BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Operasi merupakan penyembuhan penyakit dengan jalan memotong dan mengiris anggota tubuh yang sakit. Biasanya dilaksanakan dengan anastesi, dirawat inap dan jenis operasi yang dilaksanakan lebih serius. Operasi ini berisiko pada ancaman jiwa sehingga tindakan operasi ini merupakan ancaman potensial aktual terhadap integritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stress fisiologis maupun psikologis (Lois, 1996 dalam Hasanudin, 2009). Potter & Perry (2005) mengklasifikasikan jenis operasi, yakni berdasarkan tingkat keseriusannya, urgensi dan tujuan. Jika dilihat dari tingkat keseriusannya, operasi dapat pula dikelompokkan menjadi dua yakni operasi mayor dan operasi minor. Operasi mayor dideskripsikan sebagai tindakan operasi dengan melibatkan rekonstruksi atau perubahan yang luas pada bagian tubuh dan menimbulkan resiko yang tinggi bagi kesehatan. Sedangkan Operasi minor melibatkan perubahan yang kecil pada bagian tubuh, sering dilakukan untuk perbaikan deformitas dan mengandung resiko yang lebih rendah bila dibandingkan dengan prosedur mayor. Pengaruh psikologis terhadap tindakan operasi dapat berbeda-beda, namun sesungguhnya selalu timbul rasa ketakutan dan kecemasan yang umum
1 Universitas Sumatera Utara
diantaranya takut terhadap anastesi, takut terhadap nyeri akibat luka operasi, takut tentang ketidaktahuan atau takut terhadap deformitas atau ancaman lain terhadap citra tubuh yang dapat menyebabkan ketidaktenangan atau kecemasan, takut operasi gagal, dan takut kematian. Selain ketakutanketakutan diatas, pasien sering mengalami kekhawatiran lain, seperti masalah finansial, tanggung jawab terhadap keluarga, pekerjaan, atau ketakutan akan prognosa yang buruk atau probabilitas kecacatan dimasa yang akan datang (Smeltzer & Bare, 2002). Cemas berbeda dengan rasa takut, dimana cemas disebabkan oleh hal-hal yang tidak jelas termasuk didalamnya klien yang akan menjalani operasi karena mereka tidak tahu konsekuensi operasi dan takut terhadap prosedur operasi itu sendiri (Chitty, 1997 dalam Purwaningsih, 2010). Pembahasan tentang reaksi-reaksi pasien terhadap operasi sebagian besar berfokus pada persiapan operasi (Potter & Perry, 2005). Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kecemasan diantaranya faktor internal yaitu usia, pengalaman, tipe kepribadian, keadaan fisik seseorang dan maturasi (kematangan). Sedangkan faktor eksternalnya status pendidikan, pengetahuan, status ekonomi, potensi stressor, obat, keluarga, sosial budaya dan lingkungan. Faktor-faktor ini sangat mempengaruhi tingkat kecemasan pasien yang melakukan tindakan pembedahan (Adikusumo, 2003). Sebagian besar pasien yang akan menjalani operasi mengalami kecemasan karena
menganggap
tindakan
operasi
merupakan
pengalaman
yang
2 Universitas Sumatera Utara
menakutkan. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) pada tahun 2007, Amerika Serikat menganalisis data dari 35.539 klien bedah dirawat di unit perawatan intensif antara 1 Oktober 2003 sampai 30 September 2006, sebanyak 8.922 klien (25,1%) mengalami kondisi kejiwaan dan 2.473 klien (7%) mengalami kecemasan. Pada tahun 2007 401 RSU Depkes dan Pemda di Indonesia, operasi yang dilaksanakan sebanyak 642.632 klien yang dirinci menurut tingkat kelas A, B, C, dan D, data tersebut diklasifikasikan berdasarkan jenis operasi. Pada kelas A jumlah operasi mayor adalah 8.364 klien (16,2%), kelas B jumlah operasi mayor adalah 76.969 (19,8%), pada kelas C jumlah operasi mayor adalah 65.987 (34,0%), dan pada kelas D jumlah operasi mayor adalah 3.307 (41,0%) (Depkes RI, 2007). Berdasarkan penelitian yang dilakukan Haskas (2013) tentang hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pada pasien fraktur di ruang rawat inap Lontara II RSUP. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar sebanyak 40 responden didapatkan 6 (15,0%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik yang mengalami cemas ringan, 23 (57,5%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas ringan, 5 (12,5%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik mengalami cemas sedang, 2 (5,0%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas sedang, 4 (10,0%) responden memiliki dukungan emosional kurang baik mengalami cemas berat dan 0 (0%) responden memiliki dukungan emosional baik mengalami cemas berat.
