BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Mycobacterium tuberculosis. Pada umumnya Tuberkulosis terjadi pada paru, tetapi dapat pula menyerang organ lain pada sepertiga kasus. Penyakit ini merupakan salah satu penyakit yang menjadi penyebab utama kematian di dunia. Berdasarkan data Global Tuberculosis Report, pada tahun 2014 sebanyak 6 juta kasus baru TB telah dilaporkan dengan jumlah 1,5 juta kasus kematian. Diperkirakan kurang dari 63% dari 9,6 juta penduduk di dunia merupakan penderita TB, hal ini menandakan bahwa sekitar 37% kasus baru masih belum terdiagnosa (WHO, 2015). Di Indonesia, Tuberkulosis merupakan masalah utama kesehatan masyarakat dan merupakan negara dengan penderita ke-2 terbanyak di dunia setelah India. Berdasarkan data Global Tuberculosis Report, angka insiden TB di Indonesia tahun 2014 yaitu 399 per 100.000 penduduk (WHO, 2015). Hal tersebut menujukkan adanya peningkatan angka insiden TB pada tahun 2013 yaitu 183 per 100.000 penduduk (WHO, 2014). Selain itu angka kematian yang disebabkan oleh penyakit TB menunjukkan adanya peningkatan setiap tahunnya. Berdasarkan WHO, angka kematian TB yaitu mencapai 25 per 100.000 penduduk pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 41 per 100.000 penduduk pada tahun 2014. Upaya penemuan dan penatalaksanaan kasus TB lebih dini merupakan hal yang perlu dilakukan untuk mencegah penularan TB yang semakin luas. Namun saat ini telah muncul permasalahan dalam upaya penemuan dan penatalaksanaan
1
2
kasus TB salah satunya yaitu adanya trend peningkatan kasus TB pada pasien DM. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Pealing et al tahun 2015 dengan rancangan penelitian kohort diketahui bahwa insiden kasus TB pada penderita DM yaitu 16,2 per 100.000 penduduk per tahun (Pealing et al, 2015). Selain itu berdasarkan studi di Taiwan disebutkan bahwa DM merupakan komorbid dasar tersering pada pasien TB yang telah dikonfirmasi dengan kultur dengan persentase kasus sekitar 21,5% pasien (Dooley, 2009). Sedangkan di Indonesia berdasarkan penelitian terbaru yang dilakukan oleh Wijayanto et al pada tahun 2015, diperoleh hasil bahwa sebanyak 28,2% pasien DM terdiagnosis TB (Wijayanto, et al, 2015). Hal ini menunjukkan timbulnya permasalahan baru dalam penatalaksanaan program penanggulangan TB di dunia khususnya di Indonesia. Penyakit DM merupakan salah satu faktor risiko terjadinya TB. Telah banyak penelitian yang menyatakan adanya hubungan antara penyakit DM yang meningkatkan risiko TB. Dalam suatu penelitian menggunakan rancangan penelitian kohort, diketahui bahwa penyakit DM mempunyai risiko 3,11 kali untuk terkena TB (Jeon, 2008). Selaras dengan penelitian yang diakukan oleh Alavi, et al tahun 2012 menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara DM dan TB dengan odds ratio (OR=2,95). Kegagalan sistem imun diduga merupakan penyebab kerentanan pasien DM untuk terinfeksi TB (Cahyadi et al, 2011) Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah Case Notification Rate (CNR), yaitu angka yang menunjukkan jumlah seluruh pasien TB yang ditemukan dan tercatat diantara 100.000 penduduk di suatu wilayah tertentu (Kemenkes RI, 2015a). CNR digunakan untuk menggambarkan kecenderungan penemuan kasus dari tahun ke tahun di suatu wilayah. Secara global, angka
3
