1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Malaria merupakan salah satu penyakit tropik yang disebabkan oleh infeksi parasit yaitu Plasmodium yang menyerang eritrosit.Malaria dapat berlangsung akut maupun kronik.Malaria merupakan salah satu penyakit infeksi di daerah tropis yang disebabkan nyamuk anopheles pembawa plasmodium yang menyerang erotrosit dan ditandai dengan ditemukannya bentuk aseksual di dalam darah.Malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi maupun dengan komplikasi yang biasa disebut dengan malaria berat (Harijanto, 2009). WHO dalam Arista (2011) mencatat setiap tahunnya tidak kurang dari 1 hingga 2 juta penduduk meninggal karena penyakit yang disebarluaskan nyamuk Anopheles. Berdasarkan The World Malaria Report 2012 dalam Santy (2014) tercatat 219 juta kasus malaria dengan 660.000 kematian di dunia yang terjadi pada tahun 2010 dan Indonesia merupakan salah satu dari 104 negara yang termasuk negara endemis malaria. Menurut penelitian Nina (2013) transmisi malaria berlangsung di lebih dari 100 negara di benua Afrika, Asia, Oceania, Amerika latin, kepulauan Karabia dan Turki. Kira-kira 1,6 juta penduduk daerah tersebut berada dalam resiko terkena malaria. Setiap tahun 100 juta kasus dan kejadian meninggal satu juta di daerah sahara Afrika.
1
2
Penelitian Santy (2014) upaya penanggulangan malaria di Indonesia sejak tahun 2007 dapat dipantau denganmenggunakan indikator Annual Parasite Incidence (API). Menurut Riskesdas (2013), prevalensi penyakit malaria di Indonesia sebesar 1,4 per seribu penduduk, sedangkan insidennya sebesar 0,3 per seribu penduduk. Direktur Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, pada tahun 2013 kasus positif malaria di Indonesia sebesar 343.527 kasus. Kasus malaria tertinggi adalah di Indonesia bagian timur, seperti Papua, Papua Barat, Maluku dan Nusa Tenggara Timur dengan API sebesar lebih dari 20 per seribu penduduk. Data yang dipunyai Dinas Kesehatan Provinsi Kalimatan Selatan, pada 2010 lalu terdapat 1.461 warga di Kotabaru terjangkit penyakit malaria, di Tabalong jumlahnya mencapai 578 warga dan yang meninggal empat orang dan ada enam daerah lainnya yang berpotensi menjadi daerah endemis malaria di Kalimantan Selatan dalam penelitian Nina (2013). Menurut penelitian Mareza (2012) di Propinsi Sumatera Barat angka malaria masih cukup tinggi, walaupun sarana kesehatan yang ada sudah meningkat. Angka Klinis Malaria di Sumatera Barat menunjukkan fluktuasi dari tahun ke tahun. Puncak kejadian malaria selama 10 tahun terakhir ini adalah pada tahun 2009 terdapat 1.357 sediaan positif malaria dari 7.207 malaria klinis yang diambil sediaan darahnya sebanyak 4.067 buah Sumatera Utara merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan wilayah endemis malaria. Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara (2013) sebanyak 8.311orang yang positif malaria di Mandailing Natal, sebanyak 3.540 di Batubara, sebanyak 1.264 di Nias Selatan, sebanyak 881 di Labuhan Batu Utara dan
3
sebanyak 258 di Langkat. Angka kejadian positif malaria di Mandailing Natal pada tahun 2014 sebanyak 4622 kasus dan kejadian tertinggi berada di Kecamatan Penyabungan dengan jumlah sebanyak 1803 kasus, kemudian di Kecamatan Siabu sebanyak 589 kasus, di Kecamatan Lingga Bayu sebanyak 366 kasus, di Kecamatan Sinunukan sebanyak 340 kasus, dan di Kecamatan Muara Batang Gadis sebanyak 284 kasus (Profil malaria kabupaten Mandailing Natal, 2014). Berdasarkan survei awal yang peneliti lakukan di bulan Februari 2015, ditemukan sebanyak 80 kasus malaria di Kecamatan Bukit Malintang. Ini termasuk 10 besar kejadian malaria di Kabupaten Mandailing Natal. Di Kecamatan Bukit Malintang khususnya di Desa Sidojadi masih ditemukannya jentik nyamuk anopheles yang dilakukan oleh petugas penanggulangan malaria Kabupaten Mandailing Natal. Hal ini dikarenakan timbulnya genangan air pada musim hujan, adanya rawa-rawa di desa tersebut, dan banyaknya masyarakat yang memiliki kandang ternak disekitar rumahnya. Penyebaran penyakit malaria ditentukan oleh tiga faktor yang dikenal sebagai host, agen, dan environment. Penyebaran malaria terjadi apabila ketiga komponen tersebut di atas saling mendukung (Irianto, 2013). Intensitas penularan malaria dipengaruhi oleh factor-faktor yang terkait dengan parasit plasmodium, nyamuk Anopheles yang menjadi vector penularannya. Manusia yang menjadi induk semang/hospesnya, dan lingkungan hidup yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut (Soedarto, 2011).