3 Universitas Sumatera Utara
Dalam hal ini persiapan sebelum operasi sangat penting dilakukan untuk mendukung kesuksesan tindakan operasi. Persiapan
operasi yang dapat
dilakukan diantaranya persiapan fisiologis merupakan persiapan yang dilakukan mulai dari persiapan fisik, persiapan penunjang, pemeriksaan status anastesi sampai informed consent. Selain itu persiapan mental atau psikologis, persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat berpengaruh terhadap kondisi fisiknya. Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat. Dalam persiapan mental ini dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menjalani tindakan operasi (Smeltzer & Bare, 2002). Dukungan keluarga sebagai salah satu sumber dukungan bagi anggota keluarga yang sedang sakit. Menurut Friedmen (1998), dukungan yang diberikan keluarga untuk mengurangi kecemasan pasien itu sendiri adalah dukungan informasional, dimana keluarga memberikan nasehat, saran, dukungan jasmani maupun rohani. Dukungan emosional juga diberikan keluarga, yang meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk afeksi/sikap, adanya kepercayaan, perhatian, mendengarkan, dan didengarkan. Dukungan lainnya adalah dukungan penilaian dan dukungan instrumental. Berdasarkan data awal di Instalasi Bedah Sentral RSUD Dr. Pirngadi Medan didapatkan data klien yang melakukan operasi pada Januari 2014 sampai dengan Desember 2014 sebanyak 2.180 pasien dan yang batal operasi sebanyak 255 pasien. Penyebab pasien batal operasi yaitu takut, tekanan darah 4 Universitas Sumatera Utara
tinggi, suhu badan meningkat, trombosit rendah, dan lain-lain. Sebagian besar karena pasien takut atau cemas. Masih terdapat pasien pre operasi yang merasa cemas saat akan menghadapi operasi karena tidak mendapat dukungan dari keluarga. Untuk menurunkan tingkat kecemasan pasien tersebut keluarga harus lebih banyak memberikan dukungan salah satunya yaitu selalu berada dekat pasien, memotivasi pasien untuk memberi keyakinan bahwa operasi dapat berjalan dengan lancar (Setiadi, 2008). Oleh karena itu, dukungan keluarga sangat dibutuhkan oleh pasien yang akan menghadapi operasi. Apabila dukungan keluarga tidak ada, maka akan meyebabkan dampak psikologis terhadap pasien tersebut. Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan. 2. Rumusan Masalah Dari berbagai uraian latar belakang tersebut maka akan timbul masalah sebagai berikut : “Bagaimana hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD Dr. Pirngadi Medan”. 3. Pertanyaan Penelitian Apakah ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi di RSUD dr. Pirngadi Medan?
5 Universitas Sumatera Utara
4. Tujuan Penelitian 4.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi 4.2 Tujuan Khusus 4.2.1 Mengidentifikasi dukungan keluarga pada pasien pre operasi. 4.2.1.1 Dukungan Informasional 4.2.1.2 Dukungan Penilaian 4.2.1.3 Dukungan Instrumental 4.2.1.4 Dukungan Emosional 4.2.2 Mengidentifikasi tingkat kecemasan pasien pre operasi. 4.2.3 Mengidentifikasi hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kecemasan pasien pre operasi. 5. Manfaat Penelitian 5.1 Pendidikan Keperawatan Sebagai bahan masukan yang bermanfaat untuk pengembangan ilmu keperawatan terhadap pasien pre operasi sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan. 5.2 Pelayanan Keperawatan Mengoptimalkan fungsi perawat dalam penatalaksanaan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami kecemasan, tanpa mengabaikan
aspek-aspek
psikologis,
sehingga
profesionalisme
6 Universitas Sumatera Utara
perawat dalam bekerja dapat ditingkatkan dan operasi berjalan dengan lancar. 5.3 Penelitian keperawatan Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi atau bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya yang sifatnya lebih besar dan bermanfaat bagi kemajuan keperawatan khususnya di Indonesia.
7 Universitas Sumatera Utara