penemuan kasus TB saat ini masih dikatakan sangat rendah. Berdasarkan data WHO tahun 2011, angka penemuan kasus TB pada populasi umum hanya mencapai 78 per 100.000 penduduk (WHO, 2011). Namun berdasarkan penelitian skrining TB pada populasi DM yang dilakukan di China pada tahun 2012, angka CNR pada 3 kuarter skrining diperoleh hasil bahwa CNR TB pada populasi DM berturut-turut mencapai 391, 352 dan 774 per 100.000 penduduk (Lin et al, 2012). Hal tersebut menunjukkan angka penemuan kasus TB pada populasi DM lebih tinggi dibandingkan angka penemuan kasus TB pada populasi umum. Di Provinsi Bali berdasarkan data Dinas Kesehatan Provinsi Bali tahun 2014, CNR kasus TB pada populasi umum telah mengalami peningkatan selama 3 tahun berturut-turut, namun CNR TB pada tahun 2013 dan 2014 diketahui belum mengalami peningkatan secara signifikan dengan target peningkatan 5% tiap tahunnya (Dinas Kesehatan Provinsi Bali, 2015). Oleh karena itu sangat diperlukan adanya penapisan TB pada pasien DM sebagai pintu masuk dalam upaya penemuan kasus TB lebih terpadu. Selain itu belum adanya data yang menyatakan angka CNR TB pada populasi DM di Provinsi Bali. Skrining TB pada populasi DM merupakan salah satu upaya untuk mengintensifikasi penemuan kasus TB sehingga dapat meningkatkan angka CNR TB. Penemuan kasus TB pada populasi DM dapat dilakukan dengan menerapkan skrining yang didasarkan pada beberapa pemeriksaan. Berdasarkan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis (2014), skrining TB dilakukan melalui skrining gejala klinis TB, skrining rontgen paru dan pemeriksaan dahak mikroskopis sebagai pemeriksaan utama diagnosis TB (Kemenkes RI, 2014). Namun menurut Fisher-Hoch et al (2008), pemeriksaan rontgen dan gejala klinis
4
TB mampu meningkatkan angka penemuan kasus TB aktif sebesar 2,5 kali dibandingkan dengan melakukan pemeriksaan berdasarkan gejala klinis saja. Hal ini disebabkan melalui adanya kelainan pada hasil pemeriksaan rontgen dapat meningkatkan sensitivitas dalam penemuan Mycobacterium tuberculosis. Melalui penerapan skrining TB dengan melakukan beberapa pemeriksaan merupakan dasar yang digunakan dalam penetapan dan diagnosis kasus TB. Oleh karena itu untuk dapat menggambarkan degradasi berat ringannya penyakit TB maka diagnosis TB dispesifikasikan ke dalam beberapa klasifikasi diagnosis yang dikenal dengan Spektrum klinis TB. Berdasarkan literatur menyebutkan spektrum klinis TB dibedakan menjadi beberapa klasifikasi TB yaitu Non TB, TB BTA (+), TB BTA (-), TB Klinis, dan pasien pernah TB (CDC, 2012). Sehingga untuk memudahkan dalam penatalaksanaan dan pengobatan yang tepat pada pasien, maka penting untuk mengklasifikasikan spektrum klinis TB untuk mengurangi angka mobiditas dan mortalitas TB. Saat ini Provinsi Bali khususnya Kota Denpasar bersama dengan Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana telah mulai melaksanakan konsensus pengelolaan TB-DM. Program ini merupakan salah satu pilot project program penemuan dan penatalaksanaan kasus TB yang difasilitasi oleh Kemenkes RI mulai Januari tahun 2016. Melihat angka CNR TB di Provinsi Bali yang belum mencapai target maka salah satu upaya yang dilakukan yaitu melakukan skrining TB pada populasi DM. Disisi lain tingginya kasus TB pada pasien DM pada beberapa penelitian menunjukkan tingginya potensi pasien DM untuk terjangkit TB. Berdasarkan data STP Dinas Kesehatan Kota Denpasar periode Januari hingga Agustus Tahun 2015, tercatat total kunjungan penderita DM di Puskesmas Kota
5