4
Berdasarkan hasil pemantauan jentik, beberapa tempat perindukan nyamuk ditemukan di persawahan, genangan air dipinggir jalan, rawa-rawa (genangan air disekitar perkebunan), dan juga genangan air di pinggir pantai. Perbedaan tempat perindukan tersebut bisa saja menyebabkan berbedanya spesies nyamuk. Semakin banyak tempat perindukan mengindikasikan semakin banyaknya juga spesies nyamuk di Kabupaten Mandailing Natal (Profil Malaria Kabupaten Mandailing Natal, 2013). Di Indonesia, malaria masih tersebar diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat menyebar ke daerah dengan ketinggian 1.800 meter diatas permukaan laut, sehingga malaria di Indonesia masih ditemukan sepanjang tahun (Harijanto, 2010). Intensitas penularan malaria dipengaruhi oleh faktor-faktor yang terkait dengan parasit plasmodium, nyamuk Anopheles yang menjadi vektor penularannya. Manusia yang menjadi induk semang/hospesnya, dan lingkungan hidup yang mempengaruhi faktor-faktor tersebut (Soedarto, 2011), Dalam penelitian Suhardiono (2005), program pemberantasan malaria dapat didefenisikan sebagai usaha terorganisasi untuk berbagai upaya untuk menurunkan penyakit dan kematian yang diakibatkan oleh malaria, sehingga tidak menjadi masalah kesehatan utama. Antara tahun 1959 dan 1968 di Indonesia, sesuai kebijakan WHO yang diputuskan dalam Word Health Assembly (WHA) 1955, melaksanakan program pemberantasan malaria di Jawa-Bali. Program pemberantasan ini pada mulanya sangat berhasil, namun kemudian mengalami berbagai hambatan, baik yang bersifat administratif maupun teknis, sehingga pada tahun 1969 ditinjau kembali oleh
5
WHA. Meskipun pemberantasan tetap menjadi tujuan akhir, cara-cara yang ditempuh disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan masing-masing negara dan wilayah. Menurut Ningsi (2006) pemerintah telah berupaya mengatasi malaria baik secara preventif (pencegahan) maupun kuratif (pengobatan) untuk menurunkan angka morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh malaria. Adapun pola penanganan malaria yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan Sumatera Utara antara lain: peningkatan kerjasama lintas program dan sektoral, penambahan jumlah peralatan (spray can), penerapan metode pengobatan malaria baru, peningkatan frekuensi penyuluhan kesehatan masyarakat, menyampaikan informasi kepada sarana-sarana kesehatan tentang perlunya pencatatan/pengiriman pelaporan kasus ke dinkes setempat dalam upaya pencegahan dan penanggulangan lebih awal dan peningkatan peran serta masyarakat serta perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan (profil kesehatan provinsi Sumatera Utara, 2013). Upaya-upaya yang telah dilaksanakan oleh Kantor Pusat Penanggulangan Malaria sepertinya belum terlalu besar pengaruhnya dalam upaya penanggulangan malaria, hal tersebut tentunya disebabkan masih terbatasnya kegiatan seperti pengadaan kelambu yang sangat terbatas, penyemprotan yang masih mencakup sedikit desa/kelurahan (Profil Malaria Kabupaten Mandailing Natal, 2013). Dalam penelitian Arsin (2012), upaya untuk menekan angka kesakitan dan kematian dilakukan melalui program pemberantasan malaria yang kegiatannya antara lain meliputi diagnosis dini, pengobatan cepat dan tepat, surveilans dan pengendalian vektor yang kesemuanya ditujukan untuk memutus mata rantai penularan malaria.
