Bab 1 Pendahuluan
1.1 Latar Belakang Negara Jepang merupakan salah satu negara maju dan modern di kawasan Asia yang menjadi pemimpin bagi negara-negara lain di sekitarnya dalam berbagai bidang kehidupan. Seperti kita ketahui, bahwa Jepang memiliki perkembangan ekonomi dan sosial yang sangat baik di kawasan Asia. Selain menjalani kehidupan sehari-hari yang modern, masyarakat Jepang juga tidak lupa untuk menjalankan tradisi budaya yang berasal dari kepercayaan terhadap para dewa. Jepang juga merupakan salah satu negara di dunia ini yang memiliki sistem kepercayaan primitif yang kuat. Hal ini bisa dipahami dari masih terdapatnya nilai-nilai tradisional kepercayaan Shinto dalam kehidupan masyarakatnya. Masyarakat Jepang memiliki kepercayaan yang beraneka ragam. Jepang merupakan negara yang kebudayaannya mendapat pengaruh dari negara-negara lain. Pertumbuhan dan perkembangan agama maupun kebudayaan Jepang memang sangat memperlihatkan kecenderungan yang bersifat asimilatif. Sejarah Jepang memperlihatkan bahwa negara tersebut telah menerima berbagai macam pengaruh, baik pengaruh kultural maupun spiritual dari luar Jepang seperti Cina dan India. Jepang telah menjalin hubungan dengan Cina sejak abad keempat. Oleh karena itu, masuklah agama dan kepercayaan Cina ke Jepang, yaitu Taoisme dan Buddha. Agama Buddha di Cina sendiri berasal dari pengaruh India. Semua pengaruh itu tidak menghilangkan tradisi asli kepercayaan asli bangsa Jepang. Dengan pengaruh-pengaruh dari luar tersebut, justru memperkaya 1
kehidupan spiritual bangsa Jepang. Antara tradisi-tradisi asli dengan pengaruh-pengaruh dari luar senantiasa dipadukan menjadi suatu bentuk tradisi baru yang jenisnya hampir sama. Dalam proses perpaduan itu yang terjadi bukanlah pertentangan atau kekacauan nilai, melainkan suatu kelangsungan dan kelanjutan. Dalam bidang spiritual, pertemuan antara tradisi asli Jepang dengan pengaruh-pengaruh dari luar itu telah mempengaruhi Shinto sebagai kepercayaan asli masyarakat Jepang. Dalam masyarakat Jepang, terdapat kepercayaan asli yang disebut Shinto. Shinto merupakan kepercayaan masyarakat Jepang terhadap dewa-dewa. Dalam masyarakat Jepang, kami (dewa-dewi) tak terhitung jumlahnya seperti dewi matahari Amaterasu, jiwa-jiwa orang terhormat (prajurit, pejuang, penyair), leluhur dewa (Uji), tempat-tempat yang memiliki keindahan alam yang alami (kayu, pohon, mata air, batu, gunung), serta peristiwa-peristiwa alami (kesuburan, pertumbuhan, produksi). Kami pada umumnya dipuja di kuil atau disebut dengan Jinja(神社)yang merupakan tempat tinggal para dewa, yang didirikan sebagai kehormatan bagi para dewa. Dalam sejarah Jepang, banyak terdapat aliran-aliran atau kepercayaan-kepercayaan baru dari negara-negara lain yang datang ke Jepang yang kemudian mempengaruhi kepercayaan Shinto. Kepercayaan-kepercayaan baru yang masuk ke Jepang antara lain Buddha dan Hindu. Agama Buddha diperkenalkan kepada masyarakat Jepang pada abad keenam oleh seorang raja di Korea, yang mengirim teks serta gambar Buddha untuk membangun hubungan damai antara dua kerajaan. Pangeran Shotoku, seorang pemeluk agama Buddha yang taat, melakukan berbagai macam cara untuk mempromosikan serta mendorong pertumbuhan agama Buddha pada awal abad ketujuh selama masa
2
kekuasaannya. Dimulai saat periode Nara pada abad kedelapan, biksu Cina mendirikan banyak sekolah Buddha di Jepang. Biarawan Jepang mendapat perlindungan dari pemerintah dan mereka juga bekerja dalam bidang administrasi dan menjalankan peran lainnya dalam pemerintahan. Ketika kekuasaan politik dipindahkan kepada para prajurit samurai pada akhir abad kedua belas, agama Buddha terus diperlakukan dengan baik oleh pemerintahan baru untuk beberapa abad. Selama periode ini, sangat jelas bahwa agama Buddha Jepang muncul. Dengan terjalinnya hubungan dengan kepercayaan lain dari luar Jepang, maka juga mempengaruhi kepercayaan asli masyarakat Jepang yaitu Shinto. Dalam Shichifukujin, terdapat pengaruh yang besar dari kepercayaan lain seperti Buddha dan Hindu. Terbentuknya dewa-dewa dalam Shichifukujin karena merupakan gabungan dari dewa-dewa dalam Buddha, Hindu dan Shinto. Hanya ada satu dewa dalam Shichifukujin yang merupakan dewa asli Shinto, yaitu Ebisu. Sementara itu, dewa lain yang berasal dari Buddha adalah Hotei dan yang berasal dari dewa-dewa Hindu yaitu Daikokuten, Benzaiten dan Bishamonten, bergabung bersama dalam Shichifukujin yang merupakan kepercayaan Shinto. Dalam penelitian ini peneliti akan membahas pengaruh dewa-dewa Buddha dan Hindu tersebut terhadap dewa-dewa dalam Shichifukujin ( 七 福 神 ) , yang merupakan tujuh dewa keberuntungan yang terdapat dalam kepercayaan tradisional masyarakat Jepang yaitu Shinto.
