasi di Magelang. Hal-hal tersebut akan dibahas dalam pengantar di bab 2. Pada bab 3 akan membahas mengenai kebijakan-kebijakan pemerintah Belanda dan Hindia Belanda. Serta membahas mengenai perkembangan pembentukan gemeente dan stadsgemeente, yang menjadi awal mula dapat berkembangannya industri secara merata di tiap-tiap daerah. Pada bab 4 akan mulai membahas mengenai industri-industri dan perdagangan yang berkembang di Magelang. Pembahasannya mencangkup macam-macam industri yang berkembang di Magelang, serta orang-orang yang mendirikan industri tersebut. Selain itu, juga akan membahas sedikit mengenai dampak dari keberadaan industri di Magelang terhadap keadaan sosial-ekonomi masyarakat di sekitar industri. Bab 5 akan membahas tentang kesimpulan. Kesimpulan tersebut memuat jawaban dari pertanyaan pokok permasalahan yang telah disinggung di permasalahan. Jawaban diproleh dari proses penelitian tersebut yang termuat dalam bab 1 sampai dengan bab 4.