Denpasar mencapai angka 2496 pasien DM, sedangkan di rumah sakit mencapai 1896 pasien DM (Data STP Dinkes Kota Denpasar, 2015). Angka tersebut menujukkan masih tingginya angka kejadian pasien DM yang tercatat di Kota Denpasar yang memiliki kemungkinan untuk menderita TB. Deteksi awal dapat meningkatkan penemuan dan penatalaksanaan terhadap kedua penyakit ini. Maka dari itu, sangat penting untuk melihat gambaran pelaksanaan program skrining menggunakan pemeriksaan gejala dan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar, sehingga diharapkan melalui pelaksanaan program skrining dapat meningkatkan angka CNR TB pada pasien DM yang kemungkinan menderita TB. 1.2
Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diketahui bahwa pada saat ini selain
adanya peningkatan kasus TB pada populasi umum, saat ini juga diketahui mulai adanya peningkatan tren kasus TB pada pasien yang menderita DM. Penemuan kasus TB pada populasi DM diketahui lebih besar dibandingkan angka penemuan kasus TB pada populasi umum. Beberapa penelitian telah membuktikan bahwa DM merupakan salah satu faktor risiko TB. Di Provinsi Bali pada tahun 2014, angka CNR TB pada populasi umum masih belum mencapai target peningkatan 5% dari tahun 2013. Dalam upaya meningkatkan CNR TB sangat penting untuk melakukan skrining TB pada populasi DM sebagai pintu penemuan kasus TB. Selain itu sebagai upaya dalam mendukung pelaksanaan program kolaborasi TB-DM di Kota Denpasar maka sangat penting untuk melakukan peningkatan notifikasi kasus TB dengan skrining pada pasien DM dalam upaya penatalaksanaan kasus TB lebih awal. Oleh karena itu adapun rumusan masalah yang dapat diangkat yaitu
6
“Bagaimana gambaran hasil skrining TB dengan menggunakan gejala dan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar?” 1.3
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran karakteristik pasien DM yang melakukan skrining TB di Kota Denpasar? 2. Bagaimana gambaran spektrum klinis TB berdasarkan karakteristik pasien DM di Kota Denpasar? 3. Bagaimana gambaran spektrum klinis TB berdasarkan gejala klinis TB pada pasien DM di Kota Denpasar? 4. Bagaimana gambaran spektrum klinis TB berdasarkan pemeriksaan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar? 1.4
Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan program skrining TB menggunakan pemeriksaan gejala klinis TB dan pemeriksaan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien DM yang melakukan skrining TB di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui gambaran spektrum klinis TB berdasarkan karakteristik pasien DM di Kota Denpasar. 3. Untuk mengetahui gambaran spektrum klinis TB berdasarkan pemeriksaan gejala klinis TB pada pasien DM di Kota Denpasar. 4. Untuk mengetahui gambaran spektrum klinis TB berdasarkan pemeriksaan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar.
7
1.5
Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Teoritis Penelitian ini dapat menambah informasi di bidang kesehatan terkait penemuan kasus TB dengan melakukan skrining menggunakan gejala dan rontgen pada pasien DM. Selain itu, penelitian ini dapat digunakan untuk meningkatkan penatalaksanaan kasus TB pada pasien DM lebih awal. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan rujukan dalam upaya pengembangan program kolaborasi TB-DM di Kota Denpasar. 2. Melalui penelitian ini dapat diketahui karakteristik pasien DM yang kemungkinan mengalami TB di Kota Denpasar. 3. Penelitian dapat dijadikan sebagai bahan rujukan untuk meningkatkan kinerja program kolaborasi TB-DM di Kota Denpasar. 1.6
Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini merupakan penelitian di Bidang Epidemiologi
sebagai upaya penatalaksanaan dan penemuan kasus TB melalui skrining TB menggunakan pemeriksaan gejala klinis dan rontgen pada pasien DM di Kota Denpasar.