3
1.1.1 Gambaran Singkat Shichifukujin Shichifukujin secara literatur berarti “Seven Lucky Gods” atau tujuh dewa keberuntungan di Jepang. Dewa-dewa keberuntungan dalam Shichifukujin adalah dewa kebijaksanaan dan dewa panjang umur (Juroujin dan Fukurokuju), dewa kebahagiaan (Hotei), dewa kekayaan dan pelindung pertanian (Daikokuten), dewi seni dan music (Benzaiten), dewa perang atau dewa pejuang (Bishamonten) dan dewa pelindung pelayaran (Ebisu). Di Jepang, dewa-dewa tersebut bergabung menjadi dewa Shichifukujin, yang memiliki banyak kesamaan dengan dewa-dewa dalam Taoisme, Buddha dan Hindu. Sebelum bergabung bersama, mereka merupakan dewa yang berdiri sendiri. Dewadewa dalam Shichifukujin digambarkan dengan menaiki sebuah perahu bersamasama untuk memberikan kebahagiaan dan kesejahteraan bagi orang yang percaya.
1.1.2 Gambaran Singkat Kepercayaan Masyarakat Cina Negara Cina merupakan negara dimana masyarakatnya memiliki berbagai macam kepercayaan terhadap dewa-dewi. Kepercayaan terhadap dewa-dewi diturunkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi selanjutnya. Kebanyakan dewa-dewa yang disembah masyarakat Cina berasal dari agama Buddha dan kepercayaan Taoisme. Agama Buddha dan kepercayaan Taoisme merupakan agama mayoritas di Cina, sehingga penyebarannya sangat pesat bahkan sampai ke negaranegara lain termasuk Jepang. Dengan masuknya unsur-unsur agama Buddha dan kepercayaan Taoisme, maka mempengaruhi kepercayaan terhadap dewa-dewa di Jepang. Ada satu dewa dalam
4
Shichifukujin yang berasal dari dewa-dewa dalam kepercayaan Buddha di Cina, yaitu Hotei (布袋)- dewa kesenangan dan kebahagiaan.
1.1.3 Gambaran Singkat Kepercayaan Masyarakat India Sama seperti halnya Cina, masyarakat India yang mayoritas beragama Hindu juga menyembah dan mengagungkan berbagai macam dewa. Namun, ada tiga dewa yang memiliki kesamaan dengan dewa-dewa yang bergabung menjadi Shichifukujin dalam kepercayaan masyarakat Jepang, yaitu Daikokuten ( 大 黒 天 ) - dewa kekayaan, Benzaiten (弁財天)- dewi seni dan musik, dan Bishamonten (毘沙門 天)- dewa pelindung dan kekayaan.