6
Indikator keberhasilan Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2010-2014 adalah menurunkan angka kesakitan malaria dan kematian penyakit malaria, pada tahun 2015 menjadi 1 per 1.000 penduduk dari baseline tahun 1990 sebesar 4,7 per 1.000 penduduk. Menurut Jacob, dkk (2012), tingkat pengetahuan tentang pencegahan, cara penularan serta upaya pengobatan penyakit malaria sangat berpengaruh terhadap perilaku masyarakat, yang selanjutnya akan berpengaruh terhadap terjadinya penyakit malaria. Santy (2014) berpendapat tingkat pengetahuan masyarakat mengenai penyebab penyakit malaria masih rendah; oleh sebab itu, maka perlu upaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang penyebab penyakit malaria.Jika mengetahui penyebab suatu penyakit diharapkan masyarakat dapat melakukan pencegahan penyakit tersebut dengan tepat pula. Menurut Jacob, dkk (2012) bahwa pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria berpengaruh terhadap partisipasi masyarakat dalam program pencegahan penyakit malaria. Keberhasilan pengembangan partisipasi masyarakat dalam pelaksanaan program pencegahan malaria terkait dengan ketersediaan tenaga kesehatan dan fasilitas yang digunakan dalam program pencegahan penyakit malaria, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan dan penyemprotan rumah. Penyuluhan pada dasarnya merupakan proses komunikasi dan proses perubahan perilaku melalui pendidikan. Agar kegiatan penyuluhan dapat mencapai hasil yang maksimal, maka metode dan media penyuluhan perlu mendapat perhatian
7
yang besar dan harus disesuaikan dengan sasaran. Penggunaan kombinasi berbagai media akan sangat membantu dalam proses penyuluhan kesehatan. Menurut Dale dalam Notoatmodjo (2003), semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh. Penggunaan alat peraga dalam melakukan penyuluhan akan membantu penyampaian pesan kepada seseorang/masyarakat secara lebih jelas dan dapat diterima dengan jelas. Beberapa bentuk metode pendidikan kesehatan antara lain metode ceramah dan metode simulasi. Metode ceramah merupakan penerangan dan penuturan secara lisan. Pada metode ini penyuluh lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Hikmawati, 2011). Sedangkan metode simulasi dapat digunakan untuk menyampaikan materi pendidikan kesehatan dalam bentuk demonstrasi, permainan curah pendapat dan dramatisasi serta menonton video. Metode ini bertujuan untuk melatih dan memahami konsep atau prinsip dari pendidikan yang disampaikan sehingga dapat memecahkan masalah yang berhubungan dengan kesehatan (Syaifuddin, 2002). Keberhasilan suatu penyuluhan dapat dilihat dari adanya peningkatan pengetahuan dan sikap yang mendukung terjadinya perubahan perilaku tersebut. Mayasari, dkk(2012) menyatakan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan dengan perubahan pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap pencegahan malaria. Ada pengaruh yang signifikan antara penyuluhan yang
8
dilakukan dengan metode ceramah dengan perubahan pengetahuan dan sikap responden. Menurut hasil penelitiam Zulkifli, dkk (2013) menyimpulkan bahwa penyuluhan dengan metode simuasi permainan lebih efektif dibanding metode braistorming dalam meningkatkan sikap Pusat Informasi dan Konsultasi Remaja (PIK-R) SMA tentang kesehatan reproduksi remaja di Kota Makasar. Namun efektivitas penyuluhan dengan metode ceramah dibandingkan dengan menggunakan metode simulation game dalam meningkatkan pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria belum diketahui. Berdasarkan data diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektifitas penyuluhan metode ceramah dan simulation game terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015. 1.2 Permasalahan Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas penyuluhan dengan metode ceramah dan simulation game terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015.
1.3 Tujuan Penelitian Untuk mengetahui efektifitas penyuluhan metode ceramah dan simulation game terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal tahun 2015.
9
1.4 Hipotesis Ada perbedaan keefektifan penyuluhan dengan metode ceramah dan simulation game terhadap pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit malaria di Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal.
1.5 Manfaat Penelitian 1. Sebagai bahan masukan bagi petugas kesehatan baik di puskesmas maupun di rumah sakit untuk pemberantasan malaria. 2. Menambah pengetahuan penulis tentang penyakit malaria. 3. Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin meneliti tentang malaria. 4. Sebagai sarana penambah pengetahuan bagi masyarakat Desa Sidojadi Kecamatan Bukit Malintang Kabupaten Mandailing Natal.