BAB 1 PENDAHULUAN Pada BAB I ini, peneliti memaparkan tentang alasan penelitian yang meliputi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan definisi operasional. Adapun penjelasannya sebagai berikut. A. Latar Belakang Masalah Pada prinsipnya pembelajaran yang ideal merupakan pembelajaran yang mengacu dan didasarkan pada penguasaan atau pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan. Agar peserta didik dapat menguasai atau mencapai kompetensi yang telah ditetapkan, maka guru perlu memahami secara tepat perangkat kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik. Penguasaan atau pencapaian kompetensi dapat diindikasikan sebagai
penguasaan
pengetahuan,
penguasaan
keterampilan
dan
kecenderungan kepribadian tertentu. Istilah pembelajaran juga berhubungan erat dengan pengertian belajar dan mengajar. Belajar, mengajar dan pembelajaran terjadi secara bersamaan. Sementara itu, pembelajaran menurut (Isriani, 2012:10) adalah suatu usaha yang sengaja melibatkan dan menggunakan pengetahuan profesional yang dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Jadi pembelajaran adalah suatu aktifitas yang dengan sengaja untuk memodifikasi kondisi yang diarahkan untuk tercapainya suatu tujuan. Dalam pelaksanaan pembelajaran yang ideal, guru perlu berpegang pada rencana pembelajaran yang telah disusun sebelumnya. Rencana pembelajaran menjadi panduan yang harus digunakan dalam pembelajaran, karena di dalam 1
2
rencana pembelajaran tersebut telah ditetapkan tujuan pembelajaran, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Pembelajaran tematik merupakan pembelajaran yang bertumpu pada tema-tema nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami oleh peserta didik (Sutirjo, 2005 : 1). Dalam pembelajaran tematik ini, dalam satu tema kita dapat menggunakan lebih dari satu kompetensi dasar atau mata pelajaran. Jadi selain lebih efisien waktu, pembelajaran tematik ini juga diharapkan dapat menarik minat peserta didik dalam belajar matematika. Karena dalam pembelajaran tematik ini disesuaikan atau dikaitkan dengan tema-tema nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Pembelajaran dengan tematik membawa implikasi bagi guru, peserta didik, sarana prasarana, sumber belajar, media, pengaturan ruang kelas, dan pemilihan metode pembelajaran. Model pembelajaran tematik kelas awal SD (Trianto, 2007 : 8-9) menjelaskan bahwa implikasi bagi guru yaitu adanya tuntutan bahwa guru harus kreatif baik dalam menyiapkan kegiatan atau pengalaman belajar bagi anak, juga dalam memilih kompetensi dari berbagai mata pelajaran dan mengaturnya agar pembelajaran menjadi lebih bermakna, menarik, menyenangkan, dan utuh. Implikasi terhadap sarana prasarana, sumber belajar dan media adalah adanya kebutuhan terhadap berbagai sarana dan
prasarana
belajar,
pemanfaatan
berbagai
sumber
belajar
dan
mengoptimalkan penggunaan media pembelajaran yang bervariasi. Hasil observasi dan wawancara yang dilakukan dengan guru kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang pada tanggal 15 Juli 2013, diketahui bahwa pembelajaran masih bersifat konvensional yaitu guru hanya menyampaikan
3
materi, melakukan tanya jawab, kemudian hanya memberi tugas khususnya pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Sehingga peserta didik cenderung hanya duduk, diam, mendengarkan, kurang aktif, kurang memiliki perhatian terhadap materi yang disampaikan oleh guru, dan suasana pembelajaran kurang menyenangkan, sehingga sangat berdampak pada aktivitas dan hasil belajar yang diperoleh peserta didik. Akan tetapi, guru kelas sebelumnya sudah pernah melakukan pembelajaran dengan metode lain, hanya saja guru masih belum percaya diri, dan cenderung masih bingung untuk menerapkan kepada peserta didik. Ketidak berhasilan peserta didik dalam mencapai ketuntasan pada pembelajaran inilah yang disebabkan oleh kemampuan peserta didik yang masih kurang dalam memahami apa yang dipelajari dan disampaikan oleh guru. Selain itu, media yang tidak mendukung dan metode pembelajaran yang masih bersifat konvensional juga merupakan faktor penyebab ketidak berhasilan peserta didik dalam mencapai ketuntasan dalam pembelajaran. Sehingga faktor-faktor tersebut memerlukan penelitian khusus yaitu pada aktivitas, hasil belajar, guru dan juga peserta didik yang diharapkan untuk nilai peserta didik bisa mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Hasil observasi dari 24 peserta didik masih ada 15 peserta didik yang mendapatkan nilai di bawah KKM. Cara untuk mengatasi permasalahan tersebut, peneliti harus melakukan penelitian tindakan kelas (PTK) untuk mengetahui kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran, dan memperbaiki
4
pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas peserta didik kurang aktif disebabkan karena metode pembelajaran yang cenderung kurang menarik yang masih bersifat konvensional yaitu guru hanya menyampaikan materi, melakukan Tanya jawab, dan memberikan tugas, sehingga peserta didik kurang antusias dan berminat dalam pembelajaran khususnya pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia. Peserta didik menganggap bahwa pembelajaran tematik pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia membosankan, sulit untuk dipahami, sehingga aktivitas dan hasil belajar peserta didik menurun. Oleh karena itu guru dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam menggunakan metode pembelajaran yang didukung oleh media atau alat peraga yang tepat penggunaannya sehingga diharapkan peserta didik lebih aktif, antusias dalam belajar, dan mengalami peningkatan hasil belajar. Fakta yang ada ternyata pembelajaran di SDN Mojolangu 02 Malang, dikatakan masih jauh dari pembelajaran yang ideal. Dikatakan pembelajaran ideal dimana pembelajaran yang mengacu dan didasarkan pada penguasaan atau pencapaian Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang telah ditetapkan. Hal ini dapat dilihat dari peran seorang guru yang belum sesuai dengan tugasnya, dan minat belajar peserta didik yang sangat rendah. Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia, interaksi antara guru dengan peserta didik, peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lainnya juga masih sangat pasif. Hal ini dikarenakan guru masih belum menggunakan metode dan
5
media pembelajaran yang sesuai. Sehingga sangat berpengaruh pada kemampuan peserta didik, keaktifan di dalam kelas, dan hasil belajar yang diperoleh. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah tersebut dibutuhkan metode pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam memahami suatu konsep materi pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia yang menyenangkan karena mengandung unsur permainan. Hal tersebut dapat diperoleh melalui pembelajaran tematik pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia dengan menggunakan Metode Make a Match. Dalam Metode Make a Match terdapat unsur permainan yang menyenangkan dan disukai oleh peserta didik, dimana penggunaan pembelajaran tematik dalam mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia dengan menggunakan Metode Make a Match ini, peserta didik dapat terlibat langsung dalam pembelajaran dengan mencari pasangan kartu yang merupakan soal atau jawaban. Suasana pembelajaran dengan menggunakan metode ini akan riuh dan menyenangkan, selain itu kelebihan dari penggunaan Metode Make a Match (mencari pasangan) ini adalah peserta didik mencari pasangan kartu yang dipegang sambil belajar mengenal suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini dikembangkan oleh Lorna Curran, salah satu keunggulan Metode Make a Match adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Metode ini dapat membangkitkan
semangat
dan
motivasi
peserta
didik
dengan
mengikutsertakan seluruh peserta didik untuk lebih aktif dalam proses pembelajaran (Sugiyanto dalam Miftahul Huda, 2008 : 135). Penelitian ini berkaitan dengan penelitian yang sebelumnya pernah dilakukan oleh Nana Rahmawati dengan judul “Peningkatan Aktivitas dan
6
Prestasi Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Make A Match Pada Siswa Kelas II SD Negeri Campurejo 2 Kota Kediri”, dan penelitian yang sebelumnya juga pernah dilakukan oleh Maika Hadi Sukmana dengan judul “Penerapan Metode Make A Match untuk Meningkatkan Hasil Belajar Melalui Aktivitas Bermain Kartu dalam Tema Peristiwa Pembelajaran Tematik Pada Kelas 2 SDN Klepek Kabupaten Kediri”. Terdapat perbedaan antara kedua penelitian yang terdahulu dengan penelitian yang sekarang, perbedaannya adalah kedua penelitian terdahulu dilakukan pada mata pelajaran matematika materi bangun datar, dan
bertemakan
peristiwa sedangkan pada penelitian sekarang dilakukan pada mata pelajaran Matematika dan Bahasa Indonesia bertemakan Diri Sendiri tentang materi ajar jenis-jenis bangun ruang sederhana dan membaca teks dengan intonasi dan lafal yang tepat. Namun juga terdapat persamaan, yaitu sama-sama bertujuan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan Metode Make a Match. Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang dalam satu tema dapat menggunakan lebih dari satu kompetensi dasar atau mata pelajaran. Jadi selain lebih efisien waktu, pembelajaran tematik ini juga diharapkan dapat menarik minat peserta didik dalam belajar. Karena dalam pembelajaran tematik ini disesuaikan atau dikaitkan dengan tema-tema nyata dalam kehidupan sehari-hari peserta didik. Namun, pembelajaran yang bersifat konvensional yang masih dijalankan di SDN Mojolangu 02 Malang mengakibatkan hasil ulangan harian peserta didik kelas 1 menunjukkan bahwa hanya ada 27% dari jumlah peserta didik 24 anak yang mencapai ketuntasan belajar, dan ada 73% dari jumlah peserta didik 24 anak yang
7
belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditentukan oleh SDN Mojolangu 02 Malang yaitu 70. Nilai rata-rata yang dicapai peserta didik diharapkan mencapai 75%. Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian tentang pembelajaran tematik dengan penggunaan Metode Make a Match pada peserta didik kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang untuk meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika dan Bahasa Indonesia perlu dilaksanakan. Oleh karena itu, penelitian
tentang
“Penggunaan
Metode
Make
A
Match
Untuk
Meningkatkan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Dan Bahasa Indonesia Pada Pembelajaran Tematik Tema Diri Sendiri Kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang” dilakukan untuk mengatasi berbagai masalah pembelajaran yang berlangsung. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Bagaimana penggunaan metode Make a Match pada pembelajaran tematik tema ‘Diri Sendiri’ untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang?