1.1.4 Gambaran Singkat Kepercayaan Masyarakat Jepang Masyarakat Jepang sangat percaya akan dewa-dewa yang menyertai mereka dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam agama Buddha maupun kepercayaan asli orang Jepang, yaitu kepercayaan Shinto, banyak terdapat penyembahan terhadap dewa-dewa yang dianggap sebagai panutan serta jalan hidup orang Jepang. Tumbuhnya kepercayaan terhadap dewa-dewa tersebut tidak lepas dari penyebaran agama kepercayaan yang masuk ke Jepang melalui misionaris-misionaris dari negara lain. Dewa-dewa dalam kepercayaan Shinto yang merupakan kepercayaan asli orang Jepang pun banyak yang mendapat pengaruh dari agama atau kepercayaan dari negara lain yang masuk ke Jepang. Sebagai kepercayaan asli bangsa Jepang, kepercayaan Shinto memiliki sifat yang cukup unik. Proses terbentuknya, bentuk-bentuk upacara keagamaannya 5
maupun ajaran-ajarannya memperlihatkan perkembangan yang sangat kompleks dan rumit. Banyak istilah-istilah dalam kepercayaan Shinto yang sukar dialihbahasakan dengan tepat ke dalam istilah bahasa asing lainnya. Kata-kata Shinto sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Cina yang berarti “jalan para dewa”, “pemujaan para dewa”, “pengajaran para dewa”, atau “agama para dewa”. Nama Shinto itu sendiri baru dipergunakan untuk pertama kalinya untuk menyebut kepercayaan asli bangsa Jepang ketika agama Buddha dan kepercayaan Konfusius (Tiongkok) sudah memasuki Jepang pada abad keenam masehi. Sedangkan dalam Shichifukujin, hanya ada satu dewa yang merupakan dewa asli kepercayaan Jepang yang merupakan dewa dalam kepercayaan Shinto yaitu Ebisu (恵比寿)yang merupakan dewa para nelayan dan dewa keberuntungan. Ebisu merupakan salah satu dewa paling popular di antara dewa-dewa lainnya dalam Shichifukujin. Sekarang ini, Ebisu tidak hanya melindungi pelayaran (perahu) dan memberikan hasil perikanan yang berlimpah, tetapi juga memberikan keberuntungan dalam berbagai bidang seperti perdagangan.
1.2 Rumusan Permasalahan Berdasarkan penjelasan dari latar belakang di atas, penulis ingin meneliti tentang pengaruh dewa-dewa dalam agama Buddha di Cina dan Hindu di India terhadap dewadewa dalam Shichifukujin yang terdapat dalam kepercayaan Shinto.
6
1.3 Ruang Lingkup Permasalahan Dalam penelitian ini, penulis hanya akan membatasi pengaruh dewa dalam agama Buddha, yaitu Hotei dan dewa-dewa dalam agama Hindu, yaitu Daikokuten, Benzaiten dan Bishamonten dalam Shichifukujin (七福神)atau “tujuh dewa keberuntungan” di Jepang yang terdapat dalam kepercayaan Shinto.
1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dewa-dewa dalam agama Buddha pada Hotei dan Hindu pada Daikokuten, Benzaiten dan Bishamonten dalam Shichifukujin sebagai tujuh dewa keberuntungan di Jepang yang terdapat dalam kepercayaan Shinto. Manfaat dari penelitian ini adalah kita dapat memahami lebih dalam asal-usul dewadewa yang terdapat dalam Shichifukujin serta pengaruh dewa-dewa Buddha dan Hindu terhadap Shichifukujin.
1.5 Metode Penelitian Metode penelitian pertama yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah dengan metode studi kepustakaan, yaitu pengumpulan data pendukung yang diperoleh dari buku-buku, jurnal, E-Book dan internet. Adapun buku-buku tersebut didapatkan dari perpustakaan Universitas Bina Nusantara dan perpustakaan Japan Foundation. Metode yang kedua yaitu metode deskriptif analitis, dimana peneliti menjelaskan data-data yang telah diperoleh dari buku, majalah, jurnal, artikel dan internet dengan pemikiran peneliti dan kemudian menganalisanya.
7
1.6 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari lima bab, yang akan peneliti jelaskan berikut ini: Bab 1 Pendahuluan. Dalam bab ini terdapat latar belakang, rumusan permasalahan, ruang lingkup permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. Bab 2 Landasan Teori. Dalam bab ini, peneliti akan membahas tentang teori-teori yang mendukung penelitian. Bab 3 Analisis Data. Dalam bab ini, peneliti akan menganalisis data-data yang telah dikumpulkan dan menghubungkannya dengan teori-teori yang pada bab 2. Bab 4 Simpulan dan Saran. Dalam bab ini, berisi tentang simpulan yang diperoleh peneliti dari hasil analisis pada bab 3 dan saran kepada peneliti selanjutnya mengenai penelitian ini. Bab 5 Ringkasan. Dalam bab ini, akan diberikan ringkasan dari seluruh isi skripsi, dimulai dari latar belakang penelitian, rumusan permasalahan, tujuan dan manfaat penelitian, serta hasil penelitian sebagai jawaban dari permasalahan-permasalahan yang diteliti dan dianalisis dalam skripsi ini.
.
8