2.
Bagaimana peningkatan aktivitas belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik pada pembelajaran tematik tema ‘Diri Sendiri’ dengan menggunakan metode Make a Match di kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang?
3.
Bagaimana peningkatan hasil belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik pada pembelajaran tematik tema ‘Diri Sendiri’ dengan menggunakan metode Make a Match di kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang?
8
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah untuk mendeskripsikan : 1.
Penggunaan metode Make a Match pada pembelajaran tematik tema diri sendiri untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang.
2.
Peningkatan aktivitas belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik pada pembelajaran tematik tema diri sendiri dengan menggunakan metode Make a Match di kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang.
3.
Peningkatan hasil belajar Matematika dan Bahasa Indonesia peserta didik pada pembelajaran tematik tema diri sendiri dengan menggunakan metode Make a Match di kelas 1 SDN Mojolangu 02 Malang.
D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi : 1. Sekolah a. Nilai rata-rata kelas terhadap mata pelajaran matematika diharapkan menjadi lebih baik dengan adanya metode pembelajaran yang baru. b. Diharapkan dengan adanya metode yang baru dapat menunjang kegiatan belajar mengajar di dalam kelas khususnya pada mata pelajaran matematika. 2. Guru a. Mendorong kreatifitas guru untuk melakukan inovasi terhadap metode pembelajaran yang lebih variatif. b. Kedekatan guru terhadap peserta didik menjadi lebih intensif dengan adanya sistem pembelajaran yang lebih bervariasi.
9
c. Guru menjadi lebih memahami kemampuan peserta didik dalam pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran matematika. 3. Peserta didik a. Hasil belajar peserta didik meningkat khususnya dalam pembelajaran tematik pada mata pelajaran matematika. b. Aktifitas peserta didik menjadi lebih intensif dengan adanya metode pembelajaran yang baru. c. Menunjang ketertarikan peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. d. Mengetahui daya serap peserta didik dalam pembelajaran tematik khususnya pada mata pelajaran matematika. e. Meningkatkan kualitas peserta didik terhadap mata pelajaran matematika. E. Definisi Operasional Untuk menghindari pemaknaan yang kurang sesuai terhadap istilahistilah dalam penelitian, maka perlu didefinisikan beberapa istilah sebagai berikut : 1.
Matematika adalah ilmu tentang logika mengenai bentuk susunan, besaran, dan konsep-konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya yang terbagi dalam tiga bidang yaitu aljabar, analisis, dan geometri.
2.
Aktivitas belajar adalah keaktifan dari suatu kegiatan. Jadi aktivitas diartikan sebagai segala kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik baik di luar maupun di dalam sekolah tentang persoalan terhadap segala sesuatu selama proses belajar mengajar khususnya menanyakan sesuatu
10
kepada guru. Aktivitas dalam penelitian ini meliputi visual activities dengan indikator membaca dan memperhatikan gambar demonstrasi, oral activities dengan indikator bertanya dan berdiskusi, writing activities dengan indikator laporan dan menyalin, mental activities dengan indikator menanggapi dan mengingat. 3.
Hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai oleh siswa dalam mengikuti program belajar mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
4.
Metode Make a Match (membuat pasangan) adalah salah satu jenis dari metode dalam pembelajaran kooperatif. Salah satu keunggulan teknik ini adalah peserta didik mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik, dalam suasana yang menyenangkan.
5.
Pembelajaran tematik adalah pembelajaran yang menggunakan tema dalam mengaitkan beberapa mata pelajaran sehingga dapat memberikan pengalaman bermakna kepada peserta didik. Tema adalah pokok pikiran atau gagasan pokok yang menjadi pokok pembicaraan. Pembelajaran tematik sebagai suatu sistem, bisa menjadi pendekatan (pendekatan tematik terkenal dengan asumsi Gestalt) dan model pembelajaran.